Jangan Nodai Ibadah Anda Dengan Niat Duniawi
Jangan Nodai Ibadah Anda Dengan Niat Duniawi
{
Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya,
niscaya kami berikan kepada mereka balasan amal perbuatan
mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak
akan dirugikan. Merekalah orang-orang yang di akhirat (kelak) tidak
akan memperoleh (balasan) kecuali neraka dan lenyaplah apa (amal
kebaikan) yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa
yang telah mereka lakukan (QS Huud: 15-16).
Ayat yang mulia ini menunjukkan bahwa amal shaleh yang dilakukan
dengan niat duniawi adalah termasuk perbuatan syirik yang bisa
merusak kesempurnaan tauhid yang semestinya dijaga dan
perbuatan ini bisa menggugurkan amal kebaikan. Bahkan perbuatan
ini lebih buruk dari perbuatan riya (memperlihatkan amal shaleh
untuk mendapatkan pujian dan sanjungan), karena seorang yang
menginginkan dunia dengan amal shaleh yang dilakukannya,
terkadang keinginannya itu menguasai niatnya dalam meyoritas
amal shaleh yang dilakukannya. Ini berbeda dengan perbuatan riya,
karena riya biasanya hanya terjadi pada amal tertentu dan bukan
pada mayoritas amal, itupun tidak terus-menerus. Meskipun
demikian, orang yang yang beriman tentu harus mewaspadai semua
keburukan tersebut .
4
Semakna dengan ucapan di atas, Imam Qatadah bin Diamah alBashri berkata: Barangsiapa yang menjadikan dunia (sebagai)
target (utama), niat dan ambisinya, maka Allah akan membalas
kebaikan-kebaikannya (dengan balasan) di dunia, kemudian di
akhirat (kelak) dia tidak memiliki kebaikan untuk diberikan balasan.
Adapun orang yang beriman, maka kebaikan-kebaikannya akan
mendapat balasan di dunia dan memperoleh pahala di akhirat
(kelak) .
8
{
Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya,
niscaya kami berikan kepada mereka balasan amal perbuatan
mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak
akan dirugikan. Merekalah orang-orang yang di akhirat (kelak) tidak
akan memperoleh (balasan) kecuali neraka dan lenyaplah apa (amal
kebaikan) yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa
yang telah mereka lakukan (QS Huud: 15-16).
Ayat yang mulia ini dibatasi kemutlakannya dengan firman
Allah Taala dalam ayat lain :
12
}
{
17
Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan
menyekutukan-Mu yang aku ketahui, dan aku memohon ampun
kepada-Mu dari apa yang tidak aku ketahui (sadari) .
28
{ {
{
}
11 Lihat kitab Taisiirul Aziizil Hamiid (hal. 473) dan Fathul Majiid
(hal. 451).
12 Lihat keterangan Syaikh Bin Baz pada catatan kaki kitab Fathul
Majiid (hal. 452).
13 Lihat kitab Fathul Majiid (hal. 452).
14 HR Ibnu Majah (no. 4105), Ahmad (5/183), ad-Daarimi (no. 229),
Ibnu Hibban (no. 680) dan lain-lain dengan sanad yang shahih,
dinyatakan shahih oleh Ibnu Hibban, al-Bushiri dan syaikh al-Albani.
15 HSR al-Bukhari (no. 2730), dari Abu Hurairah .
16 Lihat keterangan Imam Ibnul Qayyim dalam Igaatsatul lahfaan
(2/149).
17 Lihat keterangan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Majmuuul
fataawa (10/180).
18 Dalam kitab Fathul Majiid (hal. 453-454).
19 Kitab al-Qaulul mufiid ala kitaabit tauhiid (2/243).
20 Lihat keterangan Syaikh al-Utsaimin dalam kitab al-Qaulul
mufiid ala kitaabit tauhiid (2/245).
21 HSR al-Bukhari (no. 1961) dan Muslim (no. 2557).
22 HSR al-Bukhari (no. 2973) dan Muslim (no. 1751).
23 HSR al-Bukhari (no. 1961) dan Muslim (no. 2557).
24 HSR al-Bukhari (no. 2973) dan Muslim (no. 1751).
25 Kitab at-Tamhiid lisyarhi kitaabit tauhiid (hal. 406-407).
26 Kitab al-Qaulul mufiid ala kitaabit tauhiid (2/245).