Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Pembimbing / Penguji :
Disusun oleh:
Sharania Manivannan
11.2014.182
KEPANITERAAN KLINIK
ILMU PENYAKIT MATA
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
RUMAH SAKIT MARDI RAHAYU KUDUS
PERIODE 25 MEI 2015- 27 JUNI 2015
1
Tandatangan
............................................
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama
Umur
Agama
Pekerjaan
Tanggal pemeriksaan
Pemeriksa
Moderator
II.
.............................................
: Tn.Y
: 40 tahun
: Islam
: Tukang las
: 28 Mei 2015
: Sharania Manivannan
: Dr Rosalia, Sp.M
PEMERIKSAAN SUBJEKTIF
Auto anamnesis tanggal : 28 Mei 2015, jam 13.00 WIB
Keluhan utama
Mata kanan terasa mengganjal sejak dua minggu yang lalu.
Keluhan tambahan
Mata kanan burem dan sering silau jika terkena sinar matahari.
Riwayat penyakit sekarang
Dua minggu yang lalu setelah terkena gram waktu lagi mengendarai motor,
OS merasa mata kanannya perih, kemeng, dan terlihat merah, kadang
mengeluarkan air mata tetapi tidak banyak dan tidak banyak mengeluarkan
kotoran. OS juga merasa mata kanannya lebih sensitif terhadap sinar. OS berobat
ke dokter umum pada hari yang sama dan diberi obat tetes mata 6 kali sehari dan
2
obat minum (OS lupa apa saja obat minumnya). Setelah beberapa hari
menggunakan obat tersebut, OS merasa matanya masih terasa mengganjal dan
kemeng walaupun tidak merah seperti awalnya. Dua hari sebelum berobat ke poli
mata, OS menyadari penglihatan mata kanannya buram dibandingkan mata kiri.
Pasien datang ke poli mata RS Mardi Rahayu dengan keluhan utama mata kanan
terasa mengganjal. OS tidak pernah menggunakan lensa kontak, sebelumnya tidak
memakai kaca mata, dan tidak pernah mengalami sakit seperti ini sebelumnya.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak memiliki riwayat sakit mata sebelumnya, tidak menggunakan
kacamata (penglihatan tidak buram), tidak ada darah tinggi, kencing manis, asma,
dan alergi.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang memilki penyakit dengan keluhan yang sama dengan
pasien.
III.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan Umum
Tanda Vital
Tekanan darah
Nadi
Respiration rate
Suhu
Kepala
Telinga
Hidung
Tenggorokkan
Thoraks
Jantung
Paru
Abdomen
Ekstremitas
: Compos mentis
: 120/80 mmHg
: 80x/menit
: 22x/menit
: 36,7C
: Normosefali, rambut hitam, distribusi merata
: Normotia, serumen (-), secret (-)
: Deviasi septum (-), secret (-)
: Tonsil T1/T1 tidak hiperemis, faring tidak hiperemis
: BJ I-II regular, gallop (-), murmur (-)
: SN vesikuler, wheezing (-), ronki (-)
: Nyeri tekan (-), bising usus (+) 6x/menit, supel.
: Akral hangat, udem -/-
STATUS OPHTHALMOLOGI
3
Injeksi siliaris
OD
OS
OD
20/20 dengan false
Gerak bola mata normal.
Enopthalmus (-)
Exopthalmus (-)
Strabismus (-)
Nyeri tekan (-)
Edema (-)
Hiperemis (-)
Blefarospasme (-)
Lagopthalmus (-)
Ektropion (-)
Entropion (-)
Injeksi konjungtiva (-)
Injeksi siliar (+)
Bangunan patologis (-)
Infiltrat (-)
Kemosis (-)
Sekret (-)
Normal, warna putih
PEMERIKSAAN
Visus
Koreksi
Bulbus Oculi
Palpebra
Conjunctiva
Sclera
Kornea
Iris
Pupil
OS
20/20
Gerak bola mata normal.
Enopthalmus (-)
Exopthalmus (-)
Strabismus (-)
Nyeri tekan (-)
Edema (-)
Hiperemis (-)
Blefarospasme (-)
Lagopthalmus (-)
Ektropion (-)
Entropion (-)
Injeksi konjungtiva (-)
Injeksi siliar (-)
Bangunan patologis (-)
Infiltrat (-)
Kemosis (-)
Sekret (-)
Normal, warna putih
Bulat, jernih
Edem (-)
Infiltrat (-)
Sikatrik (-)
Tes sensibilitas normal
Jernih
Kedalaman cukup
Hipopion (-)
Hifema (-)
Kripta (+)
Warna coklat
Edema (-)
Sinekia (-)
Atrofi (-)
Reguler
Letak sentral
Diameter 3 mm
4
Jernih
Jernih
Positif
C/D ratio 0,3. Eksudasi - ,
arteri : vena = 2:3,
Retina
perdarahan - ,
neovaskularisasi - ,
Normal
Normal
I.
eksudasi Normal
Normal
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Tidak ada
II.
RESUME
Subjektif
Dua minggu yang lalu setelah terkena gram waktu lagi mengendarai motor,
OS merasa mata kanannya perih, kemeng, dan terlihat merah, kadang
mengeluarkan air mata tetapi tidak banyak dan tidak banyak mengeluarkan
kotoran. OS juga merasa mata kanannya lebih sensitif terhadap sinar. OS berobat
ke dokter umum pada hari yang sama dan diberi obat tetes mata 6 kali sehari dan
obat minum (OS lupa apa saja obat minumnya). Setelah beberapa hari
menggunakan obat tersebut, OS merasa matanya masih terasa mengganjal dan
kemeng walaupun tidak merah seperti awalnya. Dua hari sebelum berobat ke poli
mata, OS menyadari penglihatan mata kanannya buram dibandingkan mata kiri.
Pasien datang ke poli mata RS Mardi Rahayu dengan keluhan utama mata kanan
terasa mengganjal. OS tidak pernah menggunakan lensa kontak, sebelumnya tidak
memakai kaca mata, dan tidak pernah mengalami sakit seperti ini sebelumnya.
Objektif
o Pemeriksaan fisik generalis dalam batas normal.
o VOD: 20/20 dengan false
VOS: 20/20
o Konjungtiva OD: injeksi siliar
o Kornea: epitelisasi (+), sentral, tepi rata, berbatas tegas, jaringan
sikatrik(-), fluorescein tes(-), tes sensibilitas kornea normal.
III.
DIAGNOSIS KERJA
5
DIAGNOSIS BANDING
- OD makula kornea
- OD leukoma kornea
- OD corpus alienum
- OD nebula kornea
V.
PENATALAKSANAAN
Non-medika Mentosa
Medika Mentosa
-
VI.
1 dd tab 1 (p.o.)
4 dd gtt I OD
1 dd tab I (p.o.)
6 dd gtt I OD
4 dd gtt 1 OD
PROGNOSIS
OD
OS
Ad Functionam
Dubia Ad bonam
Ad bonam
Ad Sanationam
Dubia Ad bonam
Ad bonam
Ad Cosmetikum
Dubia Ad bonam
Ad bonam
Ad Vitam
Ad bonam
Ad bonam
VII.
EDUKASI
- Menggunakan obat yang benar dan teratur
- Kontrol teratur ke dokter mata (tiap 2-3 hari)
- Gunakan kaca mata pelindung
- Jangan mengucek mata
- Makan makanan bergizi dan istirahat cukup untuk membantu mempercepat
-
penyembuhan penyakit.
Mata jangan terlalu sering terpapar sinar matahari ataupun debu. Disarankan
Tinjauan Pustaka
KERATITIS ET CAUSA CORPUS ALIENUM
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Kornea merupakan bagian anterior dari mata yang harus dilalui cahaya, dalam
perjalanan pembentukan bayangan di retina. Karena itu kornea harus tetap jernih dan
permukaannya rata agar tidak menghalangi proses pembiasan sinar. Kelainan yang bisa
merusak bentuk dan kejernihan kornea dapat menimbulkan gangguan penglihatan yang hebat,
terutama bila letaknya di sentral (daerah pupil), bila kelainan ini tidak diobati maka dapat
terjadi kebutaan. Kelainan kornea yang paling sering ditemukan adalah keratitis. Keratitis
merupakan suatu proses peradangan kornea yang dapat bersifat akut maupun kronis yang
disebabkan oleh berbagai faktor antara lain bakteri, jamur, virus atau karena alergi. keratitis
dapat dibagi menjadi beberapa golongan berdasarkan kedalaman lesi pada kornea
(tempatnya), penyebab dan bentuk klinisnya.
Berdasarkan tempatnya keratitis secara garis besar dapat dibagi menjadi keratitis
pungtata superfisialis, keratitis marginal dan keratitis interstitial.Berdasarkan penyebabnya
keratitis digolongkan menjadi keratitis bakterialis, keratitis fungal, keratitis viral, keratitis
akibat alergi.Kemudian berdasarkan bentuk klinisnya dapat dibagi menjadi keratitis sika,
keratitis flikten, keratitis nurmularis dan keratitis neuroparalitik.1
Gejala umum keratitis adalah visus turun perlahan, mata merah, rasa silau, dan merasa
ada benda asing di matanya.Gejala khususnya tergantung dari jenis-jenis keratitis yang
diderita oleh pasien. Gambaran klinik masing-masing keratitis pun berbeda-beda tergantung
dari jenis penyebab dan tingkat kedalaman yang terjadi di kornea, jika keratitis tidak
ditangani dengan benar maka penyakit ini akan berkembang menjadi suatu ulkus yang dapat
merusak kornea secara permanen sehingga akan menyebabkan gangguan penglihatan bahkan
dapat sampai menyebabkan kebutaan sehingga pengobatan keratitis haruslah cepat dan tepat
1
agar tidak menimbulkan komplikasi yang merugikan di masa yang akan datang terutama pada
pasien yang masih muda.1
2.1 Anatomi dan Fisiologi Kornea
7
Kornea merupakan bagian selaput mata yang tembus cahaya, bersifat transparan,
berukuran 11-12 mm horizontal dan 10-11 mm vertikal, tebal 0,6-1mm. Indeks bias kornea
1,375 dengan kekuatan pembiasan 80%. Sifat kornea yang dapatditembus cahaya ini
disebabkan oleh struktur kornea yang uniform, avaskuler dan diturgesensatau keadaan
dehidrasi relatif jaringan kornea yang dipertahankan oleh pompa bikarbonataktif pada endotel
dan oleh fungsi sawar epitel dan endotel. Endotel lebih penting daripadaepitel dalam
mencegah dehidrasi, dan cedera kimiawi atau fisik pada endotel jauh lebih beratdaripada
cedera pada epitel. Kerusakan sel-sel endotel jauh menyebabkan sifat transparanhilang dan
edema kornea, sedangkan kerusakan epitel hanya menyebabkan edema lokalsesaat karena
akan menghilang seiring dengan regenerasi epitel.
Batas antara sclera dan kornea disebut limbus kornea.Kornea merupakan lensa
cembung dengan kekuatan refraksi sebesar + 43 dioptri.Jika kornea oedem karena suatu
sebab, maka kornea juga bertindak sebagai prisma yang dapat menguraikan sinar sehingga
penderita akan melihat halo. Kornea bersifat avaskuler, maka sumber-sumber nutrisi kornea
berasal dari pembuluh-pembuluh darah limbus, humor aquaeus dan air mata. Kornea
superfisial juga mendapatkan oksigen sebagian besar dari atmosfer. Kornea dipersarafi oleh
banyak serat saraf sensorik yang didapat dari percabangan pertama (oftalmika) dari nervus
kranialis V yang berjalan supra koroid, masuk kedalam stromakornea, menembus membran
bowman dan melepaskan selubung schwannya.
Bulbus Krause untuksensasi dingin ditemukan didaerah limbus. Daya regenerasi saraf
sesudah dipotong didaerahlimbus terjadi dalam waktu 3 bulan. Kornea merupakan lapis
jaringan yang menutup bola mata sebelah depan dan terdiri atas lima lapisan dari anterior ke
posterior yaitu: lapisan epitel (yang bersambung dengan lapisan epitel konjungtiva bulbaris),
membran bowman, stroma, membran descemet dan lapisan endotel.2
1. Epitel
Lapisan epitel kornea tebalnya50m berbentuk pipih berlapis tanpa tanduk, ada satu
lapis sel basal dan sel polygonal. Sel bersifat fat soluble substance. Pada sel basal sering
terlihat mitosis sel dan sel muda ini terdorong kedepan menjadi lapis sel sayap dan semakin
maju kedepan menjadi sel pipih, sel basal berikatan erat dengan sel basal disampingnya dan
sel polygonal didepannya melalui desmosom dan macula okluden. Ikatan ini menghambat
pengaliran air, elektrolit dan glukosa melalui barrier. Sel basal menghasilkan membran basal
yang saling melekat erat. Bila terjadi gangguan akan menjadi erosi rekuren. Ujung saraf
kornea berakhir di epitel, oleh karena itu kelainan pada epitel akan menyebabkan gangguan
sensibilitas korena dan rasa sakit dan mengganjal. Dayaregenerasi epitel juga cukup besar.
2. Membran Bowman
Terletak di bawah membran basal epitel kornea yang merupakan kolagenyang
tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma. Lapisan ini tidak
mempunyai daya regenerasi.Kerusakan pada lapisan ini akan berakhir dengan terbentuknya
jaringan parut.
3. Stroma
Stroma merupakan lapisan yang paling tebal dari kornea, mencakup sekitar 90% dari
ketebalan kornea. Bersifat water soluble substance.Terdiri atas jaringan kolagen yang
tersusun atas lamel-lamel, pada permukaannya terlihatanyaman yang teratur sedang dibagian
perifer serat kolagen bercabang. Stromabersifat higroskopis yang menarik air, kadar air diatur
oleh fungsi pompa sel endoteldan penguapan oleh sel epitel. Terbentuknya kembali serat
kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadangsampai 15 bulan. Keratosit merupakan sel
stroma kornea yang merupakan fibroblastterletak di antara serat kolagen stroma. Diduga
keratosit membentuk bahan dasar danserat kolagen dalam perkembangan embrio atau
sesudah trauma.
4. Membran Descemet
Merupakan membran aselular yang tipis, kenyal, kuat dan bening, terletak dibawah
stroma dan pelindung atau barrier infeksi dan masuknya pembuluhdarah. Membran ini sangat
elastisdan berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal 40m.1,2
5. Endotel
Merupakan lapisan kornea yang penting untuk mempertahankan kejernihan kornea,
mengaturcairan didalam stroma kornea dan tidak mempunyai daya regenerasi, sehingga
endotel mengkompensasi sel-sel yang mati dengan mengurangi kepadatan seluruh endotel
dan memberikan dampak pada regulasi cairan, jika endotel tidak lagi dapat menjaga
keseimbangan cairan akibat gangguan sistem pompa endotel, maka stroma akan bengkak
karena kelebihan cairan (edema kornea) dan hilangnya transparansi (kekeruhan) akan terjadi.
Dapat rusak atau terganggu fungsinya akibat traumabedah, penyakit intraokuler dan usia
lanjut. Lapisan endotel berasal dari mesotalium, terdiri atas satu lapis sel berbentuk
heksagonal dengan tebal 20-40m yang melekat padamembran descmet melalui hemi
desmosom dan zonula okluden.
2.2 Keratitis
2.2.1 Definisi
Keratitis adalah radang pada kornea atau infiltrasi sel radang pada kornea yang akan
mengakibatkan kornea menjadi keruh sehingga tajam penglihatan menurun. Infeksi pada
kornea bisa mengenai lapisan superficial yaitu pada lapisan epitel atau membran bowman
danlapisan profunda jika sudah mengenai lapisan stroma.
2.2.2 Epidemiologi
Menurut Murillo Lopez (2006), Sekitar 25.000 orang Amerika terkena keratitisbakteri per
tahun. Kejadian keratitis bakteri bervariasi, dengan lebih sedikit pada negara-negaraindustri
yang secara signifikan lebih sedikit memiliki jumlah pengguna lensa kontak. Insiden keratitis
jamur bervariasi sesuai dengan lokasi geografis dan berkisar dari2% dari kasus keratitis di
New York untuk 35% di Florida. Spesies Fusarium merupakanpenyebab paling umum infeksi
jamur kornea di Amerika Serikat bagian selatan (45-76% darikeratitis jamur), sedangkan
spesies Candida dan Aspergillus lebih umum di negara-negara utara. secara signifikan lebih
sedikit yang berkaitan dengan infeksi lensa kontak.3
2.2.3 Etiologi
Keratitis dapat disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya:
1. Virus
2. Bakteri
3. Jamur
4. Paparan sinar ultraviolet seperti sinar matahari atau sunlamps. Hubungan ke
sumbercahaya yang kuat lainnya seperti pengelasan busur
5. Iritasi dari penggunaan berlebihan lensa kontak.
6. Mata
kering
yang
disebabkan
oleh
kelopak
mata
robek
atau
tidak
10
11
A. Keratitis Pungtata
Keratitis yang terkumpul di daerah Bowman, dengan infiltrat berbentuk bercak-bercak halus.
Keratitis pungtata superfisial memberikan gambaran seperti infiltrat halus bertitik-titikpada
permukaan kornea. Merupakan cacat halus kornea superfisial dan hijau biladiwarnai
fluoresein. Sedangkan keratitis pungtata subepitel adalah keratitis yang terkumpuldi daerah
membran Bowman.3,4
B. Keratitis Marginal
Merupakan infiltrat yang tertimbun pada tepi kornea sejajar dengan limbus. Penyakit infeksi
lokal konjungtiva dapat menyebabkan keratitis kataral atau keratitis marginal ini. Keratitis
marginal kataral biasanya terdapat pada pasien setengah umur dengan adanya
blefarokonjungtivitis.
C. Keratitis Interstitial
Keratitis interstitial adalah kondisi serius dimana masuknya pembuluh darah kedalam kornea
dan dapat menyebabkan hilangnya transparansi kornea. Keratitis interstitial dapat berlanjut
menjadi kebutaan. Sifilis adalah penyebab paling sering dari keratitis interstitial.
Klasifikasi keratitis berdasarkan penyebabnya, yaitu :
A. Keratitis Bakteri
1. Faktor Risiko
Setiap faktor atau agen yang menciptakan kerusakan pada epitel kornea adalah
potensipenyebab atau faktor risiko bakteri keratitis, beberapa faktor risiko terjadinya keratitis
bakteri diantaranya:
Trauma
12
2. Manifestasi Klinis
Pasien keratitis biasanya mengeluh mata merah, berair, nyeri pada mata yang
terinfeksi, penglihatan silau, adanya sekret dan penglihatan menjadi kabur. Pada pemeriksaan
bola mata eksternal ditemukan hiperemis perikornea, blefarospasme, edema kornea, infiltrasi
kornea.3,4
3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan kultur bakteri dilakukan dengan menggores ulkus kornea dan bagian
tepinya dengan menggunakan spatula steril kemudian ditanam di media cokelat,
darah dan agar Sabouraud, kemudian dilakukan pengecatan dengan Gram.
Biopsy kornea dilakukan jika kultur negatif dan tidak ada perbaikan secara klinis
dengan menggunakan blade kornea bila ditemukan infiltrat dalam di stroma.
4. Terapi
Dapat diberikan inisial antibiotik spektrum luas sambil menunggu hasil kultur bakteri.
Berikut tabel pengobatan inisial antibiotik yang dapat diberikan:
13
Jamur
bersepta
Cladosporiumsp,
Furasium
Penicillium
sp,
sp,
Acremonium
Paecilomyces
sp,
sp,
Aspergillus
sp,
Phialophora
sp,
b. Jamur ragi (yeast) yaitu jamur uniseluler dengan pseudohifa dan tunas :Candida
albicans, Cryptococcus sp, Rodotolura sp.
c. Jamur
difasik.
Pada
pembiakanmembentuk
jaringan
miselium
hidup
:
membentuk
Blastomices
sp,
ragi
sedang
media
Coccidiodidies
sp,
14
2. Patologi
Hifa jamur cenderung masuk stroma secara paralel ke lamella kornea.Mungkin ada
nekrosis koagulatif stroma kornea yang meluas dengan edema seratkolagen dan keratosit.
Reaksi inflamasi yang menyertai kurang terlihat daripadakeratitis bakterialis. Abses cincin
steril mungkin ada yang terpisah pusat ulkus.Mikroabses yang multipel dapat mengelilingi
lesi utama. Hifa berpotensi masuk ke membran descemet yang intak dan menyebar ke kamera
okuli anterior.4
3. Manifestasi Klinis
Reaksi peradangan yang berat pada kornea yang timbul karena infeksi jamur dalam
bentuk mikotoksin, enzim-enzim proteolitik, dan antigen jamur yang larut. Agen-agen ini
dapat menyebabkan nekrosis pada lamella kornea, peradangan akut ,respon antigenik dengan
formasi cincin imun, hipopion, dan uveitis yang berat.
Ulkus kornea yang disebabkan oleh jamur berfilamen dapat menunjukkan infiltrasi
abu-abu sampai putih dengan permukaan kasar, dan bagian kornea yangtidak meradang
tampak elevasi keatas. Lesi satelit yang timbul terpisah dengan lesiutama dan berhubungan
dengan mikroabses stroma. Plak endotel dapat terlihat paralelterhadap ulkus. Cincin imun
dapat mengelilingi lesi utama, yang merupakan reaksi antara antigen jamur dan respon
antibodi tubuh. Sebagai tambahan, hipopion dansekret yang purulen dapat juga timbul.
Reaksi injeksi konjungtiva dan kamera okulianterior dapat cukup parah.Untuk menegakkan
diagnosis klinik dapat dipakai pedoman berikut :
Lesi satelit
Tepi ulkus sedikit menonjol dan kering, tepi yang ireguler dan tonjolan sepertihifa
di bawah endotel utuh
Plak endotel
15
4. Pemeriksaan Penunjang
5. Terapi
Obat-obat anti jamur yang dapat diberikan meliputi:
C. Keratitis Virus
1. Etiologi
Herpes Simpleks Virus (HSV) merupakan salah satu infeksi virus tersering pada kornea.Virus
herpes simpleks menempati manusia sebagai host, merupakan parasit intraselularobligat,
dapat ditemukan pada mukosa, rongga hidung, rongga mulut, vagina dan mata.Penularan
dapat terjadi melalui kontak dengan cairan dan jaringan mata, rongga hidung,mulut, alat
kelamin yang mengandung virus.
2. Patofisiologi
Patofisiologi keratitis herpes simpleks dibagi dalam 2 bentuk :
Pada stromal : terjadi reaksi imunologik tubuh terhadap virus yang menyerang
yaitureaksi antigen-antibodi yang menarik sel radang ke dalam stroma. Sel radang
inimengeluarkan bahan proteolitik untuk merusak virus tetapi juga akan merusak
stromadi sekitarnya.
3. Manifestasi Klinis
Pasien dengan HSV keratitis mengeluh nyeri, fotofobia, penglihatan kabur, mata
berair, mata merah, tajam penglihatan turun terutama jika bagian pusat yang terkena.
16
Infeksi primer herpes simpleks pada mata biasanya berupa konjungtivitis folikularis akut
disertai
blefaritis
vesikuler
yang
ulseratif,
serta
pembengkakan
kelenjar
limfe
regional.Kebanyakan penderita juga disertai keratitis epitelial dan dapat mengenai stroma
tetapijarang.
Pada dasarnya infeksi primer ini dapat sembuh sendiri, akan tetapi pada
keadaantertentu di mana daya tahan tubuh sangat lemah akan menjadi parah dan menyerang
stroma
4. Pemeriksaan Penunjang
Usapan epitel dengan Giemsa multinuklear noda dapat menunjukkan sel-sel raksasa, yang
dihasilkan dari perpaduan dari sel-sel epitel kornea yang terinfeksi dan virus intranuclear
inklusi.
5. Terapi
Debridement
Terapi Obat
IDU(Idoxuridine) analog pirimidin (terdapat dalam larutan 1% dan
diberikan setiap jam, salep 0,5% diberikan setiap 4 jam)
Vibrabin: sama dengan IDU tetapi hanya terdapat dalam bentuk salep
Trifluorotimetidin (TFT): sama dengan IDU, diberikan 1% setiap 4 jam
Asiklovir (salep 3%), diberikan setiap 4 jam.
Asiklovir oral dapat bermanfaat untuk herpes mata berat, khususnya
padaorang atopi yang rentan terhadap penyakit herpes mata dan kulit
agresif.
17
Terapi Bedah
penderita
Gatal
Fotofobia
3. Terapi
Kompres dingin
Obat vasokonstriktor
18
benang-benang (filamen) yang sebenarnya sekret yang menempel, karena itu, disebut juga
keratitis filamentosa.
C. Keratitis Numularis
Diduga dari virus. Pada klinis, tanda-tanda radang tidak jelas, terdapat infiltrat bulat-bulat
subepitelial di kornea, dimana tengahnya lebih jernih, disebut halo (diduga terjadi karena
resorpsi dari infiltrat yang dimulai di tengah). Tes fluoresen (-).Keratitis ini kalau sembuh
meninggalkan sikatrik yang ringan.
2.2.6 Komplikasi
Komplikasi yang paling ditakuti dari keratitis adalah penipisan kornea dan akhirnya
perforasi kornea yang dapat mengakibatkan endophtalmitis sampai hilangnya penglihatan
(kebutaan). Beberapa komplikasi yang lain diantaranya:
Gangguan refraksi
Ulkus kornea
Perforasi kornea
Glaukoma sekunder
2.2.7
Prognosis
Keratitis dapat sembuh dengan baik jika ditangani dengan tepat dan jika tidak diobati dengan
baik dapat menimbulkan ulkus yang akan menjadi sikatriks dan dapat mengakibatkan hilang
penglihatan selamanya.
Prognosis visual tergantung pada beberapa faktor, tergantung dari:
Virulensi organisme.
BAB III
KESIMPULAN
Keratitis merupakan suatu infeksi pada kornea yang ditandai dengan adanya infiltrat
yang disebabkan oleh beberapa faktor. Berdasarkan tempatnya keratitis secara garis besar
20
dapat dibagi menjadi keratitis pungtata superfisialis, keratitis marginal dan keratitis
interstitial. Berdasarkan penyebabnya keratitis digolongkan menjadi keratitis bakterialis,
keratitis fungal, keratitis viral dan keratitis akibat alergi. Kemudian berdasarkan bentuk
klinisnya dapat dibagi menjadi keratitis sika, keratitis flikten, keratitis nurmularis dan
keratitis neuroparalitik.
Gejala umum keratitis adalah visus turun mendadak, mata merah, rasa silau, dan
merasa ada benda asing di matanya. Gejala khususnya tergantung dari jenis-jenis keratitis
yang diderita oleh pasien. Gambaran klinik masing-masing keratitis pun berbeda-beda
tergantung dari jenis penyebab dan tingkat kedalaman yang terjadi di kornea, jika keratitis
tidak ditangani dengan benar maka penyakit ini akan berkembang menjadi suatu ulkus yang
dapat merusak kornea secara permanen sehingga akan menyebabkan gangguan penglihatan
bahkan dapat sampai menyebabkan kebutaan.6
DAFTAR PUSTAKA
1. American Academy of Ophthalmology. External Eye Disease and Cornea. San Fransisco
2008-2009. p. 179-90
2. Roderick B. Kornea. In: Vaughan & Asbury. Oftalmologi Umum Edisi 17. Jakarta : EGC.
2009. p. 125-49.
3. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata edisi2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2002. p.113116
4. Mansjoer, Arif M. 2001. Kapita Selekta edisi-3 jilid-1. Jakarta: Media Aesculapius FKUI.
Hal: 56
5. Thygeson P. "Superficial Punctate Keratitis". Journal of the American Medical
Association.1997.
21