PENDAHULUAN
2.1
Pengertian Keadilan
Keadilan berasal dari bahasa Arab adil yang artinya tengah. Keadilan berarti
menempatkan sesuatu di tengah-tengah, tidak berat sebelah atau dengan kata lain
keadilan berarti menempatkan sesuatu pada tempatnya.
Adil adalah sifat perbuatan manusia. Menurut arti katanya adil artinya tidak
sewenang-wenang pada diri sendiri maupun kepada pihak lain. Maksud dari ketidak
sewenang-wenangnya dapat berupa keadaan :
a.
b.
Tidak berat sebelah, perlakukan yang sama dan tidak pilih kasih;
c.
Wajar, seperti apa adanya, tidak menyimpang, tidak lebih dan tidak
kurang;
d.
e.
Perlakuan pada diri sendiri sama seprti perlakuan kepada pihak lain
dan sebaliknya;
Dalam konsep adil berlaku tolak ukur yang sama kepada pihak yang berbuat
dan kepada pihak lain yang berbuat dan kepada pihak lain terhadap mana perbuatan
itu ditujukan. Implikasinya, perlakuan kepada diri sendiri, seharusnya sama pula
dengan perlakuan kepada pihak lain. Bagaimana berbuat adil kepada pihak lain jika
kepada diri sendiri saja tidak adil. Konsep adil (tidak sewenang-wenang) baru jelas
bentuknya apabila sudah diwujudkan dalam perbautan nyata dan nilai yang di
hasilkan atau akibat yang ditimbulkannya. Situasi dan kondisi juga ikut melakukan
perbuatan adil manusia.
Keadilan adalah pengakuan dan perilaku seimbang antara hak dan kewajiban.
Keadilan terletak pada keserasian menuntut hak dan kewajiban atau dengan kata lain
keadilan adalah keadaan dimana setiap orang mendapatkan atau memperoleh bagian
yang sama dari kekayaan bersama. Ada hubungan timbal balik antara hak dan
kewajiban, hak haruslah di sertai dengan kewajiban begitu juga sebaliknya kewajiban
haruslah disertai dengan hak.
Keadilan itu merupakan suatu perlakuan antara hak dan kewajiban yang harus
dilaksanakan secara bersamaan dan seimbang. Setiap orang ingin merasakan keadilan
yang sama antar sesamanya. Adil dalam melaksanakan suatu situasi dan kondisi atau
masalah jiwa seseorang yang memiliki jiwa sosial tinggi. Setiap warga Negara
Indonesia wajib dan layak menerima atau memperoleh keadilan yang merata satu
dengan yang lain sesuai dengan HAM dalam berbagai bidang.
Keadilan dan ketidakadilan tidak dapat di pungkiri karena dalam kehidupan
manusia itu sendiri sering kali dan hampir setiap hari merasakan keadilan dan
ketidakadilan. Oleh sebab itu keadilan dan ketidakadilan menimbulkan banyak
perbincangan dan menjadi kreativitas tersendiri. Maka dari itu keadilan sangatlah
penting dan untuk kehidupan sehari hari karena akan menciptakan kesejahteraan
untuk semua masyarakat bumi.
Keadilan tercantum dalam Pancasila dan yang paling utama ada dalam sila
kelima yang berbunyi keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Yang memiliki
arti dan makna bahwa warga negara Indonesia berhak dan layak untuk mendapatkan
keadilan yang merata dari pihak yang berwenang.
Berikut ini beberapa pendapat pengertian mengenai keadilan. Berikut ini
beberapa pendapat mengenai makna keadilan.1
a. Menurut W.J.S. Poerdaminto, keadilan berarti tidak berat sebelah,
sepatutunya, tidak sewenang-wenang. Jadi, dalam pengertian adil termasuk di
dalamnya tidak terdapat kesewenang wenangan. Orang yang bertindak
b.
Isra Saldi, 2013, Filsafat Hukum, Jakarta, PT. RajaGrafindoPersada, hal, 53-54
d.
Filosof Yunani yang terkenal yaitu Aristoteles dalam bukunya yang berjudul
Rhetorica dan Ethica Nicomachea memperkenalkan teori yang bernama
teori etis. Teori ini berpendapat bahwa tujuan hukum itu semata mata untuk
mewujudkan keadilan. Keadilan disini adalah ius suum cuique tribuere yang
artinya memberikan kepada setiap orang apa yang menjadi bagian atau
haknya.2 Mengenai makna keadilan, Sedangkan Aristoteles membedakan dua
macam keadilan, yaitu3
I.
Keadilan Kumulatif,
Keadilan kumulatif atau justitia cummulativa; Keadilan kumulatif
adalah suatu keadilan yang diterima oleh masing-masing anggota
tanpa mempedulikan jasa masing-masing. Keadilan ini didasarkan
pada transaksi (sunallagamata) baik
yang
sukarela
atau
tidak.
perjanjian tukar-menukar.
Keadilan Distributive.
Keadilan distributif atau justitia distributiva; Keadilan distributif
adalah suatu keadilan yang memberikan kepada setiap orang
didasarkan atas jasa-jasanya atau pembagian menurut haknya masingmasing. Keadilan distributif berperan dalam hubungan antara
masyarakat dengan perorangan.
Sjachran Basah, Tiga Tulisan tentang Hukum, Bandung, Armico, 1986, hal. 8
Soetikno, 1976, Filsafat Hukum Bagian I, Jakarta, Pradnya Paramita, hal, 57.
Muhamad, Erwin, 2013, Filsafat Hukum Reflksi Kritis Terhadap Hukum, Jakarta, Raja
Grafindo, Hal, 143
7
dampaknya bagi kesejahteraan manusia (human welfare). Adapun apa yang dianggap
bermanfaat dan tidak bermanfaat, diukur dengan perspektif ekonomi..8
Perspektif tentang keadilan sebagaimana dirumuskan di atas, menurut Satjipto
Rahardjo bahwa keadilan mencerminkan bagaimana seseorang melihat tentang
hakikat manusia dan bagaimana seseorang memperlakukan manusia. Lebih lanjut
Angkasa mengatakan bahwa karena keadilan adalah ukuran yang dipakai seseorang
dalam memberikan terhadap objek yang berada di luar diri orang tersebut. Mengingat
objek yang dinilai adalah manusia maka ukuran-ukuran yang diberikan oleh
seseorang terhadap orang lain tidak dapat dilepaskan dengan bagaimana seseorang
tersebut memberikan konsep atau makna tentang manusia. Apabila seseorang melihat
orang lain sebagai mahluk yang mulia maka perlakuan seseorang tersebutpun akan
mengikuti anggapan yang dipakai sebagai ancangan dan sekaligus akan mentukan
ukuran yang dipakai dalam menghadapi orang lain. Dengan demikian dapatlah
dikatakan bahwa masalah keadilan tidak dapat dilepaskan dengan filsafat tentang
manusia.
Terlepas dari berbagai pandangan konsep keadilan tersebut diatas, dalam hal
ini penulis ingin berbagi pendapat tentang bagaimana konsep keadilan yang
sesungguhnya terlepas dari latar belakang penulis. Keadilan pada dasarnya sifatnya
adalah abstrak, dan hanya bisa dirasakan dengan akal dan pikiran serta rasionalitas
dari setiap individu/masyarkat. Keadilan tidak berbentuk dan tidak dapat dilihat
8
namun pelaksanaannya dapat kita lihat dalam perspektif pencarian keadilan yang kita
lihat sehari-hari. Keadilan juga tidak memiliki ukuran serta takaran yang pasti tentang
bagaimana halnya suatu keadaan yang Adil.9 Secara sederhana kapan keadilan itu
dibicarakan dan mengapa? Pada dasarnya seseorang atau individu/masyarakat
mencari keadilan ketika dirasakan adanya suatu ketidakadilan atau dengan kata lain
keadilan muncul ketika adanya ketidak adilan yang dirasakan.
Namun sebelumnya perlu dikethui bahwa setiap manusia pada dasarnya
terlahir dalam kehendak bebas (dalam arti luas) masing-masing, oleh karena adanya
kehendak bebas dari setiap individu tersebut akhirnya membentur kehendak bebas
dari individu lain, sehingga secara tidak langsung dan tidak disadari kehendak bebas
dari setiap individu tersebut ternyata dibatasi oleh kehendak bebas dari individu lain
dan sebaliknya. Dengan berbagai factor dan alasan timbul konflik dalam masyarakat
karena masing-masing indivu yang berusaha mengambil kebebasan dari individu lain
dengan tujuan dan maksud tertentu. Oleh karena adanya pengambilan kehendak bebas
dari seseorang oleh orang lain tersebut, maka timbul usaha untuk mencari keadilan.
Seseorang/individu tidak akan mencari serta mengetahui keadilan itu seperti apa
ketika memang tidak ada kepentingan serta kebebasannya yang dicurangi atau
dilukai. Ketika tidak ada hal-hal yang mengganggu kepentingan kita/manusia baik itu
kebebasan (dalam arti luas atau kebebasan terbatas) maka menurut saya tidak akan
muncul kata tentang Keadilan.
Sukarno, Aburaera, dkk, 2014, Filsafat Hukum Teori dan Praktik, Jakarta, Kencana Prenada
Media Grup. Hal, 74
10
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan di atas, bahwa
keadilan tercantum dalam Pancasila pada sila kelima yang berbunyi keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia, yang memiliki arti dan makna bahwa warga negara
Indonesia berhak dan layak untuk mendapatkan keadilan yang merata dari pihak yang
berwenang. Kesimpulan Pengertian keadilan dari pendapat para sarjana yakni,
keadilan merupakan suatu perlakuan antara hak dan kewajiban kepada setiap orang
yang harus dilaksanakan secara bersamaan dan seimbang.
Perspektif tentang keadilan sebagaimana dimaksud dapat ditemukan dalam
penganut aliran yaitu, Paradigma Hukum Alam, Paradigma Positivisme Hukum dan
Paradigma Hukum Utiliranianisme. Sehingga menurut Satjipto Rahardjo
dalam
3.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan oleh kami sebagai penulis, bahwa pada
dasarnya seseorang atau individu/masyarakat mencari keadilan ketika dirasakan
adanya suatu ketidakadilan. Sehingga setiap warga Negara Indonesia wajib dan layak
12
menerima atau memperoleh keadilan yang merata satu dengan yang lain sesuai
dengan Hak Asasi Manusia baik dalam berbagai bidang. Maka dari itu keadilan
sangatlah penting dan untuk kehidupan sehari hari karena akan menciptakan
kesejahteraan untuk semua masyarakat bumi.
13
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Ali, Zainudin, 2010, Filsafat Hukum, Jakarta, Sinar Grafika.
Angkasa, 2010, Filsafat Hukum ( Materi Kuliah ), Magister Ilmu Hukum
Hukum UNSOED, Perwokerto.
Aburaera, Sukarno, dkk, 2014, Filsafat Hukum Teori dan Praktik, Jkarta,
Kencana Prenada Media Grup.
Basah, Sjachran, 1986, Tiga Tulisan tentang Hukum, Bandung, Armico.
Erwin, Muhamad, 2013, Filsafat Hukum Reflksi Kritis Terhadap Hukum,
Jakarta, Raja Grafindo.
Manullang, E. Fernando M, 2007, Menggapai Hukum Berkeadilan, Buku
Kompas, Jakarta
Saldi, Isra, 2013, Filsafat Hukum, Jakarta, PT. RajaGrafindoPersada.
Soetikno, 1976, Filsafat Hukum Bagian I, Jakarta, Pradnya Paramita.
14