Anda di halaman 1dari 11

LUPUT

Karya & Naskah : N.R. Khoiririjal


Dipentaskan

: Ulang Tahun Jurusan Psikologi Univ. Brawijaya 2014

Dalang

Bulan

Pungguk

Utara

Selatan

Barat

Timur

Tenggara

Timur Laut

Barat Daya

Barat Laut

SATU
Dalang

: hai penonton.. perkenalkan, nama saya Dalang! Dalang cerita.. boleh,


Dalang kejahatan.. bisa, dan yang paling penting jadi Dalang Cinta itu saya.
Hahaha. Cerita kali adalah cerita yang banyak sekali dialami oleh anak muda
jaman sekarang. Cerita cinta yang penuh dengan tanda tanya, apa yang
diharapkan, apa yang dihadirkan, atau apa yang dibutuhkan, siapa yang tahu?
Penasaran kan, langsung saja kita saksikan kisah nya!

Bulan datang membawa buku kutukan, membuka perlahan dan melantunkannya hingga terjatuh.
Bulan

rinai warna melebur kelam


menolak benar hingga mendalam
gugur perang nyatakan sesal
salah benar hati kan gatal

ku terlambat dalam sadar


penat tujuan dibakar langkah
huru-hara menggali dasar
kubur sesal butakan arah

Para Mata Angin datang dari hutan setelah melaksanakan pekerjaan mereka sebagai kurcaci.
Sambil bernyanyi dan menari tanpa melihat arah, mereka terlihat riang.

Pul Kimpal Kimpul, Dari Kebun Kita Kumpul


Cul Cikal Cikul, Habis Nyangkul Tanam Jagung

Barat Laut

: Aduh, apa ini? (terjatuh kesakitan) Huuaaaa...

Utara

: Aduh, ada apa sih? (menabrak Barat)

Barat Laut

: Ii.. ini loh! Ada ma..

Barat Daya

: Mayat?

Timur Laut

: Maling?

Tenggara

: Bukan! Pasti mantan.

Kurcaci Lain

: Huuu.. (pukul Tenggara)

Timur

: Ah itu hanya bangkai rusa.

Selatan

: Atau kotoran rusa.

Barat

: Itu apa ya?

Utara

: Tunggu, ini kan Bulan!

Kurcaci Lain

: Hah? Bulan? (datang mendekati Bulan)

Barat L. & D.

: Wah, benar. Ini kan Bulan.

Timur Laut

: Bukannya Bulan seharusnya ada di atas? (menoleh ke Utara)

Utara

: Hah? Aku tidak tahu, jangan salahkan aku mentang-mentang aku utara.

Tenggara

: Ya kamu pasti lebih tau kan?

Timur

: Sudah.. Sudah.. jangan debat. Kita apakan dia? Kubur?

Selatan

: Bodoh, dia masih hidup. Bagaimana ya?

Barat

: Gotong.

Barat L. & D.

: Tumben cerdas?

Timur Laut

: Yasudah ayo!

DUA
Para Kurcaci mengangkat Bulan ke kursi panjang di depan rumah mereka. Saat menggangkat
Bulan, Tenggara melihat ada buku yang tergeletak di tempat Bulan terjatuh dan mengambilnya.
Timur

: Bagaimana bisa bulan ada disini?

Selatan

: Bukankah sangat jarang warga langit turun ke bumi?

Barat

: Dia, hmm bermain

Utara

: Kamu berkata apa barat, selalu saja tidak jelas.

Tenggara

: Jangan salahkan barat, mungkin ada benarnya.

Timur Laut

: Bermain apa hingga turun ke bumi? Petak umpet?

Barat L. & D.

: Bisa jadi, bisa jadi.

Utara

: Ah tidak mungkin, warga langit tidak suka bermain seperti warga bumi.

Selatan

: Lagipula bulan juga terlihat tidak sehat.

Barat

: Badannya tidak sakit, hatinya hmm..

Timur

: Katakanlah yang jelas barat, kami tidak tahu maksudmu.

Tenggara

: Ah, sudah! Untuk apa kita mengurusi makhluk lain sedangkan kita masih banyak
urusan.

Timur Laut

: Jangan begitu, meski bukan kewajiban kita apa salahnya berbuat baik.

Barat L. & D.

: Iya kasihan bulan. Ayo kita bantu.

Utara

: Bantu seperti apa? Masalahnya saja kita tidak tahu.

Selatan

: Betul juga.

Barat

: Diobati.

Barat Daya

: Wah cerdas!

Barat Laut

: Sempurna!

Barat Daya

: Jadi,

Barat Laut

: Mari kita..

Barat Daya

: Obati bulan.

Barat Laut

: Periksa suhu badan,

Barat Daya

: Nadi dan nafas,

Barat Laut

: Apakah ada luka lebam?

Barat Daya

: Tidak, apakah ada luka sayat?

Barat Laut

: Tidak. Jadi hasilnya..

Barat L. & D.

: Bulan masih sehat.

Kurcaci lain menghela nafas, kemudian mereka berpendapat tanpa mau disela hingga menimbulkan
keributan dan beradu fisik.
Timur

: Stop! Hentikan! Tidak ada gunanya kita bertengkar, pasti ada petunjuk yang lain.

Tenggara

: Petunjuk apa? Di sekitar sini hanya ada kita, rumah kita, dan buku ini yang aku
temukan di dekat tempat kita menemukan bulan.

Kurcaci Lain

: Nah! (menunjuk buku)

Timur Laut

: Ini pasti petunjuk penting. Mengapa kamu baru bilang?

Tenggara

: Ya aku tidak tahu.

Utara

: Ini kan Buku Kutukan Warga Langit!

Selatan

: Apa itu Buku Kutukan Warga Langit?

Utara

: Jadi buku ini adalah buku terlarang di perpustakaan kerajaan langit. Siapa pun
yang membacanya, akan tertidur hingga cinta sejatinya hadir dan menciumnya.
Baru dia

Kurcaci Lain

: Wow.. (terkagum)

Barat

: Seperti putri salju.

Timur

: Wah, berarti tinggal mencium lelaki tampan ini ya? Sini biar aku saja. (berusaha
mencium)

Kurcaci Lain

: Hei.. (mencegah Timur mencium bulan)

Tenggara

: Kamu sudah gila Timur, mana mungkin berhasil jika kamu yang menciumnya.

Timur Laut

: Kalau begitu aku saja yang menciumnya. (berusaha mencium)

Utara

: Stop! Diantara kita semua cuma kamu, Timur Laut, yang jarang mandi. Bisa-bisa
bulan nanti tidak akan bangun selamanya.

Barat L. & D.

: Bagaimana jika kita coba satu-satu menciumnya?

Selatan

: Si kembar sinting ini malah mengusulkan hal aneh.

Barat

: Cinta yang luput memang selalu membuat kita sakit hati ya.

TIGA

Kurcaci lain melihat Barat yang berkata demikian hingga akhirnya mereka termenung dan berpikir
solusi terbaik apa yang harus mereka berikan untuk menolong Bulan.

Timur

: Iya benar! Pungguk, pasti ada hubungannya dengan pungguk.

Tenggara

: Tidak mungkin makhluk seperti pungguk itu ada hubungannya dengan hal ini.

Timur Laut

: Sepengetahuanku, Utara yang paling dekat dengan Bulan. Apa pernah kamu
mengetahui sesuatu tentang Pungguk dari Bulan.

Barat Daya

: Benar, Pungguk kan menyukai Bulan.

Barat Laut

: Pungguk juga selalu merindukan Bulan.

Utara

: Sebenarnya aku kurang faham kejadian yang sesungguhnya, memang betul apa
Kata Barat Daya dan barat Laut. Akan tetapi Bulan pernah bercerita bahwa
disaat Bulan ingin menyatakan perasaannya pada Pungguk, Pungguk sudah tidak
pernah muncul lagi dihadapan Bulan. Apa Pungguk sadar bahwa apa yang
dilakukannya adalah sia-sia?

Selatan

: Apa maksudmu mengatakan Pungguk seperti itu? Dia hanya lelah.

Barat

: Semua makhluk punya batas, semua akan terasa ketika cinta lelah berusaha.
Hmm..

Timur

: Sepertinya Selatan sangat dekat dengan Pungguk. Mengapa kamu tiba-tiba


marah?

Tenggara

: Paling-paling Si Selatan cemburu dengan Bulan.

Selatan

: Jaga mulutmu Tenggara. Aku lebih tahu Pungguk daripada siapa pun. Aku adalah
orang terdekat Pungguk. Aku adalah sahabat dari makhluk yang punya usaha
keras dalam mencapai keinginannya. Tidak seperti Bulan yang hanya memberi
harapan-harapan palsunya pada Pungguk.

Utara

: Hei, memangnya Bulan tidak melakukan usaha apa pun? Memangnya Bulan juga
tidak diberi harapan-harapan oleh Pungguk? Jaga ucapanmu seakan kau lah yang
paling benar di semesta ini. Kau bukan pencipta, kau hanya ditugaskan untuk
menjaga bumi dan se-isinya.

Selatan

: Justru karena aku menjaga apa yang menjadi tanggung jawabku, aku tidak akan
membiarkan Bulan menyakiti Pungguk lebih jauh lagi. Lebih baik kau bawa saja
Bulan ke kerajaan langit agar tidak mengusik kerajaan bumi lagi. Aku sudah lelah
dengan semua lelucon kerajaan langit yang selalu mengusik bumi.

Utara

: Tanggung jawab yang tidak bertanggung jawabmulah yang membuat alam ini
tidak seimbang. Selatan melakukan itu semua dengan egoismenya. Hanya

mementingkan urusannya tanpa mempedulikan sebab akibat dari lingkungan


sekitarnya. Sama seperti pembelaannya kepada Pungguk, hanya menyalahkan
tanpa tahu kejelasan nyatanya.
Barat Daya

: Iya, Selatan selalu memaksa kami juga.

Barat Laut

: Selatan juga tidak pernah mendengar pendapat kami.

Selatan

: Oh, jadi selama ini kalian tidak ikhlas? Kalian hanya bermuka dua didepanku?

Barat

: Bagaimana mungkin tidak bermuka dua jika pemimpinnya berlagak tentara


seperti itu.

Selatan

: Diam kau bocah Barat! Kau hanya bisa ber

Tenggara

: Halah akui saja Barat bahwa kau sebenarnya hanya ingin mendekati Pungguk.

Utara

: Pikirkan apa yang kau lakukan, jangan egois.

Selatan

: Ah sudah, lebih baik tutup saja mulutmu. (memukul utara)

Dalang

: Pause! (menekan tombol remote, lalu merubah gesture para kurcaci) Beginilah
para kurcaci, meski merekadiciptakan bersama, sebagai penjaga semesta, tetap
saja mereka memiliki sifat dan karakter yang berbeda-beda. Tentu saja sering
kita lihat kasusnya dalam kehidupan sehari-hari. Perbedaan yang selalu membawa
konflik satu sama lain. Jika kita pikirkan dengan positif, seharusnya betapa
indahnya perbedaan yang ada. Hidup berdampingan dan saling mengisi. Iyakan?
Seperti yang anda lihat sekarang. Oke lanjut

S.K.

: Hah? Apa yang? (keributan kecil)

Timur Laut

: Bulan.. Kau sudar sadar?

Bulan

: Oh iya. Maaf, biar saya tidur lagi.

Selatan

: Sudah cukup kita berdebat. Utara, bawa saja Bulan kembali ke kerajaan langit.

Timur

: Tunggu, itu bukan solusi yang tepat. Bulan masih belum sadar.

Timur Laut

: Betul kata Timur. Itu tidak menyelesaikan masalah, malah membawa


masalah. Bukankah tugas kita menjaga stabilitas semesta ini. Begini saja, kita
sudah tahu permasalahan sebenarnya mengapa Bulan seperti itu karena buku
kutukan kerajaan langit. Karena solusi dari buku itu adalah cinta sejati,
bagaimana jika kita panggil saja Pungguk. Mungkin bisa menyelesaikan masalah
ini.

Barat L. & D.

: aha.. benar itu.

Selatan

: Aku tidak setuju. Aku tidak ingin Pungguk tersakiti lagi.

Utara

: Lalu kamu punya solusi apa lagi? Sudah jangan keras kepala. Semua dsini juga
Setuju. Barat Daya.. Barat Laut.. temani Selatan memanggil Pungguk.

Barat L. D.

: Ayo Selatan, kita panggil Pungguk. (menggandeng tangan Selatan)

Selatan

: Lepaskan! Baiklah aku panggil Pungguk. Tapi aku akan tetap menjaganya. Aku
tetap tidak mau Bulan menyakitinya lagi.

Empat

Selatan, Barat Daya, dan Barat Laut pergi. Seraya menunggu kedatangan mereka kembali, kurcaci
lain berusaha mencari solusi, bagaimana agar Bulan terbangun.
Tenggara

: Nah, benarkan. Selatan hanya cemburu dengan Bulan.

Timur Laut

: Sudah jangan dibahas lagi. Tidak baik untuk kita nantinya.

Timur

: Lalu kita apakan Bulan? Bagaimana jika bukan Pungguk yang menjadi solusi?
Harus bagaimana lagi?

Utara

: Yasudah jika bukan Pungguk solusinya, aku akan membawa Bulan kepada
Raja Langit. Dia pasti tahu solusinya.

Barat

: Coba aku lihat Bulan. Wah ternyata meski tertidur, Bulan tetap tampan ya. Hei
Bulan, kamu kenapa? Ayo dong bangun. Jangan tidur mulu, ayo main.

Tenggara

: Kamu itu sedang apa bodoh. (memukul Bulan hingga Barat mencium Bulan)

K.L.

: Barat, apa yang kamu lakukan?

Bulan

: (terbangun) Hah, dimana aku? Apa yang terjadi? Pungguk.

Utara

: Tenang Bulan, tenang dulu. Kamu ada di rumah kami. Kamu terjaga disini.

Bulan

: Utara, bagaimana bisa aku disini?

Timur Laut

: Kamu kami temukan di depan rumah kami tidak sadarkan diri.

Timur

: Bagaimana bisa kamu berada di bumi dan membawa buku kutukan itu?

Utara

: Sudah, sudah. Bulan masih belum tenang. Biarkan dia tenang dulu.

Bulan

: Cukup Utara, aku tidak apa. Aku minta maaf karena telah merepotkan kalian.
Jujur aku sangat merindukan Pungguk. Begitu banyak cara aku cari agar Pungguk
kembali mengharapkanku, tapi percuma. Akhirnya aku cari cara agar bisa turun
ke bumi. Satu-satunya cara adalah dengan mencuri dan membaca buku terkutuk
ini. Agar aku bisa menemui Pungguk, dan menjelaskan semuanya.

Tenggara

: Maka dari itu, jangan luput ketika ada kesempatan datang. Sekarang rasakan
sendiri akibatnya.

Utara

: Cukup tenggara! Jangan memperkeruh suasana.

Timur Laut

: Utara, jangan ikut terbawa emosi. Biarkan masalah ini selesai sebentar lagi.

Barat

: Lama sekali ya mereka, apakah Pungguk tidak mau bertemu Bulan?

Bulan

: Jika memang begitu adanya, biarkan nanti aku yang mencari dan menghampiri
Pungguk.

Utara

: Tapi jika kamu tidak segera kembali ke kerajaan langit, perputaran semesta
akan kacau. Bagaimana nantinya dengan semesta ini, akan muncul banyak bencana

Barat

: Nah, itu mereka datang!

Barat L. & D.

: (menarik Pungguk) Ayo Pungguk. Sudah jangan melawan. Ini demi kepentinganmu
juga.

Pungguk

: Lepaskan aku! Aku tidak ingin menemuinya. Lepaskan!

Bulan

: Pungguk, kau Pungguk kan. Lama aku tidak melihatmu. Bagaiman kabar, tidak!
Maafkan aku. Maafkan aku yang memungkiri perasaanku di tengah perjuanganmu
mendambakan aku. Aku ingin kamu untuk..

Pungguk

: Cukup Bulan, jangan kau bahas urusan pribadi kita di depan banyak orang. Aku
tak sudi melakukan ini. Lebih baik kamu kembali ke kerajaan langit. Kehadiranmu
di Bumi akan mengacaukan semesta. Kembalilah!

Utara

: Jangan begitu Pungguk. Selesaikanlah terlebih dahulu. Dengarkan apa kata Bulan.

Timur Laut

: Benar Pungguk, berpikirlah tenang. Jangan terburu emosi hingga tidak


menyelesaikan masalah.

Barat Daya

: Iya Pungguk, kasihan Bulan. Cobalah untuk mendengar.

Barat Laut

: Betul itu. Meski sudah tersakiti, apa salahnya mendengarkan Bulan sebentar.

Barat

: Tapi kemana ya Selatan pergi?

Timur

: Bukankah kalian tadi bersamanya?

Pungguk

: Dia menunggu d seberang hutan. Dia tidak ingin lebih emosi lagi. Dia ingin
menenangkan diri terlebih dahulu.

Barat Daya

: Kalau begitu biar kami menemui dia.

Barat Laut

: Kami selalu khawatir jika dia sendiri. Ayo barat!

Barat

: Aku tidak mau, aku ingin disini. Aku tidak mau.

Pungguk

: Kurasa sudah cukup aku berbicara, biarkan aku juga pergi dan menemui Selatan.

Tenggara

: Tunggu Pungguk! Kamu tidak tahu bagaimana bingungnya kami karena ulahmu dan
Bulan. Segera selesaikan urusanmu dengannya atau aku yang membereskannya!

Timur

: Aduh Tenggara ini malah emosi. Ayo ikut aku, biarkalah mereka. Nanti kamu
hanya memperkeruh suasana juga. Ayo Tenggara. (menarik Tenggara)

Timur Laut

: Kalau begitu kami juga pergi. Selesaikanlah urusan kalian. Bukankah kau juga
tidak mau urusan pribadi kalian kami dengarkan. Ayo Utara, beri mereka waktu.

Utara

: Tapi,

Bulan

: Tidak apa Utara. Ini adalah kesalahanku, ini adalah masalahku. Biarkan aku
menyelesaikannya sendiri dengan Pungguk.

LIMA

Seluruh kurcaci telah pergi. Hanya Pungguk dan Bulan yang mencoba mengolah kata satu sama
lain. Terlihat suasana muram, suasana yang tidak bersahabat. Rumah kurcaci, kursi panjang,
bisikan angin berhembus, dan dinginnya hutan yang menjadi saksi perasaan mereka.
Bulan

: Pungguk, aku

Pungguk

: Berbicaralah yang tegas Bulan. Semua kurcaci telah meninggalkan kita. Kau
hanya membuatku malu di depan mereka. Mengapa tidak kau biarkan saja apa
yang telah berlalu, apa yang sudah kau lakukan lupakan saja, apa yang sudah
terjadi biarlah terjadi dan usai.

Bulan

: Bagaimana bisa aku melakukan itu semua dikala perasaan sesal dan bersalahku
padamu bercampur dengan rasa cintaku yang semakin tumbuh, berbunga, dan
semakin indah.

Pungguk

: Apa? Cinta? Jangan berbohong padaku. Kau tidak ingat apa yang kau lakukan
padaku. Bagaimana kau mengacuhkanku, bagaimana kau menyebarkan omong
kosongmu pada seluruh warga langit hingga aku ternodai oleh mulut busukmu
itu. Jangan sekali lagi kau bersikap sombong dan membohongiku. Cukup!

Bulan

: Aku faham memang itulah aku yang dulu. Tapi berbeda dengan sekarang. Aku
telah berubah. Aku sadar, selama ini aku menyayangimu. Perlahan waktu itu
berjalan dan berlalu. Perlahan juga rasa itu semakin kuat. Maafkan aku jika
pernah menyakitimu. Tolong maafkan aku dan terimalah aku. Aku memohon.

Pungguk

: Aku memaafkanmu. Jadi, tolong lepaskan aku.

Bulan

: Apakah kamu tidak mencintaiku lagi? Apakah aku tidak seterang dahulu hingga
kamu menyudahi rasamu kepadaku?

Pungguk

: Tidak cukupkah kau ku tinggalkan agar kau tersadar bahwa aku tidak
menyayangimu lagi. Ya, seperti ucapanmu kala itu kepada warga langit hingga
membuatku tersadar untuk meninggalkanmu. Kita ini berbeda. Tidak akan bisa
warga langit dan warga bumi yang bersatu. Sadarlah betapa tembok penghalang
kita begitu besar. Jangan mengharapkanku lagi. Aku sudah lelah menghadapi ini
semua.

Bulan

: Pasti ada cara lain. Agar kita menyatu. Aku yakin kesempatan masih akan terus
datang hingga tujuan kita tercapai. Kesempatan itu datang seiring dari usaha
kita dalam menggapainya. Percayalah padaku.

Pungguk

: Lepaskan! Wahai bapak motivator, memang kesempatan itu selalu datang dan
membuka senyum manisnya kepada siapa saja yang berusaha dalam menggapai

10

impiannya. Tapi ingat, bagaimana luputnya dirimu membiarkan kesempatan itu


datang. Bahkan kau telah menyakiti kesempatan itu. Sadarlah, tidak hanya luput
tetapi kau juga sudah membunuh kesempatan itu.
Bulan

: Pungguk, biar aku jelaskan. Ada cara untuk warga langit dan bumi menyatu.
Aku sudah mencari-cari dan akhirnya aku temukan. Kita bisa

Pungguk

: Cukup! Hentikan Bulan, aku mohon hentikan. Aku sudah tidak ingin mendengarnya
lagi. Aku mohon, cukup! (menangis)

Bulan

: Maafkan telah membuatmu menangis Pungguk. Tapi ini aku lakukan agar kamu
tahu betapa aku mencintaimu. Aku tidak tahu lagi harus berkata apa selain kata
cinta. Mengapa kau berkata demikian. Aku yakin kamu juga masih mencintaiku.
Tidak ada yang salah dengan apa yang aku katakan, benar bukan Pungguk?

Pungguk

: Ya benar, selalu saja merasa benar hingga kesalahan mengurungmu dalam


kebutaan egoismu. Aku sudah tidak mencintaimu. Sebutir padi pun tidak ada
rasaku kepadamu. Bahkan sekarang aku ingin membenci karena sikapmu yang
seperti itu. Selamat tinggal Bulan, hanya dengan cara ini kau sadar bahwa aku
sudah tidak mencintaimu lagi. Jangan pernah kau mencariku lagi. Masih banyak
bintang disana yang memujamu. Semoga kau berubah menjadi lebih baik dan
bahagia.

Bulan

: Pungguk, tunggu

Pungguk pergi meninggalkan Bulan. Perlahan Bulan meratapi kesedihannya, hanya melihat kupukupu terbang dan meyakinkan diri untuk tenang dan menghadapi kebenaran dari kisahnya dengan
Pungguk.
Dalang

: Nah, bagaimana penonton. Sesuai kata saya, kisah ini banyak dirasakan oleh para
Pemuda pemudi jaman sekarang. Tapi ingat! Bukan humornya, bukan
keceriaannya, bukan pula kesedihan atau galaunya inti cerita yang ingin
disampaikan. Apa pun itu, saya yakin anda semua disi sudah cerdas-cerdas. Asal
berpikir positif ya, jangan berpikiran negatif.
Loh mas, kok sudah dibereskan propertinya?

Crew

: kan sudah selesai Pak Dalang.

Dalang

: Iya betul juga. Kalau begitu cukup sampai disini saja perjumpaan kita. Maaf
apabila banyak hal yang kurang berkenan. Semoga bermanfaat. Sampai jumpa
di lain kesempatan.

SELESAI
11

Anda mungkin juga menyukai