Nama
NIM
: 12330098
Kurban
PENDAHULUAN
Kita sebagai mahasiswa mengikuti kurabn tidak harus selalu di lingkungan rumah saja. Kita
semua mengetahui bahwa kurban dilaksanakan pada hari raya Idul Adha.
Kegiatan kurban dilaksankan oleh orang Islam. Kurban dilaksanakan setelah menunaikan ibadah
shalat Idul Adha.Kita juga boleh ikut berpartsipasi dengan menyumbangkan hewan untuk
dijadikan kurban sesuai kemampuan kita , tanpa harus memaksakan diri karena berkurban
membutuhkan keikhlasan.
Dengan demikian niat berkurban kita , didasari keikhlasan hati dengan tujuan tidak hanya untuk
memperoleh phalala yg berlimpah melainkan kebahagiaan rohani dalam hidup.
KAJIAN PUSTAKA
Pengertian Qurban
Kata kurban atau korban, berasal dari bahasa Arab qurban, diambil dari kata : qaruba (fiil
madhi) yaqrabu (fiil mudhari) qurban wa qurbnan(mashdar).Artinya, mendekati atau
menghampiri (Matdawam, 1984).
Menurut istilah, qurban adalah segala sesuatu yang digunakan untuk mendekatkan diri kepada
Allah baik berupa hewan sembelihan maupun yang lainnya (Ibrahim Anis et.al, 1972). Dalam
bahasa Arab, hewan kurban disebut juga dengan istilah udh-hiyah atau adh-dhahiyah, dengan
bentuk jamaknya al-adhhi. Kata ini diambil dari kata dhuh, yaitu waktu matahari mulai tegak
yang disyariatkan untuk melakukan penyembelihan kurban, yakni kira-kira pukul 07.00 10.00
Udh-hiyah adalah hewan kurban (unta, sapi, dan kambing) yang disembelih pada hari raya
Qurban dan hari-hari tasyriq sebagai taqarrub (pendekatan diri) kepada Allah .
Hukum Qurban
Qurban hukumnya sunnah, tidak wajib. Imam Malik, Asy Syafii, Abu Yusuf, Ishak bin
Rahawaih, Ibnul Mundzir, Ibnu Hazm dan lainnya berkata,Qurban itu hukumnya sunnah bagi
orang yang mampu (kaya), bukan wajib, baik orang itu berada di kampung halamannya (muqim),
dalam perjalanan (musafir), maupun dalam mengerjakan haji. (Matdawam, 1984)
Sebagian mujtahidin -seperti Abu Hanifah, Al Laits, Al Auzai, dan sebagian pengikut Imam
Malik- mengatakan qurban hukumnya wajib. Tapi pendapat ini dhaif (lemah) (Matdawam,
1984).
Ukuran mampu berqurban, hakikatnya sama dengan ukuran kemampuan shadaqah, yaitu
mempunyai kelebihan harta (uang) setelah terpenuhinya kebutuhan pokok (al hajat al asasiyah)
-yaitu sandang, pangan, dan papan dan kebutuhan penyempurna (al hajat al kamaliyah) yang
lazim bagi seseorang.
Hewan yang dikurbankan haruslah mulus, sehat, dan bagus. Tidak boleh ada cacat atau
cedera pada tubuhnya. Maka usahakan hewannya berkualitas prima dan top, bukan kualitas
sembarangan
Berdasarkan hadits, tidak dibenarkan berkurban dengan hewan :
dibelikan kambing, dapatkah dianggap telah berqurban ? Menurut pemahaman kami, belum
dapat dikategorikan qurban, tapi hanya latihan qurban. Sembelihannya sah, jika memenuhi
syarat-syarat penyembelihan, namun tidak mendapat pahala qurban. Wallahu alam. Lebih baik,
pihak sekolah atau pimpinan pengajian mencari siapa yang kaya dan mampu berqurban, lalu dari
merekalah hewan qurban berasal, bukan berasal dari iuran semua murid tanpa memandang kaya
dan miskin. Islam sangat adil, sebab orang yang tidak mampu memang tidak dipaksa untuk
berqurban.
Perlu ditambahkan, bahwa dalam satu keluarga (rumah), bagaimana pun besarnya keluarga itu,
dianjurkan ada seorang yang berkurban dengan seekor kambing. Itu sudah memadai dan syiar
Islam telah ditegakkan, meskipun yang mendapat pahala hanya satu orang, yaitu yang berkurban
itu sendiri.
Teknis Penyembelihan
Teknis penyembelihan adalah sebagai berikut :
Hewan yang akan dikurbankan dibaringkan ke sebelah rusuknya yang kiri dengan posisi
mukanya menghadap ke arah kiblat, diiringi dengan membaca doa Robbanaa taqabbal
minnaa innaka antas samiiul aliim. (Artinya : Ya Tuhan kami, terimalah kiranya qurban
kami ini, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.)
Penyembelih meletakkan kakinya yang sebelah di atas leher hewan, agar hewan itu tidak
menggerak-gerakkan kepalanya atau meronta.
Penyembelih melakukan penyembelihan, sambil membaca : Bismillaahi Allaahu
akbar. (Artinya : Dengan nama Allah, Allah Maha Besar). (Dapat pula ditambah bacaan
shalawat atas Nabi SAW. Para penonton pun dapat turut memeriahkan dengan gema takbir
Allahu akbar!)
Kemudian penyembelih membaca doa kabul (doa supaya qurban diterima Allah)
yaitu : Allahumma minka wa ilayka. Allahumma taqabbal min (sebut nama orang yang
berkurban). (Artinya : Ya Allah, ini adalah dari-Mu dan akan kembali kepada-Mu. Ya Allah,
terimalah dari. ) (Ad Dimasyqi, 1993; Matdawam, 1984; Rifai et.al., 1978; Rasjid, 1990)
Penyembelihan, yang afdhol dilakukan oleh yang berqurban itu sendiri, sekali pun dia seorang
perempuan. Namun boleh diwakilkan kepada orang lain, dan sunnah yang berqurban
Analisis
pemanfaatan daging qurban dilakukan menjadi tiga bagian/cara, yaitu : makanlah,
berikanlah kepada fakir miskin, dan simpanlah. Namun pembagian ini sifatnya tidak wajib, tapi
mubah Orang yang berqurban, disunnahkan turut memakan daging qurbannya sesuai hadits di
atas. Boleh pula mengambil seluruhnya untuk dirinya sendiri. Jika diberikan semua kepada fakirmiskin,
Pembagian daging qurban kepada fakir dan miskin, boleh dilakukan hingga di luar desa/ tempat
dari tempat penyembelihan Penyembelih (jagal), tidak boleh diberi upah dari qurban. Kalau mau
memberi upah, hendaklah berasal dari orang yang berqurban dan bukan dari qurban
IMPLIKASI
Etika Individu
Secara individu atau perorangan keinginan untuk berkurban bukan hanya dilakukan semata
mata hanya untuk memperoleh pahala yg berlipah , namun dibalik semua itu apa yg kita
kurbankan akan sangat bermanfaan bagi banyak orang sebagai penerima kurban. Kita berkurban
sesuai kemampuan ekonomi tanpa harus memaksakan diri, hal terpenting didasari dengan
keikhlasan untuk berbagi.
Etika Masyarakat
Etika masyarakat , seandainya belum memiliki kesempatan untuk berkurban, melainkan sebagai
penerima , hendak nya kita selalu mensyukuri apa yang telah didapat sedikit tidaknya , apa yg
telah diberikan oleh orang yang berkurban dengan ikhlas, dan dan selalu mensyukuri nikmat yg
diberikan tuhan yang maha kuasa.
KESIMPULAN
Kami ingin menutup risalah sederhana ini, dengan sebuah amanah penting : hendaklah
orang yang berqurban melaksanakan qurban karena Tuhan semata. Jadi niatnya haruslah ikhlas,
yang lahir dari ketaqwaan yang mendalam dalam dada kita. Bukan berqurban karena riya` agar
dipuji-puji sebagai orang kaya, orang dermawan, atau politisi yang peduli rakyat, dan
sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Matdawam, M. Noor. 1984. Pelaksanaan Qurban dalam Hukum Islam. Cetakan Pertama.
Yogyakarta : Yayasan Bina Karier. 41 hal.