Anda di halaman 1dari 49

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Umum
Ilmu Ukur Tanah yang merupakan bagian dari ilmu geodesi dipelajari tentang
cara-cara

pengukuran

di

atas

permukaan

bumi

yang

tidak

teratur

(pemetaan,penentuan posisi relatif, dll) pada daerah yang relatif sempit sehingga
unsur kelengkungan permukaan dapat diabaikan. Dengan penyajian atau
penggambaran di atas bidang datar dengan skala tertentu.
Adapun penyajian gambar dapat berupa :
1. Peta, dengan menampilkan skala tertentu.
2. Penampang melintang, dengan menambahkan skala horisontal dan skala
vertikal.
3. Penyajian ketinggian suatu tempat dengan garis kontur (dari suatu titik).
Sedangkan untuk penggambaran data permukaan bumi, maka diperlukan
adanya

suatu

bidang

referensi

(vertikal)

biasanya

digunakan

untuk

menggambarkan muka air laut rata-rata (Mean Sea Level) dan juga bidang
referensi horisontal. Dalam penggambaran peta ada dua sistem koordinat yang
harus dicantumkan yaitu sistem koordinat geografis (sudut lintang dan bujur) dan
sistem koordinat kartesian.
Kesabaran, kecakapan, kecermatan dan ketelitian dalam menggunakan alat
ukur sangat diperlukan untuk memperoleh hasil gambaran keadaan di lapangan
sehingga diperoleh data secara cepat dan tepat. Oleh karena itu pemahaman dalam
penggunaan alat (waterpass dan theodolit) sangat diperlukan.
Proses pengukuran yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah pengukuran
lokal yang diperuntukkan pada perencanaan teknis. Hasil dari pengukuran
langsung diplot pada peta skala besar yang sudah tersedia dan dapat digunakan
sebagai peta perencanaan atau gambar rencana. Semua pengukuran dikerjakan
berdasarkan pada peta hasil pengukuran detail. Dengan kontrol yang telah ada dan
Kelompok II

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah


hasil pengukuran yang pada umumnya peta skala besar seluruhnya tergantung dari
pengukuran yang dikerjakan sebelumnya.
1.2.Maksud dan Tujuan
Maksud dari kegiatan pengukuran secara langsung di lapangan adalah untuk
memperoleh data tanah yang lengkap pada daerah pengukuran. Selain itu tujuan
yang diharapkan adalah lebih memahami secara mendetail tentang kegiatan
pengukuran seperti tentang yang dimaksud dengan suatu garis di lapangan,
memahami arti garis sejajar, tegak lurus dan dapat mempraktekkan secara
langsung di lapangan. Selain itu diharapkan juga dapat mengerti dan memahami
tentang penggunaan peralatan pengukuran (waterpass dan theodolit), dan hasil
terakhirnya dapat merencanakan suatu sketsa pengukuran dan dapat memecahkan
persoalan yang mungkin timbul di lapangan.
1.3.Lingkup Praktikum
Dalam pembuatan laporan ini secara garis besar memuat tentang pokok-pokok
yang akan dibicarakan selanjutnya yaitu :
1. Pengukuran jarak langsung.
2. Pengukuran jarak optis.
3. Pengukuran sudut horisontal dan sudut vertikal.
4. Poligon dan cara pembuatan poligon.
5. Praktek theodolit dan waterpass.
6. Perhitungan data.
7. Penggambaran (ploting, konturnya, editing).
1.4.Lokasi Praktikum
Lokasi praktikum Ilmu Ukur Tanah yang dilakukan oleh Kelmpok II berlokasi
di daerah sekitar Stadion Universitas Diponegoro di Jalan Prof. Soedarto.

Kelompok II

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

BAB II
WATERPASS

2.1.Dasar Teori
Alat ukur waterpass adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur
beda tinggi antara dua titik atau lebih. Beda tinggi antar titik dapat ditentukan
dengam empat cara yaitu :
1. Metode Barometris ( Barometeric leveling )
Adalah metode untuk mengukur ketinggian dengan cara melakukan
pengukuran tekanan udara dengan menggunakan alat barometer. Ketinggian
suatu tempat berpengaruh terhadapa tekanan udara, namun data yang
dihasilkan dari metode ini kurang teliti. (Ilmu Ukur Tanah.hal :8)
2. Metode Trigonometris ( Trigonometeric leveling )
Adalah metode untuk mengukur beda tinggi dengan alat yang dilengkapi
dengan pembacaan sudut vertical (theodolit). (Ilmu Ukur Tanah.hal :8)
3. Metode Pengukuran Dengan Sifat Datar
Pengukuran ini dilakukan untuk mengukur beda tinggi dengan jarak yang jauh,
dalam metode ini digunakan alat yang disebut dengan waterpass.
4. Pengukuran Tinggi Secara Langsung
Berikut yang akan diuraikan adalah pengukuran beda tinggi dengan cara
menyifat datar dengan menggunakan alat waterpass. Sebelumnya kita
melakukan pekerjaan ini, terlebih dahulu kita harus mengenal waterpass
beserta fungsi dan bagian-bagiannya.
Pada dasarnya alat penyipat datar dapat dibagi menjadi lima jenis, yaitu :
1. Type Semua Tetap ( Dumpy level )
Dimana teropong dengan nivo menjadi satu, penyetelan kedudukan dilakukan
dengan tiga sekrup. ( Ilmu Ukur Tanah.hal : 10)

Kelompok II

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah


2. Type Nivo Reversi ( Wye-level )
Type dimana teropong dapat diputar pada sumbu memanjangnya, sehingga
tabung nivo yang mula-mula berada di atas teropong dapat diputar menjadi di
bawah teropong. ( Ilmu Ukur Tanah.hal :11)
3. Type Semua Tetap Dengan Sekrup Pengungkit ( Dumpy tilting level )
Pada jenis ini sumbu teropong dapat disetel dengan menggunakan sekrup
pengungkit. ( Ilmu Ukur Tanah.hal :11)
4. Type Otomatis ( automatic level )
Pada jenis ini kedudukan sumbu teropong akan horisontal secara otomatis
karena di dalamnya dilengkapi dengan prismaprisma yang digantungkan
pada plat baja. Dengan berat sendiri prisma tersebut akan selalu
menyesuaikan diri pada setiap setiap kedudukan teropong, dengan demikian
sumbu bidiknya akan selalu mendatar. ( Ilmu Ukur Tanah.hal : 11 )
5. Hand Level
Dimana alat ini hanya terdiri dari teropong yang dilengkapi dengan nivo.
Sedangkan cara menggunakannya cukup dipegang dengan tangan. Ketelitian
dari alat ini sangat kurang dibandingkan keempat alat di atas. ( Ilmu Ukur
Tanah.hal : 11 )
2.2.Peralatan Yang Digunakan
1.

Waterpass
Untuk mengukur beda tinggi dengan jarak yang jauh.

Gambar 2.2.1

Kelompok II

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah


2.

Statip / tripot
Alat yang digunakan untuk memasang pendirian alat ukur waterpass.

Gambar 2.2.2

3.

Bak ukur / rambu ukur


Alat yang terbuat dari kayu atau alumunium, dengan panjang tertentu dan
dilengkapi angka untuk pembacaan beda tinggi.

Gambar 2.2.3

Kelompok II

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah


4.

Payung
Digunakan untuk melindungi alat ukur waterpass dari panas matahari, karena
nivo sangat sensitif terhadap panas matahari.

5.

Alat tulis dan formulir


Untuk mencatat hasil pengukuran di lapangan.

2.3.Metode Pelaksanaan Praktikum


Metode pelaksanaan pengukuran waterpas adalah sebagai berikut :
1. Pasang patok dengan jarak berkisar antara 15 m sampai dengan 60 m di
sekitar Stadion. Dalam praktikum ini patok tersusun membentuk polygon
tertutup.
2. Setelah semua patok terpasang, dilanjutkan pengukuran beda tinggi antara
dua patok berurutan dengan menggunakan alat ukur Waterpas dan dari
patok awal ( BM ).
3. Sesuai dengan teori, maka pengukuran Waterpas harus diusahakan bahwa
alat ukur Waterpas diletakkan atau didirikan ditengah-tengah antara dua
patok yang akan diukur, sehingga diperoleh jarak ke muka dengan jarak ke
belakang.

Kelompok II

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

Bak Ukur Belakang

Bak Ukur Muka

db

dm
Arah Pengukuran
Gambar 2.2.4

Keterangan gambar :
1. db : jarak waterpass ke patok arah belakang waterpass.
2. dm : jarak waterpass ke patok arah muka waterpass.

4. Setelah alat ukur didirikan bdi tengah-tengah dilanjutkan mengatur alat


Waterpas sehingga nivo berada ditengah.
Cara mengatur alat ukur Waterpas dapat dilakukan sebagai berikut :
a. Pasang alat Waterpas diatas statip atau tripod.
b. Pasang statip dengan ketinggian kurang lebih 1,50 m (setinggi mata
yang mengukur )
c. Atur sekrup pengatur nivo sedemikian rupa, sehingga gelembung nivo
berada tepat ditengah-tengah lingkaran nivo. Nivo tepat ditengahtengah menunjukan alat siap digunakan untuk mengukur

Kelompok II

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah


5. Kemudian teropong alat Waterpas diarahkan ke bak ukur belakang dan
dibaca/diamati :
Bacaan Benang Tengah (BT)
Bacaan Benang Atas (BA)
Bacaan Benang Bawah (BB)

Gambar 2.2.5

6. Selanjutnya dilakukan pengecekan bacaan sebagai berikut : 2 BT = BA +


BB. Apabila 2 BT tidak sama dengan ( BA + BB ), maka batas toleransi
perbedaan bacaan adalah 2 mm, jika perbedaan lebih besar dari 2 mm,
maka dilakukan pembacaan ulang.
7. Tahap berikutnya putar teropong Waterpas kea rah bak ukur muka dan
dibaca lagi BT, BA, dan BB sesuai prosedur langkah 6 dan 7.
8. Setelah pengukuran bak ukur belakang dan bak ukur muka, dilanjutkan
menghitung :
Jarak ke belakang

100( BABB) bak ukur belakang.....................(2.1)

Jarak ke muka

100( BABB)

bak ukur muka...........................

(2.2)
Kelompok II

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

9. Kemudian alat ukur dipindahkan ke patok berikutnya dengan mendirikan


Waterpas ditengah-tengah antara dua patok yang berurutan. Setelah alat
Waterpas diatur nivonya, maka dilakukan pembacaan alat ukur sesuai
dengan lankah 6 s/d 9.
10. Setelah pengkuran Waterpas sampai titik awal (P1), maka pengukuran
Waterpastelah

menutup dalam satu arah ( arah pergi ) dan jalur

pengukuran tersebut membentuk jaringan WATERPAS TERTUTUP.


11. Tahap berikutnya melakukan pengukuran Waterpas dalam arah yang
berlawanan (arah pulang) dari titik awal (P1) dengan langkah-langkah
yang sama mulai tahap 4 s/d 11.
12. Apabila

pangukuran Waterpas tertutup dalam arah pergi dan pulang

selesai, maka diperoleh data Waterpas PP.


Setelah selesai pengukuran tahap berikutnya adalah Perhitungan Data.
2.4.Perhitungan
Tahap perhitungan data Waterpass dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
1. Dari data beda tinggi antar patok-patok yang diukur, dimasukkan dalam tabel
perhitungan.
2. Data ukur pergi dan pulang di rata-ratakan dan tanda hasil hitungan mengikuti
tanda ukur pergi.
Contoh :
Beda tinggi 1-2 Pergi = + 1,758 m
Beda tinggi 1-2 Pulang = - 1,756 m
Beda tinggi rata-rata

= + 1,757 m

Tanda beda tinggi rata-rata diambil dari tanda ukur Pergi (dalam contoh ini
tandanya adalah ( + ).
3. Tahap berikutnya menjumlahkan seluruh beda tinggi rata-rata hasil ukuran
Kelompok II

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah


h 1+ h 2+ h3+ h

beda tinggi

= banyaknya hasil ukuran

......................................(2.3)

4. Dari jumlah beda tinggi, maka dilakukan pengecekan apakah hasilnya


memenuhi syarat geometri.

Syarat geometri : apabila diukur beda tinggi dari satu titik awal (P1)
kembali ke titik yang sama (P1), maka jumlah beda tinggi harus sama
dengan 0 (nol).

beda tinggi = 0.

5. Apabila beda tinggi ukuran 0, maka hasil ukuran dikoreksi. Perlu dicatat
bahwa beda tinggi setelah dihitung selalu ada kesalahan, sehingga perlu
dikoreksi :
Jika beda tinggi = t m , maka
besarnya koreksi = - t m
6. Koreksi sebesar = - t m dibagi rata dengan n
(n = banyaknya ukuran beda tinggi), dan dimasukkan dalam tabel hitungan.
7. Selanjutnya dihitung beda tinggi yang dikoreksi sebagai berikut :
hi yang dikoreksi=hi ukuran=(

T
)
........................................(2.4)
n

Kemudian diperiksa lagi sehingga diperoleh hi yang dikoreksi = 0.


hi yang dikoreksi=
8. Setelah h dikoreksi, maka dilanjutkan perhitungan ketinggian atau elevasi
titik-titik hasil ukuran.
9. Perhitungan Waterpas diawali dari P1 dan berakhir di P1 lagi.

Kelompok II

10

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

Hitungan Waterpass

Hal

: 2 4 April 2012

(Polygon Primer)
Diukur Oleh

: Kelompok II

Tanggal

Dihitung Oleh

: Kelompok II

Diperiksa oleh :

No Seksi

: Dari

Alat hitung

No. Titik
Da
ri

P1

P2

P3

P4

P5

P6

Ke

P2

P3

P4

P5

P6

P1

: Waterpass

Beda Tinggi
Pergi

+0,12
8

+0.28
6
+0,33
5
+1,36
0
+1,67
0
-3,790

Pulan
g
0,172
5
0,262
5
0,355
1,310
1,640
+3,78
0

TOTAL

Ke
Kelompok II

: P0

Rata
rata

+0,1503

+0,2743

+0,345

+1,335

+1,655

-3,785
-0,0254

Koreksi

0,0042

0,0042

0,0035

0,005

0,0042

0,0042
0,0253

Tinggi
titik

No.
titik

40

40,1545

40,433

40,7815

42,1215

43,7810

40

Definitif

+0,1545

+0,2785

+0,3485

+1,34

+1,6595

-3,7808
0

: P6
11

Kete
a

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah


Tabel 2.4.1

BAB III
PENGUKURAN PENAMPANG MEMANJANG
DAN MELINTANG

3.1.Dasar Teori
Apabila suatu rencana jalur saluran atau jalan raya diukur jaraknya antara
satu titik dengan titik lainnya, kemudian tinggi permukaan tanah antara titik-titik
tersebut juga diukur, maka berdasarkan data-data diatas dapat digambarkan profil
memanjang.
Data yang diukur terdiri dari :
1. Data jarak.
2. Data ketinggian (elevasi).
Data jarak diukur dengan menggunakan meetband, sedang data beda tinggi diukur
dengan waterpass. Penggambaran profil memanjang (longitudinal section)
dilakukan dengan skala tertentu.
Misalnya : skala horizontal 1 : 2000
skala vertikal

1 : 100

3.2.Peralatan Yang Digunakan


Alat yang digunakan antara lain meliputi :
1. Alat ukur waterpass.
Kelompok II

12

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah


2. Statip.
3. Bak ukur.
4. Meteran.
5. Patok kayu dicat.
6. Payung.
7. Formulir pengukuran.
8. Alat tulis dan Gambar.
3.3.Metode Pelaksanaan Praktikum
Pengukuran melintang (cross section) adalah gambar profil dari sebagian
permukaan bumi dalam skala tertentu.
Pengukuran profil melintang dapat dilakukan dengan menggunakan alat
waterpass dan theodolit. Pengukuran profil melintang dengan menggunakan alat
waterpass dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
1. Alat berdiri diatas titik (patok).
2. Alat berdiri diluar titik (patok).
3.3.1.

Alat Berdiri Diatas Titik

Alat yang digunakan adalah waterpass dan pita ukur. Berikut ini akan diberikan
gambaran mengenai pengukuran profil melintang.
Apabila alat berdiri di titik P1 yang telah diketahui elevasinya (TP1), maka tinggi
titik detail 1, 2, dan seterusnya dapat ditentukan.
Langkah pekerjaan adalah sebagai berikut :
a. Atur alat di titik P1 pada daerah yang stabil dan posisi alat diatur
sedemikian rupa sehingga memungkinkan membidik semua titik profil
dari 1, 2, dan seterusnya. Untuk menentukan tinggi titik detail dan data
jarak, maka yang harus diukur adalah :

Tinggi alat.

Benang atas.

Benang tengah.

Kelompok II

13

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

Benang bawah.

Jarak dari P1 ke titik detail 1.

b. Cara perhitungan
Apabila tinggi titik P adalah TP, tinggi alat ( TA ), bacaan benang tengah di
titik 1 BT 1, maka tinggi titik profil 1 ( T1 ) adalah :
Ti=TPT 1

Ti=TP+TABT 1
Secara umum: Ti=TP+TABT 1 ...................................................(3.1)
Jarak dari P1 ketitik 1 = d1 = 100 ( BA BB ) atau dapat juga
digunakan jarak hasil ukuran dengan pita ukur.
3.3.2.

Alat Berdiri Diluar Titik


Alat ukur yang dipakai adalah waterpass dan pita ukur. Apabila alat berdiri diluar
patok/titik, maka jarak dari patok ke titik detail diukur dengan pita ukur.
Pada gambar diatas, alat waterpass berdiri di titik A, sedangkan titik profil yang
akan diukur adalah 1, 2, dan seterusnya.
Tinggi titik P diketahui dari hasil pengukuran waterpass.
1. Langkah pekerjaan adalah sebagai berikut :
Atur alat di titik A pada daerah yang stabil, posisi alat diatur sedemikian
rupa, sehingga memungkinkan membidik semua titik profil dari 1, 2, dan
seterusnya.
Pertama pasang Bak ukur di titik P, kemudian dibaca BA, BT, BB. Ukur
jarak A ke P dengan pita ukur (dp).
Selanjutnya bak ukur dipindahkan ke titik 1, kemudian baca BA, BT, BB.
Ukur jarak dari A ke 1 dengan pita ukur (= d1).
2. Cara perhitungan
Apabila tinggi titik P adalah TP, bacaan BT di titik P adalah BTp, bacaan
benang tengah di titik 1 BT1, maka tinggi titik profil 1 (t1) adalah :
Ti=TPT 1
Kelompok II

14

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah


Ti=TP(BT 1BTp)

Ti=TP+ BTpBT 1
atau dengan rumus : ti=TP+ BTp BT 1 .......................................(3.2)
Jarak dari titik pengamatan (A) ke titik profil dapat dilakukan dengan
metband dan cara optis.

3.4.Perhitungan
1. Waterpass Memanjang
Dimisalkan :
P1 belakang ( BT )

= 1,490 m

P1 muka ( BT) = 1,480 m

BB ( belakang )

= 1,410 m

BB ( muka )

= 1,405 m

BA ( belakang )

= 1,560 m

BA ( muka )

= 1,555 m

BB+BA

= 2,970 m

BB+BA

= 2,960 m

Koreksi

= 0,001

Jarak ( D )

= 100 x ( BB BA )
= 100 x ( 1,410 1,560 )
= 15,00 meter

= 15,00 meter

Bada tinggi=BT (belakang) BT (muka) ..............................(3.3)


= 1,490 1,480
= + 0,010 m
Kelompok II

15

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah


catatan : untuk D diambil harga mutlaknya.
Kemudian untuk tinggi dihitung antar patok, yang harganya negatif ditulis
negatif, demikian juga untuk yang positif. Harga beda tinggi semua patok
harganya dihitung atau dijumlah, kalau hasilnya nol ( 0 ) berarti
perhitungannya benar, kalau tidak harus dikoreksi sedemikian sehingga
hasilnya nol.

Referensi untuk P1, misalnya diambil 50 meter dari air laut.


Contoh :
Beda tinggi antara P1 dan P2

= + 0,010

Koreksi

= - 0,001 +
+ 0,009

Jadi tinggi titik P2

= 50,000 + 0,009
= 50,009 m

catatan : pembacaan rambu ukur dalam millimeter.


Hal tersebut dilakukan secara terus menerus sampai perhitungan selesai.
2. Waterpass Profil
Dimisalkan profil :
Titik A :

BT = 1,500 m
BB = 1,430 m

Garis visir (V )=t+ BT


Keterangan
Kelompok II

..................................................................(3.4)

:`
16

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah


t : tinggi permukaan air tanah terhadap air laut.
Garis visir diambil dari titik P1 = e
V= t + BT e
= 40,000 + 1,490
= 41,490 m
Kemudian tinggal titik A ( Ta ) = V BT a

= 41,490 1,500
= 39,990 m

Titik yang lain dilakukan dengan perhitungan yang sama. Misalnya profil
P2, untuk visir memakai BT P2 dan seterusnya.
WATERPASS MEMANJANG
Diukur Oleh : Kelompok II

Bagian

: Pergi

Daerah

: Sekitar Stadion Undip

Tanggal

: 2 4 April 2012

Alat Ukur

: Waterpass

Benang Tengah (
B.T)
No.
Titi
k

P1

Belaka
ng (m)

muka
(m)

1,5575

1,4295

P2
1,626

1,340

1,545

1,210

P3

P4
2,225
P5

3,760

Kelompok II

0,865
2,090

BB = Benang
Bawah
BA = Benang
Atas
(BB + BA) =
2BT
atau benang
tengah II
1,495
1,372
1,620
1,487
3,115
2,859
1,570
1,270
1,682
1,410
3,252
2,680
1,495
1,160
1,595
1,260
3,090
2,420
2,150
0,790
2,300
0,940
4,450
1,730
3,150
2,025

D = 100
x (BB
BA)
D.
Belakang
(m)
D. Muka
(m)
12,50
11,50
24,00
11,2,
14,00
25,20
10,00
10,00
20,00
5,00
15,00
20,00
13,00

Perbeda
an
tinggi
(B.T.
Belakan
g
kurang
B.T.
Muka)
+0,128

Tinggi
dari titik
no.

No.
Titi
k

40,000

P1

40,1545

P2

40,433

P3

40,7815

P4

+0,286

+0,335

+1,360
+1,670

42,1215

17

P5

Ketera
an da
Baga

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah


4,370
7,520
0,140
0,280
0,420

P6
0,210

4,000

P1

2,155
4,180
3,800
4,200
8,000

12,20
35,20
14,00
40,00
54,00

43,7810

P6

40,000

P1

-3,790

Tabel 3.4.1. Hasil Waterpass 1

WATERPASS MEMANJANG
Diukur Oleh : Kelompok II

Bagian

: Pulang

Daerah

: Sekitar Stadion Undip

Tanggal

: 2 4 April 2012

Alat Ukur

: Waterpass

Benang Tengah
( B.T)
No.
Titi
k

Belaka
ng (m)

muka
(m)

P1
1,3825

1,555

P2
1,3425

1,605

P3
1,195
P4

0,865

Kelompok II

1,550
3,175

BB = Benang
Bawah
BA = Benang
Atas
(BB + BA) =
2BT
atau benang
tengah II

D = 100
(BB BA)
D.
Belakang
(m)
D. Muka
(m)

1,355

1,500

11,00

1,410
2,765
1,285
1,400
2,685
1,100
1,290
2,390
0,770
0,960

1,610
3,110
1,550
1,660
3,210
1,495
1,605
3,100
2,165
2,185

5,00
16,50
11,00
11,50
22,50
11,00
19,00
30,00
2,00
19,00

Perbedaa
n tinggi
(B.T.
Belakang
kurang
B.T.
Muka)

-0,1725

Tinggi
dari titik
no.

No.
Titi
k

40,000

P1

40,1545

P2

40,433

P3

-0,2625

-0,355
P4
-1,310

40,7815

18

Ketera
an da
Baga

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

P5
2,090

3,730

P6
3,970

0,190

1,730
2,005
2,175
4,180
3,810
4,130
7,940

4,350
3,100
4,360
7,460
0,120
0,260
0,380

21,00
17,00
26,00
43,00
14,00
32,00
46,00

P1

42,1215

P5

43,7810

P6

40,000

P1

-1,640

+3,780

Tabel 3.4.2. Hasil Waterpass 2

WATERPASS PROFIL

P1
1

1,13

1,13

1,44

1,44

1,43

1,43

1,35

1,35

1,355

1,355

1,25

1,25

Kelompok II

B.
Bawah
B. Atas
( BB +
BA ) m
1,160
1,100
2,260
1,460
1,420
2,880
1,455
1,405
2,860
2,360
1,340
2,700
1,370
1,340
2,710
1,450
1,050

Jarak
atau
100
( BB BA )
(m)
6,00

Tinggi Terhadap
titik nol
Garis
Titik (T)
Vizir (v)
(T=V
(V=T
- BT )
+ BT )
42,1885
40,000

No.Titik

BT II :
1/2
(BB +
BA)
(Kontr
ol)

Koreksi

No. Titik

Tempat Alat

Bena
ng
Tenga
h (BT)
m

4,00

40,748
5

5,00

40,758
5

2,00

40,838
5

3,00

40,838
5

4,00

40,938
5

19

Keteran
n dan
Bagan

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

0,735

0,735

2,500
0,760
0,710
1,470

41,453
5

5,00

Tabel 3.4.3. Hasil Waterpass 3

1,11

1,11

1,45

1,45

1,46

1,46

1,355

1,355

1,35

1,35

1,925

1,925

0,525

0,525

P2

Kelompok II

B.
Bawah
B. Atas
( BB +
BA )
(m)
1,145
1,075
2,220
1,475
1,425
2,900
1,480
1,440
2,920
1,360
1,340
2,710
1,370
1,340
2,700
0,945
0,905
1,85
0,55

Jarak
atau
100
( BB BA )
(m)
7,00

Tinggi Terhadap
titik nol
Garis
Titik (T)
Vizir (v)
(T=V
(V=T
- BT )
+ BT )
41,4135
40,303
5

No.Titik

BT II :
1/2
(BB +
BA)
(Kontr
ol)

Koreksi

No. Titik

Tempat Alat

Bena
ng
Tenga
h (BT)
m

5,00

40,963
5

4,00

39,953
5

3,00

40,058
5

2,00

40,063
5

4,00

39,488
5

5,00

40,888

20

Keteran
n dan
Bagan

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah


0,50
1,05

Tabel 3.4.4. Hasil Waterpass 4

1,210

1,210

1,55

1,55

1,57

1,57

P3
4

1,25

1,25

0,735

0,735

0,36

0,36

Kelompok II

B.
Bawah
B. Atas
( BB +
BA )
(m)
1,245
1,175
2,420
1,585
1,515
3,100
1,600
1,540
3,240
1,265
1,235
2,500
0,735
0,715
1,450
0,610
0,110
0,720

Tinggi Terhadap
titik nol
Garis
Titik (T)
Vizir (v)
(T=V
(V=T
- BT )
+ BT )

No.Titik

BT II :
1/2
(BB +
BA)
(Kontr
ol)

7,00

40,418
5

7,00

40,078
5

6,00

40,058
5

3,00

40,378
5

4,00

40,893
5

5,00

41,268
5

Jarak
atau
100
( BB BA )
(m)

Koreksi

No. Titik

Tempat Alat

Bena
ng
Tenga
h (BT)
m

41,6285

21

Keteran
n dan
Bagan

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

Tabel 3.4.5. Hasil Waterpass 5

1,72

1,72

1,55

1,55

1,55

1,55

1,35

1,35

0,845

0,845

B.
Bawah
B. Atas
( BB +
BA ) m

1,740
1,700
3,440
1,565
1,535
1,100
1,560
1,540
3,100
1,365
1,335
2,700
0,865
0,825
1,690

Tinggi Terhadap titik


nol
Garis Vizir Titik (T)
(v) ( V =
(T=V
T + BT )
- BT )

No.Titik

BT II :
1/2 (BB
+ BA)
(Kontro
l)

4,00

40,629
5

3,00

40,799
5

40,799
5

3,00

40,999
45

4,00

41,504
5

Jarak
atau
100
( BB BA ) m

2,00

Koreksi

No. Titik

Tempat
Alat
P4

Bena
ng
Tenga
h (BT)
m

42,3495

Tabel 3.4.6. Hasil Waterpass 6

Kelompok II

22

Keter
an d
Bag

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

BAB IV
PERHITUNGAN VOLUME
4.1.Dasar Teori
Menghitung besarnya pemindahan tanah atau galian pada dasarnya
menghitung isi dari bagian tanah yang dibatasi oleh penampang penampang
melintangnya. Ada beberapa cara menghitung isi dari tubuh tanah, yaitu dengan
cara :
a. Mempergunakan penampang penampang melintang.
b. Borrow Pit Method.
c. Waterpassing dan penggalian.
d. Garis garis kontur (tranches).
4.2.Perhitungan
Perhitungan volume dapat dilihat dari contoh gambar-gambar berikut :
C

h
Kelompok II

23

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah


d

d1
Gambar 4.2.1

h1
b
d

d1
Gambar 4.2.2

d1
Gambar 4.2.3

h1

d1
Gambar 4.2.4

Kelompok II

24

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

Gambar 4.2.1 : Penampang dengan satu permukaan (one level section)


Rumus :

d=d 1=b/2 sc ...............................................(4.1)


A +c (b+ sc ) .....................................................(4.2)

Gambar 4.2.2 : Penampang dengan dua permukaan (two level section)


Rumus :

c +{b /2 s x ns /( ns) } ...............................(4.3)


A=dd 1/ sb 2/4 s ...........................................(4.4)

Gambar 4.2.3 : Penampang dengan tiga permukaan ( three level section )


d=c+ b/2 s ns /(ns) .........................................(4.5)
d 1=c +b /2 s ns /(ns) ..........................................(4.6)

Rumus =

D/2c +b /2 sb 2/4 s

.....................(4.7)

b/ 4 x (h+h 1) ..................................................(4.8)

Gambar 4.2.4 : Side hill two level


Titik sumbu berada dalam daerah penggalian sehigga berlaku
Rumus :

w=b /2+ nc ..................................................................(4.9)

Rumus :

d=c+U /2 x ns/( ns)=b/(2 s)+ ws/(ns) ...................(4.10)

A=wh/2=w 2 /2 x (ns) ................................................(4.11)


Untuk penimbunan :

w 1=( H w)

...........................................................

(4.12)
d 1=b /2c ns/( ns) ..................................(4.13)

Jika titik sumbu dalam daerah penimbunan :


Kelompok II

25

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah


w=b /2nc

........................................................(4.14)

Dalam perhitungan isi tanah dikenal bentuk prismoida yaitu bentuk benda
yang dibatasi oleh dua bidang datar sejajar. Bidang-bidang sisinya dapat
berbentuk jajaran genjang, segi empat, trapesium. Bentuk-bentuk khusus
prismoida yaitu prisma baji dan limas.
Untuk menghitung volume tanah berarti harus menghitung isi dari prismoida
tersebut.
Notasi :
L = panjang prismoida, yaitu jarak tegak lurus antara kedua bidang-bidang
penampang yang membatasinya.
A1,A2 = luas masing-masing bidang yang membatasi prismoida
M = luas penampang tengah, yaitu bidang yang terletak pada pertengahan
kedua penampang dan sejajar penampang-penampang tersebut
V = volume prismoida
Bentuk prisma :

A 1= A 2 M

........................................................................

(4.15)
V =L/6 ( A 1+ A 2+ 4 M )

Bentuk baji

.......................................... (4.16)

M =L/6( A 1+ 4 M ) ....................................................(4.17)
V =L/6 ( A 1+ 4 M )

V =L/6 (2 A 1)
V =L/3( A d 1)

..............................................................

(4.18)
Dengan demikian rumus umum prismoida adalah :

Kelompok II

26

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah


V =L/6 ( A 1+ A 2+ A 3)

..................................................(4.19)

A1 = dihitung
A2 = dihitung
M = dicari karena penampang berubah teratur
Rumus di atas dapat dipakai untuk menghitung volume yang terletak diantara
dua penampang dengan syarat :
a. Penampang-penampang melintang adalah bidang datar sejajar dan garis
sumbunya lurus.
b. Bidang-bidang sisi adalah bidang datar.
Apabila dalam prismoida dibuat bentuk penampang melintang dengan jarak
masing-masing L maka :
Vol. Bagian I =L /3 ( A 1+ A 2+ A 3) ............................................................(4.20)
Vol . Bagian II =L/3( A 3+ A 4 + A 5) ..........................................................(4.21)

Vol. Bagian III =L/3( A 5+ A 6+ A 7) .........................................................(4.22)


Vol . ken=L/3( A (n2)+ A( n1)+ A n) ...................................................

(4.23)
Vol. Total=L/3( A 1+4 A 2+ 2 A 3+ 4 A 4 +.....+2 A (n2)+ 4 A (n1)+ An) ......
.(4.14)

Harus diingat bahwa M bukan luas rata-rata antara 2 penampang ujung,


kecuali pada bentuk prisma dan baji, jika diukur maka berlaku rumus :
V =L/2( A 1+ A 2) ........................................................(4.25)

Kelompok II

27

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah


Untuk bentuk prisma dan baji rumus ini dapat digunakan tanpa koreksi
prismoida (Prismoidal Corection = PC). Untuk tiap bentuk penampang berlaku
koreksi-koreksi :
1. Penampang dengan satu permukaan ( one level section )
R = jarak antar penampang
B = lebar konstan formasi
1 : s = perbandingan helling talud
c,c = tinggi pada sumbu dari masing-masing penampang
A,A = luas dari masing-masing penampang
A=c (b+ sc) .................................................................................(4.26)

A =c (b+ sc )

...............................................................................

(4.27)
V =L/2(bc +bc + sc 2+ sc 2)

..................................................(4.28)

Dengan rumus prismoida :


Tinggi penampang tengah=(c+ c ) ..........................................(4.29)
M =( c+ c ) [b+ s (c +c )] ............................................(4.30)

Rumus prismoida untuk :


c (b+ sc)+c (b+ sc )+2(c +c )
...........(4.31)
V =L /6
V =L(bc +bc + sc /3+ scc ) .......................................(4.32)
Dari persamaan 1 dan 2

Kelompok II

28

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah


PC=Ls /6(c c )

..........................................................................

(4.33)

2. Penampang dengan dua permukaan (two level section)


PC=L /6 s( d d )(d 1 d 2 ) .......................................................(4.34)

3. Penampang dengan tiga permukaan (three level section)


PC=L /12( d d )( c c )

...........................................................(4.35)

4. Penampang side hill two level section dengan garis sumbu berada dalam
daerah penggalian :
PC galian=L/12 s(w w )(d d ) ..........................................(4.36)
PC timbunan=L /12 s ( w1 w 2 )(d 1 d 1 ) ...............................(4.37)

Rumus di atas adalah untuk menghitung volume pekerjaan-pekerjaan tanah


yang berdasarkan atas prismoida-prismoida yang ujung-ujungnya dibatasi oleh
penampang-penampang sejajar. Pada profil-profil memanjang yang melengkung,
seperti pada jalan raya dan jalan kereta api, maka pada tikungan-tikungan tersebut
penampang-penampang melintangnya tidak sejajar tetapi radial.
-

Busur BEH adalah sumbu profil memanjang

Bidang-bidang ABC, DEF dan GHJ adalah penampang melintang radial


Isi dari bagian tanah yang dibatasi oleh ADFC dihitung dari bagian tanah yang

dibatasi KMNL, dimana penampangnya tegak lurus tali busur.


Volume yang dihitung ini berkurang dengan bagian BCL dan ENF tetapi
berlebihan dengan bagian BKA dan DEM.

Kelompok II

29

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah


Jika penampang melintang ini simetris terhadap sumbu, maka jumlah
kelebihan = jumlah kekurangan, sehingga tidak ada koreksi lagi. Jika tidak
demikian maka perlu diadakan koreksi yang dinamakan koreksi kelengkungan,
maka isi bidang datar berputar dengan sumbu yang terletak pada bidang tersebut
dikali dengan jalan yang ditempuh oleh titik berat.
Jika kelengkungan yang melalui titik berat berada di sebelah luar lengkungan
dari sumbu, maka ini yang sebenarnya lebih besar dari isi yang dihitung dengan
rumus prismoida. Sebaliknya jika lengkungan titik berat berada di sebelah dalam
lengkungan garis sumbu, maka isi yang sebenarnya lebih kecil dari isi yang
dihitung dengan rumus prismoida.
Misal :
R = radius dari sumbu yang diukur
e

= eksentrisitas tiap memanjang

L = jarak dari sumbu sampai bidang vertikal melalui titik berat (e1 dan e2)
Ce = koreksi volume karena lengkungan
Maka rumusnya menjadi :
V =( A 1+ A 2) L+ Ce .............................................................................(4.38)

Jika penampang A1 dan e1 maka volume

1= A 1 I 1

......................................

(4.39)
Dimana I1 = panjang busur dengan jari-jari ( R = e1 )
I1 = ( R + e1 ) / L, sehingga
V 1=A 1( R+e 1) L /R

................................................................................(4.40)

Dan untuk penampang lainnya :


V 2= A 2( R+e 2) L/R

................................................................................(4.41)

Volume yang sebenarnya adalah pukul rata dari kedua volume :


Kelompok II

30

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah


V = ( V1 + V2 )
V =(L R )[ A 1(R+ e 1)+ A 2( R+ e 2)] ........................................(4.42)
Hitungan koreksi karena lengkungan adalah sebagai berikut :
( A1 + A2 ) L Ce

= ( L/R ) [ A1 ( R + e1 ) + A2 ( R + e2 ) ]

Ce=(L/ R)( A 1 e 1+ A 2 e 2) ...........................................(4.43)


Ce positif = titik berat penampang berada di luar lengkungan sumbu
Ce negatif = titik berat penampang berada di dalam lengkungan sumbu
Dari beberapa metoda perhitungan volume di atas, yang digunakan dalam
praktikum ini adalah rumus : V = L/2 ( A1 + A2 ). ..........................................(4.34)

PERHITUNGAN GALIAN DAN TIMBUNAN

No.
Patok

Luas
Galian
( m2 )

Luas
Timbun
an
( m2 )

Luas rata - rata (


m2 )
Timbun
Galian
an

Jarak
Datar

Volume ( m3 )
Gali
an

Timbun
an

P0
P1
P2
P3
P4
P5
P6
Jumla

Kelompok II

31

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah


h
Tabel 4.2.1 Tabel Galian dan Timbunan

BAB V
PENGUKURAN POLIGON
5.1.Dasar Teori
Dalam pembuatan poligon, peralatan yang dipakai adalah theodolit jalan,
rambu ukur, unting-unting, pita ukur, patok dan alat tulis. Poligon adalah suatu
cara menghubungkan titik-titik dengan mengukur sudut dan jarak antara titik-titik.
Pengukuran poligon dimaksudkan sebagai metode penentuan titik kontrol
horisontal (x,y) berupa segi banyak yang nantinya berfungsi sebagai kerangka
peta. Dalam ketinggian belum dipakai dalam hal ini.
Poligon ada beberapa jenis yaitu :
A. Menurut bentuk poligon
1. Poligon terbuka
Poligon terbuka adalah poligon yang titik awal dan akhirnya tidak bertemu di satu
titik.
A
(X,Y)
Kelompok II

A1

B
32

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah


dA1

d12

d23

d3B

Gambar 5.1.1 Poligon Terbuka

Data yang harus ada : Koordinat awal ( A )


awal ( A1 )

2. Poligon tertutup
Poligon tertutup adalah poligon yang titik awal dan akhirnya bertemu di satu titik.
2
U
A awal

Gambar 5.1.2 Poligon tertutup

B. Menurut titik ikat


1. Poligon terbuka terikat sempurna
Poligon terbuka yang kedua ujungnya terikat pada titik-titik tertentu.
Kelompok II

33

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

U
A awal

A akhir

A (x,y) awal

(x,y) akhir
Gambar 5.1.3 Poligon terbuka dengan titik tertentu

2. Poligon terbuka terikat azimuth


Poligon terbuka yang hanya salah satu ujungnya terikat pada titik yang telah di
ketahui koordinatnya.
U
A awal
A

A akhir

(x,y) awal

Gambar 5.1.4 Poligon terbuka dengan koordinat telah diketahui

1.

Poligon terikat koordinat


Poligon yang pada titik-titiknya sama sekali tidak terikat pada titik yang telah di
ketahui pada koordinatnya.
U
A awal
A (x,y) awal
Kelompok II

34

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

(x,y) akhir
Gambar 5.1.5 Poligon terbuka

C. Segi penyelasaian / peralatan


Ditinjau dari segi penyelesaian poligon dapat dibedakan menjadi :
1. Poligon yang diselesaikan dengan cara numeris.
2. Poligon yang diselesaikan dengan cara grafis.
5.2.Peralatan
Ditinjau dari segi penyelesaian polygon dapat dibedakan menjadi :
1. Poligon yang diselesaikan dengan cara numeris.
2. Poligon yang diselesaikan dengan cara grafis.
Alat ukur yang dipergunakan dalam pengukuran poligon :
1. Theodolit.
2. Theodolit Bousole.
3. Bousole tramebe mautegne.
4. Plane table.
Pada poligon dengan alat theodolit, data lapangan yang diperlukan
-

Sudut horizontal tiap titik

Jarak antar titik

Azimuth sisi yang ditemukan pada titik awal


Penentuan sudut dalam pada poligon dengan alat theodolit ini adalah dengan

cara pesawat tersebut didirikan di titik T, diarahkan ke A kemudian dibaca


piringan horizontalnya. Selanjutnya alat diputar terhadap horizontalnya dan
diarahkan ke titik B.
Dimisalkan pembacaan piringan horizontal pada titik A adalah dan pada
titik B adalah , maka besar titik sudutnya adalah ATB = - . Jika dalam

Kelompok II

35

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah


penggambaran poligon terjadi ujung poligon tidak berhimpit dengan pangkal
poligon, maka harus diadakan koreksi secara grafis.
5.3.Metode Pelaksanaan Praktikum
1. Menentukan titik poligon dengan menancapkan tongkat pada tempatnya yang
lapang sehingga memungkinkan pengukuran.
2. Mengukur jarak secara langsung dengan pita ukur pada tiap sisi poligon.
3. Menetukan titik awal dari suatu poligon kemudian menetukan besarnya
azimut.
4. Mendirikan alat theodolit pada titik poligon tersebut tegak lurus patok dengan
bantuan unting - unting.
5. Membidik titik poligon tersebut dalam dua posisi teropong yang berbeda,
posisi

6. biasa dan luar biasa.


7. Membaca pada piringan vertikal dan horizontal.
8. Mengulangi pekerjaan pada nomor 4 dan seterusnya pada patok berikutnya
sampai patok terakhir. Setiap memindah alat maka perlu mengatur teodolit
kembali agar sumbu I vertikal.
5.4.Perhitungan Poligon
Terbaca pada bak ukur masing-masing :
-

Benang atas (BA).

Benang tengah (BT).

Benang bawah (BB).

Selisih dengan ba (y) = (BA BB).

Jarak sesungguhnya bb dan ba = 1.

Maka dari gambar tersebut diperoleh :


D=C+f+D
Kelompok II

36

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah


D/ y=f / I
D = fy / I
d = D + f + fy + / I
Jadi :

d= Ay +B

.........................................................................................(5.1)

Dalam praktek pengukuran biasanya B diabaikan (B=0) jadi d = Ay


d = 100 (BA BB).
Untuk pengukuran yang menggunakan sudut helling sebesar h maka :
D= Ay c os 2 h+ B cos h ...........................................................................(5.2)
D = 100 (BA BB) cos2h
Cara pengukuran jarak optis dengan membaca bb dan ba pada bak ukur
dinamakan cara stadia dengan keterangan notasi.
A : konstanta pengali (tanpa satuan ).
B : besaran penambah ( panjang ).
A = 100f = 100 I = 0,01f.
PERHITUNGAN THEODOLIT
Diukur Oleh : Kelompok II

Tanggal

: 2 4 april 2012

Dihitung Oleh : Kelompok II

Diperiksa Oleh

No

Sudut

Koor.

"

P1

41

5
4

3
0

P2

18
5

4
7

3
0

P3

16
7

P4

28

3
7

Kelompok II

425

425

425

425

Jara
k
(D)

Azimuth
0

"

11
1

1
8

24
9

2
7

5
5

24
3

4
4

5
0

25
6

4
1

1
5

D sin A

Koor.

D Cos
A

Koor.

Koor
X

24

22,360
6

1,51
81

-8,718

1,45
66

24

22,475
0

1,51
81

8,418
6

1,45
66

1,32
83

-9,289

1,27
46

1,89
76

6,907

21
30

18,833
9
29,193
9

1,82
08

37

36
59,87
87

38,92
18

21,41
62

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

P5

P6

P1

17
4

4
3

12
2

1
6

3
0

41

5
4

3
0

72
0

2
6

3
0

No. Seksi

425

425

425

9
48

53

3
0

11
1

1
8

25

25

18,620
7

1,58
13

20,096
8

1,58
13

16,68
14
14,87
01

1,51
73
1,51
73

1,782
0

9,4247

Alat Ukur

: Theodolite

: P6
Tabel 5.4.1 Tabel Perhitungan Theodolite

BAB VI
PENGUKURAN SITUASI
6.1.Dasar Teori
Maksud dan tujuan pengukuran situasi adalah untuk mendapatkan data ukuran
dari lapangan yang akan digunakan untuk pembuatan Peta Situasi. Adapun datadata yang dibutuhkan mencakup keadaan topografi, kondisi bangunan yang ada,
kondisi saluran, jalan, sungai dan data lain seperti areal persawahan, tegalan,
perumahan, batas desa dan lain-lain.
6.2.Peralatan Yang Digunakan
Peralatan yang digunakan untuk menggambar antara lain :
1. Alat tulis dan gambar.
2. Kertas millimeter.
Kelompok II

14,32
19
36

149

: Dari : P0
Ke

4
0

5,880
1

38

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah


3. Kertas kalkir.
6.3.Metode Pelaksanaan Praktikum
Tahap pengukuran situasi secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Memasang dan mengatur alat di atas titik kontrol yang mempunyai data
koordinat dan elevasi (X, Y, Z).
2. Membuat skets lokasi yang meliputi :
Skets kontur
Skets titik detail
3. Setelah selesai membuat skets lokasi, maka dapat dilakukan pengukuran
situasi cara Tachimetri. Apabila pengukuran dilakukan dengan alat
theodolit TO, maka sebelum mengukur kunci bousole dibuka terlebih
dahulu kemudian ditutup kembali, sudut 0 dari theodolit menunjukkan
arah utara magnetis.
4. Tahap selanjutnya dilakukan pengukuran detail ke semua titik detail yang
ada dalam skets lokasi dengan cara pengukuran radial.
5. Pada pembuatan skets situasi biasakan dalam pembuatan nomor urut
keterangan searah dengan jarum jam.
6. Kemudian untuk setiap titik detail yang diukur harus dibaca :
-

Tinggi alat

Nomor titik sesuai dengan skets lokasi

Benang atas

Benang tengah

Benang bawah

Sudut miring atau sudut zenith ke titik detail

Sudut horizontal ke titik detail

7. Dalam setiap pengukuran usahakan agar bacaan benang tengah sama


dengan tinggi alat.
8. Apabila semua titik detail telah selesai diukur, maka pada akhir
pengukuran harus diukur titik kontrol yang akan digunakan untuk tempat
pengukuran berikutnya.
Kelompok II

39

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah


Setelah selesai pengukuran, maka dapat dilanjutkan pengukuran ke titik
berikutnya dengan prosedur yang sama.
6.4.Perhitungan
Apabila semua pengukuran selesai tahap berikutnya adalah menghitung
jarak mendatar dan beda tinggi dari titik pengamatan ke titik detail serta elevasi
titik detail. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung jarak mendatar dan
beda tinggi dengan menggunakan sudut miring adalah sebagai berikut :
Dd=100(BA BB) cos m ...........................................................(6.1)

hd=100(BA BB)sin m cos m+TA BT .............................(6.2)


Apabila kita gunakan sudut vertikal atau zenith, maka rumus yang digunakan
adalah sebagai berikut :
Dd=100(BA BB)sin z .............................................................(6.3)

hd=100(BA BB)sin z cos z+ TA BT

................................(6.4)

6.5.Penggambaran Peta Situasi


6.5.1.Penggambaran Detail dan Garis Kontur
1. Plot semua titik kontrol horisontal dan vertikal (x, y), kemudian
hubungkan titik-titik tersebut dengan garis putus-putus.
2. Selanjutnya plot semua titik-titik detail sesuai dengan skets lokasi.
Plotting titik detail dapat dilakukan dengan dua cara sesuai dengan cara
pengambilan data. Apabila pengambilan data ukur dilakukan dengan
theodolit yang dilengkapi Bousole, maka pengggambaran dilakukan
dengan cara menggunakan azimuth. Apabila pengambilan data
dilakukan dengan theodolit biasa yang tidak dilengkapi kompas, maka
penggambaran dilakukan dengan cara menggunakan sudut arah
theodolit.
3. Untuk semua titik detail, supaya dicantumkan ketinggian titik yang
bersangkutan.
Kelompok II

40

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah


4. Untuk titik-titik yang membentuk garis linier ( misalnya jalan ), agar
segera dihubungkan satu sama lain.
5. Apabila semua titik detail telah diplot, maka dapat dilakukan penarikan
garis kontur.
6. Lakukan penarikan garis kontur sesuai dengan skets yang dibuat pada
waktu pengukuran.
7. Dalam penarikan garis kontur harus diperhatikan sifat-sifat garis kontur,
Misalnya garis kontur tidak boleh berpotongan satu sama lain.
8. Setelah selesai penggambaran baik gambar detail maupun gambar
kontur, maka dapat dibuat penggambaran halus diatas kertas kalkir.
6.5.2.Penggambaran Halus
1. Pembuatan kop gambar.
2. Penggambaran peta situasi dengan cara tracing pada kertas kalkir.
3. Melengkapi gambar :
-

Absis pada kertas kalkir dari timur ke barat.

Ordinat dari utara ke selatan.

Keterangan peta.

PERHITUNGAN DENAH SITUASI


Temp
at

Ket.
Titik
Sampi
ng
Tinggi
Patok

Pembacaan

Tinggi
Alat

Tenga
h

1
P1
P2

Atas
Bawa
h
3

1,46

1,58

Arah
Datar

Sudu
tV

4
11101
8

5
8902
9

18003

19102
5

Ting
gi
Alat

10
41,2
5

(+
atau )
11
0,006
4

17,25

41,2
5

3,157
6

13,47

41,2
5

2,257
9

40

+0031

24,00

24

7801
2

40

+1104
8

18,00

7804
5

40

+1101
5

14,00

1,34
A

1,62

1,71
1,53

1,62

1,69
1,55

Kelompok II

41

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

1,62

1,68

19501
0

7908

40

+1005
2

12,00

11,57

41,2
5

1,811
2

20804
2

7203
9

40

+1702
1

8,00

7,29

41,2
5

1,803
9

21905
4

6802
9

40

+0210
31

6,00

5,19

41,2
5

1,533
5

1,5
D

1,62

1,66
1,58

1,62

1,65
1,59

Tinggi alat :

1,25
Tabel 6.5.1 Perhitungan denah situasi 1

Tempa
t

Arah
Datar

Sudut
V

4
10701
2

5
88046

Ket.
Titik
Sampi
ng
Tinggi
Patok
6
40,154
5

34001
5

84021

40,154
5

Pembacaan

Tinggi
Alat

Tenga
h

Atas
Bawa
h

1
P2
P3

1,58

1,7

7
+101
4

8
24,0
0

+503
9

5,00

Tinggi
Alat

23,99

(+
atau
)

10
41,354
5

11
0,13
4

41,354
5

0,01
7

1,46
A

Kelompok II

1,7

1,72
5

4,95

42

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah


1,67
5
B

1,7

1,73

14038

85018

40,154
5

+404
2

6,00

5,94

41,354
5

0,01
3

52042

85028

40,154
5

+403
2

8,00

7,95

41,354
5

0,12
4

7003

86019

40,154
5

+304
1

10,0
0

9,96

41,354
5

0,13
9

89027

85038

40,154
5

+402
2

9,00

8,95

41,354
5

0,18
4

1,66
C

1,7

1,74
1,65

1,7

1,7

Tinggi alat :

1,75
1,65
1,74
5
1,65
5
1,2

Tabel 6.5.2 Perhitungan denah situasi 2

Temp
at

Kelompok II

Pembacaan

Ket.
Titik

Tinggi
Alat

43

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

Tinggi
Alat

Tenga
h

Atas
Bawa
h

1
P3
P4

1,425

1,53

Arah
Datar

Sudu
tV

4
12002
2

5
8805
5

Sampi
ng
Tinggi
Patok
6
40,43
3

39403
4

8803
9

15021

(+
atau
-)
7

+105

21,00

40,43
3

+102
1

6,00

8702
8

40,43
3

+203
2

64045

8803
5

40,43
3

9002

8809

97054

8903
5

9
20,9
9

10

11

41,743

0,281

41,743

0,051

6,00

5,99

41,743

0,174

+102
5

6,00

41,743

0,058

40,43
3

+105
1

8,00

7,99

41,743

0,167

40,43
3

+002
5

12,00

12

41,743

0,002

1,37
A

1,4

1,43
1,37

1,4

1,4

1,4

1,43
1,37
1,42
5
1,36
5
1,44
1,36

1,4

1,46
1,34

Tabel 6.5.3 Perhitungan denah situasi 3

Kelompok II

44

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

Tabel 6.5.4 Perhitungan denah situasi 4

Temp
at

Ket. Titik
Samping
Tinggi
Patok

Pembacaan

Tinggi
Alat

Tenga
h

1
P5
P6

Atas
Bawa
h
3

1,595

1,72

Arah
Datar

Sudu
tV

4
90043

5
8502
9

11804
5

42,1215

+4031

9001
2

42,1215

13103
1

9202

18301
6

(m)

D
(m)

Tinggi
Alat

(+
ata
-)
11
1,65
1

8
25,0
0

9
24,8
4

10
43,411
5

-0012

12,0
0

12

43,411
5

0,35
9

42,1215

-202

9,00

8,99

43,411
5

-0,6

8703
8

42,1215

+202

6,00

5,99

43,411
5

0,09
5

23002
2

8709

42,1215

+2051

8,00

7,98

43,411
5

0,08
8

24702

8703
7

42,1215

+2023

18,0
0

12,9
8

43,411
5

0,22
8

1,47
A

1,6

1,6

1,6

1,66
1,54
1,64
5
1,55
5
1,63
1,57

1,6

1,6

1,64
1,56
1,66
5
1,53
5

Tabel 6.5.5 Perhitungan denah situasi 5

Kelompok II

45

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

Tabel 6.5.5 Perhitungan denah situasi 5

Kelompok II

46

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

Temp
at
Tinggi
Alat

Tenga
h

Atas
Bawa
h

Ket.
Titik
Sampin
g
Tinggi
Patok
6

P6
P1

1,7

1,825

17604
4

9705
7

43,780
1

-7057

25,00

24,52

45,05
09

3,8

14202
2

9305
2

43,780
1

-3052

10,00

9,95

45,05
09

0,9

16705
1

9201
5

43,780
1

-2015

11,00

10,98

45,05
09

0,6

18003
4

9001
0

43,780
1

-0010

18,00

18

45,05
09

0,2

19100
9

8801
0

43,780
1

+105
0

22,00

21,98

45,05
09

0,4

19003
7

8702
5

43,780
1

+203
5

30,00

12,97

45,05
09

0,3

Pembacaan
Arah
Datar

Sudu
tV

(m)

D (m)

Tinggi
Alat

10

(
ata

1,575
A

1,5

1,55
1,45

1,5

1,555
1,445

1,5

1,59
1,41

1,5

1,61
1,39

1,5

1,565
1,435

Tinggi alat :

1,27
Tabel 6.5.6 Perhitungan denah situasi 6

Kelompok II

47

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

DAFTAR PUSTAKA
Petunjuk praktikum Ilmu Ukur Tanah 1
Buku Diktat Ilmu Ukur Tanah 1

Kelompok II

48

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

LAMPIRAN

Kelompok II

49

Anda mungkin juga menyukai