Anda di halaman 1dari 12

1

BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 KONSEP PENYAKIT
1.1.1 Pengertian
Sirosis hepatis adalah suatu penyakit hati dimana sirkulasi mikro, anatomi
pembuluh darah besar dan seluruh sistem arsitektur hati mengalami perubahan
menjadsi tidak teratur dan terjadinya penambahan jaringan ikat (fibrosis) di sekitar
parenkim hati yang mengalami regenerasi (Soeparman, 1997).
Sirosis hepatis adalah stadium akhir penyakit hati menahun dimana secara
anatomis didapatkan proses fibrosis dengan pembentukan nodul regenerasi dan
nekrosis.
1.1.2 Etiologi
Beberapa penyebab dari sirosis hepatik yang sering adalah:
1.1.2.1 Hepatitis virus
Terutama hepatitis B atau non A dan B yang sangat berat dalam fase akut
sampai menimbulkan confluent necrosis.
1.1.2.2 Alkoholisme
Sirosis hepatis oleh karena alkoholisme sangat jarang, namun peminum yang
bertahun-tahun mungkin dapat mengarah pada kerusakan parenkim hati.
1.1.3 Patofisiologi
Dalam hal mekanisme terjadinya sirosis secara mekanik dimulai dari kejadian
hepatitis viral akut, timbul peradangan luas, nekrosis luas dan pembentukan jaringan
ikat yang luas disertai pembentukan nodul regenerasi oleh sel parenkim hati yang
masih baik. Jadi fibrosis pasca nekrotik adalah dasar timbulnya sirosis hati.
Sirosis hepatis biasanya dimulai dengan adanya proses peradangan, nekrosis sel
hati yang luas, membentuk jaringan ikat dan usaha regererasi nodul. Distorsi
arsitektur hati akan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro menjadi tidak
teratur akibat penambahan jaringan ikat dan nadi tersebut.
Infeksi hepatitis Viral tipe B/C menimbulkan peradangan sel hati. Peradangan
ini menyebabkan nekrosis meliputi daerah yang luas (hepatoselular) terjadi kolaps
lobulus hati ini memicu timbulnya jaringan parut disertai terbentuknya septa fibiosa
difus dan nodul sel hati.
Sirosis hepatis biasanya dimulai dengan adanya proses peradangan, nekrosis sel
hati yang luas, membentuk jaringan ikat dan usaha regererasi nodul. Distorsi
arsitektur hati akan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro menjadi tidak
1

teratur akibat penambahan jaringan ikat dan nadi tersebut.


Infeksi hepatitis Viral tipe B/C menimbulkan peradangan sel hati. Peradangan
ini menyebabkan nekrosis meliputi daerah yang luas (hepatoselular) terjadi kolaps
lobulus hati ini memicu timbulnya jaringan parut disertai terbentuknya septa fibiosa
difus dan nodul sel hati.
Pada mekanisme terjadinya sirosis secara imorologi dimulai dengan kejadian
hepatitis viral akut yang menimbulkan peradangan sel hati, nekresis/nekkrosis
bridging dengan melalui hepatitis kronik agresif diikuti timbulnya sirosis hati.
1.1.4

Web Of Caution
Alkohol / obat-obatan

Hepatitis Virus

Nekrosis parenkim paru

Pembentukan jaringan ikat

Kegagalan

Hipertensi portal

Asites

Ensefalopati

parenkhim hati
Mual-mual

Varises

Nafsu makan
menurun

Tekanan
meningkat

Penekanan diafragma
Rg. Paru menyempit

Kesadaran turun
Kerusakan
Komunikasi

Sesak Nafas
Perubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh

Pembuluh darah
pecah

Gangguan Pola Nafas

Perdarahan

Hematemesis

Ggn. Perfusi
Jaringan

Cemas

Defisit
Perawatan Diri

1.1.5 Manifestasi Klinis


1.1.5.1 Mual-mual, nafsu makan menurun
1.1.5.2 Cepat lelah
1.1.5.3 Kelemahan otot
1.1.5.4 Penurunan berat badan
1.1.5.5 Air kencing berwarna gelap
1.1.5.6 Kadang-kadang hati teraba keras
1.1.5.7 Ikterus, spider naevi, erytema palmaris
1.1.5.8 Asites
1.1.5.9 Hematemesis, melena
1.1.5.10 Ensefalopati
1.1.6 Pemeriksaan Laboratorium
1.1.6.1 Pemeriksaan laboratorium
1) Darah : dapat timbul anemia, hipoalbumin, hiponatrium
2) Albumin
3) Pemeriksaan CHE (Kolinesterase)
4) Pemeriksaan kadar elektrolit
1.1.6.2 Pemanjangan masa protrombin
1) Peninggian kadar gula darah
2) Pemeriksaan marker serologi
1.1.6.3 Pemeriksaan penunjang lainnya
1) Radiologi
2) Esofagoskopi
3) Ultrasonografi
4) Tomografi komputerisasi
5) Angiografi
6) Pemeriksaan cairan asites dengan melakukan fungsi asites
7) Test faal hati
1.1.7 Komplikasi
1.1.7.1 Adanya ikterus yang jelek
1.1.7.2 Pengobatan sudah satu bulan tanpa perbaikan
1.1.7.3 Asites
1.1.7.4 Hati yang mengecil
1.1.7.5 Ada komplikasi yang neurologis
1.1.7.6 Ensefalopati
1.1.7.7 Perdarahan

1.1.8 Penatalaksanaan Medis


1.1.8.1 Istirahat yang cukup.
1.1.8.2 Makanan tinggi kalori dan protein.
1.1.8.3 Vitamin yang cukup.
1.1.8.4 Pengobatan terhadap penyulit.

1.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1.2.1 Pengkajian Keperawatan
1.2.1.1 Data Fokus
1. Aktivitas/istirahat
Subyektif: Kelelahan, kelemahan
Obyektif : Takikardia, takipnea/hipertventilasi
2. Sirkulasi
Obyektif : Hipotensi, pengisian kapiler terlambat, pucat, sianosis, keringat
dingin, disritmia, bunyi jantung ekstra, peningkatan tekanan vena jugularis,
vena abdomen distensi
3. Integritas Ego
Subyektif: Perasaan tak berdaya
Obyektif : Gelisah, gemetar, suara gemetar, pucat,.
4. Eliminasi/pencernaan
Subyektif: Adanya riwayat perdarahan, perubahan pola defekasi, perubahan
feses
Obyektif : Nyeri tekan abdomen, distensi, hepatomegali, splenomegali, asites.
5. Makanan/cairan
Subyektif: keluhan mual, nafsu makan menurun, nyeri uluhati, penurunan BB.
Obyektif : Muntah berwarna merah/seperti kopi, membran mukosa kering,
turgor menurun
6. Neurosensori
Subyektif: Rasa berdenyut, pusing
Obyektif : Penurunan kesadaran.
7. Kenyamanan
Subyektif: Keluhan nyeri daerah perut kwadran atas
Obyektif : Wajah berkerut, memegangi area yang sakit.
1.2.1.2 Data Subyektif
1. Keluhan perut tidak enak, mual dan nafsu makan menurun
2. Mengeluh cepat lelah dan mengeluh sesak nafas
1.2.1.3 Data Obyektif
1. Penurunan berat badan
2. Ikterus
3. Anemia
4. Air kencing berwarna gelap
5. Kadang-kadang hati teraba keras
6. Kadar cholesterol rendah, albumin rendah.

7. Hematemesis dan melena.


1.2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul adalah:
1.2.2.1 Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia.
1.2.2.2 Intolerans aktifitas berhubungan dengan kelemahan otot.
1.2.2.3 Gangguan keseimbangan cairan berhubungan dengan hipertensi portal.
1.2.2.4 Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan hematemesis dan
melena.
1.2.2.5 Cemas berhubungan dengan hematemesis dan melena.
1.2.2.6 Gangguan pola nafas berhubungan dengan asites.
1.2.2.7 Kerusakan

komunikasi

verbal

berhubungan

dengan

gangguan

kesadaran
1.2.2.8 Defisit perawatan diri berhubungan dengan keadaan koma.
1.2.3 Intervensi Keperawatan
1.2.3.1 Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia.
Tujuan: kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria hasil: menunjukkan peningkatan nafsu makan.
Rencana tindakan:
Intervensi
1. Diskusikan tentang pentingnya nutrisi 1. Nutrisi
bagi klien
2. Anjurkan makan sedikit tapi sering

Rasional
yang
baik

dapat

mempercepat proses penyembuhan.


2. Peningkatan tekanan intra abdominal
akibat asites menekan saluran GI dan
menurunkan kapasitasnya.

3. Batasi cairan 1 jam sebelum dan 3. Cairan dapat menurunkan nafsu


sesudah makan
4. Pertahankan kebersihan mulut

makan dan masukan.


4. Akumulasi

partikel

makanan

di

mulut dapat menambah bau dan rasa


tak sedap yang menurunkan nafsu
5. Batasi makanan dan cairan yang
tinggi lemak

makan.
5. Kerusakan

aliran

empedu

mengakibatkan malabsorbsi lemak.


6. pantau intake sesuai dengan diet yang 6. Untuk
telah disediakan.

mencukupi

harus adekuat.

nutrisi

intake

1.2.3.2 Intolerans aktifitas berhubungan dengan kelemahan otot.


Tujuan: Klien dapat beraktifitas sesuai dengan batas toleransi.
Kriteria hasil: menunjukkan peningkatan dalam beraktifitas.
Rencana tindakan:
1.

Intervensi
Rasional
Kaji kesiapan untuk meningkatkan 1. Stabilitas fisiologis penting untuk
aktifitas contoh: apakah tekanan darah

menunjukkan

stabil, perhatian terhadap aktifitas dan

individu.

tingkat

aktifitas

perawatan diri.
2.

jelaskan pola peningkatan bertahap 2. Kemajuan

aktifitas

bertahap

dari aktifitas contoh: posisi duduk di

mencegah peningkatan tiba-tiba pada

tempat tidur, bangun dari tempat tidur,

kerja jantung

belajar berdiri dst


3.

Berikan

bantuan

sesuai

dengan 3. Teknik

kebutuhan (makan, minum, mandi,


berpakaian dan eleminasi).

penghematan

energi

menurunkan penggunaan energi.

1.2.3.3 Gangguan keseimbangan cairan berhubungan dengan hipertensi portal.


Tujuan: Keseimbangan cairan terpenuhi
Kriteria hasil:
-

berat badan stabil.

Tanda vital dalam rentang normal.

Tak ada edema

Rencana tindakan:
Intervensi
1. Ukur cairan masuk dan keluar.

Rasional
1. Menunjukan status volume sirkulasi

2. Awasi TD dan catat distensi vena 2. Peningkatan


yugularis

berhubungan

TD

biasanya

dengan

kelebihan

volume cairan.
3. Auskultasi paru, catat bunyi napas 3. Peningkatan kongesti pulmonal dapat
tambahan. (krekels)

meningkatkan konsolidasi, gangguan


pertukaran gas dan komplikasi.

4. Awasi Irama jantuang

4. Mungkin disebabkan oleh GJK.

5. Kaji derajat edema.

5. Perpindahan cairan pada jaringan


sebagai akibat retensi natrium dan air,
penurunan albumin dan ADH.

6. Ukur lingkar abdomen

6. Menunjukan akumulasi cairan dalam


rongga abdomen.

7. Dorong untuk tirah baring bila 7. Dapat meningkatkan posisi rekumben


asites
8. Berikan perawatan mulut

untuk diuresis.
8. Menurunkan rasa haus.

9. Awasi albumin serum dan elektrolit 9. Penurunan


mempengaruhi
10. Batasi natrium dan cairan sesuai
indikasi

albumin

serum

tekanan

osmotik,

mengakibatkan edema.
10. Meminimalkan retensi cairan.

11. Berikan albumin sesuai indikasi


12. Berikan obat sesuai indikasi:
-

Lasik,

Kalium

Inotropik positif

11. Meningkatkan tekanan osmotik


12. - Mengontrol edema dan asites.
- Kalium biasanya menurun karena
penyakit hati
- Meningkatkan curah jantung.

1.2.3.4 Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan hematemesis dan melena.

Tujuan: Mempertahankan / memperbaiki perfusi jaringan


Kriteria hasil:
-

Tanda vital stabil

Kulit hangat

Nadi perifer terraba

Keluaran urine dalam batas normal.

AGD dalam batas normal.

Rencana tindakan:
Intervensi
Rasional
1. Selidiki perubahan tingkat kesadaran, 1. Perubahan
dapat
keluhan pusing dan sakit dada

menunjukan

ketidakadekuatan perfusi serebral


sebagai

akibat

tekanan

darah

arterial yang menurun.


2. Selidiki keluhan nyeri dada, lokasi, 2. Dapat menunjukan iskemia jantung
kualitas, lamanya

dan apa yang

menghilangkan nyeri
3. Auskultasi

nadi

sehubungan

dengan

penurunan

perfusi.
apikal.

Awasi 3. Perubahan disritmia dan iskemia

kecepatan jantung dan iramanya.

dapat

terjadi sebagai

akibat

hipotensi, hipoksia dan acidosis


4. Kaji kulit apakah dingin, pucat, 4. Vasokonstriksi

adalah

berkeringat, pengisian kapiler lambat

simpatis

dan nadi perifer lemah.

volume sirkulasi dan atau dapat


terjadi

terhadap

respon

sebagai

penurunan

efek

samping

pemberian vasopresin.
5. Catat haluaran urine dan berat jenis

5. Penurunan perfusi sistemik dapat


menyebabkan
ginjal

yang

iskemik

gagal

dimanifestasikan

dengan penurunan keluaran urine.


6. Catat dan laporkan nyeri abdomen.

6. Nyeri berlanjut atau tiba-tib dapat


menunjukan

iskemi

sehubungan

dengan terapi vasokonstriksi.


7. Observasi kulit; pucat atau kemerahan

7. Ganguan pada sirkulasi perifer


meningkatkan

resiko

kerusakan

kulit
8. Berikan oksigen tambahan sesuai 8. Mengatasi hipoksemia dan acidosis
indikasi
9. Awasi AGD / Saturasi oksigen

laktat.
9. Mengidentifikasi hipoksemia

10

10. Berikan cairan IV sesuai indikasi.

10. Mempertahankan volume sirkulasi


dan perfusi.

1.2.3.5 Cemas berhubungan dengan hematemesis dan melena


Tujuan: Menyadari perasaan cemas
Kriteria hasil:
-

Dapat kontrol perasaan cemas

Menunjukan relaksasi

Menunjukan perilaku untuk menangani stress

Rencana tindakan:
Intervensi
respon fisik;

1. Pantau

palpitasi, 1. Membantu

tachikardi, gerakan berulang dan

Rasional
menentukan

derajat

cemas

gelisah.
2. Berikan tindakan kenyamanan (gosok 2. Membantu
punggung, mandi dan perubahan

meningkatkan

kemampuan koping

posisi)
3. Libatkan

orang

terdekat

dalam 3. Membantu memfokuskan perhatian

rencana keperawatan

dan control

4. Anjurkan klien untuk melakukan 4. Meningkatkan kemampuan koping


teknik relaksasi.
1.2.3.6 Gangguan pola nafas berhubungan dengan asites.
Tujuan: mempertahankan pola napas tetap efektif.
Kriteria hasil:
-

Bebas dispnea dan sianosis.

Nilai GDA dan VC dalam batas normal

Rencana tindakan:
1. Awasi

Intervensi
frekuensi, kedalaman

Rasional
dan 1. Diteksi dini hipoksia.

upaya pernapasan.
2. Auskultasi bunyi napas.

2. Menunjukan adanya komplikasi

3. Selidiki perubahan tingkat kesadaran.

3. Membantu

ekspansi

paru

dan

memobilisasi sekret.
4. Pertahankan

kepala

tempat

tidur 4. Menurunkan

tinggi, posisi miring


5. Bantu latihan napas dalam dan batuk

insiden

atlektasis,

menigkatkan mobilisasi sekret


5. Diteksi

dini

kardiopulmonal

perubahan

11

6. Ukur tanda-tanda vital.

6. Mungkin perlu untuk mencegah


hipoksia.

1.2.3.7 Kerusakan komunikasi verbal b/d gangguan kesadaran


Tujuan: mengidentifikasi pemahaman tentang masalah komunikasi
Kriteria hasil:
-

Dapat menggunakan metode yang tepat dimana kebutuhan komunikasi


dapat diekspresikan.

Dapat menggunakan sumber-sumber dengan tepat.

Rencana tindakan:
Intervensi
1. Kaji tipe / derajat disfungsi

Rasional
1. Membantu menentukan daerah dan
derajat kerusakan yang terjadi pada
cerebral.

2. Perhatikan

kesalahan

dalam 2. Klien

komunikasi dan berikan umpan balik.

mungkin

kemampuan

untuk

kehilangan
memantau

ucapannya.
3. Minta klien untuk mengikuti perintah 3. Melakukan
sederhana.
4. Minta

penilaian

terhadap

adanya kerusakan sensorik

klien

untuk

mengucapkan 4. Mengidentifkasi adanya disarteria.

suara sederhana. Seperti Sh atau


Pus
5. Anjurkan

orang

berusaha

terdekat

untuk 5. Mengurangi

mempertahankan

komunikasi dengan klien.


6. Rujuk ke bagian terapi wicara.

menciptakan

isolasi

sosial

komunikasi

6. Pengkajin kemampuan bicara lebih

1.2.3.8 Defisit perawatan diri berhubungan dengan keadaan koma.


Tujuan: Kebutuhan perawatan diri terpenuhi
Kriteria hasil:
Klien dapat melakukan ADL dengan kemampuan sendiri

Rencana tindakan:

yang

efektif
lanjut untuk kebutuhan terapi.

dan

12

Intervensi
1. Kaji
kemampuan

Rasional
melakukan 1. Membantu mengantisipasi pemenuhan

kebutuhan sehari-hari

ADL

2. Hindari melakukan sesuatu yang 2. Agar


dapat dilakukan oleh klien sendiri

klien

tidak

ketergantungan

dengan perawat

3. Beri dukungan dan waktu yang 3. Pasien memerlukan empati pemberi


cukup pada klien mengerjakan

asuhan.

tugasnya.
4. Berikan umpan balik yang positif

4. Meningkatkan makna perasaan diri

1.2.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan untuk
membantu mencapai tujuan pada rencana tindakan keperawatan.
Tujuan yang akan dicapai pada pasien dengan sirosis hepatis adalah:
1. Kebutuhan nutrisi terpenuhi
2. Klien dapat beraktifitas sesuai dengan batas toleransi
3. Keseimbangan cairan terpenuhi
4. Mempertahankan / memperbaiki perfusi jaringan
5. Menyadari perasaan cemas
6. Mempertahankan pola napas tetap efektif.
7. Mengidentifikasi pemahaman tentang masalah komunikasi
8. Kebutuhan perawatan diri terpenuhi

Anda mungkin juga menyukai