Budaya Pemerintah Pusat Dan Daerah Peran Pemerintah Dan Perguruan Tinggi Dalampengembangan Ekonomi
Budaya Pemerintah Pusat Dan Daerah Peran Pemerintah Dan Perguruan Tinggi Dalampengembangan Ekonomi
A.
PENDAHULUAN
Disampaikan Pada Kongres Kebudayaan Indonesia (KKI) Tahun 2013, Yogyakarta 8-11 Oktober 2013
Guru Besar Ekonomi Pertanian, Rektor Universitas Halu Oleo (UHO)
Mahasiswa S3 Pengembangan Masyarakat UHO
4
Mahasiswa S3 Agribisnis UHO
2
3
Masyarakat Indonesia
Budaya Lokal
(Local Wisdom)
Strategi Kebudayaan
Pemerintah, dan
Perguruan Tinggi
Pengembangan Ekonomi
Kreatif
Creative Class dan Cities and Creative Class, Florida mengulas tentang industri
kreatif di masyarakat. Menurutnya, manusia pada dasarnya adalah kreatif, apakah
ia seorang pekerja di pabrik kacamata atau seorang remaja di gang senggol yang
sedang membuat musik hip-hop. Perbedaannya terletak pada statusnya. Hal ini
karena ada individu-individu yang secara khusus menekuni bidang kreatif dan
mendapatkan kemanfaatan ekonomi secara langsung dari aktivitas yang ditekuni,
(Moelyono, 2010).
Konsep ekonomi kreatif ini semakin mendapat perhatian utama di banyak
negara karena ternyata dapat memberikan kontribusi nyata terhadap perekonomian.
Di Indonesia, isu ekonomi kreatif mulai terdengar saat pemerintah mencari cara
untuk meningkatkan daya saing produk nasional dalam menghadapi pasar global.
Pemerintah melalui Departemen Perdagangan yang bekerja sama dengan
Departemen Perindustrian dan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
(UKM) serta didukung oleh Kamar Dagang Indonesia (Kadin) berusaha
menempatkan produk Indonesia menjadi produk yang dapat diterima di pasar
internasional namun tetap memiliki karakter nasional. Setelah menyadari akan
besarnya kontribusi ekonomi kreatif terhadap negara maka pemerintah selanjutnya
melakukan studi yang lebih intensif dan meluncurkan cetak biru pengembangan
ekonomi kreatif.
C. EKONOMI KREATIF BERBASIS KEBUDAYAAN LOKAL
Perkembangan ekonomi kreatif di masing-masing negara dibangun
kompetensinya sesuai dengan kemampuan yang ada pada negara tersebut. Arah
pengembangan industri kreatif lebih dititikberatkan pada industri yang berbasis: (1)
lapangan usaha kreatif dan budaya (creative and cultural industry); (2) lapangan
usaha kreatif (creative industry), atau (3) Hak Kekayaan Intelektual seperti hak
cipta (copyright industry). Hal ini sesuai dengan pandangan ekonomi kreatif
menurut New England Foundation of the Arts (NEFA): represented by the
cultural core. It includes occupations and industries that focus on the production
and distribution of cultural goods, services and intellectual property.
Tentunya merupakan pertanyaan penting antara hubungan keduanya,
bagaimana budaya dapat berkembang sejalan dengan penerapan ekonomi kreatif.
Semakin pentingnya peran ekonomi kreatif dalam perekonomian nasional serta
karakteristik Indonesia yang terkenal dengan keragaman sosio-budaya yang
tersebar di seluruh pelosok nusantara tentunya dapat menjadi sumber inspirasi yang
tidak pernah kering dalam melakukan pengembangan industri kreatif. Keragaman
yang dicirikan pula oleh kearifan lokal masyarakat setempat dalam menjaga
kelestarian budaya telah berlangsung antar generasi. Dengan kata lain bahwa
budaya-budaya lokal merupakan pendukung penting dalam pengembangan
ekonomi kreatif.
Daniel Pink dalam bukunya,The Whole New Mind (2006) menjelaskan
bahwa sektor kreatif yang dikembangkan di negara maju sulit ditiru oleh negara
lainnya karena lebih menekankan kemampuan spesifik yang melibatkan kreativitas,
keahlian dan bakat; seperti aspek art, beauty, design, play, story, humor, symphony,
caring, empathy dan meaning. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas SDM yang
diperlukan adalah manusia yang berkarakter dan kreatif. Didukung pula
Florida (2002) yang mengklasifikasikan industri kreatif bernuansa akademik
(universitas), berorientasi teknologi (tech-pole), bernuansa artistik (bohemian),
pendatang (imigran/keturunan etnis tertentu), disamping itu Florida menekankan
pula 3T (Talent, Tolerance and Technology).
Lalu, bagaimana dengan kondisi Indonesia yang memiliki peninggalan
warisan budaya yang beragam dari Sabang hingga Merauke? Warisan budaya yang
kita miliki di dalamnya pun memiliki banyak nilai kreatifitas yang menekankan
pada aspek art, social, empathy, ceremony, dan lain-lain. Keragaman budaya
tersebut menandakan tingginya kreatifitas yang telah tertanam dalam masyarakat
Indonesia yang mencirikan suatu talenta dan keahlian spesifik.Keragaman budaya
yang berasal dari keragaman etnis yang luar biasa dalam masyarakat Indonesia
dimana tercipta harmonisasi kehidupan karena tingginya toleransi antar etnis
menunjukkan bahwa Indonesia memiliki faktor pendukung yang powerfull dalam
melakukan pengembangan ekonomi kreatif.
Budaya atau kebudayaan, umumnya diasosiasikan dengan kesenian seperti
seni musik, seni tari, seni lukis, atau sering diasosiakan pula dengan kebiasaan
yang berlaku di suatu masyarakat. Namun, asosiasi tersebut merupakan unsur
pembentuk kebudayaan yang justru mempersempit makna kebudayaan itu sendiri.
Definisi kebudayaan memiliki makna yang lebih luas. Kebudayaan yaitu suatu cara
hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan
diwariskan dari generasi ke generasi. Geertz (2010) menekankan kebudayaan
sebagai sekumpulan ide dan proses kreatif dari akal budi yang diwariskan
kemudian mewarnai kehidupan sebuah kemasyarakatan. Terlihat
definisi
kebudayaan yang berbeda-beda, namun terdapat kesamaan yaitu ciptaan manusia
sesuai dengan peradabannya. Dimana, Peradaban menciptakan kebudayaan,
kemudian kebudayaan menciptakan perangai manusia. Begitupula sebaliknya,
manusia menciptakan kebudayaan dan kebudayaan pada akhirnya membentuk
peradaban itu sendiri.
Budaya terbentuk dari berbagai unsur yang rumit di dalamnya, termasuk
unsur agama, politik, adat-istiadat, bahasa, perkakas/teknologi, pakaian, bangunan
serta karya seni. Bahasa dan Budaya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
setiap diri manusia sehingga sering dianggap sebagai warisan genetis. Budaya
merupakan pola hidup menyeluruh, bersifat kompleks, abstrak serta luas yang
terpolarisasi dalam suatu citra yang khas. Citra yang memaksa itu mengambil
bentuk yang berbeda dalam berbagai budaya seperti individualisme di Amerika,
keselarasan individu dengan alam di Jepang dan kepatuhan kolektif di Cina. Citra
budaya yang bersifat memaksa membekali orang di dalamnya dengan pedoman
mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang
dapat digunakan oleh orang-orang untuk memperoleh rasa bermartabat dan
pertalian dengan hidup mereka.
Wujud dari suatu kebudayaan menurut J.J Hoenigman dalam
Koentjaraningrat (1986) yaitu gagasan, aktifitas dan artefak. Wujud ideal
kebudayaan adalah kumpulan ide, gagasan, nilai dan sebagainya yang bersifat
abstrak, tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan itu terletak di dalam
kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat yang terwujud dalam aktifitas dan
tindakan berpola dari masyarakat, sedangkan wujud fisiknya berupa artefak dari
hasil aktivitas, perbuatan dan karya yang dapat diraba, dilihat dan
didokumentasikan. Dalam kenyataannya, wujud kebudayaan yang satu tidak dapat
dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain.
Wujud kebudayaan daerah yang tersebar tersebut yaitu rumah adat, tarian,
musik, alat musik, gambar, patung, pakaian, suara, satra/tulisan dan makanan.
Wujud-wujud kebudayaan tersebut mencirikan kreatifitas yang tertanam di
dalamnya serta didukung oleh lingkungan kreatifitas yang berlangsung antar
generasi. Bila perkembangan industri kreatif memiliki basis kebudayaan maka akan
dapat menjadi sumber inpirasi terus-menerus. Terdapat empat belas sub sektor
industri kreatif menurut Kemenparekraf yang meliputi:periklanan; arsitektur; pasar
dan barang seni; kerajinan; desain; fesyen; film, video dan fotografi; permainan
interaktif; musik; seni pertunjukan; penerbitan dan percetakan; layanan komputer
dan piranti lunak; televisi dan radio; riset dan pengembangan, dapat dikembangkan
dengan keragaman budaya yang ada serta saling mendukung karena faktor
pendukung yang telah tercipta dalam kebudayaan.
Berbagai usaha pemanfaatan warisan budaya lokal selain dapat
melestarikannya juga menjadi kebanggaan terhadap identitas Bangsa. Di samping
itu, diperlukan pula pemanfaatan teknologi informasi yang tepat guna sebagai
faktor pendukung yang tidak kalah penting. Perkembangan teknologi informasi
yang cepat belakangan ini merupakan peluang dalam melakukan sintesis terhadap
kebudayaan. Dampaknya, perkembangan ekonomi kreatif akan menjadi kekuatan
yang mengakar karena didukung kebudayaan dan perkembangan teknologi
informasi tersebut.
D. PERAN PEMERINTAH DAN PERGURUAN TINGGI
Strategi pengembangan industri kreatif terletak pada dukungan aturan
main/perundang-undangan (basic regulation) dan modal (financial support).
Dalam hal ini pemerintah harus membuat berbagai peraturan yang mampu
mengakomodir kepentingan perkembangan industri kreatif yang berbasis pada
budaya lokal. Dalam merumuskan peraturan perundang-undangan terkait dengan
industri kreatif tersebut pemerintah harus mampu mengakomodir berbagai
masukan dari berbagai kelompok masyarakat pemerhati ekonomi dan budaya.
Dalam pengembangan budaya, pemerintah harus dapat mengembangkan semua
potensi budaya lokal agar tumbuh dan berkembang secara seimbang sehingga akan
tercipta harmonisasi budaya lokal untuk menopang pengembangan budaya
nasional.
Pemerintah juga berperan sebagai fasilitator dalam menyediakan modal,
berupa dana, sarana prasarana, pengembangan sumberdaya manusia yang
berkualitas (berkarakter dan kreatif) dan pembentukan jaringan (network) yang
solid antara pelaku industri kreatif, praktisi teknologi, dan dunia usaha, serta
menyediakan kebutuhan informasi dan teknologi (IT). Ini karena kreatifitas dan
6
teknologi merupakan sebuah proses yang harus selalu berdampingan. Hal lain
yang melatarbelakangi peran pemerintah di atas bahwa para pelaku industri kreatif
dituntut mampu mengikuti perkembangan teknologi. Apalagi di era internet
sekarang, banyak melahirkan media-media baru untuk dijadikan sarana berekspresi
untuk berkesenian (new media art) dan media komunikasi dan informasi
berbasiskan internet (new media journalism).
Sehubungan dengan peran pemerintah sebagai penyedia kebutuhan IT
adalah pemerintah menyediakan fasilitas publik yang dapat diakses dengan mudah
sehingga dapat dijadikan ajang berkreasi dan penyaluran ekspresi setiap individu
dan kelompok masyarakat yang sekaligus dapat menjadi wahana promosi budaya
dan penguatan identitas daerah (city branding).
Kedua peran utama Pemerintah di atas wajib didukung dengan penjaminan
perlindungan hukum dan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) dari desain
indutsri kreatif untuk mengusahakan seminimal mungkin terjadinya pembajakan
karya cipta, penggunaan software tanpa lisensi oleh oknum-oknum dalam maupun
luar negeri. Hal yang juga tidak kalah penting adalah kesadaran individu untuk
mengapresiasi hasil karya cipta pelaku industri kreatif di Indonesia. Suatu apresiasi
merupakan motivasi besar dalam pelestarian dan pengembangan budaya-budaya
lokal sebagai sumber pengembangan industri kreatif nasional.
Pemerintah harus melibatkan berbagai pihak dalam pengembangan ekonomi
kreatif berbasis budaya lokal terutama perguruan tinggi. Perguruan tinggi yang
merupakan bagian integral dari pembangunan nasional memiliki tanggungjawab
tridharma untuk menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pengabdian pada
masyarakat.
Pada aspek pendidikan, perguruan tinggi wajib mengembangkan pola
pendidikan yang berbasis budaya. Konten budaya dapat diintegrasikan dalam
kurikulum institusional lokal pada perguruan tinggi. Salah satunya adalah
pengembangan pendidikan karakter di perguruan tinggi berbasis harmonisasi dan
kearifan lokal. Memperluas akses terhadap tumbuhnya minat/bidang kajian baru
khususnya terkait dengan pengembangan budaya lokal dan ekonomi kreatif. Pada
aspek penelitian, perguruan tinggi dapat berperan dalam mengembangkan risetriset untuk mengungkap potensi budaya lokal. Hal ini sangat penting untuk
dilakukan karena budaya dan kearifan lokal umumnya tidak terdokumentasi dengan
baik. Disamping itu budaya lokal tidak diajarkan secara khusus seperti halnya
ilmu-ilmu lainnya di dunia pendidikan formal. Pada aspek pengabdian, perguruan
tinggi dapat berperan sebagai penyebar motivasi dan inspirasi kepada para pelaku
industri berbasis budaya lokal sehingga mereka bisa mengembangkan skala usaha
dan bisa meningkatkan kreatifitas dalam menghasilkan berbagai produk yang
diminati oleh masyarakat modern. Lebih lanjut bahwa perguruan tinggi dapat
memfasilitasi publikasi berbagai hasil-hasil penelitian dan pengabdian tersebut baik
dalam skala lokal, nasional maupun internasional.
Berbagai peran pemerintah dan perguruan tinggi dalam pengembangan
ekonomi kreatif berbasi budaya lokal tersebut harus disinergikan dengan dunia
usaha (dalam hal ini para pelaku industri besar/investor). Dengan demikian
berbagai faktor pendukung dalam pengembangan ekonomi kreatif berbasis budaya
makanan olahan khas Indonesia yang dapat ditingkatkan daya saingnya di pasar
ritel dan pasar internasional. Studi dilakukan untuk mengumpulkan data dan
informasi selengkap mungkin mengenai produk-produk makanan olahan khas
Indonesia, untuk disebarluaskan melalui media yang tepat, di dalam dan di luar
negeri, sehingga memperoleh peningkatan daya saing di pasar ritel modern dan
pasar internasional. Hal ini dilatarbelakangi oleh kondisi bahwa Indonesia memiliki
warisan budaya produk makanan khas yang sangat beraneka ragam, yang pada
dasarnya merupakan sumber keunggulan komparatif bagi Indonesia. Hanya saja,
kurangnya perhatian dan pengelolaan yang baik, sehingga keunggulan komparatif
tersebut tidak tergali menjadi lebih bernilai ekonomis.
Kuliner yang dikembangkan oleh masyarakat lokal memiliki rasa yang khas
dan mempunyai daya tahan serta aman dari kesehatan. Hal ini disebabkan karena
bahan baku kuliner yang berbasis budaya lokal bebas dari perlakuan zat kimia
mulai dari penanganan pasca panen, sampai menjadi makanan siap saji. Beberapa
contoh dari pengolahan bahan pangan dari hasil pertanian sebagai bahan baku
makanan seperti: penyimpanan jagung kering di para-para dan atau diasapi
sebelumya didahului tindakan sortasi, penyimpanan umbi-umbian dengan
memasukkan dalam lubang tanah dan menimbunnya; penyimpanan ubi kayu yang
dikeringkan dan dijemur; penyimpanan padi di atas susunan papan kayu atau dalam
bentuk gaba kering; penyimpanan kedelai dalam guci yang terbuat dari tanah dan
ditutup daun pisang; penyimpanan kacang tanah dalam karung dalam bentuk kering
angin, dan lain-lain (Rianse, 2010). Masih dalam Rianse (2010) dijelaskan bahwa
beberapa jenis makanan dan lauk pauk seperti kandara, kagule, kasinganga, kasiu,
kadonte, kakakele, dendeng, abon (istilah dalam bahasa: Muna), semuanya bebas
dari bahan pengawet sintentis. Pada Tabel 1 disajikan beberapa produk makanan
dari bahan pangan hasil pertanian yang tidak menggunakan bahan pengawet.
Tabel 1. Beberapa Jenis Makanan dari Bahan Pangan Pertanian tanpa Bahan
Pengawet
Bahan Pangan
Produk Makanan
Pisang
Jagung
Ubi Kayu
Umbi-Umbian
Kacang-kacangan
Padi
10
3.
4.
11
REFERENSI
Alvin Toffler. 1980. The Third Wave. A Bantam Books. Published in association
with William Morrow & Co., Inc.
Asri, 2008. Ungkapan dalam Perkawinan Adat Suku Moronene. Kendari: Kantor
Bahasa Sulawesi Tenggara
Clifford Geertz. 2010. Biographical Memories. Proceedings of the American
philosophical society. Vol. 154, no. 1
Daniel H. Pink. 2006. A whole new mind. Published by The Pinguin Group,. New
York, USA
Departemen Perdagangan. 2008. Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025.
Departemen Perdagangan. Jakarta.
Richard Florida. 2002. The Rise of Creative Class: And How It's Transforming
Work, Leisure, Community And Everyday Life. Published by Basic Book,
New York
Howkins, J. 2001. The Craetive Economy, How People make Money from Ideas,.
Penguin Books, New York, USA.
Koentjaraningrat, 1986. Pengantar Antropologi. Aksara Baru, Jakarta.
Moelyono Mauled, 2010. Menggerakan Ekonomi Kreatif: Antara Tuntutan dan
Kebutuhan. Rajawali Pers. Jakarta.
Rianse, 2010. Kearifan Lokal Dalam Memacu Pertumbuhan Agroindustri, Makalah
Disajikan pada Seminar Nasional pada Tanggal 10 November 2010, di
Universitas Halu Oleo.
.
12