Biotek
Biotek
Biotek
Pada saat krisis energi mengancam Indonesia sekarang ini, lembaga penelitian di Indonesia,
termasuk Pusat Penelitian Bioteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, memang
tengah mencari sumber energi baru. Salah satunya mengembangkan bioenergi, terutama
biohidrogen yang bersumber dari mikroalga perairan air tawar ataupun laut. Mikroalga yang
terkenal sebagai penghasil hidrokarbon, sumber biodiesel ini, adalah diatom, cocolith, dan
chlorofita, seperti Botryococcus braunii.
Dwi melakukan penelitian sejak 1993. Sedangkan riset mencari senyawa berguna dari jasad
renik ini dilakukan mulai 1997. "Saya mulai meneliti mikroalga penghasil energi ini di Osaka
University, dengan bantuan dana riset dari TORAY dan pemerintah," katanya.
Riset Dwi adalah mengkultur mikroalga unggulan dan mengekstraknya untuk diambil
senyawa hidrokarbonnya, melalui proses kultivasi, pemanenan, ekstraksi, dan polimerasi.
Penelitiannya butuh waktu tiga tahun untuk menuntaskan. "Pengujiannya lama," katanya. "Ini
problemnya karena screening mikroalga tidak semudah bakteri."
Dwi yakin sebagai negara tropis-maritim, Indonesia kaya akan sumber daya hayati
mikroalga. "Sampai saat ini saya sudah memperoleh 100 jenis mikroalga," kata Dwi. "Sekitar
20 jenis sudah positif kandidat mikroalga penghasil hidrokarbon."
Dwi berharap hasil penelitiannya ini dapat mengatasi masalah energi, apalagi mikroalga
belum banyak dimanfaatkan di Indonesia padahal potensinya sangat besar. Tidak saja industri
farmasi, tapi juga makanan, perikanan, peternakan, dan lain-lain. "Bisa juga untuk mengatasi
gizi buruk karena di Jepang Chlorella dan Spirulina sudah dimanfaatkan," ujar perempuan
kelahiran 28 Oktober 1968 itu.
Sel mikroalga mengandung protein, asam lemak tak jenuh, pigmen, dan vitamin tinggi
sehingga dapat dijadikan suplemen pangan bergizi tinggi. "Perlu penelitian sebanyak
mungkin untuk membuka rahasia manfaat mikroalga bagi kepentingan manusia," kata Dwi.
TJANDRA DEWI
Sumber : Koran Tempo