1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Udara dan gas termasuk bahan isolasi yang banyak
digunakan untuk mengisolasi peralatan listrik tegangan tinggi
karena biayanya lebih murah dibandingkan bahan isolasi yang
lainnya. Isolasi dimaksudkan untuk memisahkan dua atau lebih
penghantar listrik yang bertegangan, sehingga antara penghantar
-penghantar yang bertegangan tidak terjadi lompatan listrik
( flashover ) atau percikan ( sparkover ).
Bahan isolasi gas terutama udara merupakan bahan
isolasi yang banyak digunakan pada peralatan tegangan tinggi
karena udara pada keadaan normal ( udara yang ideal )
merupakan isolator yang sempurna dan juga paling banyak
digunakan karena murah, mudah dan sederhana. Menurut
standart VDE ( VDE 0433-2 ) bentuk elektroda yang digunakan
dalam pengujian tegangan tembus gas adalah elektroda bolabola. Untuk mengetahui pengaruh bentuk elektroda terhadap
besarnya tegangan tembus pada isolasi udara perlu dilakukan
pengujian pada bentuk elektroda yang lain. Bentuk elektroda
yang dapat digunakan adalah elektroda bola-bidang dan jarumbidang.
Namun pada kenyataannya, udara yang sesungguhnya
tidak hanya terdiri dari molekul-molekul netral saja tetapi ada
sebagian kecil didalamnya berupa ion-ion dan elektron-elektron
bebas, yang akan mengakibatkan udara dan gas mengalirkan
arus walaupun dalam kapasitas yang terbatas atau kecil. Jika
gas dipanasi sampai suhu yang cukup tinggi, maka banyak atom
netral akan memperoleh energi yang diperlukan untuk
mengionisasikan atom- atom yang mereka bentur. Selain
temperatur, jarak sela antar penghantar yang bertegangan juga
akan menentukan laju pergerakan elektron dalam dielektrik
1.2. Tujuan
Tujuan penyusunan tugas akhir ini adalah :
a. Mempelajari mekanisme tegangan tembus pada media
isolasi udara.
b. Mengamati dan mempelajari pengaruh jarak sela elektroda
terhadap tegangan tembus pada isolasi udara.
c. Mengamati dan mempelajari pengaruh polaritas tegangan
terhadap tegangan tembus pada isolasi udara.
d. Mengamati dan mempelajari pengaruh temperatur terhadap
tegangan tembus pada isolasi udara.
e. Mengamati dan mempelajari pengaruh bentuk elektroda
terhadap tegangan tembus pada isolasi udara.
1
ne
2
n o e d
1 - (ed 1)
................................................... (2.2)
atau I
I o e d
...................................................... (2.3)
1 - (ed 1)
dimana :
Io : arus yang meninggalkan katoda
d : jarak celah
Mekanisme Townsend menjelaskan tentang fenomena
kegagalan yang hanya terjadi pada tekanan yang rendah
dibawah tekanan atmosfer. Pada tekanan diatas tekanan
atmosfer berlaku mekanisme strimer yang mempersyaratkan
adanya distorsi medan karena muatan ruang.
2.5. Mekanisme Kegagalan Streamer
Mekanisme strimer ( streamer ) menjelaskan
pengembangan pelepasan percikan langsung dari banjiran
tunggal di mana muatan ruang ( space charge ) yang terjadi
karena banjiran itu sendiri mengubah banjiran tersebut menjadi
strimer plasma. Sesudah itu kehantaran naik dengan cepat dan
kegagalan terjadi dalam alur ( channel ) banjiran ini.
Ciri utama teori kegagalan strimer, di samping proses
ionisasi benturan ( ) Townsend, adalah postulasi sejumlah
besar fotoionisasi molekul gas dalam ruang didepan strimer dan
pembesaran medan listrik setempat oleh muatan ruang ion pada
ujung strimer, dimana ruangan ini menimbulkan distorsi medan
dalam sela. Ion-ion positif dapat dianggap stasioner
dibandingkan dengan elektron-elektron yang bergerak lebih
cepat, dan banjiran terjadi dalam sela dalam bentuk awan
elektron yang membelakangi muatan ruang ion positif.
Ada dua jenis strimer [9] :
1. Positif, atau strimer yang mengarah ke katoda
2. Negatif, atau strimer yang menuju ke anoda
2.6. Kegagalan dalam Medan Tak-Seragam
Didalam medan yang tak-seragam, misalnya dalam sela
titik-bidang, sela bola-bidang atau silinder koaksial, medan yang
diterapkan dan koefisien Townsend pertama berubah sepanjang
sela. Dan daraban ( multiplication ) elektroda ditentukan oleh
integral sepanjang lintasan. Pada tekanan rendah kriteria
Townsend mempunyai bentuk [8,9]:
VS
bB 273 20 0,386.bB
x
.................................. (2.7)
760 273 t B
273 t B
................................................... (2.6)
dimana
VS = tegangan lompatan pada keadaan standar
VB= tegangan lompatan yang diukur pada
keadaan sebenarnya
d = kepadatan udara relatif ( relative air density )
.dx
0
1 1 ............................................................ (2.4)
VB
d
s dalam mm
10
20 30 40 50
Udo dalam kV
Tegangan Tembus
140
Tegangan Tembus ( kV )
120
100
80
60
40
20
0
10
20
30
40
50
Jarak Sela ( mm )
3.1. Pendahuluan
Udara dan gas termasuk bahan isolasi yang banyak
digunakan untuk mengisolasi peralatan listrik tegangan tinggi.
Isolasi dimaksudkan untuk memisahkan dua atau lebih
penghantar listrik yang bertegangan, sehingga antara
penghantar-penghantar yang bertegangan tidak terjadi lompatan
listrik (flashover) atau percikan (sparkover). Pada tegangan
yang semakin tinggi sudah barang tentu diperlukan bakan isolasi
yang mempunyai kuat isolasi yang lebih tinggi pula. Jika
tegangan yang diterapkan pada penghantar telah mencapai
tingkat ketinggian tertentu, maka bahan isolasi tersebuat akan
mengalami pelepasan muatan (lucutan, discharge), yang
merupakan suatu bentuk kegagalan listrik. Kegagalan ini
menyebabkan hilangnya tegangan dan mengalirnya arus dalam
bahan isolasi.
Peralatan dan Bahan
Adapun peralatan yang digunakan adalah : sumber tegangan
ac 220 Volt, kit pembangkit tegangan tinggi ac, thermometer,
elemen pemanas 250 watt yang digunakan untuk memanaskan
temperatur ruang hingga temperatur 40oC, es batu digunakan
untuk mendinginkan temperatur ruang hingga temperatur 20oC,
boxs, kipas angin (fan), elektroda bola (alumunium), elektroda
jarum (alumunium), elektroda bidang (stainles steel), konektor,
dudukan elektroda, akrilik (dengan ketebalan 2 mm, 3 mm, 5
mm, 10 mm) untuk mengukur jarak sela antar kedua elektroda,
regulator tegangan, resistor 20 Mohm, kapasitor 100 pF 100 kV.
3.2.1. Boxs dan Perlengkapannya
Boxs yang digunakan adalah terbuat bari bahan kayu
yang mepunyai dimensi panjang 60cm, lebar 20 cm dan tinggi
30 cm dan dilengkapi kipas angin, elemen pemanas serta es
batu. Boxs, es batu, elemen pemanas dan kipas angin digunakan
untuk mengkondisikan temperatur udara pada kondisi di bawah
temperatur ruang dan kondisi diatas temperatur ruang. Untuk
memperoleh temperatur dibawah temperatur ruang ( kondisi
basah ) maka diperlukan es batu yang dimasukkan kedalam box
dan menghidupkan kipas angin yang ada didalamnya agar
temperatur ruang dapat merata diseluruh ruangan boxs tersebut.
Begitu pula halnya untuk memperoleh temperatur di atas
temperatur ruang ( kondisi kering ) dengan cara meletakkan
elemen pemanas di dalam boxs dan mengatur tegangan yang
diterapkan pada elemen pemanas tersebut dengan menggunakan
regulator tegangan untuk memperoleh temperatur yang
diinginkan.
Tabel 4.1
Tegangan tembus pada T 20oC, T 30oC dan T 40oC dengan
polaritas positif negatif pada elektroda bola-bidang
Tegangan Breakdown
Sela
(mm)
Polaritas
Positif - Negatif
Rata-Rata ( KV )
Polaritas
Positif - Negatif
Polaritas
Positif - Negatif
(High - Ground)
( High - Ground )
( High - Ground )
Temperatur20oC
Temperatur 30oC
Temperatur 40oC
3,262
2,619
2,960
4,436
4,214
4,163
5,443
4,939
4,774
7,898
7,280
5,513
10
9,682
9,398
6,696
12
12,123
11,420
8,233
14
12,883
12,736
9,723
16
14,480
13,312
11,365
18
15,912
15,334
12,508
20
17,435
16,310
13,973
Tegangan ( KV )
Tegangan
Jarak
34
32
30
28
26
24
22
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
2
10
12
14
16
18
20
Jarak Se la ( mm )
T 20 C
T 30 C
T 40 C
Gambar 4.2. Tegangan tembus pada T 20oC, T 30oC dan T 40oC dengan
polaritas negatif-positif untuk elektroda bola-bidang
Tegangan Breakdown
Tegangan ( KV )
Tegangan ( KV )
24
22
20
18
16
14
34
32
30
28
26
24
22
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
2
12
10
10
12
14
16
18
20
Jarak Sela ( mm )
8
6
4
2
T20 C ( H-G )
T30 C ( H-G)
T40 C ( H-G )
T20 C ( G-H )
T30 C ( G-H )
T40 C ( G-H )
0
2
10
12
14
16
18
20
Jarak Se la ( mm )
T 20 C
T 30 C
T 40 C
Gambar 4.3 Tegangan tembus pada T 200 C, T 300C dan T 400C dengan
polaritas positif-negatif dan polaritas negatif-positif pada
elektroda bola-bidang
Gambar 4.1 Tegangan tembus pada T 20oC, T 30oC dan T 40oC dengan
polaritas positif negatif pada elektroda bola-bidang
Tabel 4.2
Tegangan tembus pada T 20oC, T 30oC dan T 40oC dengan
polaritas negatif-positif pada elektroda bola-bidang
Tegangan
Jarak
Sela
(mm)
Polaritas
Negatif - Positif
Rata-Rata ( KV )
Polaritas
Negatif - Positif
Polaritas
Negatif - Positif
( Ground - High )
( Ground - High )
( Ground - High )
Temperatur 20oC
Temperatur 30oC
Temperatur 40oC
5,485
5,683
5,491
10,169
10,192
10,205
13,045
12,430
12,757
15,862
15,630
15,505
10
18,715
18,752
18,233
12
21,982
21,152
20,965
14
24,418
23,348
23,553
16
26,130
25,092
25,097
18
28,310
26,920
27,105
20
30,327
29,596
29,023
Tabel 4.3
Tegangan tembus pada T 20oC, T 30oC , dan T40oC dengan
polaritas positif negatif pada elektroda jarum-bidang
Tegangan
Jarak
Sela
(mm)
Polaritas
Positif - Negatif
Rata-Rata ( KV )
Polaritas
Positif - Negatif
Polaritas
Positif - Negatif
( High - Ground)
( High - Ground )
( High - Ground)
Temperatur 20oC
Temperatur 30oC
Temperatur 40oC
3,262
2,619
2,960
4,436
4,214
4,163
6
8
5,443
7,898
4,939
7,280
4,774
5,513
10
12
9,682
12,123
9,398
11,420
6,696
8,233
14
16
12,883
14,480
12,736
13,312
9,723
11,365
18
15,912
15,334
12,508
20
17,435
16,310
13,973
14
12
10
8
6
4
2
0
2
10
12
14
16
18
20
Jarak Sela ( mm )
T 20 C
T 30 C
T 40 C
Jarak
Sela
(mm)
Polaritas
Negatif - Positif
Rata-Rata ( KV )
Polaritas
Negatif - Positif
Polaritas
Negatif - Positif
(Ground - High)
( Ground - High )
(Ground - High )
Temperatur20 C
Temperatur 30 C
Temperatur 40oC
3,264
2,950
3,066
4,552
4,226
4,235
5,806
5,183
4,835
8,392
7,515
5,822
10
9,875
9,707
6,927
12
13,335
11,768
8,578
14
14,537
13,148
9,930
16
15,528
13,844
11,767
18
17,162
15,664
12,883
20
18,928
16,606
14,530
Tegangan ( KV )
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
2
10
12
14
16
18
20
Jarak Se l a ( m m )
T 20 C
T 30 C
T 40 C
Gambar 4.5 Tegangan tembus pada T 20oC, T 30oC dan T 40oC dengan
polaritas negatif-positif pada elektroda jarum-bidang
Tegangan Breakdown
20
18
16
Tegangan ( KV )
14
12
10
8
6
4
2
0
2
10
12
14
16
18
20
Jarak Sela ( mm )
T20 C ( H-G )
T30 C ( H-G)
T40 C ( H-G )
T20 C ( G- H )
T30 C ( G-H )
T40 C ( G-H )
Gambar 4.6 Tegangan tembus pada T 20oC, T 30oC dan T 40oC dengan
polaritas positif-negatif dan polaritas negatif-positif pada
elektroda jarum-bidang
DAFTAR PUSTAKA
1. Abdul Syakur, Suwarno, Pengukuran Partial Discharge
pada Void Menggunakan Elektroda Metode II CIGRE pada
Tegangan Berbeda Majalah Ilmiah Teknik Elektro-ITB,
Vol. 7, No. 2-Agustus 2001
2. Abdul Syakur, Modul Praktikum Gejala Medan &
Tegangan Tinggi , Laboratorium Konversi Energi dan
Sistem Tenaga Listrik Jurusan Teknik Elektro Fakultas
Teknik UNDIP, Semarang, 2004
3. Bogas L. Tobing, Dasar Teknik Pengujian Tegangan
Tinggi , Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003
4. J. Alexander Lesil, D. Felix Siahaan, Pengaruh Cahaya
Ultrafiolet Terhadap Kuat Tembus Dielektrik Udara ,
Seminar Nasional & Workshop Teknik Tegangan Tinggi
IV, 13 14 November 2001
5. Kind Dieter, Pengantar Teknik Eksperimental Tegangan
Tinggi terjemahan K.T. Sirait, ITB, Bandung 1993
6. Kind Dieter. dan Karner Hermann High-Voltage
Insulation Technology terjemahan Narayana Rao, Madras,
1985
7. Kuffel, E. dan Abdullah, M., High-Voltage Engeneering
, Pergamon Press, 1970
8. M. S Naidu, et.al, High Voltage Engeneenering, Second
edition, Tata McGraw-Hill Publising Company Limited,
New Delhi, 1995
9. Prof. Dr. A. Arismunandar , Teknik Tegangan Tinggi
Suplemen Ghalia Indonesia
10. Prof. Dr. Artono Arismunandar , Teknik Tegangan
Tinggi PT. Pratnya Paramita, Jakarta, 2001
11. Syamsir Abduh, Teori Kegagalan Isolasi , Universitas
Trisakti, Jakarta,2003
12. Tadjudin, Partial Discharge dan Kegagalan Bahan
Isolasi , Elektro Indonesia, Juni 1998, edisi 13
Menyetujui :
Dosen Pembimbing
Pembimbing I
5.2. SARAN
Pembimbing II