BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Umum
Ilmu Ukur Tanah yang merupakan bagian dari ilmu geodesi dipelajari tentang
cara-cara
pengukuran
di
atas
permukaan
bumi
yang
tidak
teratur
(pemetaan,penentuan posisi relatif, dll) pada daerah yang relatif sempit sehingga
unsur kelengkungan permukaan dapat diabaikan. Dengan penyajian atau
penggambaran di atas bidang datar dengan skala tertentu.
Adapun penyajian gambar dapat berupa :
1. Peta, dengan menampilkan skala tertentu.
2. Penampang melintang, dengan menambahkan skala horisontal dan skala
vertikal.
3. Penyajian ketinggian suatu tempat dengan garis kontur (dari suatu titik).
Sedangkan untuk penggambaran data permukaan bumi, maka diperlukan
adanya
suatu
bidang
referensi
(vertikal)
biasanya
digunakan
untuk
menggambarkan muka air laut rata-rata (Mean Sea Level) dan juga bidang
referensi horisontal. Dalam penggambaran peta ada dua sistem koordinat yang
harus dicantumkan yaitu sistem koordinat geografis (sudut lintang dan bujur) dan
sistem koordinat kartesian.
Kesabaran, kecakapan, kecermatan dan ketelitian dalam menggunakan alat
ukur sangat diperlukan untuk memperoleh hasil gambaran keadaan di lapangan
sehingga diperoleh data secara cepat dan tepat. Oleh karena itu pemahaman dalam
penggunaan alat (waterpass dan theodolit) sangat diperlukan.
Proses pengukuran yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah pengukuran
lokal yang diperuntukkan pada perencanaan teknis. Hasil dari pengukuran
langsung diplot pada peta skala besar yang sudah tersedia dan dapat digunakan
sebagai peta perencanaan atau gambar rencana. Semua pengukuran dikerjakan
berdasarkan pada peta hasil pengukuran detail. Dengan kontrol yang telah ada dan
Kelompok II
Kelompok II
BAB II
WATERPASS
2.1.Dasar Teori
Alat ukur waterpass adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur
beda tinggi antara dua titik atau lebih. Beda tinggi antar titik dapat ditentukan
dengam empat cara yaitu :
1. Metode Barometris ( Barometeric leveling )
Adalah metode untuk mengukur ketinggian dengan cara melakukan
pengukuran tekanan udara dengan menggunakan alat barometer. Ketinggian
suatu tempat berpengaruh terhadapa tekanan udara, namun data yang
dihasilkan dari metode ini kurang teliti. (Ilmu Ukur Tanah.hal :8)
2. Metode Trigonometris ( Trigonometeric leveling )
Adalah metode untuk mengukur beda tinggi dengan alat yang dilengkapi
dengan pembacaan sudut vertical (theodolit). (Ilmu Ukur Tanah.hal :8)
3. Metode Pengukuran Dengan Sifat Datar
Pengukuran ini dilakukan untuk mengukur beda tinggi dengan jarak yang jauh,
dalam metode ini digunakan alat yang disebut dengan waterpass.
4. Pengukuran Tinggi Secara Langsung
Berikut yang akan diuraikan adalah pengukuran beda tinggi dengan cara
menyifat datar dengan menggunakan alat waterpass. Sebelumnya kita
melakukan pekerjaan ini, terlebih dahulu kita harus mengenal waterpass
beserta fungsi dan bagian-bagiannya.
Pada dasarnya alat penyipat datar dapat dibagi menjadi lima jenis, yaitu :
1. Type Semua Tetap ( Dumpy level )
Dimana teropong dengan nivo menjadi satu, penyetelan kedudukan dilakukan
dengan tiga sekrup. ( Ilmu Ukur Tanah.hal : 10)
Kelompok II
Waterpass
Untuk mengukur beda tinggi dengan jarak yang jauh.
Gambar 2.2.1
Kelompok II
Statip / tripot
Alat yang digunakan untuk memasang pendirian alat ukur waterpass.
Gambar 2.2.2
3.
Gambar 2.2.3
Kelompok II
Payung
Digunakan untuk melindungi alat ukur waterpass dari panas matahari, karena
nivo sangat sensitif terhadap panas matahari.
5.
Kelompok II
db
dm
Arah Pengukuran
Gambar 2.2.4
Keterangan gambar :
1. db : jarak waterpass ke patok arah belakang waterpass.
2. dm : jarak waterpass ke patok arah muka waterpass.
Kelompok II
Gambar 2.2.5
Jarak ke muka
100( BABB)
(2.2)
Kelompok II
= + 1,757 m
Tanda beda tinggi rata-rata diambil dari tanda ukur Pergi (dalam contoh ini
tandanya adalah ( + ).
3. Tahap berikutnya menjumlahkan seluruh beda tinggi rata-rata hasil ukuran
Kelompok II
beda tinggi
......................................(2.3)
Syarat geometri : apabila diukur beda tinggi dari satu titik awal (P1)
kembali ke titik yang sama (P1), maka jumlah beda tinggi harus sama
dengan 0 (nol).
beda tinggi = 0.
5. Apabila beda tinggi ukuran 0, maka hasil ukuran dikoreksi. Perlu dicatat
bahwa beda tinggi setelah dihitung selalu ada kesalahan, sehingga perlu
dikoreksi :
Jika beda tinggi = t m , maka
besarnya koreksi = - t m
6. Koreksi sebesar = - t m dibagi rata dengan n
(n = banyaknya ukuran beda tinggi), dan dimasukkan dalam tabel hitungan.
7. Selanjutnya dihitung beda tinggi yang dikoreksi sebagai berikut :
hi yang dikoreksi=hi ukuran=(
T
)
........................................(2.4)
n
Kelompok II
10
Hitungan Waterpass
Hal
: 2 4 April 2012
(Polygon Primer)
Diukur Oleh
: Kelompok II
Tanggal
Dihitung Oleh
: Kelompok II
Diperiksa oleh :
No Seksi
: Dari
Alat hitung
No. Titik
Da
ri
P1
P2
P3
P4
P5
P6
Ke
P2
P3
P4
P5
P6
P1
: Waterpass
Beda Tinggi
Pergi
+0,12
8
+0.28
6
+0,33
5
+1,36
0
+1,67
0
-3,790
Pulan
g
0,172
5
0,262
5
0,355
1,310
1,640
+3,78
0
TOTAL
Ke
Kelompok II
: P0
Rata
rata
+0,1503
+0,2743
+0,345
+1,335
+1,655
-3,785
-0,0254
Koreksi
0,0042
0,0042
0,0035
0,005
0,0042
0,0042
0,0253
Tinggi
titik
No.
titik
40
40,1545
40,433
40,7815
42,1215
43,7810
40
Definitif
+0,1545
+0,2785
+0,3485
+1,34
+1,6595
-3,7808
0
: P6
11
Kete
a
BAB III
PENGUKURAN PENAMPANG MEMANJANG
DAN MELINTANG
3.1.Dasar Teori
Apabila suatu rencana jalur saluran atau jalan raya diukur jaraknya antara
satu titik dengan titik lainnya, kemudian tinggi permukaan tanah antara titik-titik
tersebut juga diukur, maka berdasarkan data-data diatas dapat digambarkan profil
memanjang.
Data yang diukur terdiri dari :
1. Data jarak.
2. Data ketinggian (elevasi).
Data jarak diukur dengan menggunakan meetband, sedang data beda tinggi diukur
dengan waterpass. Penggambaran profil memanjang (longitudinal section)
dilakukan dengan skala tertentu.
Misalnya : skala horizontal 1 : 2000
skala vertikal
1 : 100
12
Alat yang digunakan adalah waterpass dan pita ukur. Berikut ini akan diberikan
gambaran mengenai pengukuran profil melintang.
Apabila alat berdiri di titik P1 yang telah diketahui elevasinya (TP1), maka tinggi
titik detail 1, 2, dan seterusnya dapat ditentukan.
Langkah pekerjaan adalah sebagai berikut :
a. Atur alat di titik P1 pada daerah yang stabil dan posisi alat diatur
sedemikian rupa sehingga memungkinkan membidik semua titik profil
dari 1, 2, dan seterusnya. Untuk menentukan tinggi titik detail dan data
jarak, maka yang harus diukur adalah :
Tinggi alat.
Benang atas.
Benang tengah.
Kelompok II
13
Benang bawah.
b. Cara perhitungan
Apabila tinggi titik P adalah TP, tinggi alat ( TA ), bacaan benang tengah di
titik 1 BT 1, maka tinggi titik profil 1 ( T1 ) adalah :
Ti=TPT 1
Ti=TP+TABT 1
Secara umum: Ti=TP+TABT 1 ...................................................(3.1)
Jarak dari P1 ketitik 1 = d1 = 100 ( BA BB ) atau dapat juga
digunakan jarak hasil ukuran dengan pita ukur.
3.3.2.
14
Ti=TP+ BTpBT 1
atau dengan rumus : ti=TP+ BTp BT 1 .......................................(3.2)
Jarak dari titik pengamatan (A) ke titik profil dapat dilakukan dengan
metband dan cara optis.
3.4.Perhitungan
1. Waterpass Memanjang
Dimisalkan :
P1 belakang ( BT )
= 1,490 m
BB ( belakang )
= 1,410 m
BB ( muka )
= 1,405 m
BA ( belakang )
= 1,560 m
BA ( muka )
= 1,555 m
BB+BA
= 2,970 m
BB+BA
= 2,960 m
Koreksi
= 0,001
Jarak ( D )
= 100 x ( BB BA )
= 100 x ( 1,410 1,560 )
= 15,00 meter
= 15,00 meter
15
= + 0,010
Koreksi
= - 0,001 +
+ 0,009
= 50,000 + 0,009
= 50,009 m
BT = 1,500 m
BB = 1,430 m
..................................................................(3.4)
:`
16
= 41,490 1,500
= 39,990 m
Titik yang lain dilakukan dengan perhitungan yang sama. Misalnya profil
P2, untuk visir memakai BT P2 dan seterusnya.
WATERPASS MEMANJANG
Diukur Oleh : Kelompok II
Bagian
: Pergi
Daerah
Tanggal
: 2 4 April 2012
Alat Ukur
: Waterpass
Benang Tengah (
B.T)
No.
Titi
k
P1
Belaka
ng (m)
muka
(m)
1,5575
1,4295
P2
1,626
1,340
1,545
1,210
P3
P4
2,225
P5
3,760
Kelompok II
0,865
2,090
BB = Benang
Bawah
BA = Benang
Atas
(BB + BA) =
2BT
atau benang
tengah II
1,495
1,372
1,620
1,487
3,115
2,859
1,570
1,270
1,682
1,410
3,252
2,680
1,495
1,160
1,595
1,260
3,090
2,420
2,150
0,790
2,300
0,940
4,450
1,730
3,150
2,025
D = 100
x (BB
BA)
D.
Belakang
(m)
D. Muka
(m)
12,50
11,50
24,00
11,2,
14,00
25,20
10,00
10,00
20,00
5,00
15,00
20,00
13,00
Perbeda
an
tinggi
(B.T.
Belakan
g
kurang
B.T.
Muka)
+0,128
Tinggi
dari titik
no.
No.
Titi
k
40,000
P1
40,1545
P2
40,433
P3
40,7815
P4
+0,286
+0,335
+1,360
+1,670
42,1215
17
P5
Ketera
an da
Baga
P6
0,210
4,000
P1
2,155
4,180
3,800
4,200
8,000
12,20
35,20
14,00
40,00
54,00
43,7810
P6
40,000
P1
-3,790
WATERPASS MEMANJANG
Diukur Oleh : Kelompok II
Bagian
: Pulang
Daerah
Tanggal
: 2 4 April 2012
Alat Ukur
: Waterpass
Benang Tengah
( B.T)
No.
Titi
k
Belaka
ng (m)
muka
(m)
P1
1,3825
1,555
P2
1,3425
1,605
P3
1,195
P4
0,865
Kelompok II
1,550
3,175
BB = Benang
Bawah
BA = Benang
Atas
(BB + BA) =
2BT
atau benang
tengah II
D = 100
(BB BA)
D.
Belakang
(m)
D. Muka
(m)
1,355
1,500
11,00
1,410
2,765
1,285
1,400
2,685
1,100
1,290
2,390
0,770
0,960
1,610
3,110
1,550
1,660
3,210
1,495
1,605
3,100
2,165
2,185
5,00
16,50
11,00
11,50
22,50
11,00
19,00
30,00
2,00
19,00
Perbedaa
n tinggi
(B.T.
Belakang
kurang
B.T.
Muka)
-0,1725
Tinggi
dari titik
no.
No.
Titi
k
40,000
P1
40,1545
P2
40,433
P3
-0,2625
-0,355
P4
-1,310
40,7815
18
Ketera
an da
Baga
P5
2,090
3,730
P6
3,970
0,190
1,730
2,005
2,175
4,180
3,810
4,130
7,940
4,350
3,100
4,360
7,460
0,120
0,260
0,380
21,00
17,00
26,00
43,00
14,00
32,00
46,00
P1
42,1215
P5
43,7810
P6
40,000
P1
-1,640
+3,780
WATERPASS PROFIL
P1
1
1,13
1,13
1,44
1,44
1,43
1,43
1,35
1,35
1,355
1,355
1,25
1,25
Kelompok II
B.
Bawah
B. Atas
( BB +
BA ) m
1,160
1,100
2,260
1,460
1,420
2,880
1,455
1,405
2,860
2,360
1,340
2,700
1,370
1,340
2,710
1,450
1,050
Jarak
atau
100
( BB BA )
(m)
6,00
Tinggi Terhadap
titik nol
Garis
Titik (T)
Vizir (v)
(T=V
(V=T
- BT )
+ BT )
42,1885
40,000
No.Titik
BT II :
1/2
(BB +
BA)
(Kontr
ol)
Koreksi
No. Titik
Tempat Alat
Bena
ng
Tenga
h (BT)
m
4,00
40,748
5
5,00
40,758
5
2,00
40,838
5
3,00
40,838
5
4,00
40,938
5
19
Keteran
n dan
Bagan
0,735
0,735
2,500
0,760
0,710
1,470
41,453
5
5,00
1,11
1,11
1,45
1,45
1,46
1,46
1,355
1,355
1,35
1,35
1,925
1,925
0,525
0,525
P2
Kelompok II
B.
Bawah
B. Atas
( BB +
BA )
(m)
1,145
1,075
2,220
1,475
1,425
2,900
1,480
1,440
2,920
1,360
1,340
2,710
1,370
1,340
2,700
0,945
0,905
1,85
0,55
Jarak
atau
100
( BB BA )
(m)
7,00
Tinggi Terhadap
titik nol
Garis
Titik (T)
Vizir (v)
(T=V
(V=T
- BT )
+ BT )
41,4135
40,303
5
No.Titik
BT II :
1/2
(BB +
BA)
(Kontr
ol)
Koreksi
No. Titik
Tempat Alat
Bena
ng
Tenga
h (BT)
m
5,00
40,963
5
4,00
39,953
5
3,00
40,058
5
2,00
40,063
5
4,00
39,488
5
5,00
40,888
20
Keteran
n dan
Bagan
1,210
1,210
1,55
1,55
1,57
1,57
P3
4
1,25
1,25
0,735
0,735
0,36
0,36
Kelompok II
B.
Bawah
B. Atas
( BB +
BA )
(m)
1,245
1,175
2,420
1,585
1,515
3,100
1,600
1,540
3,240
1,265
1,235
2,500
0,735
0,715
1,450
0,610
0,110
0,720
Tinggi Terhadap
titik nol
Garis
Titik (T)
Vizir (v)
(T=V
(V=T
- BT )
+ BT )
No.Titik
BT II :
1/2
(BB +
BA)
(Kontr
ol)
7,00
40,418
5
7,00
40,078
5
6,00
40,058
5
3,00
40,378
5
4,00
40,893
5
5,00
41,268
5
Jarak
atau
100
( BB BA )
(m)
Koreksi
No. Titik
Tempat Alat
Bena
ng
Tenga
h (BT)
m
41,6285
21
Keteran
n dan
Bagan
1,72
1,72
1,55
1,55
1,55
1,55
1,35
1,35
0,845
0,845
B.
Bawah
B. Atas
( BB +
BA ) m
1,740
1,700
3,440
1,565
1,535
1,100
1,560
1,540
3,100
1,365
1,335
2,700
0,865
0,825
1,690
No.Titik
BT II :
1/2 (BB
+ BA)
(Kontro
l)
4,00
40,629
5
3,00
40,799
5
40,799
5
3,00
40,999
45
4,00
41,504
5
Jarak
atau
100
( BB BA ) m
2,00
Koreksi
No. Titik
Tempat
Alat
P4
Bena
ng
Tenga
h (BT)
m
42,3495
Kelompok II
22
Keter
an d
Bag
BAB IV
PERHITUNGAN VOLUME
4.1.Dasar Teori
Menghitung besarnya pemindahan tanah atau galian pada dasarnya
menghitung isi dari bagian tanah yang dibatasi oleh penampang penampang
melintangnya. Ada beberapa cara menghitung isi dari tubuh tanah, yaitu dengan
cara :
a. Mempergunakan penampang penampang melintang.
b. Borrow Pit Method.
c. Waterpassing dan penggalian.
d. Garis garis kontur (tranches).
4.2.Perhitungan
Perhitungan volume dapat dilihat dari contoh gambar-gambar berikut :
C
h
Kelompok II
23
d1
Gambar 4.2.1
h1
b
d
d1
Gambar 4.2.2
d1
Gambar 4.2.3
h1
d1
Gambar 4.2.4
Kelompok II
24
Rumus =
D/2c +b /2 sb 2/4 s
.....................(4.7)
b/ 4 x (h+h 1) ..................................................(4.8)
Rumus :
w 1=( H w)
...........................................................
(4.12)
d 1=b /2c ns/( ns) ..................................(4.13)
25
........................................................(4.14)
Dalam perhitungan isi tanah dikenal bentuk prismoida yaitu bentuk benda
yang dibatasi oleh dua bidang datar sejajar. Bidang-bidang sisinya dapat
berbentuk jajaran genjang, segi empat, trapesium. Bentuk-bentuk khusus
prismoida yaitu prisma baji dan limas.
Untuk menghitung volume tanah berarti harus menghitung isi dari prismoida
tersebut.
Notasi :
L = panjang prismoida, yaitu jarak tegak lurus antara kedua bidang-bidang
penampang yang membatasinya.
A1,A2 = luas masing-masing bidang yang membatasi prismoida
M = luas penampang tengah, yaitu bidang yang terletak pada pertengahan
kedua penampang dan sejajar penampang-penampang tersebut
V = volume prismoida
Bentuk prisma :
A 1= A 2 M
........................................................................
(4.15)
V =L/6 ( A 1+ A 2+ 4 M )
Bentuk baji
.......................................... (4.16)
M =L/6( A 1+ 4 M ) ....................................................(4.17)
V =L/6 ( A 1+ 4 M )
V =L/6 (2 A 1)
V =L/3( A d 1)
..............................................................
(4.18)
Dengan demikian rumus umum prismoida adalah :
Kelompok II
26
..................................................(4.19)
A1 = dihitung
A2 = dihitung
M = dicari karena penampang berubah teratur
Rumus di atas dapat dipakai untuk menghitung volume yang terletak diantara
dua penampang dengan syarat :
a. Penampang-penampang melintang adalah bidang datar sejajar dan garis
sumbunya lurus.
b. Bidang-bidang sisi adalah bidang datar.
Apabila dalam prismoida dibuat bentuk penampang melintang dengan jarak
masing-masing L maka :
Vol. Bagian I =L /3 ( A 1+ A 2+ A 3) ............................................................(4.20)
Vol . Bagian II =L/3( A 3+ A 4 + A 5) ..........................................................(4.21)
(4.23)
Vol. Total=L/3( A 1+4 A 2+ 2 A 3+ 4 A 4 +.....+2 A (n2)+ 4 A (n1)+ An) ......
.(4.14)
Kelompok II
27
A =c (b+ sc )
...............................................................................
(4.27)
V =L/2(bc +bc + sc 2+ sc 2)
..................................................(4.28)
Kelompok II
28
..........................................................................
(4.33)
...........................................................(4.35)
4. Penampang side hill two level section dengan garis sumbu berada dalam
daerah penggalian :
PC galian=L/12 s(w w )(d d ) ..........................................(4.36)
PC timbunan=L /12 s ( w1 w 2 )(d 1 d 1 ) ...............................(4.37)
Kelompok II
29
L = jarak dari sumbu sampai bidang vertikal melalui titik berat (e1 dan e2)
Ce = koreksi volume karena lengkungan
Maka rumusnya menjadi :
V =( A 1+ A 2) L+ Ce .............................................................................(4.38)
1= A 1 I 1
......................................
(4.39)
Dimana I1 = panjang busur dengan jari-jari ( R = e1 )
I1 = ( R + e1 ) / L, sehingga
V 1=A 1( R+e 1) L /R
................................................................................(4.40)
................................................................................(4.41)
30
= ( L/R ) [ A1 ( R + e1 ) + A2 ( R + e2 ) ]
No.
Patok
Luas
Galian
( m2 )
Luas
Timbun
an
( m2 )
Jarak
Datar
Volume ( m3 )
Gali
an
Timbun
an
P0
P1
P2
P3
P4
P5
P6
Jumla
Kelompok II
31
BAB V
PENGUKURAN POLIGON
5.1.Dasar Teori
Dalam pembuatan poligon, peralatan yang dipakai adalah theodolit jalan,
rambu ukur, unting-unting, pita ukur, patok dan alat tulis. Poligon adalah suatu
cara menghubungkan titik-titik dengan mengukur sudut dan jarak antara titik-titik.
Pengukuran poligon dimaksudkan sebagai metode penentuan titik kontrol
horisontal (x,y) berupa segi banyak yang nantinya berfungsi sebagai kerangka
peta. Dalam ketinggian belum dipakai dalam hal ini.
Poligon ada beberapa jenis yaitu :
A. Menurut bentuk poligon
1. Poligon terbuka
Poligon terbuka adalah poligon yang titik awal dan akhirnya tidak bertemu di satu
titik.
A
(X,Y)
Kelompok II
A1
B
32
d12
d23
d3B
2. Poligon tertutup
Poligon tertutup adalah poligon yang titik awal dan akhirnya bertemu di satu titik.
2
U
A awal
33
U
A awal
A akhir
A (x,y) awal
(x,y) akhir
Gambar 5.1.3 Poligon terbuka dengan titik tertentu
A akhir
(x,y) awal
1.
34
(x,y) akhir
Gambar 5.1.5 Poligon terbuka
Kelompok II
35
36
d= Ay +B
.........................................................................................(5.1)
Tanggal
: 2 4 april 2012
Diperiksa Oleh
No
Sudut
Koor.
"
P1
41
5
4
3
0
P2
18
5
4
7
3
0
P3
16
7
P4
28
3
7
Kelompok II
425
425
425
425
Jara
k
(D)
Azimuth
0
"
11
1
1
8
24
9
2
7
5
5
24
3
4
4
5
0
25
6
4
1
1
5
D sin A
Koor.
D Cos
A
Koor.
Koor
X
24
22,360
6
1,51
81
-8,718
1,45
66
24
22,475
0
1,51
81
8,418
6
1,45
66
1,32
83
-9,289
1,27
46
1,89
76
6,907
21
30
18,833
9
29,193
9
1,82
08
37
36
59,87
87
38,92
18
21,41
62
P5
P6
P1
17
4
4
3
12
2
1
6
3
0
41
5
4
3
0
72
0
2
6
3
0
No. Seksi
425
425
425
9
48
53
3
0
11
1
1
8
25
25
18,620
7
1,58
13
20,096
8
1,58
13
16,68
14
14,87
01
1,51
73
1,51
73
1,782
0
9,4247
Alat Ukur
: Theodolite
: P6
Tabel 5.4.1 Tabel Perhitungan Theodolite
BAB VI
PENGUKURAN SITUASI
6.1.Dasar Teori
Maksud dan tujuan pengukuran situasi adalah untuk mendapatkan data ukuran
dari lapangan yang akan digunakan untuk pembuatan Peta Situasi. Adapun datadata yang dibutuhkan mencakup keadaan topografi, kondisi bangunan yang ada,
kondisi saluran, jalan, sungai dan data lain seperti areal persawahan, tegalan,
perumahan, batas desa dan lain-lain.
6.2.Peralatan Yang Digunakan
Peralatan yang digunakan untuk menggambar antara lain :
1. Alat tulis dan gambar.
2. Kertas millimeter.
Kelompok II
14,32
19
36
149
: Dari : P0
Ke
4
0
5,880
1
38
Tinggi alat
Benang atas
Benang tengah
Benang bawah
39
................................(6.4)
40
Keterangan peta.
Ket.
Titik
Sampi
ng
Tinggi
Patok
Pembacaan
Tinggi
Alat
Tenga
h
1
P1
P2
Atas
Bawa
h
3
1,46
1,58
Arah
Datar
Sudu
tV
4
11101
8
5
8902
9
18003
19102
5
Ting
gi
Alat
10
41,2
5
(+
atau )
11
0,006
4
17,25
41,2
5
3,157
6
13,47
41,2
5
2,257
9
40
+0031
24,00
24
7801
2
40
+1104
8
18,00
7804
5
40
+1101
5
14,00
1,34
A
1,62
1,71
1,53
1,62
1,69
1,55
Kelompok II
41
1,62
1,68
19501
0
7908
40
+1005
2
12,00
11,57
41,2
5
1,811
2
20804
2
7203
9
40
+1702
1
8,00
7,29
41,2
5
1,803
9
21905
4
6802
9
40
+0210
31
6,00
5,19
41,2
5
1,533
5
1,5
D
1,62
1,66
1,58
1,62
1,65
1,59
Tinggi alat :
1,25
Tabel 6.5.1 Perhitungan denah situasi 1
Tempa
t
Arah
Datar
Sudut
V
4
10701
2
5
88046
Ket.
Titik
Sampi
ng
Tinggi
Patok
6
40,154
5
34001
5
84021
40,154
5
Pembacaan
Tinggi
Alat
Tenga
h
Atas
Bawa
h
1
P2
P3
1,58
1,7
7
+101
4
8
24,0
0
+503
9
5,00
Tinggi
Alat
23,99
(+
atau
)
10
41,354
5
11
0,13
4
41,354
5
0,01
7
1,46
A
Kelompok II
1,7
1,72
5
4,95
42
1,7
1,73
14038
85018
40,154
5
+404
2
6,00
5,94
41,354
5
0,01
3
52042
85028
40,154
5
+403
2
8,00
7,95
41,354
5
0,12
4
7003
86019
40,154
5
+304
1
10,0
0
9,96
41,354
5
0,13
9
89027
85038
40,154
5
+402
2
9,00
8,95
41,354
5
0,18
4
1,66
C
1,7
1,74
1,65
1,7
1,7
Tinggi alat :
1,75
1,65
1,74
5
1,65
5
1,2
Temp
at
Kelompok II
Pembacaan
Ket.
Titik
Tinggi
Alat
43
Tinggi
Alat
Tenga
h
Atas
Bawa
h
1
P3
P4
1,425
1,53
Arah
Datar
Sudu
tV
4
12002
2
5
8805
5
Sampi
ng
Tinggi
Patok
6
40,43
3
39403
4
8803
9
15021
(+
atau
-)
7
+105
21,00
40,43
3
+102
1
6,00
8702
8
40,43
3
+203
2
64045
8803
5
40,43
3
9002
8809
97054
8903
5
9
20,9
9
10
11
41,743
0,281
41,743
0,051
6,00
5,99
41,743
0,174
+102
5
6,00
41,743
0,058
40,43
3
+105
1
8,00
7,99
41,743
0,167
40,43
3
+002
5
12,00
12
41,743
0,002
1,37
A
1,4
1,43
1,37
1,4
1,4
1,4
1,43
1,37
1,42
5
1,36
5
1,44
1,36
1,4
1,46
1,34
Kelompok II
44
Temp
at
Ket. Titik
Samping
Tinggi
Patok
Pembacaan
Tinggi
Alat
Tenga
h
1
P5
P6
Atas
Bawa
h
3
1,595
1,72
Arah
Datar
Sudu
tV
4
90043
5
8502
9
11804
5
42,1215
+4031
9001
2
42,1215
13103
1
9202
18301
6
(m)
D
(m)
Tinggi
Alat
(+
ata
-)
11
1,65
1
8
25,0
0
9
24,8
4
10
43,411
5
-0012
12,0
0
12
43,411
5
0,35
9
42,1215
-202
9,00
8,99
43,411
5
-0,6
8703
8
42,1215
+202
6,00
5,99
43,411
5
0,09
5
23002
2
8709
42,1215
+2051
8,00
7,98
43,411
5
0,08
8
24702
8703
7
42,1215
+2023
18,0
0
12,9
8
43,411
5
0,22
8
1,47
A
1,6
1,6
1,6
1,66
1,54
1,64
5
1,55
5
1,63
1,57
1,6
1,6
1,64
1,56
1,66
5
1,53
5
Kelompok II
45
Kelompok II
46
Temp
at
Tinggi
Alat
Tenga
h
Atas
Bawa
h
Ket.
Titik
Sampin
g
Tinggi
Patok
6
P6
P1
1,7
1,825
17604
4
9705
7
43,780
1
-7057
25,00
24,52
45,05
09
3,8
14202
2
9305
2
43,780
1
-3052
10,00
9,95
45,05
09
0,9
16705
1
9201
5
43,780
1
-2015
11,00
10,98
45,05
09
0,6
18003
4
9001
0
43,780
1
-0010
18,00
18
45,05
09
0,2
19100
9
8801
0
43,780
1
+105
0
22,00
21,98
45,05
09
0,4
19003
7
8702
5
43,780
1
+203
5
30,00
12,97
45,05
09
0,3
Pembacaan
Arah
Datar
Sudu
tV
(m)
D (m)
Tinggi
Alat
10
(
ata
1,575
A
1,5
1,55
1,45
1,5
1,555
1,445
1,5
1,59
1,41
1,5
1,61
1,39
1,5
1,565
1,435
Tinggi alat :
1,27
Tabel 6.5.6 Perhitungan denah situasi 6
Kelompok II
47
DAFTAR PUSTAKA
Petunjuk praktikum Ilmu Ukur Tanah 1
Buku Diktat Ilmu Ukur Tanah 1
Kelompok II
48
LAMPIRAN
Kelompok II
49