Anda di halaman 1dari 24

PERCOBAAN 1

PEMBANGKITAN DAN PENGUKURAN TEGANGAN TINGGI


ARUS BOLAK BALIK
1. TUJUAN PERCOBAAN
Mempelajari cara-cara pembangkitan tegangan tinggi bolak balik dengan
menggunakan trafo uji tegangan tinggi.
Mempelajari dan membandingkan cara-cara pengukuran tegangan tinggi
dengan metoda pembagi tegangan kapasitif dan sela bola percik.
2. TEORI DASAR
2.1.

Pembangkitan Tegangan Tinggi Bolak Balik


Pembangkitan tegangan tinggi bolak balik biasa dilakukan di laboratorium
untuk eksperimen. Pengujian yang dilakukan menggunakan alat yang
dinamakan trafo uji satu tingkat ataupun trafo uji kaskade. Pengujian dan
eksperimen dengan tegangan tinggi bolak balik memerlukan pengetahuan
yang tepat dari harga suatu tegangan. Bentuk dari u(t) untuk tegangan tinggi
bolak balik akan sering menyimpang dari sinusoidal. Dalam teknik tegangan
tinggi, harga puncak d dan harga root mean square (rms).

1 2
Vrms= u ( t ) dt
T0

Untuk jumlah pengujian tegangan tinggi /

merupakan bentuk

sinusoidal murni atau Vrms.


Trafo uji pembangkit tegangan tinggi bolak balik terdapat beberapa jenis
rangkaian pengganti, diantaranya rangkaian pengganti satu tingkat dan
rangkaian pengganti kaskade beberapa tingkat.

Gambar 1. Diagram Rangkaian Trafo Uji 1 Tingkat

Gambar 2. Rangkaian Ekivalen

Untuk mendapatkan tegangan yang lebih tinggi lagi dilakukan


penggabungan beberapa trafo yang disebut kaskade bertingkat. Pada susunan
bertingkat ini,eksistansi pada trafo berikutnya diparalel dengan rangkaian
kopling. Gambar 3 menunjukkan rangkaian kaskade bertingkat dari beberapa
trafo.

Gambar 3. Rangkaian Kaskade Tiga Tingkat


Kinerja trafo uji dapat dikaji secara pendekatan dengan menggunakan
rangkaian pada gambar 2, yang terdiri dari impedansi hubung singkat Rk +
jLk dan kapasitansi total C = C1 + Ca pada sisi tegangan tinggi. Nilai 1
merupakan tegangan sekunder yang dihasilkan oleh transformasi tegangan

primer. Rangkaian ekuivalen ini juga berlaku untuk trafo uji dalam susunan
kaskade seperti gambar 3.
dengan Rk << Lk dan tegangan sekunder U2 hampir sefasa dengan tegangan

primer 1 maka berlaku persamaan :

dengan nilai 1 /

2 1

1
2
1 Lk C

> 1 maka jelas terlihat bahwa resosnansi seri

1 Lk C

menghasilkan peningkatan kapasitif terhadap tegangan sekunder. Besar


peningkatan tegangan dapat dihitung dari tegangan hubung singkat trafo Uk,
sewaktu beban kapasitif C menyerap arus nominal In pada tegangan nominal
Un dan frekuensi nominal :

U k=

i n Lk 2
= Lk C
Un

Jadi trafo uji dengan Uk : 20 % akan menghasilkan peningkatan tegangan


sebesar 25 % pada frekuensi nominal sewaktu beban kapasitif menyerap arus
nominal. Peningkatan tegangan ini harus diperhitungkan pada trafo uji
dengan tegangan hubung singkat yang besar dan terutama sekali untuk
frekuensi yang lebih tinggi. Jelas kini bahwa perbandingan tegangan
sekunder dan primer tidak selalu tetap sehingga penentuan tegangan tinggi
melalui pengukuran pada sisi tegangan rendah tidak dapat dibenarkan,
karena akan menghasilkan nilai yang lebih rendah serta membahayakan
objek uji maupun trafo uji itu sendiri.

2.2.
Pengukuran Tegangan Tinggi
a. Sela Bola Ukur
Tegangan tembus untuk sela bola tertentu pada keadaan udara standar 20 C
dan 1013 mbar telah diketahui yaitu dikenal sebagai d0. Harga-harga dari
d0 ini dapat dilihat pada table. Karena udara dilain tempat tidak sama,
maka harga d0 harus dikoreksi dengan persamaan sebagai berikut :

d =0.289

273+t do

Dengan P dalam mbar dan t dalam C.


b. Pembagi Tegangan Kapasitif
Pengukuran tegangan puncak bolak balik yang tinggi yaitu
denganmenggunakan pembagi tegangan kapasitif terdiri atas alat ukur searah
jeniskumparan putar yang mempunyai sensitivitas tinggi dan pada
rangkaiannyamenggunakan penyearah.

Gambar 4. Rangkaian Pembagi Kapasitif

Pada rangkaian ini, kapasitor Cm diisi sebesar 2 dari pembagi tegangan


kapasitif C2 pada setengah perioda. Muatan Cm dibuang melalui Rm,

konstanta waktu Rm diatur agar memenuhi RmCm >>

1
f

Diisyaratkan harga konstanta tersebt agar tegangan Um tidak berkurang


sewaktu terjadi pengisian kembali Cm dan C2. Resistansi R2 yang dihubung
parallel dengan C2 bertujuan agar dapat mencegah pengisian C2 selama C2
melepaskan muatan melalui penyearah Vm. Untuk itu harga R2 dipilih jauh
lebih kecil dari Rm agar drop tegangan pada R2 oleh arus pengisian C2
sekecil mungkin. Akibatnya pengaruh dari R2 terhadap rasio pembagi
tegangan kapasitif C1 dan C2 kecil dan dapat diabaikan. Dengan R2 <<

1
C2

, maka hubungan antara tegangan puncak dan tegangan bolak balik

yang diukur dengan tegangan ukur m adalah :

=
3.

C+C2

C1 m

PROSEDUR PERCOBAAN

1.

Buatlah rangkaian seperti dibawah ini:

Gambar 5. Rangkaian Percobaan

2.
3.

Catat perbandingan trafo uji, temperature ruang dan tekanan udara ruang.
Gunakan bola dengan diameter 100 mm dan pasangkan pada objek uji. Ambil
suatu harga s = 0.5 cm dari sela bola, atur Vp sehingga terjadi tembus pada
sela bola. Catat Vi, SM, temperature ruang, dan tekanan udara ruang pada
saat terjadi tembus di sela bola. Turunkan tegangan Vp dan ulangi percobaan

4.

ini setidaknya 3 kali.


Ulangi langkah 3 untuk beberapa harga s : 10, 20, 30, 40, dan 50 mm sampai

5.

pada harga s tertentu yang menyebabkan harga pengukuran sekitar 100 kV.
Ulangi langkah 3 dan 4 untuk diameter bola 50 mm

6. Turunkan Vp, matikan sumber dan percobaan selesai.

4. DATA HASIL PERCOBAAN


Tabel 1. Hasil Percobaan Elektroda Bola
Jarak Sela
(mm)

10

20

30

Diameter Bola (mm)


100

50

20

18

19

18

18

18

40

34

39

32

39

34

52

44

56

44

54

46

T (C)

P (mbar)

23

1004

23

1004

23

1004

23

1004

64
40

68
68

50

Keterangan

Gambar 6. Sphere Gap With One Sphere Earthed

5. PENGOLAHAN DATA

Mencari nilai tegangan puncak sela bola ( Ud )


a. Diameter 100 mm
1. s = 10 mm

d =0.289

P
1004
do =0.289
31.7=31.074 kV
273+t
273+23

2. s = 20 mm

d =0.289

P
1004
do =0.289
59=57.835kV
273+t
273+23

3. s = 30 mm

d =0.289

P
1004
do =0.289
84=82.342kV
273+t
273+23

4. s = 40 mm

d =0.289

P
1004
do =0.289
105=102.927kV
273+t
273+23

b. Diameter 50 mm
1. s = 10 mm

d =0.289

P
1004
do =0.289
32.0=31.368kV
273+t
273+23

2. s = 20 mm

d =0.289

P
1004
do =0.289
57.5=56.365kV
273+t
273+23

3. s = 30 mm

d =0.289

P
1004
do =0.289
75.5=74kV
273+t
273+23

Mencari nilai tegangan terukur ( Vkapasitif )


a. Diameter 100 mm
1. s = 10 mm
Vkapasitif = Vukur rata-rata
= 19

= 26.87 kV
2. s = 20 mm

Vkapasitif = Vukur rata-rata


= 39.333

= 55.625 kV
3. s = 30 mm

Vkapasitif = Vukur rata-rata


= 54

= 76.368 kV
4. s = 40 mm
Vkapasitif = Vukur rata-rata
= 66.666
= 94.28 kV

b. Diameter 50 mm
1. s = 10 mm
Vkapasitif

= Vukur rata-rata
= 18

= 25.156 kV
2. s = 20 mm
Vkapasitif

= Vukur rata-rata
= 33.333
= 47.14 kV

3. s = 30 mm
Vkapasitif

= Vukur rata-rata
= 46.667

= 66 kV
Tabel 2. Data Hasil Perhitungan
Tegangan Kapasitif ( kV )

Tegangan Puncak ( kV )

Jarak Sela
( mm )

100 mm

50 mm

100 mm

50 mm

10

26.87

25.156

31.074

31.368

20

55.625

47.14

57.835

56.365

30

76.368

66

82.342

74

40

94.28

102.927

Grafik Percobaan
Diameter 100 mm
120
100
80
Tegangan Puncak

60

Tegangan Kapasitif
40
20
0
10

20

30

40

Diameter 50 mm

80
70
60
50
Tegangan Puncak

40

Tegangan Kapasitif

30
20
10
0
10

20

30

6. ANALISA
Pada percobaan ini dilakukan pembangkitan tegangan tinggi bolak-balik dengan
menggunakan sela bola. Percobaan menggunakan sela bola berdiameter 100 mm
dan 50 mm. Jarak antar sela bola seharusnya dilakukan sebanyak lima kali yaitu
dengan jarak 10, 20, 30, 40, 50 mm. Akan tetapi pada percobaan dengan
menggunakan sela bola berdiameter 100 mm hanya dilakukan dengan sampai
jarak sela bola 40 mm saja. Sedanhkan sela bola berdiameter 50 mm dilakukan
sampai sela bola berjarak 30 mm. Hal ini dikarenakan khawatirnya terjadi
kerusakan pada alat ketika tegangan melebihi 80 kV.
Dari hasil perhitungan dan percobaan terlihat bahwa semakin besar diameter sela
bola maka semakin besar tegangan tembus yang terjadi. Begitu juga semakin
besar jarak antar sela bola maka nilai tegangan tembus semakin besar.
Dari Kedua grafik diatas terlihat jelas bahwa nilai tegangan puncak lebih
mendekati nilai tegangan tembus pada standardnya dibandingkan dengan
tegangan kapasitif. Hal ini dikarenakan pada saat percobaan hanya diambil
beberapa sample saja. Apabila percobaan dilakukan dengan beberapa kali
pengambilan data, maka nilai tegangan kapasitif akan lebih akurat mendekati
nilai tegangan tembus pada standarnya.
7. TUGAS
1. Hitung besar tegangan tinggi hasil pengukuran sela bola percik dan
bandingkan dengan tegangan tinggi yang didapatkan dari hasil pengukuran
pembagi kapasitif
2. Gambarkan tegangan fungsi jarak sela ( Ud vs s ) untuk kedua metoda
pengukuran tersebut

3. Buatlah analisa dari data dan grafik yang didapat pada percobaan ini
4. Berikan kesimpulan saudara dari percobaan yang dilakukan
Jawab
1. Mencari nilai tegangan puncak sela bola ( Ud )
a. Diameter 100 mm
1. s = 10 mm

d =0.289

P
1004
do =0.289
31.7=31.074 kV
273+t
273+23

2. s = 20 mm

d =0.289

P
1004
do =0.289
59=57.835kV
273+t
273+23

3. s = 30 mm

d =0.289

P
1004
do =0.289
84=82.342kV
273+t
273+23

4. s = 40 mm

d =0.289

P
1004
do =0.289
105=102.927kV
273+t
273+23

b. Diameter 50 mm
1. s = 10 mm

d =0.289

P
1004
do =0.289
32.0=31.368kV
273+t
273+23

2. s = 20 mm

d =0.289

P
1004
do =0.289
57.5=56.365kV
273+t
273+23

3. s = 30 mm

d =0.289

P
1004
do =0.289
75.5=74kV
273+t
273+23

Mencari nilai tegangan terukur ( Vkapasitif )


a. Diameter 100 mm
1. s = 10 mm
Vkapasitif

= Vukur rata-rata
= 19

= 26.87 kV
2. s = 20 mm
Vkapasitif

= Vukur rata-rata

= 39.333

= 55.625 kV
3. s = 30 mm
Vkapasitif

= Vukur rata-rata
= 54

= 76.368 kV
4. s = 40 mm
Vkapasitif

= Vukur rata-rata
= 66.666
= 94.28 kV

b. Diameter 50 mm
1. s = 10 mm
Vkapasitif

= Vukur rata-rata
= 18

= 25.156 kV
2. s = 20 mm
Vkapasitif

= Vukur rata-rata
= 33.333
= 47.14 kV

3. s = 30 mm
Vkapasitif

= Vukur rata-rata
= 46.667

= 66 kV
2. Gambar Grafik
Diameter 100 mm

120
100
80
Tegangan Puncak

60

Tegangan Kapasitif
40
20
0
10

20

30

40

Diameter 50 mm

80
70
60
50
Tegangan Puncak

40

Tegangan Kapasitif

30
20
10
0
10

20

30

3. Pada percobaan ini dilakukan pembangkitan tegangan tinggi bolak-balik


dengan menggunakan sela bola. Percobaan menggunakan sela bola
berdiameter 100 mm dan 50 mm. Jarak antar sela bola seharusnya dilakukan

sebanyak lima kali yaitu dengan jarak 10, 20, 30, 40, 50 mm. Akan tetapi
pada percobaan dengan menggunakan sela bola berdiameter 100 mm hanya
dilakukan dengan sampai jarak sela bola 40 mm saja. Sedanhkan sela bola
berdiameter 50 mm dilakukan sampai sela bola berjarak 30 mm. Hal ini
dikarenakan khawatirnya terjadi kerusakan pada alat ketika tegangan
melebihi 80 kV.
Dari hasil perhitungan dan percobaan terlihat bahwa semakin besar diameter
sela bola maka semakin besar tegangan tembus yang terjadi. Begitu juga
semakin besar jarak antar sela bola maka nilai tegangan tembus semakin
besar.
Dari Kedua grafik diatas terlihat jelas bahwa nilai tegangan puncak lebih
mendekati nilai tegangan tembus pada standardnya dibandingkan dengan
tegangan kapasitif. Hal ini dikarenakan pada saat percobaan hanya diambil
beberapa sample saja. Apabila percobaan dilakukan dengan beberapa kali
pengambilan data, maka nilai tegangan kapasitif akan lebih akurat mendekati
nilai tegangan tembus pada standarnya
4. Besarnya nilai tegangan tembus diperngaruhi oleh diameter sela bola dan
jarak antara sela bola. Semakin besar diameter dan jarak sela bola, maka
semakin besar nilai tegangan tembus. Pengukuran yang dilakukan dengan
cara sela bola ukur dan pembagi tegangan kapasitif seharusnya memiliki
nilai yang mendekati nilai tegangan tembus standardnya jika dilakukan
dengan teliti dan diambil beberapa sample data agar akurasi pengukuran
lebih tinggi.
KESIMPULAN

Besarnya nilai tegangan tembus diperngaruhi oleh diameter sela bola dan jarak
antara sela bola. Semakin besar diameter dan jarak sela bola, maka semakin besar
nilai tegangan tembus. Pengukuran yang dilakukan dengan cara sela bola ukur
dan pembagi tegangan kapasitif seharusnya memiliki nilai yang mendekati nilai
tegangan tembus standardnya jika dilakukan dengan teliti dan diambil beberapa
sample data agar akurasi pengukuran lebih tinggi.

DAFTAR PUSTAKA
Modul Praktikum. Teknik Tegangan Tinggi. Itenas-Polban, 2014.

Anda mungkin juga menyukai