Anda di halaman 1dari 17

PENDAHULUAN

Narkoba (singkatan dari Narkotika, psikotropika dan bahan adiktif berbahaya lainnya)
adalah bahan/zat yang jika dimasukan dalam tubuh manusia, baik secara oral/diminum,
dihirup, maupun disuntikan, dapat mengubah pikiran, suasana hati atau perasaan, dan
perilaku seseorang. Narkoba dapat menimbulkan ketergantungan (adiksi) fisik dan
psikologis.
Menurut WHO penyalahgunaan zat adalah pemakaian terus-menerus atau jarang
tetapi berlebihan terhadap suatu zat atau obat yag sama sekali tidak ada kaitannya dengan
terapi medis. Zat yang dimaksud adalalah zat psikoaktif yang berpengaruh pada sistem saraf
pusat (otak) dan dapat mempengaruhi kesadaran, perilaku, pikiran, dan perasaan. Sedangkan
Ketergantungan NAPZA adalah keadaan dimana telah terjadi ketergantungan fisik dan psikis,
sehingga tubuh memerlukan jumlah NAPZA yang makin bertambah (toleransi), apabila
pemakaiannya dikurangi atau diberhentikan akan timbul gejala putus zat (withdrawal
symptom). Oleh karena itu ia selalu berusaha memperoleh NAPZA yang dibutuhkannya
dengan cara apapun, agar dapat melakukan kegiatannya sehari-hari secara normal.
Penggunaan Zat-Zat Psikoaktif dalam dosis yang tinggi dapat menyebabkan
kerusakan pada otak dan tubuh serta dapat menimbulkan kematian. Zat-Zat Psikoaktif masuk
kedalam tubuh melalui :
a. Mulut (merokok dengan pipa atau sigaret)
b. Hidung (menghisap zat dalam bentuk uap atau bubuk, misal : kokain)
c. Kulit (menyuntiknya kedalam otot ataupun pembuluh darah)
Cara yang paling langsung dan keras adalah dengan menyuntikkan kedalam vena
karena hasil yang didapatkan cepat dan dramatis. Zat-Zat Psikoaktif diklasifikasikan menurut
cara obat itu mempengaruhi pemakainya, yaitu :
1. Stimulan (menstimulasi kegiatan sistem saraf)
2. Depresan (mengurangi kegiatan sistem saraf)
3. Halusinogen (memberikan efek halusinasi)
4. Euforia (memberikan rasa gembira dan bergairah)
Salah satu contoh dari Zat-Zat Psikoaktif yang menyebabkan ketagihan misalnya
adalah

Amfetamin atau

lebih

dikenal

dengan

sebutan Shabu-Shabu.

Amfetamin

merupakan satu jenis narkoba yang dibuat secara sintetis dan kini terkenal di wilayah Asia
Tenggara. Amfetamin dapat berupa bubuk putih, kuning, maupun coklat, atau bubuk putih
1

kristal kecil. Dengan amfetamin, para atlet olahraga dapat meningkatkan penampilannya,
misalnya berlari dengan kecepatan yang luar biasa. Amfetamin juga mempengaruhi organorgan tubuh lain yang berhubungan dengan hipotalamus, seperti peningkatan rasa haus,
ngantuk ataupun lapar.
PEMBAHASAN
Definisi Amfetamin
Amfetamin adalah kelompok obat psikoaktif sintetis yang disebut stimulan sistem
saraf pusat (SSP) (stimulants). Amfetamin merupakan satu jenis narkoba yang dibuat secara
sintetis dan kini terkenal di wilayah Asia Tenggara. Amfetamin dapat berupa bubuk putih,
kuning, maupun coklat, atau bubuk putih kristal kecil.
Senyawa ini memiliki nama kimia methylphenethylamine merupakan suatu
senyawa yang telah digunakan secara terapetik untuk mengatasi obesitas, attention-deficit
hyperactivity disorder (ADHD), dan narkolepsi.1 Amfetamin meningkatkan pelepasan
katekolamin yang mengakibatkan jumlah neurotransmiter golongan monoamine (dopamin,
norepinefrin, dan serotonin) dari saraf pra-sinapsis meningkat. Amfetamin memiliki banyak
efek stimulan diantaranya meningkatkan aktivitas dan gairah hidup, menurunkan rasa lelah,
meningkatkan mood, meningkatkan konsentrasi, menekan nafsu makan, dan menurunkan
keinginan untuk tidur. Akan tetapi, dalam keadaan overdosis, efek-efek tersebut menjadi
berlebihan.
Secara klinis, efek amfetamin sangat mirip dengan kokain, tetapi amfetamin memiliki
waktu paruh lebih panjang dibandingkan dengan kokain (waktu paruh amfetamin 10 15
jam) dan durasi yang memberikan efek euforianya 4 8 kali lebih lama dibandingkan
kokain. Hal ini disebabkan oleh stimulator-stimulator tersebut mengaktivasi reserve powers
yang ada di dalam tubuh manusia dan ketika efek yang ditimbulkan oleh amfetamin
melemah, tubuh memberikan signal bahwa tubuh membutuhkan senyawa-senyawa itu
lagi. Berdasarkan ICD-10 (The International Statistical Classification of Diseases and
Related Health Problems), kelainan mental dan tingkah laku yang disebabkan oleh
amfetamin diklasifikasikan ke dalam golongan F15 (Amfetamin yang menyebabkan
ketergantungan psikologis).
Cara yang paling umum dalam menggunakan amfetamin adalah dihirup melalui
tabung. Zat tersebut mempunyai mempunyai beberapa nama lain: ATS, SS, ubas, ice, Shabu,
Speed, Glass, Quartz, Hirropon dan lain sebagainya. Amfetamin terdiri dari dua senyawa
2

yang

berbeda:

dextroamphetamine

murni dan

levoamphetamine

murni.

Karena

dextroamphetamine lebih kuat daripada levoamphetamine, dextroamphetamine juga lebih


kuat daripada campuran amfetamin.
Amfetamin dapat membuat seseorang merasa energik. Efek amfetamin termasuk rasa
kesejahteraan, dan membuat seseorang merasa lebih percaya diri. Perasaan ini bisa bertahan
sampai 12 jam, dan beberapa orang terus menggunakan untuk menghindari kehilangan efek
obat. Pada dosis tertentu, hampir semua pecandu menjadi psikotik, karena amfetamin dapat
menyebabkan kecemasan hebat, paranoia dan gangguan pengertian terhadap kenyataan
hidup. Reaksi psikotik meliputi halusinasi dengar dan lihat (melihat dan mendengar benda
yang sebenarnya tidak ada) dan merasa sangat berkuasa. Efek tersebut bisa terjadi pada siapa
saja, tetapi yang lebih rentan adalah pengguna dengan kelainan psikiatri (misalnya
skizofrenia).
Ada dua jenis amfetamin, yaitu:
o Methamfetamin ice, dikenal sebagai shabu. Nama lainnya shabu-shabu. SS, ice,
crystal, crank. Cara penggunaannya dibakar dengan menggunakan kertas alumunium
foil dan asapnya dihisap, atau dibakar dengan menggunakan botol kaca yang
dirancang khusus (bong). Ice adalah bentuk murni dari methamphetamine yang dapat
diinhalasi, diisap seperti rokok, atau disuntikkan secara intravena oleh pelaku
penyalahgunaan zat. Ice paling banyak digunakan di Pantai Barat di Amerika Serikat
dan di Hawaii. Efek psikologis dari Ice berlangsung selama beberapa jam dan
digambarkan cukup kuat. Tidak seperti crack cocaine, yang harus diimpor, ice adalah
suatu obat sintetik yang dapat dibuat dalam laboratorium gelap setempat. Beberapa
badan hukum dan dokter ruang gawat darurat perkotaan berpendapat bahwa ice dapat
menjadi obat yang disalahgunakan secara luas selama lima tahun mendatang.
o MDMA (methylene dioxy methamphetamin), mulai dikenal sekitar tahun 1980 dengan
nama Ekstasi atau Ecstacy. Nama lain : XTC, fantacy pils, inex, cece, cein, Terdiri
dari berbagai macam jenis antara lain : white doft, pink heart, snow white, petir yang
dikemas dalam bentuk pil atau kapsul. Obat amfetamin klasik (dextroamphetamine,
methamphetamine, dan methylphenidate) mempunyai efek utamanya melalui sistem
dopaminergik. Sejumlah obat yang disebut dengan amfetamin racikan / designer
amphetamine (MDMA, ecstacy, XTC, Adam, MDEA/Eve, MMDA, DOM/STP) telah
dibuat dan mempunyai efek neurokimiawi pada sistem serotonergik dan dopaminergik
dan efek perilaku yang mencerminkan suatu kombinasi aktifitas obat mirip amfetamin
3

dan mirip halusinogen. Beberapa ahli farmakologis mengklasifikasikan amfetamin


racikan sebagai halusinogen; tetapi, Kaplan dan Sadock mengklasifikasikan obat
tersebut dengan amfetamin karena strukturnya yang sangat berhubungan. MDMA
merupakan yang paling banyak diteliti dan kemungkinan merupakan yang paling
banyak tersedia.
Sejarah Amphetamine
Amphetamine pertama kali disintesis pada tahun 1887 oleh Lazar Edeleanu di Berlin,
Jerman. Amphetamine ini awalnya disebut dengan phenylisopropylamine majemuk.
Amphetamine adalah salah satu dari serangkaian senyawa yang merupakan turunan
dari efedrin , dan telah diisolasi dari Ma-Huang pada tahun yang sama oleh Nagayoshi
Nagai . Amfetamin ditemukan tanpa menggunakan kajian farmakologis pada tahun 1927,
oleh pelopor psikofarmakologis Gordon Alles dan diuji pada dirinya sendiri, saat mencari
pengganti buatan untuk efedrin. Dari 1933 atau 1934 Smith, Kline dan Perancis mulai
menjual

bentuk

dasar

obat

volatile

sebagai obat

semprot di

bawah nama

dagang Benzedrine berguna sebagai dekongestan dan juga dapat digunakan untuk tujuan lain.
Salah satu upaya pertama, amfetamin digunakan dalam sebuah studi ilmiah yang
dilakukan oleh MH Nathanson, Dokter di Los Angeles , pada tahun 1935. Dia mempelajari
efek subjektif amfetamin pada 55 pekerja rumah sakit yang masing-masing diberi 20 mg
Benzedrine. Dua efek obat yang paling sering dilaporkan adalah "rasa kenyamanan dan
perasaan kegembiraan" dan "kelelahan berkurang". Selama Perang Dunia II, amfetamin
secara ekstensif digunakan untuk memerangi kelelahan dan meningkatkan kewaspadaan pada
tentara. Setelah beberapa dekade pada tahun 1965, FDA melarang penggunaan Inhaler
Benzedrine dan amfetamin secara bebas, penggunaannya terbatas dan harus menggunakan
resep, tetapi dalam kegiatan non-medis tetap umum digunakan. Produksi, pemakaian legal,
dan penggunaan gelap amfetamin meningkat sampai tahun 1970-an, saat berbagai faktor
sosial dan aturan mulai membatasi penggunaannya yang luas.1
Senyawa terkait metamfetamin pertama kali disintesis dari efedrin di Jepang pada
tahun 1920 oleh kimiawan Akira Ogata , melalui pengurangan efedrin menggunakan fosfor
merah dan yodium . Farmasi Pervitin adalah tablet 3 mg metamfetamin yang tersedia di
Jerman dari tahun 1938 dan secara luas digunakan dalam Wehrmacht , namun pada
pertengahan tahun 1941, metamfetamin menjadi zat yang terbatas penyebarannya, hal
tersebut karena prajurit yang mengkonsumsinya memiliki waktu istirahat yang sangat sedikit
dan

tak

punya

banyak

waktu

untuk

memulihkan

tenaganya

serta

adanya
4

penyalahgunaan. Selama sisa perang, dokter militer terus mengeluarkan obat tersebut, tetapi
dibatasi dan dengan adanya diskriminasi.
Pada tahun 1997 dan 1998, para peneliti di Texas A & M University mengklaim telah
menemukan amphetamine dan methamphetamine di dua dedaunan Acacia spesies asli Texas,
A. berlandieri and A. berlandieri dan A. rigidula.1 Sebelumnya, kedua senyawa ini telah
dianggap sebagai penemuan manusia. Temuan ini tidak pernah diduplikasi, dan analisis yang
diyakini oleh banyak ahli kimia sebagai hasil dari kesalahan eksperimental, dan dengan
demikian validitas laporan telah datang ke pertanyaan. Alexander Shulgin , salah satu peneliti
biokimia yang paling berpengalaman dan penemu banyak zat psikotropika yang baru, telah
mencoba untuk menghubungi peneliti Texas A & M dan memverifikasi temuan mereka.
Epidemiologi
Di tahun 1991 kira-kira 7 persen populasi di Amerika Serikat menggunakan stimulan
sekurangnya satu kali, walaupun kurang dari 1 persen merupakan pengguna sekarang ini
(current user). Kelompok usia 18-25 tahun mempunyai tingkat penggunaan paling tinggi,
dengan 9 persen melaporkan menggunakan sekurangnya satu kali dan 1 persen
menggambarkan dirinya sebagai pengguna sekarang ini. Di antara kelompok usia 12 sampai
17 tahun adalah cukup tinggi, dengan 3 persen melaporkan menggunakan sekurangnya satu
kali dan 1 persen melaporkan penggunaan sekarang ini.2 Pemakaian amfetamin ditemukan
dalam semua kelas ekonomi, dan kecenderungan umum untuk penggunaan amfetamin adalh
tinggi di antara profesional bangsa Kaukasia. Karena amfetamin tersedia oleh peresepan
untuk indikasi spesifik, dokter yang mengeluarkan resep harus menyadari resiko
penyalahgunaan amfetamin oleh orang lain, termasuk teman dan anggota keluarga pasien
yang mendapatkan amfetamin. Tidak tersedia data yang dapat dipercaya tentang epidemiologi
penggunaan amfetamin racikan.
Mekanisme kerja Amfetamin
Semua amfetamin cepat diabsorbsi peroral dan disertai dengan onset kerja yang cepat,
biasanya dalam satu jam jika digunakan peroral. Amfetamin klasik juga digunakan secara
intravena; dengan cara tersebut mereka mempunyai efek yang hampir segera. Amfetamin
yang tidak diresepkan dan amfetamin racikan juga dimasukkan dengan inhalasi. Toleransi
dapat timbul pada amfetamin klasik dan racikan, sehingga pemakai amfetamin sering kali
mengatasi toleransi dengan menggunakan lebih banyak obat. Amfetamin lebih kurang adiktif
5

dibandingkan kokain, seperti yang dibuktikan pada percobaan binatang dimana tidak semua
tikus memasukkan sendiri dosis rendah amfetamin.
Amfetamin adalah senyawa yang mempunyai efek simpatomimetik tak langsung
dengan aktivitas sentral maupun perifer. Strukturnya sangat mirip dengan katekolamin
endogen seperti epinefrin, norepinefrin dan dopamin. Efek alfa dan beta adrenergik
disebabkan oleh keluarnya neurotransmiter dari daerah presinap. Amfetamin klasik
mempunyai efek menghalangi re-uptake dari katekolamin oleh neuron presinap dan
menginhibisi aktivitas monoamin oksidase, sehingga konsentrasi dari neurotransmitter
terutama dopamin cenderung meningkat dalam sinaps. Efek tersebut terutama kuat pada
neuron dopaminergik yang keluar dari area tegmental ventralis ke korteks serebral dan area
limbik. Jalur tersebut disebut jalur hadiah (reward pathway) dan aktifasinya kemungkinan
merupakan mekanisme adiksi utama bagi amfetamin.
Amfetamin racikan (MDMA, MDEA, MMDA, DOM) menyebabkan pelepasan
katekolamin (dopamin dan norepinefrin) dan pelepasan serotonin. Serotonin adalah
neurotransmiter yang berperan sebagai jalur neurokimiawi utama yang terlibat dalam efek
halusiogen.1 Farmakologi MDMA adalah yang paling dimengerti di antara semua jenis
amfetamin racikan. MDMA diambil dalam neuron serotonergik oleh transporter serotonin
yang bertanggung jawab untuk reuptake serotonin. Setelah di dalam neuron, MDMA
menyebabkan pelepasan cepat suatu bolus serotonin dan menghambat aktifitas enzim yang
menghasilkan serotonin. Pengguna SSRI/Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (fluoxetine)
tidak dapat mencapai perasaan elasi jika mereka menggunakan MDMA karena SSRI
mencegah pengambilan/uptake MDMA ke dalam neuron serotonergik.1
Mekanisme kerja amfetamin pada susunan saraf pusat dipengaruhi oleh pelepasan
biogenik amine yaitu dopamin, norepinefrin dan serotonin atau ketiganya dari tempat
penyimpanan pada presinap yang terletak pada akhiran saraf. Efek yang dihasilkan dapat
melibatkan neurotransmitter atau sistim monoamine oxidase (MAO) pada ujung presinaps
saraf.
Dari beberapa penelitian pada binatang diketahui pengaruh amfetamine terhadap
ketiga biogenik amin tersebut yaitu:
1. Dopamin
Amfetamine menghambat re uptake dan secara langsung melepaskan dopamin yang baru
disintesa. Pada penelitian didapatkan bahwa isomer dekstro dan levo amfetamine mempunyai
potensi yang sama dalam menghambat up take dopaminergik dari sinaptosom di
hipothalamus dan korpus striatum tikus.
6

2. Norepinefrin
Amfetamine memblok re uptake norepinefrin dan juga menyebabkan pelepasan norepinefrin
baru, penambahan atau pengurangan karbon diantara cincin fenil dan nitrogen melemahkan
efek amfetamine pada pelepasan re uptake norepinefrin
3. Serotonin
Secara umum, amfetamine tidak mempunyai efek yang kuat pada sistem serotoninergik.
Menurut Fletscher p-chloro-N-metilamfetamin mengosongkan kadar 5 hidroksi triptopfan (5HT) dan 4 hidroksi indolasetik acid (5-HIAA), sementara kadar norepinefrin dan dopamin
tidak berubah. Hasil yang sama dilaporkan juga oleh Fuller dan Molloy, Moller Nielsen dan
Dubnick bahwa devirat amfetamine dengan elektron kuat yang menarik penggantian pada
cincin fenil akan mempengaruhi sistim serotoninergik.
Aktivitas susunan saraf pusat terjadi melalui kedua jaras adrenergik dan dopaminergik
dalam otak dan masing-masing menimbulkan aktivitas lokomortor serta kepribadian
stereotopik. Stimulasi pada pusat motorik di daerah media otak depan (medial forebrain)
menyebabkan peningkatan dari kadar norepinefrin dalam sinaps dan menimbulkan euforia
serta meningkatkan libido. Stimulasi pada ascending reticular activating system (ARAS)
menimbulkan peningkatan aktivitas motorik dan menurunkan rasa lelah.2 Stimulasi pada
sistim dopaminergik pada otak menimbulkan gejala yang mirip dengan skizofrenia dari
psikosa amfetamine.2
Pengaruh Amfetamin
Amfetamin Mempengaruhi Otak
Ketika seseorang menggunakan upper, zat tersebut akan merangsang sistem saraf
pusat penggunanya. Zat bekerja pada sistem neurotransmiter norepinefrin dan dopamin otak.
Menggunakan amfetamin dapat menyebabkan otak untuk menghasilkan tingkat dopamin
yang lebih tinggi.2 Jumlah dopamin yang berlebih di dalam otak akan menghasilkan perasaan
euforia dan kesenangan yang biasa dikenal sebagai high.
Seiring berjalannya waktu, orang yang menggunakan shabu akan mengembangkan
toleransi terhadap zat amfetamin yang terkandung di dalam Shabu. Toleransi artinya
seseorang akan membutuhkan dosis yang lebih tinggi untuk mendapatkan efek yang sama.
Jika sejumlah dosis yang dibutuhkan tidak terpenuhi maka pengguna zat amfetamin akan
muncul perasaan craving/withdrawal atau dikenal dengan perasaan sakaw.
Sensasi yang ditimbulkan oleh amfetamin
7

Sensasi yang ditimbulkan akan membuat otak lebih jernih dan bisa berpikir lebih
fokus. Otak menjadi lebih bertenaga untuk berpikir berat dan bekerja keras, namun akan
muncul kondisi arogan yang tanpa sengaja muncul akibat penggunaan zat ini. Pupil akan
berdilatasi (melebar). Nafsu makan akan sangat ditekan. Hasrat ingin pipis juga akan ditekan.
Tekanan darah bertendensi untuk naik secara signifikan. Secara mental, pengguna akan
mempunyai rasa percaya diri yang berlebih dan merasa lebih happy. Pengguna akan lebih
talkative, banyak ngomong dan meningkatkan pola komunikasi dengan orang lain. Karena
seluruh sistem saraf pusat terstimulasi maka kewaspadaan dan daya tahan tubuh juga
meningkat. Pengguna seringkali berbicara terus dengan cepat dan terus menerus. Amfetamin
dosis rendah akan habis durasinya di dalam tubuh kita antara 3 sampai 8 jam, Setelah itu
pengguna akan merasa kelelahan. Kondisi ini akan membuat dorongan untuk kembali speedup dan kembali mengkonsumsi satu dosis kecil lagi, begitu seterusnya. Penggunaan bagi
social user dimana biasanya hanya menggunakan amfetamin pada akhir minggu biasanya
menjadi tidak bisa mengontrol penggunaannya dan banyak yang berakhir dengan penggunaan
sepanjang minggu penuh, mulai dari Sabtu ke Jumat, begitu seterusnya.
Efek Mengkonsumsi Amfetamin
Karena efeknya yang menimbulkan kecanduan dengan adanya toleransi dari zat yang
dikonsumsi, maka zat ini juga akan menimbulkan efek secara fisik. Begitu seseorang telah
kecanduan amfetamin, maka orang tersebut harus kembali menggunakan amfetamin untuk
mencegah sakaw (withdrawal). Karena efek yang ditimbulkan amfetamin bisa boosting
energi pada penggunanya, maka efek withdrawal yang paling sering muncul adalah
kelelahan. Pengguna zat ini kemungkinan juga akan membutuhkan waktu tidur yang lebih
lama dan sangat sensitif/mudah marah pada saat dibangunkan. 3 Begitu efek obatnya hilang,
pengguna yang tadinya tidak merasa lapar kemudian menjadi sangat lapar. Pada beberapa
kalangan selebriti, penggunaan zat ini sering digunakan sebagai obat untuk menurunkan
nafsu makan. Namun sebenarnya sama saja karena nafsu makan akan kembali meningkat
setelah efek obatnya hilang. Itulah sebabnya banyak selebriti perempuan yang mati-matian
menjaga berat badannya dan akhirnya berakhir pada kecanduan amfetamin.
Depresi juga merupakan efek withdrawal yang paling sering pada pengguna
amfetamin. Pada kasus-kasus yang berat malahan dapat menimbulkan tentamen suicide
(hasrat ingin bunuh diri). Karena efek depresinya ini terkadang pengguna dapat menjadi
orang yang berlaku sangat kasar.
8

Efek Jangka Pendek dari Amfetamin


Berikut ini adalah beberapa efek dari mengkonsumsi Amfetamin, yaitu :

Meningkatkan suhu tubuh

Kerusakan sistem kardiovaskular

Paranoia

Mulut kering

Meningkatkan denyut jantung

Dilatasi pupil

Meningkatkan tekanan darah

Mual

Menjadi hiperaktif

Sakit kepala

Mengurangi rasa kantuk

Perubahan perilaku seksual

Tremor

Menurunkan nafsu makan


Euforia

Efek Jangka Panjang dari Amfetamin


Selama jangka panjang, seseorang yang menggunakan amfetamin secara teratur akan
menemukan tanda-tanda efek samping jangka panjang yang biasanya terdiri dari :

Pandangan kabur

Pusing

Peningkatan detak jantung

Sakit kepala

Tekanan darah tinggi

Kurang nafsu makan

Nafas cepat

Gelisah
Pada penggunaan zat terus menerus akhirnya akan menimbulkan gangguan gizi dan
gangguan tidur. Pengguna akan lebih rentan untuk sakit apapun karena kondisi kesehatan
yang secara keseluruhannya buruk.
Intoksikasi Amfetamin
Sindrom intoksikasi oleh kokain (yang menghambat reuptake dopamin) dan
amfetamin (yang menyebabkan pelepasan dopamin) adalah serupa. Dalam DSM IV kriteria
diagnostik intoksikasi amfetamin dan intoksikasi kokain dipisahkan tetapi sebenarnya adalah
9

sama. DSM-IV memungkinkan spesifikasi adanya gangguan perseptual. Jika tes realitas yang
utuh tidak didapatkan, diagnosis gangguan psikotik akibat amfetamin dengan onset selama
intoksikasi diindikasikan. Gejala intoksikasi amfetamin hampir menghilang sama sekali
setelah 24 jam dan biasanya menghilang secara lengkap setelah 48 jam.
Kriteria diagnostik untuk intoksikasi amfetamin menurut DSM-IV:3
A.

Pemakaian amfetamin atau zat yang berhubungan (misalnya methylphenidate) yang

belum lama terjadi.


B.

Perilaku maladaptif atau perubahan perilaku yang bermakna secara klinis (misalnya

euforia atau penumpulan afektif, perubahan sosiabilitas, kewaspadaan berlebihan, kepekaan


interpersonal, kecemasan, ketegangan, atau kemarahan, perilaku stereotipik, gangguan
pertimbangan, atau gangguan fungsi sosial atau pekerjaan) yang berkembang selama atau
segera setelah pemakaian amfetamin atau zat yang berhubungan.
C.

Dua (atau lebih) hal berikut berkembang selama atau segera sesudah pemakaian

amfetamin atau zat yang berhubungan;

D.

(1)

takikardia atau bradikardia

(2)

dilatasi pupil

(3)

peninggian atau penurunan tekanan darah

(4)

berkeringat atau menggigil

(5)

mual atau muntah

(6)

tanda-tanda penurunan berat badan

(7)

agitasi atau retardasi psikomotor

(8)

kelemahan otot, depresi pernapasan, nyeri dada, atau aritmia jantung

(9)

konfusi, kejang, diskinesia, distonia, atau koma

Gejala tidak disebabkan oleh kondisi medis umum dan tidak lebih baik diterangkan

oleh gangguan mental lain


Sebutkan jika: dengan gangguan persepsi

Putus Amfetamin
Keadaan setelah intoksikasi amfetamin dapat disertai kecemasan, gemetar, mood
disforik, letargi, fatigue, mimpi menakutkan (disertai oleh rebound tidur REM), nyeri kepala,
keringat banyak, kram otot, kram lambung, dan rasa lapar yang tidak pernah kenyang. Gejala
putus biasanya memuncak dalam dua sampai empat hari dan menghilang dalam satu minggu.
10

Gejala putus amfetamin yang paling serius adalah depresi, yang dapat berat setelah
penggunaan amfetamin dosis tinggi secara terus menerus dan yang dapat disertai dengan ide
atau usaha untuk bunuh diri. Kriteria diagnostik DSM-IV untuk putus amfetamin
menyebutkan bahwa suatu mood disforik dan sejumlah perubahan fisiologis diperlukan untuk
diagnosis putus amfetamin.
Kriteria diagnostik untuk putus amfetamin menurut DSM-IV:3
A.

Penghentian (atau penurunan) amfetamin (atau zat yang berhubungan) yang sudah

lama atau berat


B.

Mood disforik dan dua (atau lebih) perubahan fisiologis berikut, yang berkembang

dalam beberapa jam sampai beberapa hari setelah kriteria A:

C.

(1)

kelelahan

(2)

mimpi yang gamblang dan tidak menyenangkan

(3)

insomnia atau hipersomnia

(4)

peningkatan nafsu makan

(5)

retardasi atau agitasi psikomotor

Gejala dalam kriteria B menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau

gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain


D.

Gejala bukan karena kondisi medis umum dan tidak lebih baik diterangkan oleh

gangguan mental lain


Amfetamin Psikosis
Efek penggunaan jangka panjang bisa menimbulkan kondisi yang disebut dengan
amfetamin psikosis. Gangguan mental ini sangat mirip sekali dengan paranoid schizophrenia.
Efek psikosis ini juga bisa muncul pada penggunaan jangka pendek dengan dosis yang besar.
Kondisi psikosis inilah yang tidak disadari oleh kebanyakan pengguna amfetamin. Karena
efeknya baru muncul jangka panjang maka sering kali efek ini disalah artikan. Pengalaman
dari negara-negara lain yang sudah lebih lama muncul penggunaan amfetamin, telah banyak
korban dengan gangguan psikosis atau gangguan kejiwaan yang parah. Tanda utama dari
gangguan psikotik akibat amfetamin adalah adanya paranoia. Skizofrenia dapat dibedakan
dari gangguan psikotik akibat amfetamin oleh sejumlah karakteristik seperti menonjolnya
halusinasi visual, afek yang biasanya sesuai, hiperaktifitas, hiperseksualitas, konfusi dan
inkoherensi, dan sedikit bukti gangguan berpikir (sebagai contohnya, asosiasi longgar).
Beberapa penelitian juga menemukan bahwa, walaupun gejala positif skizofrenia dan
gangguan psikotik akibat amfetamin adalah serupa, pendataran afek dan alogia dari
11

skizofrenia biasanya tidak ditemukan pada gangguan psikotik akibat amfetamin. 4 Tetapi,
secara klinis, gangguan psikotik akibat amfetamin akut mungkin sama sekali tidak dapat
dibedakan dari skizofrenia, dan hanya resolusi gejala dalam beberapa hari atau temuan positif
pada uji saring urine yang akhirnya mengungkapkan diagnosis yang tepat. Beberapa bukti
menyatakan bahwa penggunaan amfetamin jangka panjang adalah disertai dengan
peningkatan kerentanan terhadap perkembangan psikosis di bawah sejumlah keadaan,
termasuk intoksikasi alkohol dan stres. Pengobatan terpilih untuk gangguan psikotik akibat
amfetamin adalah penggunaan jangka pendek antagonis reseptor dopamin seperti
haloperidol.4 DSM-IV menuliskan kriteria diagnostik untuk gangguan psikotik akibat
amfetamin dengan gangguan psikotik lainnya. DSM-IV memungkinkan dokter menyebutkan
apakah waham atau halusinasi adalah merupakan gejala yang menonjol.
Gangguan Lain Berhubungan Amfetamin
Gangguan lainnya yang berhubungan dengan amfetamin antara lain delirium,
gangguan mood, gangguan kecemasan, gangguan tidur, dan disfungsi seksual.
Penyalahgunaan Amfetamin
Kebanyakan zat dalam narkoba sebenarnya digunakan untuk pengobatan dan
penelitian. Tetapi karena berbagai alasan, maka narkoba kemudian disalahgunakan.
Penggunaan terus menerus dan berlanjut akan menyebabkan Ketergantungan

atau

Dependensi, yang bisa juga disebut dengan Kecanduan. Tingkatan penyalahgunaan biasanya
sebagai berikut:
1.

Coba-coba

2.

Senang-senang

3.

Menggunakan pada saat atau keadaan tertentu

4.

Penyalahgunaan

5.

Ketergantungan
Amfetamin bisa disalahgunakan selama bertahun-tahun atau digunakan sewaktuwaktu. Bisa terjadi ketergantungan fisik maupun ketergantungan psikis. Dulu ketergantungan
terhadap amfetamin timbul jika obat ini diresepkan untuk menurunkan berat badan, tetapi
sekarang penyalahgunaan amfetamin terjadi karena penyaluran obat yang ilegal.5
Banyak wanita yang berlomba-lomba menjadi kurus agar terlihat menarik sehingga
mereka memilih jalan pintas, yaitu dengan menggunakan produk pelangsing. Padahal produk
pelangsing tersebut belum tentu aman. Beberapa produk pelangsing ditemukan mengandung
12

suatu senyawa yang disebut amfetamin. Amfetamin merupakan senyawa yang cukup banyak
ditemukan dalam produk-produk pelangsing (penurun berat badan) yang mengklaim produk
tersebut bebas dari senyawa berbahaya. Pada mulanya sekitar tahun 1960-an, amfetamin
boleh digunakan secara bebas untuk menurunkan berat badan. Amfetamin menekan nafsu
makan, mengontrol berat badan, serta menstimulasi sistem saraf pusat dan sistem
kardiovaskular. Efek-efek tersebut dihasilkan diperantarai dengan meningkatkan konsentrasi
sinapsis dari norepinefrin dan dopamine melalui stimulasi pelepasan neurotransmitter atau
menghambat pengambilannya. Amfetamin merupakan suatu obat yang dapat mempengaruhi
sistem saraf pusat. Oleh karena itu, hal ini berbahaya jika digunakan secara tidak terkendali
oleh praktisi kesehatan (dokter atau apoteker).
Beberapa amfetamin tidak digunakan untuk keperluan medis dan beberapa lainnya
dibuat dan digunakan secara ilegal. Di AS, yang paling banyak disalahgunakan adalah
metamfetamin. Penyalahgunaan MDMA sebelumnya tersebar luas di Eropa, dan sekarang
telah mencapai AS.5 Setelah menelan obat ini, pemakai seringkali pergi ke disko untuk
triping. MDMA mempengaruhi penyerapan ulang serotonin (salah satu penghantar saraf
tubuh) di otak dan diduga menjadi racun bagi sistim saraf.
Gambaran Klinis
Amfetamin Klasik
Pada seseorang yang sebelumnya belum pernah menggunakan amfetamin, dosis
tunggal 5 mg meningkatkan rasa kesehatannya dan menyebabkan elasi, euforia, dan
keramahan.6 Dosis kecil biasanya memperbaiki pemusatan perhatian mereka dan
meningkatkan kinerja dalam tugas menulis, oral, dan kinerja. Terdapat juga penurunan
kelelahan, menyebabkan anoreksia, dan peningkatan ambang rasa nyeri. Efek yang tidak
diharapkan menyertai penggunaan dosis tinggi untuk periode waktu yang lama.
Amfetamin Racikan
Karena efeknya pada sistem dopaminergik, amfetamin racikan memiliki sifat
mengaktifkan dan memberikan energi. Tetapi, efeknya pada sistem serotonergik, mewarnai
pengalaman dengan obat tersebut dengan suatu karakter halusinogenik. Amfetamin racikan
dikaitkan dengan disorientasi dan distorsi persepsi yang lebih sedikit daripada halusinogen
klasik seperti lysergic acid diethylamine (LSD). Rasa keakraban dengan orang lain dan rasa
nyaman pada diri sendiri dan peningkatan kecerahan objek adalah merupakan efek yang
sering dilaporkan pada MDMA. Beberapa ahli psikoterapi telah menggunakan dan
13

menganjurkan penelitian lebih lanjut tentang amfetamin racikan sebagai adjuvan terhadap
psikoterapi. Anjuran tersebut adalah kontroversial; dokter lain menekankan kemungkinan
bahaya dari penggunaan obat tersebut.
Efek Samping
Amfetamin Klasik
Efek pada serebrovaskular, jantung, dan gastrointestinal adalah salah satu di antara
efek merugikan yang paling sering yang berhubungan dengan penyalahgunaan amfetamin.
Keadaan spesifik yang mengancam kehidupan adalah infark miokardium, hipertensi berat,
penyakit kardiovaskular, dan kolitis iskemik. Gejala neurologis yang terjadi terus menerus,
dari kedutan, tetani, kejang sampai koma dan kematian disertai dengan dosis amfetamin yang
semakin tinggi. Penggunaan amfetamin intravena berhubungan dengan transmisi HIV dan
hepatitis. Efek merugikan yang kurang mengancam kehidupan adalah kemerahan, pucat,
sianosis, demam, nyeri kepala, takikardi, palpitasi, mual, muntah, bruxism (menggesekkan
gigi), napas sesak, tremor, dan ataksia.6 Penggunaan amfetamin oleh wanita hamil didapatkan
berat badan lahir rendah, lingkar kepala kecil, prematur, dan retardasi pertumbuhan.
Efek psikologis yang merugikan dari amfetamin adalah kegelisahan, insomnia,
iritabilitas, sikap permusuhan, dan konfusi. Gejala gangguan kecemasan, seperti gangguan
kecemasan menyeluruh dan gangguan panik, dapat diinduksi oleh penggunaan amfetamin.
Waham rujukan, waham paranoid, dan halusinasi dapat disebabkan oleh pemakaian
amfetamin.
Amfetamin racikan
Amfetamin racikan mempunyai banyak efek merugikan yang sama dengan amfetamin
klasik. Tetapi, berbagai efek lainnya juga didapatkan pada amfetamin racikan. Secara klinis,
suatu efek merugikan yang berat yang berhubungan dengan MDMA adalah hipertermia yang
disebabka oleh obat dan selanjutnya dieksaserbasi oleh aktifitas yang berlebihan (seperti
berdansa dengan liar di dalam klub dansa yang panas dan padat). Terdapat sejumlah laporan
klinis tentang kematian yang berhubungan dengan pemakaian MDMA di bawah situasi
tersebut.
Pengobatan
Pengobatan gangguan berhubungan amfetamin (atau mirip amfetamin) adalah mirip
dengan gangguan berhubungan kokain dengan kesulitan dalam membantu pasien tetap
14

abstinen dari obat, yang mempunyai kualitas mendorong yang sangat kuat dan menginduksi
kecanduan. Lingkungan rawat inap dan macam-macam cara pengobatan (psikoterapi
individual, keluarga, dan kelompok) biasanya diperlukan untuk mencapai abstinensi zat yang
berlangsung selamanya. Pengobatan gangguan spesifik akibat amfetamin (seperti gangguan
kecemasan dan gangguan psikotik) dengan obat yang spesifik (sedatif dan antipsikotik)
mungkin diperlukan dalam jangka pendek. Antipsikotik, baik phenotiazine atau haloperidol,
dapat diresepkan untuk beberapa hari pertama. Tanpa adanya psikotik, diazepam (Valium)
berguna untuk mengobati agitasi dan hiperaktifitas pasien.
Dokter harus menegakkan ikatan teraupetik dengan pasien untuk mengatasi depresi
atau gangguan kepribadian dasar atau keduanya; tetapi, karena banyak pasien mengalami
ketergantungan berat dengan obat, psikoterapi mungkin sulit.
Pencegahan
Banyak yang masih bisa dilakukan untuk mencegah remaja menyalahgunakan
narkoba dan membantu remaja yang sudah terjerumus penyalahgunaan narkoba. Ada tiga
tingkat intervensi, yaitu
1.

Primer, sebelum penyalahgunaan terjadi, biasanya dalam bentuk pendidikan,

penyebaran informasi mengenai bahaya narkoba, pendekatan melalui keluarga, dll. Instansi
pemerintah, seperti halnya BKKBN, lebih banyak berperan pada tahap intervensi ini.
kegiatan dilakukan seputar pemberian informasi melalui berbagai bentuk materi KIE yang
ditujukan kepada remaja langsung dan keluarga.
2.

Sekunder, pada saat penggunaan sudah terjadi dan diperlukan upaya

penyembuhan (treatment). Fase ini meliputi: Fase penerimaan awal (initial intake)antara 1 3
hari dengan melakukan pemeriksaan fisik dan mental, dan Fase detoksifikasi dan terapi
komplikasi medik, antara 1 3 minggu untuk melakukan pengurangan ketergantungan
bahan-bahan adiktif secara bertahap.
3.

Tersier, yaitu upaya untuk merehabilitasi mereka yang sudah memakai dan

dalam proses penyembuhan. Tahap ini biasanya terdiri atas Fase stabilisasi, antara 3-12 bulan,
untuk mempersiapkan pengguna kembali ke masyarakat, dan Fase sosialiasi dalam
masyarakat, agar mantan penyalahguna narkoba mampu mengembangkan kehidupan yang
bermakna di masyarakat. Tahap ini biasanya berupa kegiatan konseling, membuat kelompokkelompok dukungan, mengembangkan kegiatan alternatif, dll.
Kesimpulan
15

Amfetamin adalah kelompok obat psikoaktif sintetis yang disebut stimulan sistem
saraf pusat (SSP). Amfetamin merupakan satu jenis narkoba yang dibuat secara sintetis.
Amfetamin dapat berupa bubuk putih, kuning, maupun coklat, atau bubuk putih kristal
kecil. Senyawa ini memiliki nama kimia methylphenethylamine merupakan suatu senyawa
yang

telah

digunakan

secara

terapetik

untuk

mengatasi

obesitas, attention-deficit

hyperactivity disorder (ADHD), dan narkolepsi. Penggunaan terus menerus dan berlanjut
akan

menyebabkan Ketergantungan atau

Dependensi,

yang

bisa

juga

disebut

dengan Kecanduan.

DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Gangguan Berhubungan Dengan Zat. Dalam: Kaplan
HI, Sadock BJ, Grebb JA. Kaplan dan Sadock Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan
Perilaku Psikiatri Klinis. Jilid 1. Binarupa Aksara: Tangerang 2010. Hal. 584-698.
2. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Gangguan Berhubungan Dengan Amfetamin (atau
Mirip Amfetamin). Dalam: Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Kaplan dan Sadock
Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Jilid 1. Binarupa Aksara:
Tangerang 2010. Hal. 628-35.
3. Substance Related Disorder dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders (DSM-IV), 4th edition, Washington DC:175-191
4. Penyalahgunaan zat psikotropika. Diunduh dari
content/uploads/publikasi_dosen/mengenal%

http://resources.unpad.ac.id/unpad-

20jenis%20dan%20faktor%20penyebab

%20penyalahgunaan%20napza.pdf. Diakses tanggal 27 April 2015.


16

5. Makalah Penyalahgunaan Obat-obat Terlarang. Diunduh dari http://data.tp.ac.id/


dokumen/makalah+penyalahgunaan+obat-obat+terlarang. Diakses tanggal 27 April 2015.
6. Penyalahgunaan

Narkotika.

Diunduh

dari

http://www.scribd.com/doc/16591348/

Penyalahgunaan-narkotika. Diakses tanggal 27 April 2015.

17

Anda mungkin juga menyukai