Pertemuan
: VI
I. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui cara melakukan analisa kualitatif Asam Sianida (HCN) pada
bahan makanan.
b. Tujuan Khusus
1. Untuk dapat melakukan analisa kualitatif HCN pada sampel makanan seperti
singkong mentah, singkong rebus, keripik singkong merk Rahayu, dan keripik
singkong kemasan merk Qtela.
2. Untuk dapat mengetahui adanya kandungan HCN pada sampel makanan seperti
singkong mentah, singkong rebus, keripik singkong merk Rahayu, dan keripik
singkong kemasan merk Qtela.
II. METODE
Metode yang digunakan adalah analisis kualitatif yaitu analisis perubahan warna
menggunakan kertas pikrat
III.
PRINSIP
Dalam suasana asam, HCN pada makanan akan bereaksi dengan pikrat membentuk
senyawa pikrasianat dan menghasilkan perubahan warna menjadi merah.
IV.
REAKSI
HCN (asam sianida) + 2,4,6 trinitrofenol 5-bromo 3-aniliana pikrosianat (merah)
V. DASAR TEORI
Asam Sianida
Sianida adalah senyawa yang mengandung (CN) yang terdiri dari 3 buah atom
hidrogen. Secara spesifik, sianida adalah anion CN-. Senyawa ini ada dalam bentuk gas,
liquid dan solid, setiap senyawa tersebut dapat melepaskan anion CN- yang sangat
beracun. Sianida dapat terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia dan memiliki
sifat racun yang sangat kuat dan bekerja dengan cepat. Contohnya adalah Hidrogen
Sianida (HCN) (Anonim,2010)
Asam Sianida atau disebut juga hidrogen sianida (HCN) adalah zat molekular yang
kovalen, namum mampu terdisosiasi dalam larutan air, merupakan gas yang sangat
beracun (meskipun kurang beracun dari H2S), tidak berwarna dan terbentuk bil sianida
direaksikan dengan sianida. Dalam larutan air, HCN adalah asam yang sangat lemah,
pK250 = 9,21 dan larutan sianida yang larut terhidrolisis tidak terbatas namun cairan
murninya adalah asam yang kuat (Dhyanaputri dkk, 2015). Asam bebas HCN mudah
menguap dan sangat berbahaya, sehingga semua eksperimen dimana asam sianida akan
dilepas atau dipanaskan, harus dilakukan dalam lemari asam (Day Underwood, 1999).
Asam Sianida dibentuk secara enzimatis dari dua senyawa pembentuk racun yaitu
linamann dan metil linamare. Linamarin dan metil linamare akan bereaksi dengan enzim
linamarase dari oksigen dari lingkungan mengubahnya menjadi glukosa, aseton, dan
HCN.
Asam Sianida ditemukan dibeberapa makanan dan tumbuhan, meskipun dalam jumlah
yang sedikit, sianida dapat ditemukan pada almond, bayam, bumbu, ubi singkong.
Sianida juga ditemukan pada rokok, asap kendaraan bermotor dan pada beberapa produk
sintetik. Selain itu, bakteri, jamur dan algae tertentu dapat menghasilkan sianida. Asam
Sianida dapat digunakan elektroplating, metalurgi, produk zat kimia, pengembangan
fotographi, pembuatan plastik dan beberapa proses pertambangan.
Sianida dalam konsetrasi yang tinggi sangatlah berbahaya. Sebenarnya bila sianida
masuk dalam tubuh dalam jumlah konsentrasi yang kecil maka sianida dapat diubah
menjadi tiosianat dan berikatan dengan vitamin B12, tetapi jika kadarnya tinggi sianida
akan mengikat bagian aktif enzim sitokrom oksidase dan mengakibatkan terhentinya
metabolisme sel secara aerobik.
Asam Sianida dapat mengakibatkan dan mengaktifkan kebeberapa enzim, tetapi yang
mengakibatkan timbulnya kematian atau histotoxic anoxia adalah karena sianida
mengikat bagian aktif dari enzim sitokrom oksidase sehingga akan mengakibatkan
terhentinya sel secara aerobik. Sebagai akibatnya, hanya dalam waktu beberapa menit,
akan mengganggu transmisi secara neuronal ke dalam sel. Proses yang berperan disini
adalah pembentukan Cyanomethemoglobin (CNMe + Hb), sebagai reaksi antara ion
sianida (CN+) dan Me + Hb (muhamad Rizall,2014).
Sianida dalam jumlah kecil akan diubah menjadi tiosianat yang lebih aman dan
diekskresikan melalui urine, selain itu sianida dapat berikatan dengan vitamin B12, tapi
bila jumlah sianida yang masuk dalam jumlah besar, tubuh tidak akan mampu
mengikatnya dengan vit. B12 (Chindy Destiana, 2013).
Asam Sianida (HCN) dapat menimbulkan banyak gejala pada tubuh, termasuk pada
tekanan darah, penglihatan, paru paru, saraf pusat, jantung, sistem endokrin, sistem
otonom dan sistem metabolisme. Biasanya penderita akan mengeluh timbul rasa pedih
dimata karena iritasi dan kesulitan bernafas karena mengiritasi mukosa saluran
pernapasan. Sianida sangat berbahaya apalagi jika terpapar dalam konsentrasi yang
tinggi. Hanya dalam jangka waktu 5-8 menit, akan mengakibatkan aktifitas otot jantung
terhambat dan berakhir dengan kematian (Chindy Destiana, 2013).
Singkong/Ketela Pohon
Singkong (Manihot utilisima) atau dikenal juga sebagai ketela pohon merupakan
tanaman yang tumbuh diseluruh wilayah Indonesia. Hasil penelusuran para pakar botani
dan pertanian menunjukkan bahwa tanaman ini berasal dari kawasan Amerika beriklim
tropis. Penyebaran pertama kali ketela pohon terjadi, antara lain ke Afrika, Madagaskar,
India, Tiongkok, dan beberapa negara yang terkenal daerah pertaniannya. Dalam
perkembangan selanjutnya, ketela pohon menyebar ke berbagai negara di dunia.
Tanaman singkong atau ketela pohon atau dikenal pula ubi kayu masuk ke wilayah
Indonesia kurang lebih abad ke -18. Tepatnya pada tahun 1852, didatangkan plasma
nulfiah ubi kayu dari Suriname untuk dikoleksikan di kebun raya Bogor. Di Indonesia,
singkong dijadikan makanan pokok nomor 3 setelah padi dan jagung. Penyebaran
tanaman ini meluas ke semua provinsi di Indonesia dan saat ini singkong sudah banyak
digarap sebagai komoditas agroindustri, seperti produk tepung tapioka, industri
fermentasi, dan berbagai industri makanan.
Bagian tubuh tanaman singkong terdiri atas batang, daun, bunga dan umbi. Umbinya
ini yang sering dimanfaatkan dan diolah sedemikian rupa menjadi makanan yang enak
untuk dikonsumsi.
a. Batang
Batang tanaman singkong berkayu, beruas ruas dengan mencapai ketinggian lebih
dari 2 m. Warna batang bervariasi, berlubang, lunak, dengan struktur gabus.
b. Daun
Susunan daun singkong berurat menjadi dengan cangap 5-9 helai. Daun singkong,
terutama yang masih muda mengandung zat beracun (asam sianida), namun demikian
dapat dimanfaatkan sebagai sayuran.
c. Bunga
Bunga tanaman singkong berumah satu dengan penyerbukan silang sehingga jarang
berbuah.
d. Umbi Singkong
Umbi yang terbentuk merupakan akar tanaman yang menggelembung dan berfungsi
sebagai tempat penampungan cadangan makanan. Bentuk umbi biasanya bulat
memanjang terdiri atas : kulit luar tipis (ari) berwarna kecokelatan (kering); kulit
dalam agak tebal berwarna keputih putihan (basah); dan daging berwarna putih dan
kuning (tergantung varietasnya) yang dapat diolah menjadi berbagai macam makanan
seperti keripik, tepung, tape, dan lain lain.(Suprapti,2005).
Umbi singkong merupakan sumber energi yang kaya karbohidrat namun sangat
miskin akan protein. Sumber protein yang bagus justru terdapat pada daun singkong
karena mengandung asam amino metionin. Umbi singkong tidak tahan simpan meskipun
ditempatkan di lemari pendingin. Dalam hal ini umbi singkong mudah sekali rusak
ditandai dengan keluarnya biru gelap akibat terbentuknya asam sianida yang bersifat racun
bagi manusia. (Lutvi,2011).
Kandungan Racun dalam Singkong
Di dalam singkong, baik pada umbi maupun mengandung glikosida cayanogenik. Zat
ini dapat menghasilkan asam sianida (HCN) atau senyawa asam biru yang bersifat toksik
(beracun). Zat glikosida ini diberi nama Linamarin. Penyebab keracunan singkong adalah
asam cyanida yang terkandung di dalamnya bergantung pada jenis singkong kadar asam
cyanida berbeda beda. Namun tidak semua orang yang makan singkong menderita
keracunan. Hal ini disebabkan selain kadar asam sianida yang terdapat dalam singkong itu
sendiri, juga dipengaruhi oleh cara pengolahannya sampai dimakan. Diketahui bahwa
dengan merendam singkong terlebih dahulu di dalam air dalam jangka waktu tertentu,
kadar asam sianida (HCN) dalam singkong akan berkurang oleh karena HCN akan larut
dalam air.
Metode Analisis Asam Sianida
Analisis asam sianida dibagi menjadi dua, yakni metode analisa kualitatif dan metode
analisa kuantitatif. Metode analisa kualitatid digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
kandungan asam sianida dalam suatu sampel dan metode kuantitatif digunakan untuk
mengetahui dan menentukan kadar asam sianida dalam suatu sampel.
a. Metode Analisa Kualitatif Asam Sianida
Prinsip pengujiannya yakni HCN yang larut dalam air, dalam suasana panas dan asam
HCN akan menguap, lalu uap HCN akan bereaksi dengan asam pikrat membentuk
warna merah.
b. Metode Analisa Kuantitatif
Analisa Kuantitatif dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu metode spektrofotometri
dan titrimetri
1. Metode Spektrofotometri
Prinsip kerja metode ini adalah sianida dalam sampel diubah menjadi sianogen
chlorida (CNCl) karena bereaksi dengan khloramin T pada pH kurang dari 8
terhidrolisa menjadi sianat. Setelah bereaksi sempurna, CNCl membentuk warna
merah biru dengan asam barbiturat dalam piridin dan warna yang terjadi dibaca
pada panjang gelombang 578 nm.
2. Metode Titrimetri
Metode titrimetri yang dimaksud adalah titrasi argentometri. Titrasi argentometri
digunakan untuk penetapan kadar zat uji yang mengandung ion halogenida atau
anion yang dapat membentuk endapan dengan ion perak, titrasi ini berdasarkan
atas reaksi pembentukan endapan dari komponen zat uji dengan larutan baku
AgNO3. Atas reaksi pembentukan endapan dari komponen zat uji dengan larutan
baku AgNO3.
VI.
VII.
1 buah
1 buah
1 buah
2 buah
4 buah
CARA KERJA
1. Dihancurkan sampel dengan menggunakan mortar dan stampler dan ditimbang
sebanyak 15 25 gram.
2. Dimasukkan kedalam erlenmeyer tertutup dan ditambahkan aquadest 50 ml.
3. Ditambahkan 10 ml asam tartarat 5%.
4. Pada mulut erlenmeyer, digantungkan kertas pikrat yang sudah dicelupkan dalam
larutan natrium karbonat 10%.
5. Ditutup erlenmeyer dan dipanaskan pada suhu 500C sampai terjadi perubahan
warna pada kertas pikrat menjadi warna merah bata.
Sebelum dipanaskan
Setelah dipanaskan
Pada analisa ini, digunakan 2 kertas pikrat yang sebelumnya telah dicelupkan pada
natrium karbonat 10% digantung pada erlenmeyer yang selanjutnya dipanaskan
beberapa menit hingga terjadi perubahan warna pada kertas pikrat.
Sampel / Kertas
Kertas Pikrat I
Hasil Pengamatan
Kertas pikrat kuning
merah bata
Keterangan
Kertas
pikrat
menjadi
bata.
tersebut
berwarna
Waktu
merah
pemanasan
Kertas
pikrat
kuning
menit.
Warna merah bata ini
bagian
dari
kertas
pikrat
Sebelum dipanaskan
Sampel / Kertas
Kertas pikrat I
Setelah dipanaskan
Hasil Pengamatan
Keterangan
Kertas pikrat kuning Setelah pemanasan
merah bata bagian
perubahan
menjadi
merah
pikrat
hingga
adalah 3 menit.
Kertas pikrat kuning Setelah pemanasan
merah bata bagian
perubahan
menjadi
merah
pikrat
hingga
Sebelum dipanaskan
Sampel/ kertas
Kertas pikrat I
Setelah dipanaskan
Hasil Pengamatan
Keterangan
Kertas pikrat kuning Setelah pemanasan
merah bata bagian
perubahan
hingga
terjadi
15 menit.
Kertas pikrat kuning Setelah pemanasan
merah bata bagian
perubahan
hingga
terjadi
Sebelum dipanaskan
Sampel / Kertas
Kertas pikrat I
Setelah dipanaskan
Hasil Pengamatan
Keterangan
Kertas pikrat kuning Setelah pemanasan
merah bata bagian
perubahan
hingga
terjadi
menit.
Kertas pikrat kuning Setelah
merah bata bagian
pemanasan
perubahan
hingga
terjadi
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan analisa metode kualitatif asam sianida pada
singkong dan olahannya. Hidrogen sianida atau Asam sianida merupakan senyawa
beracun yang sangat mematikan, apabila masuk kedalam tubuh dalam dosis tinggi maka
akan menyebabkan gangguan kesehatan bahkan kematian dalam sekejap. Pada
singkong , baik pada umbi maupun daunnya mengandung glikosida sianogenik, yaitu
linamarin dan lotaustralin. Linamarin dengan cepat dihidrolisis menjadi glukosa dan
HCN + OH-
Pada saat proses maserasi, ditambahkan pula asam tartrat 5% ke dalam erlenmayer
tersebut. Hal ini bertujuan untuk menghasilkan uap HCN. Uap HCN yang dihasilkan
disebabkan oleh hidrogen dari asam tartarat (H2.C4H4O6) beraksi dengan ion CN- yang
terlarut dalama air sehingga dihasilkanlah uap HCN. Reaksi yang berlangsung adalah :
2CN-+ 2H
2HCN
Proses ini dilakukan pada Erlenmeyer tertutup mengingat HCN adalah zat yang
mudah menguap, apabila digunakan erlenmeryer terbuka HCN akan menguap dengan
cepat. Karena Erlenmeyer yang terdapat dilaboratorium tidak ada yang tertutup maka
digunakan alumunium foil sebagai penutup.
Selanjutnya, kertas saring yang berukuran 1x 7 cmdicelupkan kedalam asam pikrat
jenuh yang kemudian setelah kering dibasahi dengan Na2CO3 10 %. Kertas saring yang
tercelup asam pikrat menyebabkan kertas saring menjadi kuning. Kertas saring yang
dicelupkan kedalam asam pikrat ini bertujuan supaya uap HCN terperangkap didalam
asam tersebut sehingga uap HCN yang dihasilkan dapat mengubahkertas saring yang
semula berwarna kuning menjadi merah.
Percobaan dilanjutkan dengan menggantungkan kertas saring pada leher erlenmayer
sehingga kertas tidak terjadi kontak dengan cairan didalam erlenmayer. Pada saat
menggantung kertas saring diusahakan tidak menempel pada dinding Erlenmeyer. Kertas
pikrat yang menempel pada dinding Erlenmeyer menyebakan uap HCN tidak dapat
terperangkap dan akan menjadi air kembali yang dapat menetes kembali pada sampel
tersebut. Selanjutnya dilakukan pemanasan dengan suhu 50 derajat C. Pemanasan ini
dilakukan untuk membantu mempercepat proses penguapan HCN pada sampel. Proses
pemanasan pada keempat sampel memerlukan wakatu yang berbeda-beda.
Dari hasil percobaan telah diperoleh bahwa kempat sampel yaitu umbi singkong
mentah, umbi singkong rebus, skripik singkong merk rahayu dan kripik singkong merk
Qtela memberikan hasil yang positif mengandung asam sianida (HCN) yang ditandai
dengan perubahan warna kertas pikrat dari kuning menjadi merah. Warna yang terbentuk
pada kertas pikrat masing-masing sampel berbeda-beda dan waktu pemanasan yang
digunakan juga berbeda. Hal ini dikarenakan perbedaan kadar asam sianida pada masingmasing sampel. Untuk mengetahui jumlah kadar asam sianida dalam sampel, Analisis
dapat dilanjutkan pada metode kuantitatif.
Asam sianida (HCN) ialah suatu racun yang kuat yang dapat menyebabkan asfikasi.
Asam sianida jika terkena atau tercena oleh tubuh hanya sedikit maka akan akan diubah
menjadi tiosianant yang akan diekskreksi melalui urine, selain itu dapat berikatan dengan
vitamin B12, tetapi bila HCN masuk dalam jumlah yang besar, tubuh tidak akan mampu
mengikatnya dengan vitamin B12. Asam sianida cepat terserap oleh alat pencernaan dan
masuk ke dalam aliran darah lalu akan berikatan dengan hemoglobin di dalam sel darah
merah. Keadaan ini akan menyebabkan oksigen tidak dapat diedarkan dalam system
badan sehingga dapat menyebabkan sakit atau kematian dengan dosis mematikan 0,5-3,5
mg HCN/kg berat badan.
Untuk singkong terdapat beberapa cara sederhana yang dapat dilakukan untuk
mengurangi kandungan HCN yang terdapat dlam singkong tersebut, yaitu dengan cara
perendaman, pencucian, perebusan, pengukusan, penggorengan atau pengolahan lain.
Dengan
adanya
pengolahan
dimungkinkan
dapat
mengurangi
atau
bahkan
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2010.
Tentang
Sianida.
Online.
Destiana,Chindy.
2013.
Laporan
Analisis
Bahan
Pangan.
Online.