Anda di halaman 1dari 12

STANDAR 8 : PERSIAPAN PERSALINAN

Tujuan
Untuk memastikan bahwa persalinan direncanakan dalam lingkungan yang aman dan
memadai dengan pertolongan bidan terampil.
Pernyataan Standar
Bidan memberikan saran yang tepat

Hasil
Ibu hamil, suami dan keluarga

kepada ibu hamil, suami/

tergerak untuk merencanakan

keluarganya pada trimester III

persalinan yang bersih dan

memastikan bahwa persiapan

aman.
Persalinan direncanakan di

persalinan bersih dan aman dan


suasana yang menyenangkan akan

tempat yang aman dan

direncanakan dengan baik, di

memadai dengan pertolongan

samping persiapan transportasi dan


biaya untuk merujuk. Bila tiba- tiba
terjadi keadaan gawat darurat .
bidan mengusahakan untuk
melakukan kunjungan ke setiap

bidan terampil.
Adanya persiapan sarana
transportasi untuk merujuk
ibu bersalin, jika perlu.
Rujukan tepat waktu telahj
dipersiapkan bila diperlukan.

rumah ibu hamil untuk hal ini.

Prasyarat
1. Semua ibu harus melakukan 2 kali kunjungan antenatal pada trimester terakhir
kehamilannya.
2. Adanya kebijaksanaan dan protokol nasional/setempat tentang indikasi persalinan yang
harus dirujuk dan berlangsung di rumah sakit.
3. Bidan terlatih dan terampil dalam melakukan pertolongan persalinan yang aman dan
bersih .
4. Peralatan penting untuk melakukan pemeriksaan antenatal tersedia dan dalam keadaan
berfungsi, termasuk: air mengalir, sabun, handuk bersih untuk mengeringkan tangan,
beberapa sarung tangan bersih dan DTT/steril, feteskop/Doppler, pita pengukur yang
bersih steteskop dan tensimeter.
5. Perlengkapan penting yang diperlukan untuk melakukan pertolongan persalinan yang
bersih dan aman tersedia dalam keadaan desinfeksi tingkat tinggi (termasuk partus set

DTT/steril, sarung tangan DTT/steril, peralatan yang memadai untuk merawat bayi baru
lahir).
6. Adanya persiapan transportasi untuk merujuk ibu hamil dengan cepat jika terjadi
kegawat-daruratan ibu dan janin.
7. Menggunakan KMS Ibu Hamil/Buku KIA, Kartu Ibu dan partograf.
8. Sistem rujukan yang efektif untuk ibu hamil yang mengalami komplikasi selama
kehamilan.
Proses
Bidan harus :
1. Mengatur pertemuan dengan ibu hamil dan suami/keluarga pada trimester III untuk
membicarakan tempat persalinan dan hal- hal yang perlu diketahui dan dipersiapkan.
2. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir, kemudian keringkan hingga
benar- benar kering dengan handuk bersih (kuku harus dipotong pendek dan bersih)
setiap kali sebelum dan sesudah melakukan kontak dengan pasien. Gunakan sarung
tangan bersih kapan pun mengenai benda yang terkontaminasi oleh darah atau cairan
tubuh . Gunakan sarung tangan bersih untuk semua pemeriksaan vagina. Jika dicurigai
ketuban sudah pecah atau ibu dalam proses bersalin gunakan sarung tangan DTT/steril.
3. Melakukan anamnesis dan riwayat kehamilan ibu secara rinci hingga yang terbaru dan
melaksanakan seluruh pemeriksaan antenatal, sebelum memberikan nasehat kepada ibu
hamil.
4. Memberikan informasi agar mengetahui saat melahirkan, dan kapan harus mencari
pertolongan, termasuk pengenalan tanda bahaya. (Sakit kepala, pusing, gangguan
penglihatan, nyeri bagian perut, ketuban pecah sebelum waktunya dan perdarahan pada
kehamilan yang bukan darah lendir normal/show perlu pertolongan secepatnya).
5. Jika direncanakan persalinan di rumah atau di daerah terpencil :
5.1 Beritahukan kepada ibu hamil perlengkapan yang diperlukan untuk persalinan yang
bersih dan aman. Paling sedikit tersedia tempat yang bersih untuk ibu berbaring
sewaktu bersalin, sabun yang baru, air bersih yang mengalir dan handuk bersih
untuk cuci tangan, kain bersih dan hangat untuk membersihkan dan mengeringkan
bayi serta ruangan yang bersih dan sehat. 2-3 handuk/kain yang kering dan bersih
untuk bayi, air matang, pembalut wanita/kain yang bersih, sarung/selimut untuk
menyelimuti ibu dan bayi.
5.2 Sistem yang berjalan dengan baik dalam menyediakan obat- obatan dan
perlengkapan yang tepat pada saat persalinan(termasuk sintosinon, lidokain 1%,
benang Chromic 3.0 dan jarum DTT/steril, bola karet penghisap/penghisap DeLee,
klem/benang tali pusat, metergin, alat suntik sekali pakai).

5.3 Atur agar ada orang yang dipilih oleh ibu sendiri untuk membantu proses persalinan
dan kelahiran. (Harus disepakati tentang bagaimana dan kemana merujuk, jika
terjadi kegawatdaruratan).
5.4 Beri penjelasan kepada ibu hamil kapan memanggil bidan. (Misalnya jika ketuban
pecah atau timbulnya rasa mulas yang teratur, dan jika tanda- tanda atau gejala
komplikasi timbul).
5.5 Harus disepakati tentang

bagaimana

dan

kemana

merujuk

ibu

jika

kegawatdaruratan , ibu dan suami dan keluarga, semuanya, harus setuju dengan
perencanaan ini.
5.6 Harus ada rencana untuk mendapatkan dan membayar transfusi darah, bila
diperlukan transfusi.
5.7 Sebagai persiapan untuk rujukan, atur transportasi ke rumah sakit bersama ibu hamil
dan suami/keluarganya. (Termasuk persetujuan jenis dan biaya transportasi yang
diperlukan bila terjadi keadaan darurat).
6. Jika direncanakan persalianan di rumah sakit atau tempat lainnya:
6.1 Beri penjelasan pada ibu hamil dan suami/keluarganya tentang kapan ke rumah sakit
dan perlengkapan yang diperlukan. Hal ini dapat berbeda tergantung keadaan, tapi
setidaknya diperlukan sabun dan handuk bersih, pakaian bersih untuk ibu dan bayi
serta pembalut wanita, 2-3 handuk kain yang bersih untuk bayi, obat- obatan dan
perlengkapan yang penting ( misal: sintosinon, lidokain 1%, dll).
6.2 Ibu hamil dengan kondisi di bawah ini harus dirujuk untuk melahirkan di rumah
sakit atau puskesmas yang memiliki perawatan kegawatdaruratan/obstetri yang
penting :
Riwayat bedah besar
Penyakit kronis: kencing manis, jantung, asma berat, TBC, kesulitan bernafas
Perdarahan pervaginam
Kehamilan kurang bulan (< 37 minggu )
Ketuban pecah dengan mekonium yang kental
Ketuban pecah lama (>24 jam) Ingat !
Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan
Ikterus ibu hamil agar tidak memasukkan/mengoleskan minyak atau bahan
Peringatkan
Anemia berat
lainnyan ke dalam vagina pada akhir kehamilan, terutama menjelang persalinan.
Preeklamsi berat
ini dapat
menimbulkan
infeksi dan membahayakan
ibu janin.
HalTinggi
fundus
> 40 cm (makrosomi,
kehamilan kembar,
polihidramnion)
Peringatkan
ibu
hamil,
0 suami/keluarganya bahwa mereka harus mencari bidan jika
Demam (suhu >38 C)
ketuban
Gawat
janin
telah
pecah dan/atau pada saat mulai rasa mulas pada proses persalinan.
Peringatkan
hamil
bahwa setiap
Presentasiibu
bukan
belakang
kepalaperdarahan pervaginam selama kehamilan atau
persalinan
Tali pusat
menumbung
yang
bukan darah normal, adalah tanda bahaya dan harus segera dibawa
ke tempat rujukan terdekat atau memanggil bidan, meski pun perdarahannya hanya

sedikit.
Pastikan bahwa ibu hamil, suami/keluarganya mengerti tanda dan gejala
preeklampasia berat. Pusing, penglihatan kabur, sakit kepala, nyeri epigastrik,
pembengkakan pada wajah memerlukan rujukan segera.

STANDAR 9 : ASUHAN PERSALINAN KALA SATU


Tujuan
Untuk memberikan pelayanan kebidanan yang memadai dalam mendukung pertolongan
persalinan yang bersih dan aman untuk ibu dan bayi.
Pernyataan Standar
Bidan menilai secara tepat bahwa

Hasil
Ibu bersalin mendapat

persalianan sudah mulai, kemudian

pertolongan darurat yang

memberikan asuhan dan

memadai dan tepat waktu,

pemantauan yang memadai, dengan


memperhatikan kebutuihan ibu,

bila diperlukan.
Meningkatnya cakupan

selama proses persalinan

persalinan dan komplikasi

berlangsung. Bidan juga melakukan

lainnya yang ditolong tenaga

pertolongan proses persalinan dan


kelahiran yang bersih dan aman,
dengan sikap sopan dan
penghargaan terhadap hak pribadi

kesehatan terlatih.
Berkurangnya
kematian/kesakitan ibu/bayi
akibat partus lama.

ibu serta memperhatikan tradisi


setempat. Disamping itu, ibu
diijinkan memilih orang yang akan
mendampinginya selama proses
Prasyarat
1. Mengijinkan ibu memilih orang yang akan mendampinginya selama proses persalinan
dan kelahiran.
2. Bidan dipanggil jika ibu sudah mulai mulas/ketuban pecah.
3. Bidan telah terlatih dan terampil untuk :
3.1 Memberikan pertolongan persalinan yang bersih dan aman;
3.2 Penggunaan partograf dan pembacaannya.
4. Adanya alat untuk pertolongan termasuk beberapa sarung tangan DTT/steril.
5. Adanya perlengkapan untuk pertolongan persalinan yang bersih dan aman, seperti air
bersih, sabun dan handuk yang bersih, dua handuk/kain hangat yang bersih (satu untuk
mengeringkan bayi, yang lain untuk dipakai kemudian), pembalut wanita dan tempat
untuk plasenta. Bidan sedapat mungkin menggunakan sarung tangan yang bersih.
6. Tersedia ruangan yang hangat, bersih dan sehat untuk persalinan.

7. Menggunakan KMS Ibu Hamil/buku KIA, partograf dan Kartu Ibu.


8. Sistem rujukan untuk Perawatan kegawatdaruratan Obstetri yang efektif.
Proses
Bidan harus :
1. Mengijinkan ibu memilih orang yang akan mendampinginya selama proses persalinan
dan kelahiran.
2. Segera mendatangi ibu hamil ketika diberitahu persalinan sudah mulai/ketuban pecah.
3. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir, kemudian keringkan hingga
betul- betul kering dengan handuk bersih setiap kali sebelum dan sesudah melakukan
kontak dengan pasien. (Kuku harus dipotong pendek dan bersih). Gunakan sarung tangan
bersih kapanpun menangani benda yang terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh.
Gunakan sarung tangan DTT/steril untuk semua pemeriksaan vagina.
4. Menanyakan riwayat kehamilan ibu secara lengkap.
5. Melakukan pemeriksaan fisik secara lengkap (dengan memberikan perhatian terhadap
tekanan darah, denyut jantung janin (DJJ), frekuensi dan lama kontraksi dan apakah
ketuban pecah).
6. Lakukan pemeriksaan dalam secara aseptic dan sesuai dengan kebutuhan. (Jika his
teratur dan tidak ada hal yang mengkhawatirkan atau his lemah tapi tanda- tanda vital
ibu/janin normal, maka perlu segera dilakukan pemeriksa dalam).
7. Dalam keadaan normal periksa dalam cukup setiap empat jam dan harus selalu secara
aseptic.
8. Jangan melakukan periksa dalam jika ada perdarahan dari vagina yang lebih banyak dari
jumlah normal bercak darah/show yang ada pada persalinan. Perdarahan dalam proses
persalinan mungkin disebabkan komplikasi seperti plasenta previa, segera rujuk ke
puskesmas atau rumah sakit terdekat.
9. Catat semua temuan dan pemeriksaan dengan tepat dan seksama pada kartu ibu dan
partograf pada saat asuhan diberikan. Jika ditemukan komplikasi atau masalah, segera
berikan perawatan yang memadai dan rujuk ke puskesmas/rumah sakit yang tepat.
10. Catat semua temuan dan pemeriksaan pada fase laten persalinan pada kartu ibu dan
catatan kemajuan persalinan. Ibu harus dievaluasi sedikitnya setiap 4 jam, lebih sering
jika diindikasikan. Catatan harus selalu memasukkan denyut jantung janin, periksa
dalam, pecahnya ketuban, perdarahan/cairan vagina, kontraksi uterus, tanda- tanda vital
ibu (suhu, nadi, dan tekanan darah), urine, minuman, obat- obat yang diberikan, dan
informasi yang berkaitan lainnya serta semua perawatan yang diberikan.
11. Catat semua temuan pada partograf dan kartu ibu pada saat ibu sampai dengan fase aktif
(pembukaan 4 cm atau lebih).
12. Lengkapi partograf dengan seksama untuk semua ibu yang akan bersalin. Partograf
adalah alat untuk mencatat dan menilai kemajuan persalinan, dan kondisi ibu dan janin.

Penggunaan partograf diperlukan untuk pengambilan keputusan klinis dan deteksi dini
komplikasi dalam proses persalinan, seperti misalnya partus lama. Penggunaan partograf
secara tepat akan memungkinkan bidan untuk membuat keputusan tentang perawatan ibu
pada waktu yang tepat dan memerlukan rujukan dini jika diperlukan.
13. Memantau dan mencatat denyut jantung janin sedikitnya setiap 30 menit selama
persalinan, jika ada tanda- tanda gawat janin (DJJ kurang dari 100 kali/menit atau lebih
dari 180 kali/menit), harus dilakukan setiap 15 menit, DJJ harus didengarkan selama dan
segera setelah kontraksi uterus. Jika ada tanda- tanda gawat janin bidan harus
mempersiapkan rujukan ke fasilitas yang memadai.
14. Melakukan dan mencatat pada partograf hasil periksa dalam setiap 4 jam (lebih sering
jika ada indikasi medis). Pada setiap periksa dalam, evaluasi dan catat penyusupan
kepala janin dan cairan vagina/air ketuban.
15. Catat pada partograf kontraksi uterus setiap 30 menit pada fase aktif .Palpasi jumlah dan
lamanya kontraksi selama 10 menit.
16. Catat pada partograf dan amati penurunan kepala janin dengan palpasi abdomen setiap 4
jam dan teruskan setiap periksa dalam.
17. Pantau dan catat pada partograf :
Tekanan darah setiap 4 jam, lebih sering jika ada komplikasi.
Suhu setiap 2 jam, lebih sering jika ada tanda atau gejala infeksi.
Nadi setiap setengah jam.
18. Minta ibu hamil agar sering buang air kecil sedikitnya setiap 2 jam. Catat pada partograf
jumlah pengeluaran urine setiap kali ibu buang air kecil, dan catat protein atau aseton
yang ada dalam urine.
19. Anjurkan ibu untuk mandi dan tetap aktif bergerak seperti biasa, dan memilih posisi yang
dirasakan nyaman ; kecuali jika belum terjadi penurunan kepala sementara ketuban
sudah pecah. (Riset membuktikan banyak keuntungan jika ibu tetap aktif bergerak
semampunya dan merasa senyaman mungkin). Jangan perbolehkan ibu dalam proses
persalinan berbaring terlentang, ibu harus selalu berbaring miring, duduk, berdiri atau
berjongkok. Berbaring terlentang mungkin menyebabkan gawat janin.
20. Selama proses persalinan, anjurkan ibu untuk cukup minum guna menghindari dehidrasi
dan gawat janin. (Riset menunjukan bahwa ada keuntungan untuk memperbolehkan ibu
minum dan makan makanan kecil selama proses persalinan tanpa komplikasi dan ada
kerugiannya melarang minum atau makanan kecil yang mudah dicerna).
21. Selama persalinan, beri dukungan moril dan perlakukan yang baik dan peka terhadap
kebutuhan ibu hamil, suami/keluarga/orang terdekat yang mendampingi. Anjurkan pada
orang yang mendampingi ibu untuk mengambil peran aktif dalam memberikan
kenyamanan dan dukungan kepada ibu selama persalinan.

22. Jelaskan proses persalinan yang sedang terjadi pada ibu, suami dan keluarganya.
Beritahu mereka kemajuan persalinan secara berkala.
23. Saat proses persalinan berlangsung, bersiaplah untuk menghadapi kelahiran bayi.
24. Lakukan pertolongan persalinan yang bersih dan aman.

Ingat !

Tidak ada buku yang mendukung perlunya atau keuntungannya melakukan klisma

atau mencukur rambut pubis secara rutin.


Jika ketuban telah pecah, dan persalinan ibu tidak memasuki fase aktif dalam 8 jam,
dan rujukan mengalami kesulitan karena kompliasi, jarak, atau keadaan lainnya,
mulai berikan antibiotika dan segera dirujuk. Jika ketuban telah pecah, tidak ada
tanda gawat janin atau gawat ibu, dan rujukan tidak sulit, mulai berikan antibiotika

dan rujuk tidak melewati 24 jam sejak ketuban pecah.


Setiap persalinan harus menggunakan partograf, rujuk secepatnya jika garis
waspada pada partograf dilewati selama fase aktif persalinan. Atau jika ada tanda
gawat janin (DJJ kurang dari 100 kali/menit atau lebih dari 180 kali/menit). Jika
fase laten berlangsung lebih dari 8 jam, evaluasi untuk melihat apakah ibu
mengalami perubahan serviks dan benar dalam keadaan bersalin. Jika ibu benar

dalam keadaan bersalin, tanpa kemajuan berarti, rujuk secepatnya.


Perdarahan melalui vagina selalu merupakan tanda bahaya dan perlu dirujuk.
Jika ada mekonium dalam air ketuban, siapkan bola karet penghisap atau penghisap
DeLee yang di DTT pada saat kelahiran. Rujuk segera jika ada tanda- tanda gawat

janin.
Jika ada tanda- tanda gawat janin, baringkan ibu ke sisi kiri untuk rujukan. Jangan
pernah meninggalkan ibu dalam proses persalinan berbaring terlentang.

STANDAR 10 : PERSALINAN KALA DUA YANG AMAN


Tujuan
Memastikan persalinan yang bersih dan aman untuk ibu dan bayi.
Pernyataan Standar
Bidan

melakukan

Hasil

pertolongan

persalinan bayi dan plasenta yang


bersih dan aman, dengan sikap
sopan dan penghargaan terhadap
hak pribadi ibu serta memperhatikan
tradisi setempat. Disamping itu, ibu

Persalinan yang bersih & aman


Meningkatnya kepercayaan
terhadap bidan
Meningkatnya jumlah
persalinan yang ditolong oleh
bidan
Menurunnya komplikasi

diijinkan memilih orang yang akan

seperti perdarahan postpartum,

mendampinginya

asfiksia neonaturum, trauma

persalinan

selama

proses

kelahiran
Menurunkan angka sepsis
Peurperalis

Persyarat
1. Bidan dipanggil jika ibu sudah mulai mulas/ketuban pecah.
2. Bidan sudah terlatih dan terampil dalam mendorong persalinan secara bersih dan aman.
3. Tersedianya alat untuk pertolongan persalinan termasuk sarung tangan dalam keadaan
disinfeksi tingkat tinggi/steril.
4. Tersedianya perlengkapan untuk pertolongan persalinan yang bersih dan aman, seperti air
bersih, dua handuk/kain hangat yang bersih (satu untuk mengeringkan bayi, yang lain
untuk dipakai kemudian), pembalut wanita dan tempat untuk plasenta. Bidan sedapat
mungkin menggunakan sarung tangan yang bersih.
5. Tersedia ruangan yang hangat, bersih dan sehat untuk persalinan.
6. Menggunakan KMS Ibu Hamil/Buku KIA, Kartu ibu partograf.
7. Sistem rujukan untuk perawatan kegawatdaruratan Obstetri yang efektif.

Proses
Bidan harus :
1. Menghargai ibu selama proses persalinan.
2. Mengijinkan ibu memilih orang yang akan mendampinginya selama proses persalinan
dan kelahiran.
3. Memastikan tersedianya tempat yang hangat, bersih dan sehat untuk persalinan, dua
handuk/kain hangat yang bersih (satu untuk mengeringkan bayi, yang lain untuk dipakai
kemudian), tempat untuk plasenta. (Jika ibu belum mandi, bersihkan daerah perineum
dengan sabun dan air mengalir).
4. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir, kemudian keringkan hingga
betul- betul kering dengan handuk bersih. (Kuku harus dipotong pendek dan bersih).
5. Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman baginya. (Riset menunjukkan bahwa posisi
duduk atau jongkok memberikan banyak keuntungan).
6. Pada kala dua anjurkan ibu untuk meneran hanya jika merasa ingin atau saat kepala bayi
sudah kelihatan. (Riset menunjukkan bahwa menahan nafas sambil meneran adalah
berbahaya, dan meneran sebelum kepala bayi tampak tidaklah perlu. Bahkan meneran
sebelum pembukaan serviks lengkap adalah bahaya). Jika kepala belum terlihat, padahal
ibu sudah sangat ingin meneran, periksa pembukaan serviks dengan periksa dalam. Jika
pembukaan belum lengkap, keinginan meneran bisa dikurangi dengan memiringkan ibu
ke sisi sebelah kiri.
7. Pada kala dua, dengarkan DJJ setiap 5 menit setelah his berakhir, irama dan frekuensinya
harus segera kembali ke normal. Jika tidak, cari pertolongan medis. (Jika kepala sudah
meregangkan perineum, dan terjadi kelambatan kemajuan persalinan atau DJJ menurun
sampai 100 kali/menit atau kurang atau meningkat menjadi 180 kali/menit atau lebih,
maka percepatan persalinan dengan melakukan episiotomi).
8. Hindari peregangan vagina secara manual dengan gerakan menyapu atau menariknya ke
arah luar. (Riset menunjukan hal tersebut berbahaya).
9. Pakai sarung tangan DTT, saat kepala bayi kelihatan.
10. Jika ada kotoran keluar dari rektum, bersihkan dengan kain bersih.
11. Bantu kepala bayi lahir perlahan, sebaiknya diantara his. (Riset menunjukkan bahwa
robekan tingkat dua dapat sembuh sama baiknya dengan luka episiotomi, kecuali terjadi
gawat janin, komplikasi persalinan pervaginam (sungsang, distosia bahu, forcep, vacum),
atau ada hambatan pada perineum (misalnya disebabkan jaringan parut pada perineum).
12. Begitu kepala bayi lahir, usap mulut dan hidung bayi dengan kasa bersih dan biarkan
kepala bayi memutar (Hal ini seharusnya terjadi spontan, sehingga bayi tak perlu
dibantu.
13. Begitu bahu sudah pada posisi anterior- posterior yang benar, bantulah persalinan dengan
cara yang tepat.

14. Segera setelah lahir, periksa keadaan bayi, letakkan di perut bayi, dan segera keringkan
bayi dengan handuk bersih yang hangat. Setelah bayi kering, selimuti bayi dengan
handuk yang bersih dan hangat.
15. Minta ibu memegang bayinya. Tali pusat di klem di dua tempat, lalu potong diantara
kedua klem dengan gunting tajam steril/DTT.
16. Letakkan bayi dalam pelukan ibu dan mulai menyusui. (Riset menunjukkan hal ini
penting untuk keberhasilan awal dalam memberikan ASI dan membantu pelepasan
plasenta. Kontak kulit dengan kulit adalah cara yang baik untuk menjaga kehangatan
bayi, lalu ibu dan bayi harus diselimuti dengan baik termasuk kepala. Jika bayi tidak
didekap oleh ibunya, selimuti bayi dengan kain yang bersih dan hangat. Tutupi kepala
bayi agar tidak kehilangan panas).
17. Menghisap lendir dari janin nafas bayi tidak selalu diperlukan. Jika bayi tidak menangis
spontan, gunakan penghisap DeLee yang sudah diDTT atau aspirator lendir yang baru
dan bersih untuk membersihkan jalan nafas.
18. Untuk melahirkan plasenta, mulailah langkah- langkah untuk penatalaksanaan aktif
persalinan kala tiga .
19. Pada saat plasenta sudah dilahirkan lengkap dan utuh dengan mengikuti langkahlangkah penatalaksanaan aktif kala tiga, lakukan masase uterus agar terjadi kontraksi dan
pengeluaran gumpalan darah.
20. Segera sesudah plasenta dikeluarkan, periksa apakah terjadi laserasi pada vagina atau
perineum. Dengan menggunakan teknik aseptik, berikan anastesi lokal (1% lidokain),
lalu jahit perlukaan dan /atau laserasi dengan peralatan steril/DTT.
21. Perkirakan jumlah kehilangan darah secara akurat (Ingat perdarahan sulit diukur dan
sering diperkirakan lebih sedikit).
22. Bersihkan perineum dengan air matang dan tutupi dengan kain bersih/ telah dijemur.
23. Berikan plasenta kepada suami/keluarga ibu.
24. Pastikan agar ibu dan bayi merasa nyaman. Berikan bayi kepada ibu untuk diberi ASI.
25. Lakukan perawatan bayi baru lahir
26. Catat semua temuan dengan seksama

Ingat !

Membantu kelahiran bahu dan punggung masih mungkin dilakukan, meskipun ibu
dalam posisi tradisional saat persalinan. (tidak berbaring terlentang atau dalam
posisi litotomi). Namun, tetaplah berhati- hati dalam mengusahakan proses

persalinan yang normal, apapun posisi ibu.


Ingat 3 bersih : Tangan bersih, Tempat pertolongan persalinan bersih, pengikatan
dan pemotongan tali pusat dilakukan secara bersih.

sa

Anda mungkin juga menyukai