Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Pengendalian
Pengendalian ini dapat diperoleh dengan kepemilikan hak suara atas entitas
lain. Hak suara biasanya melekat dalam kepemilikan ekuitas suatu entitas walaupun
tidak selalyu demikian. Jika hak suara yang dimiliki sedemikian besar, diperoleh hak
pengendalian, dan pada saat itu telah terjadi kombinasi bisnis. Kepemilikan equitas
suatu entitas dalam jumlah tertentu dapat menimbulkan pengendalian atas entitas
tersebut, dan hal itu menunjukkan bahwa telah terjadi kombinasi bisnis.
Entitas yang tidak berbadan hukum merupakan usaha yang didirikan namun
belum memiliki bentuk hukum tetap. Contoh bentuk hukum dalam hal ini meliputi
perusahaan perseorangan, CV Firma, Perseroan Terbatas, dan bentuk lainnya.
Sepanjang entitas bersangkutan merupakan bisnis yang riil, kombinasi bisnis dapat
dilakukan atas entitas tidak berbadan hukum tersebut.
Akan tetapi, makna mengendalikan lebih dari sekedar memiliki ekuitas entitas
lain. Pengendalian tidak harus selalu diperoleh dengan kepemilikan dan sebaliknya,
kepemilikan hak suara mayoritas tidak selalu memberikan hak pengendalian.
Pengendalian yang diperoleh tanpa adanya kepemilikan dapat terjadi melalui
kontrak. Sebagai contoh, suatu entitas telah terikat kontrak hanya menjual atau
memberikan jasa atau memberikan hak pemakaian aset pada entitas lain yang
mengindikasikan adanya pengendalian oleh entitas lain tersebut. Ini berarti entitas
yang mengendalikan. Sebaliknya, jika ada pengendalian tanpa kepemilikan, itu
merupakan indikasi bahwa telah terjadi kombinasi bisnis. Dalam kasus lain, suatu
entitas mungkin memiliki sebagian saham biasa entitas lain dan entitas pengakuisisi
tersebut dalam posisi mengendalikan. Misalkan PT R memiliki 450 saham dari 1.000
lembar PT S yang beredar. Dalam hal ini, PT R memiliki hak suara 45%. Namun PT
S kemudian menarik sahamnya dari peredaran yang tidak dimiliki PT R sebanyak 200
lembar, sehingga saham beredar PT S sekarang adalah 800 lembar. Akibatnya, hak
suara PT R atas PT S menjadi 56,25% (450/800) dan hak suara ini membuat PT R
yangmengalihkan kas atau aset lainnya, atau meiliki liabilitas sebagai pihak yang
mengalihkan kas atau aset lainnya, atau memiliki liabilitas atas kombinasi bisnis. Kas
atau aset lainnya akan diberikan atau dialihkan (liablilitas) kepada pemilik atau
pengendali entitas target sebelumnya. Jika terjadi hal semacam itu, PSAK 22 revisi
2010 memberikan indikasi yang dapat dipakai untuk mennetukan nama perusahaan
pengakuisisi, yakni:
Ukuran pihak pengakuisisi (dinyatakan dengan laba, aset atau pendapatan)
faktor lainnya.
Jika kombinasi bisnis mengakibatkan manajemen suatu perusahaan
mendominasi penentuan anggota manajemen perusahaan yang bergabung,
mak aperusahaan yang dominan tersebut adalh perusahaan pengakuisisi.
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam kombinasi bisnis yang dilakukan
perolehan ekuitas entitas lain, sebagai contoh, hak suara dalam entitas yang berbentuk
peseroan terbatas dinyatakan dalam kepemilikan saham biasa PSAK 22 revisi tahun
2010 mensyaratkan penerapan metode pembelian (purchase) atau metode akuasisi
untuk perolehan ekuitasentitas yang dimaksud. Pembahasan selanjutnya
mengasumsikan bahwa kombinasi bisnis terjadi diantara entitas yang berbentuk
peseroan terbatas melalui akuisisi saham biasa kecuali disebut khusus.
Akuisisi saham biasa entitas target biasanya menyebabkan entitas
pengakuisisi memiliki hak suara dalam entitas target. Akuisisi sebagian besar saham
entitas target memberikan hak pengendalian bagi entitas pengankuisisi, sehingga
terjadi kombinasi bisnis.
Apabila entitas mengakuisisi merupakan perusahaan publik, peraturan
bapepam masyarakat adanya pihak independen, yakni perusahaan penilai (appraisal
Company), untuk menilai kelayakan harga akuisisi berdasarkan nilai wajar dari
entitas target. Penilai independen akan melakukan penilaian berdasarkan penilaian
yang di Indonesia di sebut setandar penilaian Indonesia (SPI). Profesi prusahaan
penilai ini diatur dalam undang-undang pasar modal no.8 tahun 1995. Perusahaan
penilai memiliki peran penting dalam menentukan nilai wajar asset entitas, kerena
nilai wajar ini diperlukan sebagi informasi wajib mematuhi prosedur dan tatacara
yang dipersiapkan serta dikeluarkan oleh organisasi prodesi bersangkutan dalam
menentukan dan melaporkan nilai wajar asset entitaas dimaksud.
Suatu ekuisisi dapat dibiayai dengan kas atau saham. Akuisisi yang dibiayai
dengan kas dilakukan melaui pembayaran kas atau setara kas atau penerbit surat
utang kepada pemilik entitas target. Dengan pembayaran tersebut, pemilik lama
entitas yang diakuisisi akan meninggalkan entitas tersebut dan dan digantikan oleh
entitas pengakuisisi sebagai pemilik baru.pembiayaan akuisisi dengan saham
dilakukan dengan menerbitkan saham baru. Pembiayaan jenis ini dilakukan dengan
menerbitkan saham baru atau mengeluarkan kembali saham treasuri atau
pembendaharaan yang diberikan kepada pemilik lama entitas target. Akuisisi yang
dibiayai dengan saham menyebabkan pemilik lama entitas target meninggalkan
entitas tersebut, tetapi menjadi pemegang saham entitas pengakuisisi, atau dengan
kata lain, menjadi pemilik baru entitas pengakuisisi, (investor). Walaupun secara
hokum entitas pengakuisisi dan entitas target merupakan entitas yang berbeda, tetapi
secara ekonomi keduanya adalah satu. Dengan demikian, pada dasarnya pemilik lama
entitas target tetap memiliki hak suara dalam entitas target meskipun ia kini terhitung
sebagi pemegang saham entitas pengakuisisi. Karena itu, akuisisi tersebut tidak
memiliki dampak ekonomi terhadap pemilik lama entitas target. Sebagai contoh, PT.
pinokio mengakuisisi seluruh saham biasa PT. Abunawas. Saham PT. Abunawas yang
beredar berjumlah 1 juta lembar dengan nilai nominal Rp 1.000 per lembar, agio Rp
200 per lembar saham, dan nilai buku saham Rp 1.500 perlembar saham. Harga
akuisisi perlembar saham adalah Rp 1.500 Dan untuk ini PT. pinokio menerbitkan 1
juta lembar saham dengan nilai nominal Rp 1.000 per lembar sementara harga pasar
perlembar adalah Rp 1.500. PT. pinokio mencatat ayat jurnal berikut:
Rp 1.500.000.000
Rp 1.000.000.000
500.000.000
HARGA AKUISISI
Nilai investasi pada tanggal akuisisi dicatat sebesar harga perolehan. Biaya terkait
akuisisi adalah biaya yang dikeluarkan pihak pengakuisisi dalam rangka kombinasi
bisnis, yang meliputi biaya makelar, hukum, akuntansi, penilaian, dan biaya
profesional atau konsultasi lainnya; serta biaya administrasi umum, termasuk biaya
pemeliharaan departemen akuisisi internal yang dicatat sebagai beban pada periode
akuisisi. Khusus biaya pendaftaran serta penerbitan efek utang dan efek ekuitas sesuai
dengan PSAK 22 revisi 2010 diakui berdasarkan ketentuan dalam PSAK 55 (revisi
2006 ) instrumen keuangan: pengakuan dan pengukuran.
Contoh:
Pada tanggal 1 januari 2012, PT. intiseka mengakuisisi saham biasa PT. andaika
sebanyak 4 juta lembar dengan harga per saham Rp 1.400. pengeluaran-pengeluaran
lain sehubungan dengan akuisisi tersebut antara lain.
_ Biaya akuntan, perusahaan penilai, dan pihak independen lain yang terlibat
akuisisi Rp 200 juta
_ pengeluaran sehubungan dengan surat menyurat Rp 15.000.000
Harga akuisisi dibayar dengan menerbitkan saham PT. intiseka sebanyak 2
juta lembar dengan nilai nominal Rp 2000 dan harga pasar Rp 2.800 per lembar.
Saham ini diberikan kepada pemilik lama 4 juta lembar saham PT. andaika.biaya
konsultan dan pengeluaran lainnya dibayar per kas tunai.
Dengan demikian harga perolehannya adalah 4 juta lembar x Rp 1.400 per
saham = Rp 5,6 miliar, yang merupakan nilai investasi pada tanggal 1 januari 2012
transaksi ini dicatat sebagai berikut:
Investasi dalam saham biasa
Rp 5.600.000.000
Beban
Rp 215.000.000
Saham biasa (2 juta x 2.000)
Rp4.0000.0000
Tambahan modal disetor
1.00.000.000
Rp
Kas
Rp
215.000.000
Akuisisi saham akan diakui dengan registrasi saham. Biaya registrasi saham pada
dasarnya merupakan biaya langsung akuisisi, tetapi tidak satu paket dengan harga
akuisisi. Biaya langsung yang tidak satu paket dengan transaksi akuisisi diperlakukan
sebagai pengurang tambahan modal disetor. Dalam transaksi akuisisi diatas, misalkan
perusahaan mencatat saham dengan biaya Rp 100 juta per kas, PT. intiseka akan
mencatat ayat jurnal sebagai berikut:
Tambahan modal disetor
Kas
Rp 100 juta
Rp 100 juta
Jadi tambahan modal disetor PT. intiseka berkurang sebesar Rp 100 juta akibat
pencatatan saham PT. andaika yang diakuisisi tersebut.
xxx
xxx
xxx
(xxx)
Goodwill
xxx
Rp.7.000.000.000
6.800.000.000
Rp. 200.000.000
160.000.000
Rp.
40.000.00
Rp. 5.600.000.000
1.
360.000.000
Total harga wajar
Rp. 6.960.000.000
Rp. 160.000.000
160.000.000
Rp
Dalam khasus semacam itu, seluruh goodwill yang terdapat dalam akuisisi
adalah milik pengakuisisi kerena harga akuisisi kepentingan nonpengendali sebesar
Rp 1,36 miliar sama dengan nilai wajar kekayaan yang diakuisisi yakni 20% x Rp 6,8
miliar = Rp 1,36 miliar. Sementar itu, harga akuisisi induk sebesar Rp 5,6 miliar lebih
tinggi Rp 160 juta dari nilai wajar yang dimiliki, yakni Rp 5,44 miliar (80%x Rp 6,8
miliar)
PSAK 19 (revisi 2010) mengenai Aset Tidak Bereujud mengatur akutansi
untuk goodwill sebagai aset tidak berwujud teridentifikasi yang deperoleh dalam
kombinasi bisnis. Pihak pengakuisisi mengatur goodwill pada jumlah yang diakui
pada tanggal akusisi dikurangi akumulasi rugi penurunan nilai (impairment). PSAK
48 (revisi 2009): Penurunan Nilai Aset mengatur akutansi untuk rugi penurunan nilai.
Diskon Pembelian
Kadang kala, pihak pengkuisisi melakukan pembelian dengan diskon, yaitu suatu
kombinasi bisnis di mana hasil penjumlahan harga ekuitas yang diakuisisi dan harga
wajar kepintingan nonpengendalian lebih kecil dan nilai wajar total ekuitas yang
diakusisi. Hal ini mengidentifikasi adanya diskon pembelian yang menjadi
keuntungan bagi pihak pengakuisisi.
Sebelum mengakui kentungan dari pembelian dengan diskon, pihak
pengakuisisi menilai kembali apakah telah mengidentifikasi dengan tepat seluruh aset
yang diperoleh dan liabilitas yang diambil-alih, serta mengakui setiap aset atau
liabulitas tembahan yang dapat diidentifikasi dalam pengkajian kembali tersebut.
PSAK 22 mensyaratkan pihak pengakuisisi juga mengkaji kembali prosedur yang
digunakan untuk mengkur jumlah yang diakui pada tanggal akuisisi bagi hal-hal
berikut:
(a) Aset teridentifakasi yang diperoleh dan liabilitas yang diambil-alih:
(b) Kepentingan nonpengendalian pada pihak yang diakuisisi, jika ada;
(c) Untuk kombinasi bisnis yang dilakukan secara berpahap, kepentingan ekuitas
pihak pengkuisasi yang dimiliki sebelunya pada pihak yang diakuisisi; dan
(d) Imbilan yang dialihkan
Jika selisih lebih nilai wajar entitas yang diakuisisi tetap ada, pihak pengkuisisi
mengakui keutungan yang dihasilkan dalam laporan laba rugi pada tanggal akusisi.
Keutungan tersebut diatribusikan kepada pihak pengakuisisi.
Misalkan, dalam kasus kombinasi bisnis PT Intiseka dengan PT Andaika, harga
akuisisi, adalah Rp 5,42 miliar dan harga wajar kepentingan nonpengendali
Rp5.420.000.000
1.360.000.000
Rp6.780.000.000
(6.800.000.000)
Rp 20.000.000
9.450.000.000
Kas
5.420.000.000
2.650.000.000
20.000.000
1.360.000.000
Akuisisi ekuitas dalam kombinasi bisnis membuat pihak pengakuisisi menjadi induk
dan pihak yang diakuisisi sebagai anak. Hal ini akan dibahas secara khusus dalam
Bab 3. Entitas
xxx
Pendapat investasi
xxx
Distribusi laba atau dividen (kecuali dividen saham) yang diterima dari
investee mengurangi nilai tercatat investasi yang dicacat investor sebagai berikut:
Piutang Dividen
xxx
xxx
xxx
xxx
Misalkan PT Intiseka memiliki 80% saham PT Andaika, maka haknya atas laba
sebesar Rp 200 juta dan dividen tunai sbesar Rp100 juta. Pt Intiseka mencatat
pengumuman laba PT Andaika sebagai berikut:
Investasi dalam saham (80%xRp200 juta)
Pendapatan investasi
Rp 160 juta
Rp 160 juta
Karena PT intiseka memiliki 80% saham PT Andaika, maka haknya atas laba
PT Andaika adalah 80% x Rp200 juta = Rp160 juta.
Pengumuman dividen PT Andaika sebesar Rp100 juta merupakan
pengurangan herta investor dalam perusahaan investee sesuai dengan proporsi
kepemilikan (80%). Catatan PT Intiseka atas pengumumman dividen tersebut adalah:
Pitung dividen (80% x Rp 100.000.000)
Investasi dalam saham
Rp80.000.000
Rp80.000.000
Jumlah
Rp(500.000.000)
Keterangan
Persedian overvalue
(350.000.000)
Bangunan undervalue
500.000.000
Tanah undervalue
800.000.000
(150.000.000)
Goodwill
200.000.000
Jumlah
500.000.000
Rp 5.200.000.000
400.000.000
Rp 5.560.000.000
Jika diurai berdasarkan komponennya, maka nilai investasi itu adalah sebagai berikut:
Investasi = kekayaan bersih investee yang dimiliki + selisih investasi.
informasi mengenai kekayaan investasi dan saldo selisih investasi pada
tanggal dimaksud. Peraga 2-2 menyajikan informasi tentang aset, liabilitas, dan
goodwill penyebab harga akuisisi (investasi) berbeda dari nilai buku kekayaan entitas
yang diakuisisi. Jika seluruh persediaan PT andaika pada tanggal akuisisi telah terjual
selama tahun 2012, hal ini menunjukan bahwa selisih investasi yang disebabkan oleh
overvalue persediaan akan nihil. Hal ini juga berlaku untuk seluruh aset lainnya
seperti piutang yang diterima, bangunan yang akan habis masa pakainya, dan tanah
yang mungkin akan terjual. Utang pajak juga harus dilunasi, sementara goodwill akan
mengalami pernurunan nilai. PSAK 15 mensyaratkan bagian investor atas laba/rugi
investee disesuaikan dengan perubahan nilai tersebut. Pada tahun 2012, persediaan
yang terjual, bangunan yang disusutkan, dan penurunan nilai goodwill kombinasi
bisnis akan mengubah selisih harga akuisisi (nilai investasi) PT Intiseka yang harus
disesuaikan.
Rp 280.000.000
Pendapatan investasi
Rp 280.000.000
Selisih investasi dengan nilai buku akibat bangunan yang undervalue sebesar
Rp 400 juta (80% x Rp 350 juta) akan menyebabkan naiknya harga akuisisi.
Bangunan merupakan aset tetap yang dibeli bukan untuk dijual kembali seperti
persediaan, melainkan untuk dipakai dalam operasi normal perusahaan. Nilai
bangunan PT Andaika akan terus menurun selama 10 tahun umur ekonomisnya.
Karena itu, nilai investasi harus diturunkan setiap tahun sebesar Rp 40 juta (Rp 400
juta/ 10 tahun) untuk menyesuaikan penurunan nilai bangunan tersebut dengan ayat
jurnal berikut:
Pendapatan investasi
Investasi dalam saham
Rp 40 juta
Rp 40 juta
Rp 10 juta
Rp 10 juta
Pendapatan investasi PT Intiseka pada tahun 2012 berdasarkan ayat jurnal penyesuain
(adjustment) di atas adalah:
Rp 160.000.000
Overvalue persediaan
Undervalue bangunan
Goodwill di-impair
Total pendapatan investasi
280.000.000
( 40.000.000)
( 10.000.000)
Rp 390.000.000
Rp 5.600.000.000
390.000.000
(80.000.000)
Investasi 31/12/2012
Rp5.910.000.000
Rp 5.280.000.000
630.000.000
Rp 5.910.000.000
Kekayaan investasi per 31 Desember 2008 sebesar Rp 6.6 miliar berasal dari:
Kekayaan 1 januari
Rp 6.500.000.000
200.000.000
(100.000.000)
Rp 6.600.000.000
Selisih investasi setelah penyesuain atas persediaan, bangunan, dan penurunan nilai
goodwill tahun 2012 disajikan dalam peraga 2-3. Selisih investasi itu membesar dari
Rp 400 juta menjadi Rp 630 juta setelah amortisasi selisih investasi, karena akun
yang diamortisasi lebih besar dari akun yang overvalue (Rp 280 juta), yakni
persediaan, disbanding amortisasi akun yang undervalue.
PERAGA 2-3
1/1/2012
Amortisasi
Rp (400.000.000)
31/12/2012
Piutang usaha
(400.000.000)
Persediaan-overvalue
-
(280.000.000)
Bangunan
360.000.000
400.000.000
Tanah
640.000.000
640.000.000
(120.000.000)
Goodwill
150.000.000
160.000.000
Jumlah
Rp630.000.000
Rp
280.000.000
40.000.000
10.000.000
Rp 400.000.000
Selisih investasi tersebut suatu saat akan menjadi nol. Aset akan menjadi nol
melalui proses penjualan, penyusutan, amortisasi atau bahkan kerusakan, hilang, atau
ditarik dari operasi karena teknologi yang tidak sesuai lagi. Sementara itu, utang akan
menjadi nol melalui proses pelunasan atau pembebasan utang. Apabila aset atau utang
yang menjadi factor penyebab selisih investasi pada saat akuisisi menjadi nol,
investor harus mengoreksi nilai investasinya. Apabila selisih investasi menjadi nol,
maka
Investasi = jumlah kekayaan investasi yang dimilki investor
Misalkan pada tahun 2040 selisih investasi telah seluruhnya diamortisasi. Apabila
kekayaan pemegang saham PT Andaika sebesar Rp 10 miliar, maka nilai investasi
adalah 80% x Rp10 miliar = Rp 8 miliar.
Apabila pada saat akuisisi tidak terdapat selisih investasi dengan nilai
kekayaan yang diperoleh, atau harga investasi pada saat akuisisi sebesar nilai buku
kekayaan investee yang diakuisisi, maka jumlah kekayaan investee yang dimiliki
mencerminkan nilai investasi dan tidak ada amortisasi selisih investasi yang
mempengaruhi investasi serta pendapatan investasi.
Misalkan harga perolehan investasi dalam saham PT Andaika pada tanggal 1
januari 2012 adalah Rp 5,2 miliar untuk 80% saham. Nilai investasi tersebut sama
dengan jumlah kekayaan PT Andaika yang dimiliki saat itu, yakni 80% x Rp 6.5
miliar = Rp 5,2 miliar. Apabila pada tahun 2012 PT Andaika laba sebesar Rp 200 juta
dan membagi dividen Rp 100 juta, kekayaan PT Andaika per 31 Desember 2012
adalah sebesar Rp 6.500.000.000 + Rp 100.000.000 = Rp 6.600.000.000. karena itu,
nilai investasi PT Intiseka menjadi sebesar 80% x Rp 6,6 miliar = Rp 5,28 miliar atau
meningkat Rp 80 juta dari tanggal 1 januari 2012.
Pendapatan investasi apabila pada tanggal akuisisi terdapat selisih investasi
adalah sebagai berikut:
xxx
Undervalue
Overvalue
Aset tidak berwujud (goodwill dll)
Total pendapatan investasi
(xxx)
xxx
(xxx)
xxx
Apabila selisih investasi sudah menjadi nol melalui proses amortisasi dan
impairment, pendapatan investasi hanya bersumber dari laba entitas investee kecuali
terjadi kasus lain yang akan dibahas dalam bab 5 dan 6. Misalkan pada tahun 2040
setelah semua selisih investasi menjadi nol, PT Andaika mengumumkan laba sebesar
Rp400 juta. Jadi, pendapatan investasi PT Intiseka adalah 80% x Rp 400 juta = Rp
320 juta.
Pendapatan Invetasi Diakon pembelian
PSAK 15 revisi 2009 paragraf 20 (b) mengatakan bahwa setiap selisih bagian
investor atas nilai wajar dan liabilitas yang teridentifikasi dari entitas asosiasi
terhadap biaya perolehan investasi dimasukkan sebagai penghasilan dalam
menentukan bagian investor atas laba atau rugi entitas asosiasi pada periode investasi
diperoleh. Dalam kasus kombinasi bisnis PT Intiseka dan PT Andaika, jika terdapat
diskon pembelian sebesar Rp 20 juta seperti yang telah dijelaskan, maka perhitungan
pendapatan investasi adalah sebagai berikut:
Laba investee (80% x Rp 200juta)
Rp 160.000.000
Overvalue persediaan
Undervalue bangunan
Untung diskon pembelian
Total pendapatan investasi
280.000.000
(40.000.000)
20.000.000
Rp 420.000.000
masuk kas atau bukti akan menerima kas (piutang). Pengumuman laba entitas
investee tidak serta merta menjadi tanda aliran masuk bagi investor kecuali investee
berniat membagikan laba tersebut kepada pemegang saham (dividen). Jadi, laba
entitas investee tidak boleh diakui sebagai pendapatan oleh investor. Karena itu, tidak
ada ayat jurnal penyesuaian yang dibuat entitas investor atas pengumuman laba
investee.
Jika pihak investee mengumumkan dividen, hal ini merupakan bukti
pendapatan bagi investor, yakni pendapatan dividen. Investor akan mencatat
pengumuman dividen tersebut sebesar jumlah yang akan di peroleh berdasarkan
jumlah kepemilikan atas saham, dengan ayat jurnal sebagai berikut:
Piutang Dividen (dividen x % kepemilikan saham)
xxx
Pendapatan Dividen
xxx
Dalam metode cost, sumber pendapatan investasi adalah laba yang dibagikan
oleh investee (dividen). Penerapan metode cost ini juga dapat dilakukan dengan
alasan-alasan tertentu, yakni:
1. Pengendalian dimaksudkan untuk sementara, karena saham perusahaan anak
dibeli dengan tujuan dijual kembali dalam jangka pendek.
2. Perusahaan anak dibatasi oleh suatu restrika jangka panjang sehingga
mempengaruhi secara signifikan kemampuannya dalam mentransfer dana
perusahaan induk.
3. Penggunaan metode akuitas atas investee tidak lagi sesuai dengan alasan
alasan tertentu.
Misalkan PT Andaika membagi dividen setelah PT Intiseka menjadi pemilik
saham perusahaan tersebut sebesar 80%. Apabila PT Intiseka mencatat
investasinya dengan menggunakan metode cost, pengumuman dividen untuk
yang 80% dicatat sebagai pendapatan dengan ayat jurnal berikut:
Piutang dividen (80% x 100 jt)
Pendapatan investasi
Rp 80 jt
Rp 80 jt
Piutang dividen
Pendapatan investasi
Rp 180 juta
Rp 160
juta
Investasi dalam saham
Rp
20
juta
Akibat pengumuman dividen ini nilai investasi PT Intiseka berkurang sebesar
Rp 20 juta sehingga investasi per 31 desember 2012 menjadi Rp 5,6 miliar Rp 20
juta = Rp 5.580.000.000.
Apabila PT Andaika mengumumkan pembagian dividen sebesar Rp 225 juta
sebelum tanggal laporan keuangan, maka pada tanggal pengumuman dividen PT
Intiseka mencatat pendapatan sebagai berikut:
Piutang dividen
Pendapatan dari PT Andaika
juta
Rp 180 juta
Rp 180
Rp 20 juta
Rp 20 jtua