Anda di halaman 1dari 22

BAB II

KERANGKA KONSEP PENGEMBANGAN


CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

Pendekatan pembangunan yang selama ini berorientasi pada


pertumbuhan

dalam

mengejar

ketertinggalannya

dari

negara-negara

kapitalis maju atau yang lebih dikenal dengan paradigma pertumbuhan


telah membawa perubahan penting bagi kehidupan perekonomian daerah.
Edward

Blakely

Development

(1994),

mengemukakan

bahwa

Local

Economic

merupakan fungsi dari sumber daya alam, tenaga kerja,

kapital, investasi, enterpreneurships, transportasi, komunikasi, komposisi


industri teknologi, pasar ekspor, situasi ekonomi internasioanl, kemampuan
pemerintah daerah dan nasioanal. Sedangkan masyarakat mengartikan
pengembangan

ekonomi

lokal

sebagai

upaya

untuk

membebaskan

masyarakat dari semua keterbatasan yang menghambat usahanya guna


membangun kesejahteraannya.
Kesejahteraan dapat diartikan sebagai jaminan keselamatan bagi
usaha masyarakat itu sendiri dalam mempertahankan harga dirinya sebagai
manusia. Jaminan keselamatan itu sendiri harus dapat diperoleh dari sistem
masyarakat itu sendiri sebagai masyarakat yang mandiri. Dengan demikian
pembangunan ekonomi lokal merupakan upaya pemberdayaan masyarakat
22

ekonomi dalam suatu wilayah dengan bertumpukan kepada kekuatan lokal,


sumer daya alam, sumber daya manusia, teknologi dan kerjasama antar
sesama

aktor

responsibility

pembangunan.
merupakan

Corporate

Pengembangan

suatu

langkah

positif

soscial

dalam

percepatan

Dalam pengembangan Corporate Social Responsibilty

diperlukan

pembangunan ekonomi kerakyatan.

dana yang cukup besar dan punya keterkaitan dengan pasal-pasal lain
sehingga kegiatan ini tidak bisa hanya ditanggulangi oleh pemerintah akan
tetapi

juga

melibatkan

pelaku

pembangunan

lain

seperti,

swasta,

masyarakat, organisasi kemasyarakatan serta individual expert.


Pengembangan Corporate Social Responsibility bertujuan untuk lebih
memantapkan paradigma baru pembangunan yaitu pemberdayaan ekonomi
kerakyatan sehingga pembangunan tersebut tidak hanya dimiliki oleh
segelintir orang saja. Tujuan yang lain dari pengembangan Corporate Social

Responsibility
pembangunan,

yaitu

berbagi

berbagi

beban

resiko

serta

dan

tanggung

pembiayaan

jawab

dalam

bersama

serta

memeberikan arah kepada masyarakat dalam pengembangan potensi lokal.


Program Corporate Social Responsibility pada sebagian perusahaan
memang telah berjalan namun dirasakan masih belum optimal dan tidak
terarah seperti tumpang tindih dalam pelaksanaannya dan tidak terjadinya
kontinuitas dalam suatu program. Masalah lain yang dirasakan adalah masih
23

kurangnya kontrol terhadap program yang dilaksanakan dan

kurangnya

transparansi dari Perusahaan.


Ada tiga klasifikasi dasar dalam melibatkan masyarakat dalam
pembangunan. Pertama; Pasrtisipasi atas dasar instruksi (instructive).
Partisipasi masyatrakat atas dasar instruksi tidak menjamin adanya suatu
kesinambungan (sustainablility). Disini terjadi ketimpangan dalam kesiapan,
untuk

pihak

yang

memberi

instruksi

memang

sudah

siap

untuk

mengeluarkan instruksi, akan tetapi sebaliknya pihak yang menerima yaitu


masyarakat ternyata belum sepenuhnya siap untuk memahami makna yang
terkandung didalam instruksi tersebut. Selain tidak akan tercapai suatu
partisipasi nyata dari masyarakat, maka ujud dari partisipasi atas dasar
instruksi

ini

akan

berhenti

begitu

instruksi

tersebut

telah

selesai

dilaksanakan . Kedua, Adapun partisipasi atas dasar normatif yang terjadi


karena adanya norma-norma tertentu yang telah disiapkan dan diterima
oleh semua pihak seperti budaya gotong royong dan sejenisnya, dan
semangat musyawarah mufakat. Partisipasi masyarakat atas dasar ini terjadi
secara spontan/otomatis sifatnya. Sedangkan partisipasi yang terjadi atas
dasar

suatu

kebersamaan

dalam

suatu

kepentingan

(Pemerintah-

Masyarakat), Masyarakat dalam suatu kelompok, Masyarakat Kelompok satu


dengan kelompok lainnya, masyarakat perorangan satu terhadap lainnya)
Untuk suatu tujuan/kepentingan yang disepakati bersama. Partisipasi
24

seperti ini umumnya akan membuahkan suatu hasil kegiatan yang


memuaskan semua pihak yang terlibat, sama-sama merasa memiliki dan
sama-sama merasa bertanggung jawab untuk memeliharanya.
Pokok persoalan dalam menumbuhkembangkan partsisipasi
masyarakat dari dua klasifikasi tersebut terkahir ini (normatif dan
kebersamaan dalam kepentingan) adalah bagaimana memformulasikan
jalur-jalur dan mekanisme sehingga partisipasi masyarakat tersebut dapat
dioptimalkan dan diintegrasikan sebagai bagian dari program dan kegiatan
pembangunan.
2.1. Corporate Social Responsibility
Banyak lliteratur yang menyebutkan bahwa CSR tidak hanya
untuk perusahaan yang terkait dengan ekploitasi sumberdaya alam saja,
namun

CSR

merupakan

bagian

dari

kegiatan

perusahaan

dalam

membangun citra perusahaan atau building image. CSR dilaksanakan


sebagai salah satu upaya mendapatkan manfaat jangka panjang bagi
perusahaan berupa kepercayaan dan loyalitas customers. Melalui kegiatan
CSR diharapkan customers dapat memberikan kontribusi pada peningkatan
daya saing perusahaan, apapun jenis perusahaan tersebut.
Dalam pelaksanaannya, CSR tidak akan berjalan dengan baik,
manakala pelaksanaannya berseberangana dengan kepentingan para

stakeholder . Kepntingan stakeholder ini, misalnya mereka tidak akan mau


25

melaksanakan CSR apabila akan mengurangi laba perusahaan dan inilah


yang akan menjadi kendala bagi perusahaan dalam pelaksanaan CSR, bila
terjadi perbedaan persepsi dan kepentingan antara manajemen dengan

stakeholder.
2.2. Metoda
Metoda yang dapat digunakan dalam pelaksanaan corporate social

responsibility adalah metode partisipatif yaitu suatu cara untuk menumbuh


kembangkan potensi daerah (sumber daya alam, sumber daya manusia dan
kelembagaan)

yang

ada

meningkatkan

kemampuan,

secara

swadaya

penghasilan

agar
dan

masyarakat

kemakmuran

dapat
secara

berkelanjutan.
Untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat dapat dilakukan
melalui pendekatan pendekatan terhadap pemimpin formal (kepala desa,
pamong desa dan sebagainya), pemimpin non-formal (tokoh masyarakat)
dan pendekatan langsung kepada masyarakat atau kelompok-kelompok
masyarakat. Pendekatan ini dapat dilakukan oleh Pemerintah Daerah
setempat dan atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
Ada beberapa teknik pendekatan partipasi yang dapat digunakan
dalam CSR, di antaranya adalah metode Riset Aksi secara Partisipatif
(Participatory

Action Research). Metode pendekatan ini merupakan

gabungan antara kegiatan penelitian atau riset konvensional dengan


26

kegiatan

aksi

rekomendasinya

pengembangan.
disusun

Suatu

bersama-sama

kegiatan
masyarakat

penelitian
yang

yang

kemudian

menjadi dasar untuk menyususun kegiatan aksi pembangunan bersamasama masyarakat.


Pendekatan yang dilakukan dalam melaksanakan CSR adalah :
1. Berbasis masyarakat (community based) yaitu masyarakat bertindak
sebagai subjek dalam perencanaan dan pelaksanaan;
2. Berbasis sumberdaya setempat (local resource based) yaitu kegiatan
yang dilakukan harus mengutamakan pemanfaatan sumberdaya
setempat dan penggunaan tenaga lokal;
3. Berkelanjutan (sustainable) yaitu program CSR harus berfungsi
sebagai penggerak awal dalam pembangunan masyarakat secara
mandiri dan berkelanjutan;
4. CSR yang dilakukan harus sejalan dengan program pembangunan
Pemerintah Daerah setempat.
2.3. Prinsip-prinsip
Asas CSR adalah dari-oleh-dan untuk masyarakat. Artinya
program yang dilaksanakan harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat
dan dilaksanakan semaksimal mungkin dengan memanfaatkan tenaga kerja
lokal yang berasal dari masyarakat itu sendiri. Dengan arti lain, kegiatan

27

CSR bukan hadiah perusahaan kepada masyarakat tetapi kegiatan


masyarakat yang dibantu oleh perusahaan.
Titik berat program CSR adalah pemberdayaan masyarakat dengan
prinsip kemitraan yang berfungsi sebagai penggerak awal (prime mover)
dalam pembangunan ekonomi rakyat untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat secara berkesinambungan.
Untuk itu prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengelolaan CSR adalah :
1. Demokratis, yaitu setiap pilihan kegiatan berdasarkan musyawarah
yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat;
2. Transparan, yaitu pengelolaan kegiatan dilakukan secara terbuka
sehingga dapat diketahui secara luas oleh masyarakat;
3. Akuntabilitas,

yaitu

pengelolaan

program

harus

dapat

dipertanggungjawabkan secara teknis dan finansial;


4. Responsif, yaitu pemilihan kegiatan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat

Program CSR di suatu wilayah dapat dilakukan apabila memenuhi


kriteria sebagai berikut :
1. Adanya keinginan dan kebutuhan dari sebagian besar masyarakat
lokal;
2. Adanya dukungan sosial kapital masyarakat;
28

3. Adanya

peranserta

masyarakat

yang

maksimal

mulai

dari

perencanaan, pelaksanaan sampai dengan pemantauannya;


4. Adanya program pengembangan dari Pemda setempat, yaitu
program CSR harus sinergi dengan program Pemerintah Daerah
setempat.
2.4. Proses Implementasi CSR
Program CSR merupakan suatu pola kemitraan dalam pembangunan
daerah, dimana pengimplementasiannya melibatkan pemerintah, swasta,
masyarakat, organisasi kemasyarakatan dan individual expert. Dalam
implementasi CSR ini ada beberapa tahap atau proses yang harus dilalui
yaitu:
A. Inventarisasi dan identifikasi
Identifikasi program dapat dilakukan oleh kelompok-kelompok
masyarakat (LSM), Perguruan Tinggi, Pemerintah Daerah beserta Divisi
CSR Perusahaan (Forum bersama/Komite). Suatu hal yang perlu
mendapat perhatian dalam tahap

inventarisasi dan indentifikasi ini

adalah perlunya penekanan untuk pendataan masyarakat miskin yang


akan diberdayakan disekitar perusahaan. Hasil dari inventarisasi dan
identifikasi ini dijadikan acuan dalam menetapkan skala prioritas program
pemberdayaan masyarakat yang akan dilaksanakan.

29

Kepada kelompok-kelompok masyarakat (LSM, PT, dan organisasi


kemasyarakatan lainnya) yang akan mengajukan program CSR kepada
perusahaann terkait harus memberikan panduan mengenai rancangan
program yang meliputi :
1. Proposal yang harus diajukan
2. Pagu dana yang dapat diberikan
3. Tipe-tipe program yang akan digulirkan
4. Skala waktu penerimaan proposal sampai dengan proposal disetujui.

B. Perencanaan
Secara konseptual dalam pembuatan perencanaan program CSR ada
beberapa hal yang perlu menjadi perhatian. Dalam perencanaan ini
masyarakat sasaran dapat saja didampingi oleh perguruan tinggi atau
kelompok-kelompok kemasyarakatan (LSM). Adapun konsep tersebut
secara sistimatis dituangkan dalam akronim DISCUSS
1. Development ; Pengembangan konsep sesuai dengan tujuan dan
sasaran program berdasarkan hasil community needs analysis.
2. Involve; Harus dilibatkan komunitas yang menjadi sasaran program
CSR
3. Socialize; Sosialisasikan

program yang akan dilaksanakan kepada

seluruh komunitas disekitar perusahaan


30

4. Cater; Program-progam yang ditawarkan/disajikan harus benarbenar sesuai dengan kebutuhan mereka.
5. Utilize; gunakan tenaga kerja setempat untuk melaksanakan
program (kegiatan) terutama kegiatan untuk fasilitas umum (charity).
6. Sensitive and Socialize; harus ada kepekaan (sensitive) dalam
memahami situasi psikologis, sosial, dan budaya yang tengah
berkembang dalam komunitas dan sosialisasikan program yang telah
dilaksanakan dalam CSR ke berbagai pihak.
Secara detail rancangan program yang dibuat oleh kelompok masyarakat
sekurang-kurangnya harus berisikan :
1. Tujuan program
2. Kegiatan yang akan dilakukan
3. Hasil yang diharapkan
4. Sumber daya yang digunakan
5. Dana yang dibutuhkan
Penilaian program dilakukan oleh suatu Tim berdasarkan pada kriteria dan
indikator yang telah disepakati. Apabila program yang diajukan tidak sesuai
dengan kriteria yang telah ditentukan, perusahaan dapat menolak program
yang diusulkan.
Hasil dari penilaian adalah merupakan persetujuan bahwa program
tersebut dapat disetujui untuk dijalankan termasuk didalamnya persetujuan
31

tentang pendanaan dan lembaga-lembaga yang akan terlibat. Pelaksanaan


program

dimulai

setelah

naskah

perjanjian

ditandatangani.

Dalam

pelaksanaan program ini harus dilakukan pemantauan oleh Tim dan


Stakeholder secara periodik. Hasil pemantauan dijadikan acuan dalam
kegiatan evaluasi program lainnya.
C. KELEMBAGAAN
CSR dilaksanakan oleh perusahaan dan masyarakat setempat,
sedangkan Pemerintah berperan sebagai fasilitator antara kepentingan
perusahaan dan masyarakat.
Untuk melaksanakan program CSR dibentuk organisasi yang dapat
berbentuk komisi (Komite) yang beranggotakan wakil-wakil perusahaan,
masyarakat, Perguruan Tinggi dan Pemerintah Daerah.
Organisasi yang dibentuk mempunyai fungsi sebagai ;
1. Koordinator dari seluruh kegiatan yang diajukan oleh masyarakat;
2. Forum konsultasi dan penentuan program yang akan dilaksanakan;
3. Sebagai pengawas atas pelaksanaan program yang sedang berjalan.
D. Pendampingan
Peran pendampingan dalam implementasi

CSR adalah untuk

memberikan konsultasi jasa mulai dari perencanaan program sampai pada


tahap pelaksanaan program. Peran pendampingan dapat saja diambil oleh

32

Perguruan tinggi dan kelompok masyarakat (LSM) yang mempunyai


kepedulian terhadap pemberdayaan masyarakat di sekitar perusahaan.
E. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi program atau kegiatan CSR dilakukan oleh
komite bersama yang beranggotakan wakil-wakil perusahaan, masyarakat,
Perguruan Tinggi dan Pemerintah Daerah. Monitoring dilakukan sewaktu
mulai

pelaksanaan

program

sampai

berkahirnya

pelaksanaan

program/kegiatan CSR. Sedangkan evaluasi program dilakukan ketika


program tersebut selesai dilaksanakan. Hasil evaluasi ini merupakan umpan
balik untuk program-program selanjutnya.
Untuk melihat sejauh mana keberhasilan suatu program atau
kegiatan CSR diperlukan parameter atau indikator untuk mengukurnya.
Salah satu indikator penting adalah terbentuknya suatu tingkatan sosialekonomi masyarakat di sekitar wilayah perusahaan menuju kualitas yang
lebih baik. Sekurang-kurangnya ada tiga indikator keberhasilan yang dapat
digunakan, yaitu :
1. Indikator

ekonomi;

Indikator

ekonomi

ditunjukkan

dengan

terjadinya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan masyarakat


secara berkelanjutan; terjadinya tingkatan kemandirian masyarakat
dalam kehidupan ekonominya; dan adanya kehadiran prasarana dan
sarana fisik dan non-fisik.
33

2. Indikator

sosial.

Indikator

sosial

ditunjukkan

dengan

tidak

terjadinya gejolak sosial sehingga tercipta hubungan yang harmonis


antar

masyarakat,

perusahaan

dan

Pemerintah

Daerah;

dan

meningkatnya citra dan performan perusahaan di mata masyarakat


dan Pemerintah Daerah.
3. Indikator teknis. Indikator teknis ditunjukkan dengan terlaksananya
program dan kegiatan dengan memanfaatkan sumber daya lokal serta
termanfaatkan teknologi lokal.
Kegiatan program CSR dinyatakan berakhir apabila kegiatannya
sudah selesai atau dibatalkan oleh pihak perusahaan karena suatu alasan
yang kuat. Pembatalan kegiatan ini harus dilaporkan Pemerintah Daerah
setempat. Suatu kegiatan CSR tidak memenuhi syarat untuk dilaksanakan
apabila

bertentangan

dengan

program

pembangunan

daerah

dan

pelaksanaannya dipindahtangankan atau dikerjasamakan dengan pihak lain


tanpa persetujuan perusahaan dan Pemerintah Daerah.

34

KONSEPSI PERMASALAHAN PENGEMBANGAN


CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

Pemasaran
Infrastruktur

Industri Hilir

Potensi Daerah/Kawasan

Industri hulu

Kualitas SDM
Investasi

PENDEKATAN INTEGRATED PROGRAM

35

PENINGKATAN
MODAL UKM &
HOME INDUSTRI
(APBN/APBD/
SWASTA)

POTENSI
DAERAH/
KAWASAN

PENINGKATAN
PRASARANA
INFRASTRUKTUR
(PEMERINTAH/PROV/
KAB/KOTA SWASTA
DAN MASYARAKAT)

2.5

PENINGKATAN
LINGKUP
PERTANIAN
(PEMERINTAH/
PROV/KAB/KOTA/
SWASTA/MASY.)

PENINGKATAN
KUALITAS SDM
(PEMERINTAH/PROV
KAB/KOTA SWASTA
MASYARAKAT)

Pelaku Dalam CSR

2.5.1 Peran Pemerintah Daerah


Melihat berbagai perkembangan, kewenangan pembangunan serta
penyelenggaraan urusan pengembangan wilayah semakin terdesentralisasi.
Sejalan dengan amanat Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Keuangan Daerah, maka pemerintah pusat akan mengalihkan kewenangan
pembangunan ke pemerintah daerah. Ditingkat daerah sendiri, pola dan
strategi pembangunan akan terus bergeser ke arah pemberdayaan
36

masyarakat. Dengan demikian terjadi perubahan dari peran pemerintah dari

government ke governance, ketika seluruh pihak terkait dianggap sebagai


bagian dari penyelenggaraan pembangunan.
Sehubungan dengan itu peran yang perlu dikemukakan oleh
pemerintah dalam mendukung pelaksanaan CSR antara lain.
a) Melihat kondisi masyarakat Jambi yang heterogen, maka pemerintah
daerah perlu secara intensif mensosialisasikan berbagai kebijakan
pembangunan sehingga masyarakat dapat memperoleh gambaran
yang riil mengenai kebijakan tersebut. Sejalan dengan itu juga
pemerintah

diharapkan

dapat

memfasilitasi

agar

partisipasi

masyarakat dalam pembangunan semakin meningkat. Disamping itu


pemerintah diharapkan mampu menciptakan suatu situasi usaha
yang kondusif sehingga masyarakat dapat berkarya untuk menjadi
lebih berdaya dan lebih produktif.
b) Dalam mendukung proses pembangunan dan upaya percepatan
pemberdayaan ekonomi rakyat, pemerintah daerah diharapkan dapat
menjadi fasilitator keinginan masyarakat untuk dapat mengatasi
keterbatasan-keterbatasan sumber daya yang dimilikinya dengan
cara mengadakan kerjasama baik itu kerjasama antar daerah, luar
negeri, antar kelembagaan, antar masyarakat maupun kerjasama
antar kawasan pembangunan. Dalam konteks ini pemerintah daerah
37

dapat berperan sebagai sebagai stakeholder

yang sekaligus

fasilitator masyarakat.
c) Untuk dapat menjalankan fungsi fasilitator yang dapat memberikan
pelayanan terbaik pada masyarakat dalam hal pengembangan CSR
maka pemerintah daerah dituntut dapat menciptakan suatu bentuk
organisasi pemerintah yang efektif dan efisien.
d) Pemerintah dalam pelaksanaan CSR adalah melakukan pembinaan
dan pengawasan. Sedangkan perannya adalah sebagai fasilitator
antara perusahaan dan masyarakat dan sebagai arbitrator apabila
terjadi konflik antara perusahaan dan masyarakat.

2.5.2. Peran Lembaga Non Pemerintah/Swasta


Lembaga non-pemerintah disini termasuk lembaga legislatif.
Lembaga ini sejak digulirkannya reformasi merupakan bagian penting dalam
struktur kehidupan bernegara dan bermasyarakat.

Pada prinsipnya

lembaga ini diharapkan dapat menjadi mitra pemerintah dalam menunjang


suksesnya pelaksanaan program pembangunan. Lembaga non-pemerintah
merupakan unsur-unsur yang paling dekat dengan kehidupan masyarakat,
sehingga mereka sangat aktif dalam menyuarakan aspirasi masyarakat dan
mengupayakan agar aspirasi tersebut dapat diimplementasikan sesuai
dengan tujuan yang hendak dicapai.
38

Secara garis besar peran penting lembaga non-pemerintah yang


dapat dimainkan antara lain :
a) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah merupakan lembaga yang dibentuk
untuk menjalankan kekuasaan legislatif yang berfungsi sebagai
lembaga

kontrol

terhadap

jalannya

roda

pemerintahan

dan

pembangunan. Dengan demikian lembaga ini diharapkan mampu


berperan dan berfungsi sebagai lembaga pengontrol sekaligus
sebagai lembaga penyalur aspirasi rakyat, dapat memberikan
masukan secara berkesinambungan kepada pemerintah daerah
mengenai berbagai kebijakan dan kegiatan yang perlu diprioritaskan.
b) Lembaga swasta dapat menjadi mitra pemerintah daerah untuk
saling mendukung di dalam upaya menciptakan good corporate

governance. Lembaga swasta ini dapat memberikan masukan pada


pemerintah

agar

kebijakan

pembangunan

dapat

mendukung

terciptanya iklim usaha yang sehat dan kondusif untuk kegiatan


investasi dan penciptaan lapangan kerja baru. Selai hal-hal yang
disebutkan di atas lembaga ini juga dapat bekerjasama dengan
lembaga-lembaga/badan-badan di daerah lain atau bahkan dengan
luar

negeri

melakukan

bersama-sama
investasi

yang

dengan
pada

percepatan pembangunan daerah

pemerintah
gilirannya

daerah

akan

untuk

mendorong

Dalam rangka pelaksanaan


39

community

development,

setiap

perusahaan

diwajibkan

untuk

membentuk Divisi CSR yang tugasnya adalah :


1. Mengidentifikasi program ;
2. Merumuskan program yang akan dilaksanakan;
3. Menilai kelayakan program;
4. Menyusun anggaran biaya;
5. Melakukan

kerjasama

dengan

para

stakeholders

dalam

pelaksanaan program;
6. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan program.
7. Hak perusahaan dalam pelaksanan community development
adalah :
Menolak dan menangguhkan program yang diusulkan
masyarakat

jika

tidak

sesuai

dengan

kemampuan

perusahaan dan atau tidak selaras dengan program


Pemerintah Daerah.
Memilih beberapa sektor kegiatan yang diusulkan sesuai
dengan kemampuan dana yang tersedia;
c) Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) merupakan salah satu lembaga
yang memegang peranan penting dalam proses pembangunan.
Lembaga ini merupakan bagian penting yang akan berperan sebagai
kepanjangan tangan masyarakat dan dunia internasional yang dapat
40

secara pro-aktif mensosialisasikan berbagai kesepakatan dan standar


kehidupan kepada masyarakat luas dan sekaligus mengadakan
pengawasan agar kesepakatan yang telah dibuat dapat secara
konsisten dijadikan bagian dari kebijakan pembangunan daerah serta
diaplikasikan.
2.5.3 Peran Masyarakat
Masyarakat adalah suatu kesatuan (entity) yang diharapkan
dapat memainkan peranan penting dalam menunjang suksesnya kerjasama
pembangunan. Pada prinsipnya partisipasi dan peran masyarakat dalam
pelaksanaan

kerjasama

pembangunan

harus

dilihat

sebagai

wujud

representatif dari suatu produk kebijakan. Pendapat umum mengakui bahwa


sistem pemerintahan yang terlalu sentralistik saat ini menjadi sangat tidak
populer karena ketidakmampuannya untuk memahami secara tepat nilainilai atau sentimen aspirasi lokal.
Dalam

konteks

pelaksanaan,

masyarakat

hendaknya

dapat

diposisikan sebagai entitas yang akan melaksanakan sekaligus penikmat


hasil dari kerjasama yang saling menguntungkan. Oleh karena itu, upaya
pembentukan kerjasama antar kelembagaan dan masyarakat hendaknya
ditujukan hanya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan
dilakukan berdasarkan pada level kebutuhan masyarakat serta disesuaikan

41

dengan tingkat kemampuan dan kesiapan masyarakat untuk mengelola


kegiatan tersebut.
Salah satu kunci suksesnya program CSR adalah adanya peranserta
masyarakat. Peranserta masyarakat diartikan sebagai kegiatan masyarakat
yang timbul atas kehendak dan keinginan sendiri untuk bergerak dalam
penyelenggaraan program CSR.
Bentuk peranserta masyarakat yang diharapkan dalam pelaksanaan
CSR di antaranya adalah :
1. Memberikan masukan untuk menentukan arah program CSR yang
akan dilaksanakan;
2. Memberikan masukan untuk merumuskan perencanaan program
CSR;
3. Memberikan informasi, saran, pertimbangan atau pendapat dalam
penyusunan setiap pelaksanaan program CSR;
4. Mengajukan keberatan terhadap rencana program CSR;
Dalam pelaksanaan program CSR, masyarakat mempunyai hakhak sebagai
berikut :
1. Berperan serta dalam proses perencanaan kegiatan program;
2. Mengetahui rencana program secara umum dan rencana program
secara rinci;

42

3. Menikmati manfaat dari hasil pelaksanaan program yang dilakukan


oleh perusahaan;
4. Memperoleh

bantuan

yang

layak

atas

kondisi

yang

dialami

masyarakat sehubungan adanya kegiatan program oleh perusahaan.


Selain mempunyai hak, masyarakat juga mempunyai kewajiban sebagai
berikut :
1. Berperanserta dalam memelihara kualitas hasil pelaksanaan program;
2. Mentaati program yang telah ditetapkan; dan Memelihara keamanan
atas kelangsungan perusahaan yang berada di wilayahnya.

43

Anda mungkin juga menyukai