Anda di halaman 1dari 20

TUGAS ETIKA BISNIS

PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS


ANALISIS KASUS PELANGGARAN ETIKA BISNIS PADA PT. INDOSAT,
TBK DENGAN ANAK PERUSAHAAN PT. INDOSAT MEGA MEDIA
(IM2)

Disusun oleh :
Kelompok 11
1.

Desy Dwi Lestari

(12.0102.0074)

2.

Aprilia Nugrahaning Putri

(12.0102.0082)

3.

Agung Dwi Pamungkas

(12.0102.0110)

FAKULTAS EKONOMI PRODI AKUNTANSI


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2014/2015

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akhir-akhir ini makin banyak dibicarakan perlunya pengaturan tentang
perilaku bisnis terutama menjelang mekanisme pasar bebas. Dalam
mekanisme pasar bebas diberi kebebasan luas kepada pelaku bisnis untuk
melakukan kegiatan dan mengembangkan diri dalam pembangunan
ekonomi. Disini pula pelaku bisnis dibiarkan bersaing untuk berkembang
mengikuti mekanisme pasar.
Dalam sistem perekonomian pasar bebas, perusahaan diarahkan untuk
mencapai tujuan mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin, sejalan
dengan prinsip efisiensi. Namun, dalam mencapai tujuan tersebut pelaku
bisnis kerap menghalalkan berbagai cara tanpa peduli apakah tindakannya
melanggar etika dalam berbisnis atau tidak.
Pelanggaran etika di dalam perusahaan itu bergantung pada bagaimana
manajemen

dalam

mengambil

keputusan

yang

etis

atau

tidak.

Pengambilan keputusan yang etis yang sesuai dengan aturan-aturan etika


yang ada jelas akan meminimalisir terjadinya pelanggaran-pelanggaran
etika yang dilakukan perusahaan.
Kualitas pengambilan keputusan manjerial merupakan ukuran dari
effektivitas manejer. Proses pengambilan keputusan adalah bagaimana
perilaku dan pola komunikasi manusia sebagai individu dan sebagai
anggota kelompok dalam struktur organisasi. Salah satu pentingnya adalah
pengambilan keputusan.
Tidak ada pembahasan kontemporter pengambilan keputusan akan
lengkap tanpa dimasukkanya etika mengapa karena pertimbangan etis

seharusnya merupakan suatu kriteria yang penting dalam pengambilan


keputusan organisasional.
Untuk itu terkait dengan pengambilan keputusan yang etis, penulis akan
menganalisis

mengenai

pengambilan

keputusan

yang

dilakukan

manajemen pada PT. Indosat, Tbk dan anak perusahaan PT. Indosat Mega
Media (IM2) terkait kasus yang terjadi pada perusahaan tersebut mengenai
kasus korupsi dalam penyalahgunaan frekuensi 3G di frekuensi radio 2.1
GHz dengan menggunakan beberapa pendekatan yang digunakan dalam
pengambilan keputusan etis.
B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui kasus pelanggaran etika yang terjadi di PT. Indosat,
Tbk dengan Anak Perusahaannya PT. Indosat Mega Media (IM2) ,
mengenai kasus korupsi dalam penyalahgunaan frekuensi 3G di
frekuensi radio 2.1 GHz.
2. Untuk mengetahui pengambilan keputusan yang tepat dalam kasus
tersebut dengan menggunakan 4 pendekatan.

LANDASAN TEORI
A. Pengertian Etika
Etika (Yunani Kuno: ethikos, berarti timbul dari kebiasaan) adalah
cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi

studi mengenai standar dan penilaian moral[1]. Kata etika berasal dari
bahasa Yunani, ethos atau taetha yang berarti tempat tinggal, padang
rumput, kebiasaan atau adat istiadat. Oleh filsuf Yunani, Aristoteles, etika
digunakan untuk menunjukkan filsafat moral yang menjelaskan fakta
moral tentang nilai dan norma moral, perintah, tindakan kebajikan dan
suara hati. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar,
salah, baik, buruk, dan tanggung jawab. Pada pengertian yang paling
dasar, etika adalah sistem nilai pribadi yang digunakan memutuskan apa
yang benar, atau apa yang paling tepat, dalam suatu situasi tertentu;
memutuskan apa yang konsisten dengan sistem nilai yang
ada dalam organisasi dan diri pribadi. Etika juga diartikan pula sebagai
filsafat moral yang berkaitan dengan studi tentang tindakan-tindakan baik
ataupun buruk manusia di dalam mencapai kebahagiaannya[2]. Apa yang
dibicarakan di dalam etika adalah tindakan manusia, yaitu tentang kualitas
baik (yang seyogyanya dilakukan) atau buruk (yang seyogyanya dihindari)
atau nilai-nilai tindakan manusia untuk mencapai kebahagiaan serta
tentang kearifannya dalam bertindak.
B. Pengertian Pengambilan Keputusan
Para individu dalam organisasi membuat keputusan (decision), artinya
mereka membuat pilihan-pilihan dari dua alternative atau lebih. Sebagai
contoh, manajer puncak bertugas menentukan tujuan-tujuan organisasi,
produk atau jasa yang ditawarkan, cara terbaik untuk membiayai berbagai
operasi, produk atau jasa yang menempatkan pabrik manufaktur yang
baru. Manajer tingkat menengah dan
produksi,

bawah menentukan jadawal

menyeleksi karyawan baru, dan merumuskan bagaimana

meningkatkan bayaran karyawan. Karyawan nonmanajerial juga membuat


keputusan yang mempengaruhi pekerjaan dan organisasi tempat mereka
bekerja. Semakin banyak organisasi memberikan karyawan nonmanajerial
otoritas pembuatan keputusan yang berkaitan dengan pekerjaan, maka
pengambilan keputusan individual merupakan satu bagian penting dari
perilaku organisasi.

Pengambilan keputusan mengandung arti pemilihan altematif terbaik


dari sejumlah Alternatif yang tersedia. Teori-teori pengambilan keputusan
bersangkut paut dengan masalah bagaimana pilihan-pilihan semacam itu
dibuat. Beberapa pegertian tentang keputusan menurut beberapa tokoh
(dhino ambargo: 2) adalah sebagai berikut :
1. Menurut Davis (1988) keputusan adalah hasil dari pemecahan
masalah yang dihadapinya dengan tegas. Hal ini berkaitan dengan
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mengenai apa yang harus
dilakukan dan seterusnya mengenai unsur-unsur perencanaan.
Keputusan

dibuat

untuk

menghadapi

masalah-masalah

atau

kesalahan yang terjadi terhadap rencana yang telah digariskan atau


penyimpangan serius terhadap rencana yang telah ditetapkan
sebelumnya. Tugas pengambilan keputusan tingkatnya sederajad
dengan tugas pengambilan rencana dalam organisasi.
2. Siagian (1996) menyatakan, pada hakikatnya pengambilan keputusan
adalah suatu pendekatan sistematis terhadap hakikat suatu masalah,
pengumpulan fakta-fakta dan data. Penentuan yang matang dari
altenatif yang dihadapi dan pengambilan tindakan yang menurut
perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.
3. Claude S. George, Jr (2005) menyatakan, proses pengambilan
keputusan itu dikerjakan oleh kebanyakan manajer berupa suatu
kesadaran, kegiatan pemikiran yang termasuk pertimbangan,
penilaian dan pemilihan di antara sejumlah alternatif.
4. Horolddan Cyril O'Donnell (2005) juga berpendapat bahwa
pengambilan

keputusan

adalah

pemilihan

diantara

alternatif

mengenai suatu cara bertindak yaitu inti dari perencanaan, suatu


rencana tidak dapat dikatakan tidak ada jika tidak ada keputusan,
suatu sumber yang dapat dipercaya, petunjuk atau reputasi yang
telah dibuat.
5. Dee Ann Gullies (1996) menjelaskan definisi Pengambilan
keputusan sebagai suatu proses kognitif yang tidak tergesa-gesa
terdiri dari rangkaian tahapan yang dapat dianalisa, diperhalus, dan
dipadukan untuk menghasilkan ketepatan serta ketelitian yang lebih

besar dalam menyelesaikan masalah dan memulai tindakan. Definisi


yang

lebih

sederhana

dikemukakan

oleh

Handoko

(1997),

pembuatan keputusan adalah kegiatan yang menggambarkan proses


melalui serangkaian kegiatan dipilih sebagai penyelesaian suatu
masalah tertentu.
6. Ralp C. Davis dalam Imam Murtono (2009) menyatakan keputusan
dapat dijelaskan sebagai hasil pemecahan masalah, selain itu juga
harus didasari atas logika dan pertimbangan, penetapan alternatif
terbaik, serta harus mendekati tujuan yang telah ditetapkan. Seorang
pengambil keputusan haruslah memperhatikan hal-hal seperti;
logika, realita, rasional, dan pragmatis.
Dari beberapa penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
pengambilan keputusan ini adalah sesuatu pendekatan yang sistematis
terhadap hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data,
penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi, dan mengambil
tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.
Pengambilan keputusan yang dilakukan biasanya memiliki beberapa
tujuan , seperti ; tujuan yang bersifat tunggal (hanya satu masalah dan
tidak berkaitan dengan masalah lain) dan tujuan yang bersifat ganda
(masalah saling berkaitan, dapat bersifat kontradiktif ataupun tidak
kontradiktif).
Adapun faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam pengembilan
keputusan adalah :
1.
Hal-hal yang berwujud maupun tidak berwujud, yang emosional
2.

maupun rasional perlu diperhitungkan dalam pengambilan keputusan;


Setiap keputusan nantinya harus dapat dijadikan bahan untuk

3.

mencapai tujuan organisasi;


Setiap keputusan janganlah berorientasi pada kepentingan pribadi,

4.
5.

perhatikan kepentingan orang lain;


Jarang sekali ada 1 pilihan yang memuaskan;
Pengambilan keputusan merupakan tindakan mental. Dari tindakan
mental ini kemudian harus diubah menjadi tindakan fisik;

6.

Pengambilan keputusan yang efektif membutuhkan waktu yang

7.

cukup lama;
Diperlukan pengambilan keputusan yang praktis untuk mendapatkan

8.

hasil yang baik;


Setiap keputusan hendaknya dikembangkan, agar dapat diketahui

9.

apakah keputusan yang diambil itu betul; dan


Setiap keputusan itu merupakan tindakan permulaan dari
serangkaian kegiatan berikutnya.
Pada dasarnya pengambilan keputusan adalah suatu akibat adanya

reaksi atas sebuah masalah (problem), yang artinya ada ketidaksesuian


antara perkara saat ini dan keadaan yang diinginkan, yang membutuhkan
pertimbangan untuk membuat beberapa tindakan alternative. Namun,
berpaling dari hal ini keputusan yang dibuat haruslah keputusan yang baik,
rasional, dan mengandung nilai-nilai etis dalam batasan-batasan tertentu.
Oleh karena itu haruslah ada kerangka kerja pengambilan keputusan yang
etis atau ethical decision making (EDM) Framework.
C. Ethical Decision Making (EDM) Framework
Kerangka kerja EDM menilai etis atau tidaknya suatu keputusan atau
tindakan dengan menguji :
1.
2.
3.
4.

Konsekuensi atau kemunculan keuntungan atau biaya bersih


Hak dan kewajiban yang terpengaruh
Keadilan yang ada
Motivasi atau kebajikan yang diharapkan
Tiga pertimbangan pertama dari empat pertimbangan diatas, yaitu

konsekuensialisme, deontologi dan keadilan, diuji dengan menitikberatkan


pada dampak suatu keputusan terhadap pemegang saham dan pemangku
kepentingan lain yang terpengaruh, yang dikenal dengan analisis dampak
pemangku kepentingan. Pertimbangan keempat, motivasi pengambil
keputusan, adalah pendekatan yang dikenal dengan etika kebajikan.
Keempat pertimbangan harus sungguh-sungguh diuji dan nilai etika yang
sesuai harus diterapkan dalam keputusan dan implementasinya jika suatu
keputusan atau tindakan dapat dipertahankan secara etis.
D. Pendekatan-pendekatan pengambilan keputusan etis

1. Pendekatan Biaya Manfaat (Cost Benefit)


Cost dalam bahasa Indonesia dapat diartikan biaya dan Benefit adalah
manfaat. Secara sederhana Cost Benefit Analysis dapat diartikan
analisis terhadap suatu biaya dan manfaatnya.
Terdapat beberapa hal yang menyangkut dalam pendekatan biaya
manfaat (cost benefit) , yaitu :
a. Well offness
Dalam pengambilan keputusan ini harus menghasilkan manfaat
yang melebihi biaya yang dikeluarkannya.
b. Fairness (keadilan)
Pengambilan keputusan yang etis harus adil dilihat dari manfaat
dan kerugiannya.
c. Right
Pengambilan keputusan yang etis sebaiknya tidak melanggar
beberapa hak dari stakeholder (pemangku kepentingan).
2. Pendekatan 5 pertanyaan
Kerangka
5-pertanyaan

adalah

pendekatan

berguna

untuk

pertimbangan tertib masalah tanpa banyak eksternalitas dan di mana


fokus khusus yang diinginkan oleh perancang proses pengambilan
untuk pengobatan yang diperluas dari pendekatan ini.
Pendekatan 5 pertanyaan opsional dirancang untuk memfokuskan
proses pengambilan keputusan pada relevansi isu tertentu untuk
organisasi atau pengambil keputusan yang terlibat.
3. Pendekatan standar moral.
Pendekatan standar moral untuk analisis dampak stakeholder yang
dibangun langsung pada tiga kepentingan mendasar dari stakeholder.
Hal ini agak lebih umum dalam fokus dari pendekatan 5-pertanyaan,
dan memimpin pengambil keputusan untuk analisis yang lebih luas
berdasarkan keuntungan bersih bukan hanya profitabilitas sebagai
tantangan pertama dari keputusan yang diusulkan. Akibatnya, ia
menawarkan sebuah kerangka yang lebih cocok untuk pertimbangan
keputusan yang memiliki dampak signifikan di luar korporasi dari
kerangka kerja 4-pertanyaan.
Pertanyaan berfokus pada keadilan distributif, atau keadilan, ditangani
dengan cara yang sama seperti dalam pendekatan 5-pertanyaan.

4. Pendekatan pastin
Pastin menggunakan konsep etika aturan dasar untuk apture gagasan
bahwa individu dan organisasi memiliki aturan-aturan dasar atau nilainilai fundamental yang mengatur perilaku mereka atau perilaku yang
diinginkan. Jika keputusan dipandang menyinggung nilai-nilai ini, ada
kemungkinan bahwa disenchamtment atau relatiation akan terjadi.
Sayangnya, hal ini dapat menyebabkan pemecatan seorang karyawan
yang bertindak tanpa pemahaman

aturan dasar etika baik dari

organisasi pengusaha yang terlibat. Dalam rangka untuk memahami


aturan dasar yang berlaku untuk benar mengukur komitmen organisasi
untuk proposal dan untuk melindungi pembuat keputusan., Pastin
menunjukkan bahwa pemeriksaan keputusan masa lalu atau tindakan
dibuat. Ia menyebut ini pendekatan reverse engineering keputusan,
karena upaya ini dilakukan untuk mengambil keputusan masa lalu
terpisah untuk melihat bagaimana dan mengapa mereka dibuat. Pastin
menunjukkan bahwa orang sering dijaga (secara sukarela atau tanpa
sadar) tentang mengekspresikan nilai-nilai mereka, dan bahwa reverse
engineering menawarkan cara untuk melihat, melalui tindakan masa
lalu, apa nilai-nilai mereka.
Pastin menggunakan konsep etika aturan dasar untuk apture gagasan
bahwa individu dan organisasi memiliki aturan-aturan dasar atau nilainilai fundamental yang mengatur perilaku mereka atau perilaku yang
diinginkan. Jika keputusan dipandang menyinggung nilai-nilai ini, ada
kemungkinan bahwa disenchamtment atau relatiation akan terjadi.
E. Kebiasan yang Keliru pada Para Pembuat Keputusan
1. Berfokus pada keuntungan jangka pendek dan kepentingan pemegang
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

saham.
Berfokus pada keuntungan jangka pendek dan pemegang saham
Berfokus hanya pada legalitas
Keadilan yang terbatas
Pembatasan hak yang teliti
Konflik kepentingan
Keterkaitan pemangku kepentingan
Kegagalan untuk mengidentifikasi semua kelompok stakeholder

9. Kegagalan memberi peringkat pada kepentingan stakeholder


10. Meninggalkan kebaikan, kejujuran dan hak.
11. Kegagalan untuk memperhitungkan kebajikan yang seharusnya
ditunjukkan
F. Langkah-langkah untuk mengambil Keputusan yang Beretika
1. Mengidentifikasi fakta dan seluruh kelompok pemangku kepentingan
serta kepentingannya yang terpengaruh
2. Merangking pemangku kepentingan dan kepentingannya,
mengidentifikasi yang terpenting dan memberikan bobot terhadapnya
lebih dari isu yang lain dalam analisis
3. Menilai dampak tindakan yang ditawarkan pada masing-masing
kepentingan kelompok pemangku kepentingan dengan memperhatikan
keberadaan mereka, perlakuan adil, dan hak lainnya, termasuk
harapan kebajikan, menggunakan kerangka kerja pertanyaan secara
menyeluruh dan meyakinkan bahwa perangkap umum yang
dibicarakan kemudian tidak masuk dalam analisis.
G. Tujuh langkah analisis pengambilan keputusan oleh amrican
accounting association (1993 :
1.
Menentukan fakta (what, who, where, when and how)
2.
Menetapkan masalah etika
3.
Mengidentifikasikan prinsip dasar, peraturan dan nilai
4.
Menetapkan alternative pilihan
5.
Membandingkan nilai dengan alternative
6.
Menetapkan konsekuensinya
7.
Membuat keputusan

PEMBAHASAN
A. Kasus Korupsi dalam Penyalahgunaan Frekuensi 3G di Frekuensi
Radio PT. INDOSAT, Tbk dan Anak Perusahaan PT. Indosat Mega
Media (IM2)
Majalah mingguan Tempo edisi 13-19 Januari 2014 memberitakan
sebuah tulisan tentang kasus korupsi yang melibatkan PT Indosat Mega
Media (IM2), Direktur PT IM2 Indar Atmanto, dan PT Indosat. Tempo,
memberi judul kasus tersebut dengan nama Korupsi Penyedia Jasa
Telekomunikasi[1]. Kedua perusahaan tersebut dituduh telah melanggar
Pasal 33 UU Telekomunikasi, Pasal 58 PP No.52 Tahun 2000, dan Pasal
30 PP No.53 Tahun 2000. Jika pelanggaran tersebut dirangkum, intinya
kedua perusahaan tersebut mencurangi perjanjian dalam proyek
pengadaan jaringan broadband alias internet berbayar. Secara keseluruhan,
kasus tersebut ditengarai, sesuai tudingan Kejaksaan Agung, karena
adanya perjanjian kerja sama yang tidak sah dan melanggar peraturan
antara PT Indosat dengan PT IM2 (dimotori oleh Indar Atmanto, direktur
periode 2006-2012) yang membuat negara rugi. Menurut Badan Pemeriksa
Keuangan dan Pembangunan, kerugian yang diderita negara atas
perjanjian kerjasama yang tidak sehat tersebut sekitar Rp 1,3 Triliun.
Seperti yang dilansir majalah mingguan Tempo[2], kasus tersebut
berawal ketika PT Indosat memenagi tender pita frekuensi radio 2,1
Gigahertz generasi ketiga (3G) dengan penawaran seharga Rp 160 miliar.
Salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh Indosat sebagai syarat protokol
terhadap pemerintah adalah membayar pendapatan negara bukan pajak
(PNBP) berupa pembayaran upfront fee atau biaya awal sebesar Rp 320
miliar untuk jangka waktu 10 tahun dan biaya hak penggunaan frekuensi
setiap awal tahun dengan total Rp 1,37 triliun pada tahun 2012. Setelah
memenangi tender tersebut, PT Indosat kemudian melakukan perjanjian
bisnis dengan salah satu anak perusahaannya yaitu PT Indosat Mega

Media (IM2) untuk pengadaan akses internet broadband dengan rincian


PNBP berupa Rp 23 miliar untuk biaya hak penyelenggaraan
telekomunikasi tahunan pada tahun 2012 dan Rp 36 miliar untuk biaya
kewajiban pelayanan universal tahunan pada tahun 2012.
Tudingan rasuah yang menjerat anak-induk perusahaan penyedia
layanan telekomunikasi mulai santer tercium. Dalam sebuah artikel Tempo
Online[3], ada tudingan bahwa IM2 dilaporkan tidak pernah mengikuti
seleksi pelelangan pita jaringan pada pita frekuensi 2,1 GHz sehingga
dianggap tidak berhak memanfaatkan jalur tersebut. IM2 juga tidak
memiliki izin penyelenggara 3G karena izin penyelenggara dimiliki
Indosat sehingga Kejaksaan menilai IM2 sebagai penyelenggara jasa
telekomunikasi telah memanfaatkan jaringan bergerak seluler frekuensi 3G
tanpa izin resmi dari pemerintah[4]. Hal diatas juga diperkuat dengan
laporan Denny Adrian Kusdayat, Ketua LSM Konsumen Telekomunikasi
Indonesia, yang melaporkan adanya penyalahgunaan frekuensi internet 2,1
Gigahertz Indosat dan IM2 ke Kejaksaan Tinggi Jawa Barat.
Hingga pada tanggal 5 Januari 2013, kejaksaan agung mengumumkan
Indosat dan IM2 sebagai korporasi ditetapkan sebagai tersangka. Hal ini
merupakan salah satu keunikan tersendiri dalam sejarah tuntut-menuntut
kasus rasuah di Indonesia, karena sebelumnya kejaksaan belum pernah
melakukan tuntutan terhadap entitas korporasi. Menurut kejagung, PT
Indosat dan PT IM2 telah melanggar Pasal 33 Undang-Undang No 36
Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi yang berisi; (1) Penggunaan
spektrum frekuensi radio dan orbit satelit wajib mendapatkan izin
pemerintah; (2) Penggunaan spektrum frekuensi radio dan orbit satelit
harus sesuai dengan peruntukannya dan tidak saling mengganggu; (3)
Pemerintah melakukan pengawasan dan pengendalian penggunaan
spektrum frekuensi radio dan orbit satelit. PT Indosat dan PT IM2 juga
melanggar Pasal 58 PP Nomor 52 Tahun 2000 Tentang Peneyelenggaraan
Komunikasi yang berbunyi, Menteri mengumumkan peluang usaha untuk

menyelenggarakan

jaringan

dan/atau

jasa

telekomunikasi

kepada

masyarakat secara terbuka dan Pasal 30 PP Nomor 53 Tahun 2000 Tentang


Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Dan Orbit Satelit yang berbunyi,
biaya hak penggunaan spektrum frekuensi radio bagi penggunaan bersama
pita frekuensi radio dan atau kanal frekuensi radio dibebankan secara
penuh pada setiap pengguna. Kerjasama Indosat dan IM2 dalam
peneyediaan akses Internet, menurut Jaksa, melanggar undang-undang dan
aturan di bidang telekomunikasi[5]. Mereka menuduh Indosat dan IM2
memakai pita frekuensi radio 2,1 Gigahertz tanpa ikut lelang[6]. Kerja
sama anak-induk perusahaan itu dianggap akal-akalan agar IM2 tak
membayar biaya nilai awal dan biaya hak penggunaan frekuensi[7].Dalam
kasus tersebut, Jaksa Penuntut Umum juga mendakwa Indar Atmanto
dengan tuduhan UU Tindak Pidana Korupsi Pasal 2 dan Pasal 3. Secara
garis besar, kedua pasal tersebut berisi tentang memperkaya diri sendiri
atau

korporasi

dengan

cara

melawan

hukum

dan

melakukan

penyalahgunaan kewenangan. Hakim memvonis Indar dengan hukum 8


tahun penjara.
Selain itu pada sumber lain disebutkan bahwa penyalahgunaan
frekuensi radio oleh PT. Indosat dan PT. Indosat Mega Media (IM2) akan
menimbulkan dampak lain bagi pengguna layanan internet yang ada di
Indonesia. Menurut, Ketua Umum Masyarakat Telematika Indonesia
(Mastel) Setyanto Santosa mengatakan tuduhan pelanggaran Peraturan
Pemerintah nomor 53 tahun 2000 tentang penggunaan spektrum frekuensi
radio dan orbit satelit yang dialamatkan kepada IM2 bisa berdampak luas
kepada terhentinya seluruh usaha layanan terkait internet di Indonesia.
Termasuk

pelayanan

di

bidang

konten,

manufaktur,

perbankan,

pemerintahan, warnet serta penunjang TIK lainnya.


B. Analisis

Kasus dengan Menggunakan 4 Pendekatan dalam

Pengambilan Keputusan
1. Pendekatan Cost Benefit (Biaya Manfaat)
Dalam pendekatan ini, menyangkut beberapa hal, yaitu :
a. Well ofness

Pengambilan keputusan ini harus menghasilkan manfaat. Di dalam


kasus yang menjerat PT. Indosat, Tbk dan Anak Perusahaannya PT.
Indosat Mega Media hanya mementingkan kepentingan untuk
perusahaannya sendiri tanpa memperhatikan kepentingan pihak
lain (pengguna jasa internet). Sebab penyalahgunaan frekuensi 3G
di frekuensi radio 2.1 GHz akan berdampak luas kepada
terhentinya seluruh usaha layanan terkait internet di indonesia,
termasuk pelayanan di bidang konten, manufaktur, perbankan,
pemerintahan, warnet serta penunjang TIK lainnya.
Selain itu, pelanggaran mengenai perjanjian dalam proyek
pengadaan jaringan broadband alias internet berbayar dapat
merugikan dan tidak memberikan manfaat yang imbang antara
perusahaan dengan negara hal ini dikarenakan kerjasama antara
kedua

perusahaan

ini

didasarkan

untuk

mengibuli

pihak

pemerintah agar IM2 tidak membayar biaya nilai awal dan biaya
hak pengguna frekuensi, yang sudah ditetapkan didalam peraturan
perundang-undang.
b. Fairness (keadilan)
Hal ini menyangkut mengenai distribusi pelayanan yang fair (adil)
dari manfaat dan kerugian. Pada kasus ini, manfaat yang didapat
hanya untuk PT. Indosat dan anak perusahaanya sedangkan
kerugian ini melibatkan pihak-pihak lain seperti pihak pemerintah
(negara) maupun pihak pengguna jasa internet. Sehingga, dalam
hal ini jelas bahwa keputusan yang diambil oleh kedua perusahaan
ini tidak adil karena tidak menguntungkan bagi perusahaan
maupun pihak-pihak pemangku kepentingan .
c. Right
Pengambilan keputusan yang etis sebaiknya tidak melanggar
beberapa hak dari stakeholder (pemangku kepentingan). Namun,
pada kasus ini PT. Indosat,Tbk dan anak perusahaannya telah
melanggar hak-hak dari stakeholder, sebab perusahaan ini telah
mengingkari dari perjanjian yang telah dilakukan. Dan pihak
perusahaan juga tidak mematuhi segala peraturan yang ditetapkan

oleh pemerintah didalam undang-undang yang termuat di dalam


Pasal 33 UU Telekomunikasi, Pasal 58 PP No.52 Tahun 2000, dan
Pasal 30 PP No.53 Tahun 2000. Dalam hal ini pihak perusahaan
menghilangkan

hak-hak

pemerintah

dalam

memperoleh

keuntungan menyangkut pembayaran biaya awal penggunaan


frekuensi kepada pemerintah sehingga dapat merugikan pihak
pemerintah itu sendiri.
Selain itu, atas penyalahgunaan frekuensi radio ini juga dapat
menghilangkan hak-hak bagi para pengguna internet untuk
menikmati layanan internet, sebab hal penyalahgunaan ini akan
mengakibatkan terhentinya jaringan internet di seluruh Indonesia.
Pendekatan Lima Pertanyaan
2. Pendekatan lima pertanyaan ini menyangkut tentang apakah keputusan
yang diambil oleh PT. Indosat, Tbk dan PT. Indosat Mega Media (IM2)
tersebut :
a. Menguntungkan ?
Pada kasus ini, pengambilan keputusan tersebut tidak akan
menguntungkan bagi pihak pemerintah maupun pengguna internet
di Indonesia. Sebab, kasus pelanggaran dan penyalahgunaan ini
akan merugikan negara dan juga dapat berakibat pada terhentinya
seluruh usaha layanan terkait internet.
b. Apakah keputusan ini sudah sesuai dengan hukum ?
Pada kasus ini jelas melanggar Pasal 33 UU Telekomunikasi, Pasal
c.

58 PP No.52 Tahun 2000, dan Pasal 30 PP No.53 Tahun 2000.


Apakah keputusan ini sudah adil ?
Dalam pengambilan keputusan yang dilakukan perusahaan tidak
adil karena hanya mementingkan keuntungan bagi perusahaan itu
sendiri tanpa mempertimbangkan keuntungan pihak lain (pengguna

jasa internet dan pemerintah).


d. Kebenaran ?
Keputusan yang diambil oleh perusahaan ini akan merampas hakhak orang lain dalam mendapatkan keuntungan dan

informasi

dengan bebas. Karena pelanggaran ini dapat mengakibatkan


kerugian yang besar bagi pemerintah (negara) selain itu juga
penyalahgunaan freskuensi 3G di frekuensi radio 2.1 GHz ini juga

akan menimbulkan dampak ke semua jaringan internet yang ada di


Indonesia akan terhenti.
e. Apakah keputusan ini akan membawa perkembangan yang lebih
baik ?
Keputusan ini tidak akan membawa perkembangan yang lebih baik
karena akan mengganggu layanan jaringan internet di Indonesia.
3. Pendekatan Standar Moral
Pendekatan standar moral alam pengambilan keputusan ini, berkaitan
dengan beberapa hal, yaitu :
a. Manfaat besar untuk masyarakat
Akibat dari penyalahgunaan 3G di frekuensi radio 2.1 GHz tidak
akan memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat. Justru
keputusan ini akan mengakibatkan kerugian yang sangat besar bagi
pemerintah maupun seluruh masyarakat sebagai pengguna layanan
internet. Hal ini akan mengakibatkan kerugian materiil yang sangat
besar bagi pemerintah dan terganggunya layanan internet, sehingga
masyarakat tidak akan bisa menggunakan layanan internet dengan
maksimal.
b. Adil bagi semua yang memiliki kepentingan
Keputusan ini tidak adil, karena hanya menguntungkan satu pihak
saja yaitu perusahaan itu sendiri.
c. Konsisten menjaga hak-hak setiap orang (para stake holder)
Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh perusaahan dalam
menjaga hak-hak setiap orang (stake holder) tidak konsisten,
dikarenakan

perusahaan

ini

hanya

mementingkan

hak-hak

kepentingan bagi perusahaannya saja. Semua keuntungan untuk


perusahaan itu snediri sedangkan kerugian untuk para stakeholder.
4. Pendekatan Pastin
Dalam pendekatan Pastin ini berkaitan erat dengan konsep etika aturan
dasar. Yang didalamnya menyangkut tentang beberapa hal, yaitu :
a. Organisasi/ aturan dan nilai-nilai (terkait dengan moral dan norma,
etika dalam manajemen)

Pada kasus ini, manajemen perusahaan PT. Indosat, Tbk dan anak
perusahaannya yaitu PT. Indosat Mega Media (IM2)jelas
melanggar

moral

dan

norma

etika

dalam

pengambilan

keputusannya. Hal ini dibuktikan pada saat manajemen melakukan


pengambilan keputusan ini terkait dengan penyalahgunaan
frekuensi 3G di frekuensi radio 2.1 GHz perusahaan ini tidak
menghiraukan peraturan-peraturan hukum (Peraturan Pemerintah
Nomor 53 tahun 2000 tentang Penggunaan Spektrum Frekuensi
Radio dan Orbit Satelit ) yang ada di Indonesia dan perusahaan ini
juga tidak memperhatikan atas dampak negatif yang ditimbulkan
kepada pengguna layanan internet yang ada di Indonesia.
b. Aturan etika dasar yang dapat digunakan untuk menentukan
batasan-batasan etika, yang didalamnya menyangkut mengenai
beberapa hal, diantaranya :

1) Etika peraturan dasar


Pengambilan keputusan yang dilakukan manajemen perusahaan
ini mengakibatkan benturan hak antara perusahaan dengan
pemangku kepentingan (stake holder) perusahaan. Dimana
perusahaan mengambil keputusan ini dengan maksud agar
memproleh keuntungan yang besar namun manajemen
perusahaan tidak mempertimbangkan

hak-hak pemangku

kepentingan lain seperti pemerintah dan pengguna jasa layanan


internet.
2) Etika titik akhir
Dalam pengambilan keputusan yang etis ini, perusahaan
seharusnya menentukan kepentingan atau kebaikan untuk
semua yang terbaik. Namun pada kasus ini, perusahaan hanya
menentukan kepentingan atau kebaikan yang terbaik hanya
bagi perusahaan itu sendiri.
3) Etika kontrak sosial

Dalam pengambilan keputusan yang etis ini, perusahaan juga


harus menentukan batasan apa yang harus diambil orang atau
organisasi

terhadap

prinsip-prinsip

etika.

Namun

pada

kenyataannya, PT. Indosat, Tbk dan anak perusahaannya tidak


menghiraukan prinsip-prinsip etika yang baik dalam melakukan
pengambilan keputusan ini.

PENUTUP
A. Kesimpulan
Terdapat kasus pelanggaran etika yang terjadi pada PT. Indosat, Tbk dan
anak perusahaannya PT. Indosat Mega Media (IM2) menyangkut pelanggaran
yang dilakukan perusahaan yang telah melanggar peraturan pemerintah yaitu
PT Indosat dan PT IM2 telah melanggar Pasal 33 Undang-Undang No 36
Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi yang berisi; (1) Penggunaan spektrum
frekuensi radio dan orbit satelit wajib mendapatkan izin pemerintah; (2)
Penggunaan spektrum frekuensi radio dan orbit satelit harus sesuai dengan
peruntukannya dan tidak saling mengganggu; (3) Pemerintah melakukan
pengawasan dan pengendalian penggunaan spektrum frekuensi radio dan
orbit satelit. PT Indosat dan PT IM2 juga melanggar Pasal 58 PP Nomor 52
Tahun 2000 Tentang Peneyelenggaraan Komunikasi yang berbunyi, Menteri
mengumumkan peluang usaha untuk menyelenggarakan jaringan dan/atau
jasa telekomunikasi kepada masyarakat secara terbuka dan Pasal 30 PP
Nomor 53 Tahun 2000 Tentang Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Dan
Orbit Satelit yang berbunyi, biaya hak penggunaan spektrum frekuensi radio
bagi penggunaan bersama pita frekuensi radio dan atau kanal frekuensi radio
dibebankan secara penuh pada setiap pengguna.

Kasus ini dapat terjadi dikarenakan beberapa hal yang dilakukan oleh
manajemen perusahaan, salah satunya adalah pengambilan keputusan
manajemen perusahaan yang tidak etis yang hanya memperhitungkan
keuntungan dan kepentingan untuk perusahaannya itu sendiri tanpa melihat
kepentingan bagi pihak-pihak lain seperti pemerintah dan pihak pengguna
jasa layanan internet.
Terdapat beberapa pendekatan dalam melakukan pengambilan keputusan
yang etis bagi perusahaan. Yaitu pendekatan biaya manfaat, pendekatan 5
pertanyaan, pendekatan standar moral dan pendekatan pastin. Namun melihat
kasus yang menjerat PT. Indosat, Tbk dan perusahaan anaknya yaitu PT.
Indosat Mega Media (IM2), menurut penulis dalam melakukan pengambilan
keputusan yang etis, pendekatan 5 pertanyaan merupakan pendekatan yang
lebih tepat yang dapat digunakan perusahaan dalam melakukan pengambilan
keputusan yang etis. Dikarenakan melalui pendekatan ini, keputusankeputusan yang dibuat oleh manajemen perusahaan dapat memperhatikan
beberapa

aspek

yang

tepat

yaitu

menyangkut

keputusan

tersebut

menguntungkan atau tidak? Sesuai hukum atau tidak? Sudah adil atau tidak?
Menyangkut kebenaran? Dan apakah keputusan tersebutakan membawa
perkembangan yang lebih baik atau tidak?. Sebab kasus ini telah menyangkut
mengenai peraturan hukum yang berlaku dan pendekatan ini lebih tepat
didalam pengambilan keputusan etis karena didalamnya juga menyangkut
pertimbangan hukum.
B. Saran
1. Sebaiknya perusahaan sebelum mengambil keputusan yang etis harus
memperhatikan

langkah-langkah

dalam

melakukan

pengambilan

keputusan yang etis agar keputusan yang dihasilkan perusahaan juga akan
memberikan keuntungan secara adil baik dari segi perushaan maupun
pihak-pihak berkepentingan.
2. Dalam mengambil keputusan, perusahaan juga sebaiknya selalu
memperhatikan segala norma-norma dan peraturan yang telah di tetapkan
di Indonesia sehingga hal ini tidak akan merugikan pihak-pihak lain
khususnya pemerintah.

DAFTAR PUSTAKA
Brooks, Leonard J. Business and profesional Ethics for Accountants. SouthWestern. College Publishing. 2000.
http://juprilumbantoruan.blogspot.com/2013/10/pendekatan-dalam-pengambilankeputusan.html
http://mengenalekonomi.blogspot.com/2014/03/etika-bisnis-membuat-keputusanbisinis.html
http://www.merdeka.com/uang/kasus-indosat-im2-bisa-nodai-bisnistelekomunikasi-indonesia.html

http://wepreventcrime.org/index.php/component/k2/item/170-kecurangan-bisnisindosat-im2-kasus-korupsi-pertama-di-indonesia-yang-dilakukan-korporasi

Anda mungkin juga menyukai