Anda di halaman 1dari 25

52

BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dijelaskan hasil penelitian dan pembahasan tentang
hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan
aktivitas sehari-hari di Desa Bonto Sunggu Kecamatan Gantarang Kabupaten
Bulukumba.
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Data Umum
1. Gambaran Umum Tempat Penelitian
Desa Bonto Sunggu memiliki keadaan geografis dengan luas
wilayah 5.300.000 m2 meliputi lima dusun yaitu dusun Maccope,
dusun Maroanging, dusun Lembangnge, dusun Bontosunggu dan
dusun Katinro Jangang. Batas batas wilayah desa Bonto Sunggu
dari arah timur sampai barat merupakan jalur lalu lintas dengan
sebelah timur berbatasan dengan Desa Barombong, sebelah barat
Desa Paenre Lompoe, sebelah selatan Desa Bialo dan sebelah utara
Desa Bukit Tinggi dengan total jumlah penduduk 2910 jiwa.
2. Karakteristik Responden yang diteliti
a. Karakteristik Lansia
1) Usia Lansia
Karakteristik usia lanjut dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden (Lansia)


Menurut Usia di Desa Bonto Sunggu Kecamatan
Gantarang Kabupaten Bulukumba Tahun 2015
Usia Lansia

Frekuensi

60-64
65-69

23
32

Persentase
(%)
28,4
39,1

53

70-74
Total

26
81

32,5
100,0

Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa dari 81 orang


responden rata- rata usia responden lansia dalam penelitian
ini adalah 65-69 tahun

sebanyak 32 orang (39,1 %),

sisanya 23 orang (28,4%) berada dalam rentang usia 60-64


tahun dan 26 orang (32,5 %) berada dalam rentang usia 7074 tahun.
2) Jenis Kelamin
Hasil karakteristik jenis kelamin dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden (Lansia)
Menurut Jenis
Kelamin di Desa Bonto
Sunggu Kecamatan Gantarang Kabupaten
Bulukumba Tahun 2015
Jenis Kelamin

Frequency

laki-laki
Perempuan

28
53

Persentase
(%)
34,6
65,4

Total

81

100,0

Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa sebagian besar


lansia berjenis kelamin perempuan sebanyak 53 orang
(65,4%) sedangkan yang berjenis kelamin laki- laki
sebanyak 28 orang (34,6 %).
b. Karakteristik Anggota Keluarga yang memberi perawatan
1) Usia
Hasil karakteristik usia anggota keluarga yang memberi
perawatan pada lansia dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden (Anggota

54

Keluarga) Menurut Usia di Desa Bonto Sunggu


Kecamatan
Gantarang
Kabupaten
Bulukumba Tahun 2015
Usia anggota keluarga

Frekuensi

21-28
29-36
37-44
Total

17
29
35
81

Persentase
(%)
21,0
35,8
43,2
100,0

Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa rata rata usia


anggota keluarga yang memberi perawatan adalah 37-44
tahun (43,2 %). Sisanya 17 orang (21,0%) berada dalam
rentang usia 21-28 tahun dan 29 orang (35,8%) berada
dalam rentang usia 29-36 tahun.
2) Jenis Kelamin
Hasil karakteristik jenis kelamin dapat dilihat pada tabel
berikut :

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden (Anggota


Keluarga) Menurut Jenis Kelamin di Desa
Bonto Sunggu Kecamatan Gantarang
Kabupaten Bulukumba Tahun 2015
Jenis Kelamin

Frequency

laki-laki
Perempuan

9
72

Persentase
(%)
11,1
88,9

Total

81

100,0

Berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa sebagian besar


anggota keluarga yang memberi perawatan berjenis

55

kelamin perempuan sebanyak 72 orang (88,9 %) sedangkan


yang berjenis kelamin laki- laki sebanyak 9 orang (11,1 %).
3) Pendidikan
Hasil karakteristik pendidikan dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden (Anggota
Keluarga) Menurut Pendidikan di Desa Bonto
Sunggu Kecamatan Gantarang Kabupaten
Bulukumba Tahun 2015
Pendidikan Anggota
Keluarga
SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi
Total

8
13
38
22

Persentase
(%)
9,9
16,0
46,9
27,2

81

100,0

Frequency

Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa sebagian besar


anggota keluarga berlatar belakang pendidikan SMA
sebanyak 38 orang (46,9 %). Sisanya sebanyak 8 orang
(9,9%) berlatar belakang pendidikan SD, 13 orang (16,0%)
SMP dan 22 orang (27,2 %) berlatar belakang pendidikan
perguruan tinggi
4) Pekerjaan
Hasil karakteristik pekerjaan dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Responden (Anggota
Keluarga) Menurut Pekerjaan di Desa Bonto
Sunggu Kecamatan Gantarang Kabupaten
Bulukumba Tahun 2015
Pekerjaan Anggota
Keluarga
IRT

Frequency
41

Persentase
(%)
50,6

56

PNS / Honorer
Wiraswasta
Petani

17
14
9

21,0
17,3
11,1

Total

81

100,0

Berdasarkan tabel 5.6 diketahui bahwa sebagian besar


anggota keluarga bekerja sebagai IRT yaitu sebanyak 41
orang (50,6%), 17 orang (21,0%) PNS/ Honorer, 14 orang
(17,3%) bekerja sebagai wiraswasta dan sebanyak 9 orang
(11,1%) bekerja sebagai petani.
5) Status Hubungan
Hasil karakteristik status hubungan dengan lansia dapat
dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Responden (Anggota


Keluarga) Menurut Status Hubungan Keluarga
di Desa Bonto Sunggu Kecamatan Gantarang
Kabupaten Bulukumba Tahun 2015
Status Hubungan
Keluarga
Anak Kandung
Menantu
Cucu
Keponakan

65
7
5
4

Persentase
(%)
80,2
8,6
6,2
4,9

81

100,0

Frequency

Total

Berdasarkan tabel 5.7 diketahui bahwa sebagian besar


anggota keluarga memiliki status hubungan sebagai anak
kandung sebanyak 65 orang (80,2%), sisanya 7 orang
(8,6%) adalah menantu, 5 orang (6,2%) adalah cucu dan 4
orang (4,9 %) adalah keponakan.

57

5.1.2

Data Khusus
1. Variabel Independen yang diteliti
a. Dukungan informasional
Tabel 5.8

Distribusi Frekuensi Responden (Anggota


Keluarga) Menurut Dukungan Informasional di
Desa Bonto Sunggu
Kecamatan Gantarang
Kabupaten Bulukumba Tahun 2015

Dukungan Informasional

Frequency

Tinggi
Rendah

60
21

Persentase
(%)
74,1
25,9

Total

81

100,0

Berdasarkan tabel 5.8 diketahui bahwa dukungan informasional


kategori tinggi mendapatkan frekuensi 60 orang dengan
persentasa 74,1% sisanya sebanyak 21 orang (25,9%) termasuk
kategori rendah.
b. Dukungan penilaian
Tabel 5.9

Distribusi Frekuensi Responden (Anggota


Keluarga) Menurut Dukungan Penilaian di Desa
Bonto Sunggu Kecamatan Gantarang Kabupaten
Bulukumba Tahun 2015

Dukungan Penilaian

Frequency

Tinggi
Rendah

56
25

Persentase
(%)
69,1
30,9

Total

81

100,0

Berdasarkan tabel 5.9 diketahui bahwa dukungan penilaian


kategori tinggi mendapatkan frekuensi 56 orang (69,1%)
sisanya sebanyak 25 orang (30,9%) termasuk dalam kategori
rendah.
c. Dukungan instrumental

58

Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Responden (Anggota


Keluarga) Menurut Dukungan Instrumental di
Desa Bonto Sunggu
Kecamatan Gantarang
Kabupaten Bulukumba Tahun 2015
Dukungan Instrumental

Frequency

Tinggi
Rendah

45
36

Persentase
(%)
55,6
44,4

Total

81

100,0

Berdasarkan tabel 5.10 diketahui bahwa dukungan instrumental


kategori tinggi mendapatkan frekuensi 45 orang (55,6%),
sisanya sebanyak 36 orang (44,4%) termasuk kategori rendah.
d. Dukungan emosional
Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Responden (Anggota
Keluarga) Menurut Dukungan Emosional di Desa
Bonto Sunggu Kecamatan Gantarang Kabupaten
Bulukumba Tahun 2015
Dukungan Emosional

Frequency

Tinggi
Rendah

61
20

Persentase
(%)
75,3
24,7

Total

81

100,0

Berdasarkan tabel 5.11 diketahui bahwa dukungan emosional


kategori tinggi mendapatkan frekuensi 61 orang (75,3%)
sisanya sebanyak 20 orang (24,7%) termasuk kategori rendah.
2. Variabel Dependen yang diteliti (Kemandirian Lansia)
Tabel 5.12 Distribusi Frekuensi Responden (Lansia) Menurut
Kemandirian Lansia di Desa Bonto Sunggu
Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba Tahun
2015
Kemandirian Lansia

Frequency

Persentase (%)

Mandiri
Dibantu

56
25

69,1
30,9

59

Total

81

100,0

Berdasarkan tabel 5.12 diketahui bahwa kemandirian lansia


kategori mandiri mendapatkan frekuensi 56 orang (69,1%) sisanya
sebanyak 25 orang (30,9%) termasuk kategori tidak mandiri atau
dibantu.
3. Hubungan antara variabel yang diteliti
Untuk mengetahui hubungan antara variabel dilakukan analisis
bivariat
a. Hubungan dukungan informasional dengan kemandirian lansia
Tabel 5.13
Hubungan Dukungan Informasional dengan
Kemandirian Lansia di Desa Bonto Sunggu
Kecamatan
Gantarang
Kabupaten
Bulukumba
Tahun 2015

Dukungan
Informasiona
l

Kemandirian
Lansia
Mandiri

Dibantu

Tinggi

46

Rendah

10

Total

56

%
56,
8
12,
3
69,
1

14
11
25

%
17,
3
13,
6
30,
9

Total
n

60

74,1

21

25,9

81

100,
0

X2

P
Value

6,15
1

0,013

Berdasarkan tabel 5.13 diketahui bahwa persentase lansia yang


ada dalam kemandirian lansia kategori mandiri lebih tinggi
pada lansia yang mendapat dukungan informasional tinggi
dibanding lansia yang mendapat dukungan informasional
rendah yaitu 56,8 % berbanding 12,3 %. Hasil analisis
diperoleh nilai Chi square sebesar 6,151 dengan nilai p-value
sebesar 0,013. Hal ini berarti nilai p-value < (0,05) sehingga
Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa

60

secara

statistik

terdapat

hubungan

antara

dukungan

informasional dengan kemandirian lansia di Desa Bonto


Sunggu Kecamatan Gantarang kabupaten Bulukumba.
b. Hubungan dukungan penilaian dengan kemandirian lansia
Tabel

5.14 Hubungan
Dukungan
Penilaian
dengan
Kemandirian Lansia di Desa Bonto Sunggu
Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba
Tahun 2015
Kemandirian Lansia

Dukungan
Penilaian

Mandiri

Dibantu

Tinggi

43

53,1

13

Rendah

13

16,0

12

Total

56

69,1

25

%
16,
0
14,
8
30,
9

X2

P
Value

4,97
6

0,026

Total
n

60

69,1

21

30,9

81

100,
0

Berdasarkan tabel 5.14 diketahui bahwa persentase lansia yang


ada dalam kemandirian lansia kategori mandiri lebih tinggi
pada lansia yang mendapat dukungan penilaian tinggi
dibanding lansia yang mendapat dukungan penilaian rendah,
yaitu 53,1 % berbanding 16,0 %. Hasil analisis diperoleh nilai
chi square sebesar 4,976 dengan nilai p-value sebesar 0,026.
Hal ini berarti nilai p-value < (0,05) sehingga Ho ditolak dan
Ha diterima serta dapat disimpulkan bahwa secara statistik
terdapat

hubungan

antara

dukungan

penilaian

dengan

kemandirian lansia di Desa Bonto Sunggu Kecamatan


Gantarang Kabupaten Bulukumba.

61

c. Hubungan dukungan instrumental dengan kemandirian lansia


Tabel 5.15
Hubungan Dukungan Instrumental dengan
Kemandirian Lansia di Desa Bonto Sunggu
Kecamatan
Gantarang
Kabupaten
Bulukumba
Tahun 2015

Dukungan
Instrumenta
l

Kemandirian Lansia
Mandiri

Dibantu

Tinggi

37

45,7

9,9

Rendah

19

23,5

17

Total

56

69,1

25

21,
0
30,
9

Total
n
6
0
2
1
8
1

X2

P
Value

8,126

0,004

%
55,6
44,4
100,
0

Berdasarkan tabel 5.15 diketahui bahwa persentase lansia


yang ada dalam kemandirian lansia kategori mandiri lebih
tinggi pada lansia yang mendapat dukungan instrumental tinggi
dibanding lansia yang mendapat dukungan instrumental
rendah, yaitu 45,7 % berbanding 23,5 %. Hasil analisis
diperoleh nilai Chi square sebesar 8, 126 dengan nilai p-value
sebesar 0,004. Hal ini berarti nilai p-value < (0,05) sehingga

62

Ho ditolak dan Ha diterima serta dapat disimpulkan bahwa


secara

statistic

terdapat

hubungan

antara

dukungan

instrumental dengan kemandirian lansia di Desa Bonto Sunggu


Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba.

d. Hubungan dukungan emosional dengan kemandirian lansia


Tabel 5.16 Hubungan Dukungan Emosional dengan Kemandirian
Lansia di Desa Bonto Sunggu Kecamatan Gantarang
Kabupaten Bulukumba Tahun 2015
Kemandirian Lansia
Dukungan
Emosional

Tinggi
Rendah
Total

Mandiri

Dibantu

59,3

13

16,0

60

75,3

9,9

12

14,8

21

69,1

25

30,9

81

24,7
100,
0

4
8
8
5
6

Total

X2

P
Valu
e

10,565

0,001

Berdasarkan tabel 5.16 diketahui bahwa persentase lansia yang ada


dalam kemandirian lansia kategori mandiri lebih tinggi pada lansia
yang mendapat dukungan emosional tinggi dibanding lansia yang
mendapat dukungan emosional rendah, yaitu 59,3 % berbanding
9,9 %. Hasil analisis diperoleh nilai Chi square sebesar 10,565
dengan nilai p- value sebesar 0,001. Hal ini berarti nilai p- value
< (0,05) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima serta dapat
disimpulkan bahwa secara statistic terdapat hubungan antara

63

dukungan emosional dengan kemandirian lansia di Desa Bonto


Sunggu Kecamatan Gantarang kabupaten Bulukumba.

5.2 Pembahasan
5.2.1 Karakteristik responden yang diteliti
1. Karakteristik Lansia
a. Usia lansia
Pada hasil penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar lansia
berusia 65-69 tahun. Hasil serupa sesuai dengan penelitian
Pratikwo, 2011 bahwa umur- umur harapan hidup lansia
terbanyak berkisar antara 65-70 tahun, dimana pada usia
tersebut lansia masih mampu mentoleransi aktivitas sehari- hari
yang bisa dilakukan. Lansia di Desa Bonto Sunggu rata- rata
masih mampu mentoleransi aktivitas sehari- hari mereka.
b. Jenis kelamin
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar
lansia adalah berjenis kelamin perempuan 65,4 %. Hal serupa
sesuai dengan penelitian Novandhori,2013 yang menyatakan
bahwa responden lansia dalam penelitiannya adalah sebagian
besar perempuan karena perempuan cenderung tinggal
dirumah.
2. Karakteristik anggota keluarga yang memberi perawatan
a. Usia

64

Sebagian besar anggota keluarga yang merawat lansia


berusia rata- rata 37-44 tahun. Hasil serupa sesuai dengan
penelitian Novandhori, 2013 yang menyatakan bahwa keluarga
yang merawat lansia lebih banyak yang berusia 35-45 tahun.
Menurut peneliti pada rentang usia tersebut responden
mempunyai pengalaman dalam merawat usia lanjut. Menurut
Purwaningsih dalam Patriyani (2010) merawat lansia tidak ada
hubungannya

dengan

usia

yang

merawat

akan

tetapi

berhubungan dengan pengetahuan, sikap dan keterampilan


yang merawat.
b. Jenis Kelamin
Pada penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar
responden yaitu berjenis kelamin perempuan 88,9%, hal ini
dikarenakan laki- laki lebih sering mengurus pekerjaan dan
perempuan cenderung memiliki waktu lebih banyak dirumah
meskipun pada kenyataannya perempuan juga ikut serta
membantu

bekerja.

Hal

ini

serupa

dengan

penelitian

Novandhori, 2013 yang menyatakan bahwa responden dalam


penelitiannya adalah sebagian besar perempuan karena
perempuan cenderung tinggal dirumah sebagai ibu rumah
tangga.
Menurut Stuart & Sundenn dalam Patriyani (2010)
mengemukakan bahwa merawat dan berprilaku caring tidak
dapat diturunkan secara genetik tetapi ditentukan oleh aspek
waktu, energi, keterampilan dan dapat ditingkatkan melalui
budaya serta dengan mengembangkan pengetahuan dan

65

meningkatkan

kualitas

hubungan

interpersonal

melalui

peningkatan kemampuan dan keterbukaan. Dengan demikian


merawat lansia dapat dilakukan oleh laki- laki maupun
perempuan karena hal tersebut dapat dipelajari.
c. Pendidikan
Pendidikan responden sebagian besar adalah SMA dengan
46,9% hal ini terjadi karena masyarakat Desa Bonto Sunggu
beranggapan bahwa wajib belajar 12 tahun itu sudah cukup
untuk pendidikan mereka khususnya bagi mereka masyarakat
kelas menengah kebawah. Hasil serupa sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Triswandari, 2010 yaitu
pendidikan responden yang beraneka ragam mulai dari SD
sampai Sarjana dengan pendidikan terbanyak adalah SMA.
Menurut Triswandari, 2010 hal ini menunjukkan semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin tinggi tingkat
pengetahuan tentang kesehatan dan dukungan kepada lansia
juga semakin tinggi.
Menurut Purnawan dalam Setiadi (2011) pendidikan atau
tingkat pengetahuan yang didalamnya terdapat kemampuan
kognitif yang membentuk cara berfikir seseorang termasuk
kemampuan untuk memahami faktor- faktor yang berhubungan
dengan penyakit dalam upaya menjaga kesehatan.
d. Pekerjaan
Sebagian besar keluarga yang merawat lansia bekerja
sebagai ibu rumah tangga. Hal ini terjadi karena sebagian besar
responden berjenis kelamin perempuan yang memiliki lebih
banyak waktu dirumah. Menurut Boedhi dkk dalam Patriyani

66

(2010)

menyatakan

bahwa

kehidupan

sosial

keluarga,

banyaknya waktu kebersamaan dengan keluarga diharapkan


dapat meningkatkan kesejahteraan psikologis, meningkatkan
semangat dan memotivasi lansia untuk selalu bersikap dan
berprilaku sehat.
e. Status Hubungan dengan Lansia
Hasil dari penelitian yang telah dilakukan mayoritas
memiliki hubungan sebagai anak kandung dari lansia 80,2%.
Menurut peneliti hal ini menunjukkan kedekatan hubungan
dengan

lansia

ikut

mendukung

kemampuan

keluarga

memberikan dukungan yang tepat kepada lansia sedangkan


hubungan sebagai anak menantu dari lansia kurang adanya
ikatan yang tidak begitu dekat seperti anak kandung. Hal ini
sama ddengan penelitian yang dilakukan oleh Novandhori,
2013 yang menyatakan bahwa sebagian besar keluarga yang
tinggal dengan lansia adalah anak kandung. Menurut Stuart &
Sundenn dalam Patriyani (2010) mengemukakan bahwa
merawat dan berprilaku caring tidak dapat diturunkan secara
genetik

tetapi

ditentukan

oleh

aspek

waktu,

energi,

keterampilan dan dapat ditingkatkan melalui budaya serta


dengan mengembangkan pengetahuan dan meningkatkan
kualitas
5.2.2

hubungan

interpersonal

melalui

peningkatan

kemampuan dan keterbukaan.


Variabel independen yang diteliti
1. Dukungan Informasional
Hasil penelitian menunjukkan 73,2 % keluarga dengan
lansia

di

Desa

Bonto

Sunggu

mendapatkan

dukungan

67

informasional, seperti halnya penelitian yang dilakukan oleh


Nurhidayati, 2013 bahwa dukungan informasi yang diterima lansia
sebanyak 67,2 %. Dukungan informasional yang diberikan
keluarga di Desa Bonto Sunggu berupa informasi kegiatan yang
dapat meningkatkan kesehatan lansia seperti penyuluhan dan
pengobatan lansia yang diadakan di Posyandu Lansia. Keluarga
memberitahu jadwal kegiatan posyandu lansia agar lansia mau dan
rutin untuk memeriksakan kondisi kesehatannya.
Dukungan informasional rendah terjadi karena beberapa
lansia mengetahui informasi tersebut melalui orang lain seperti
temannya atau tetangganya. Menurut Soejono, 2012 lingkungan
tempat tinggal didaerah perkotaan, memudahkan keluarga yang
memiliki lansia untuk mencari informasi sebanyak- banyaknya
mengenai perubahan pada lansia baik melalui media cetak seperti
Koran atau majalah maupun media elektronik seperti televise dan
internet serta fasilitas kesehatan yang lengkap di daerah perkotaan.
2. Dukungan Penilaian
Hasil penelitian menunjukkan 69,1% keluarga memberikan
dukungan penilaian. Penelitian Triswandari, 2013 menunjukkan
keluarga memberikan dukungan penilaian sebanyak 68,7%.
Dukungan penilaian yang diberikan keluarga di Desa Bonto
Sunggu seperti melibatkan lansia dalam musyawarah keluarga dan
keluarga selalu mendengarkan saran yang diberikan lansia
sedangkan dukungan penilaian rendah yaitu 30,9% hal ini terjadi
karena ada beberapa lansia ada yang tidak mau diajak untuk
berekreasi karena lansia merasa lelah jika bepergian, hal ini

68

dikarenakan kondisi lansia yang menurun akibat factor usia.


Dukungan penghargaan menyebabkan lansia merasa bahwa dirinya
dianggap dan dihargai sehingga akan menaikkan harga dirinya.
Menurut Murodion dalam Triswandari (2010) di Indonesia
sudah menjadi budaya bahwa orang tua merupakan tempat
meminta saran dan pertimbangan terhadap masalah yang terjadi
dalam keluarga maupun di masyarakat. Dalam keluarga, kakek dan
nenek mempunyai peranan sangat penting sebagai warga tertua
yang penuh pengalaman dan kebijakan, namun tidak jarang lansia
merasa

tidak

dibutuhkan

lagi

sehingga

dukungan

berupa

penghargaan sangat penting bagi lansia.


3. Dukungan Instrumental
Hasil penelitian menunjukkan 55,6% keluarga memberikan
dukungan instrumental kepada lansia. Hasil serupa dengan
penelitian Triswandari, 2010 bahwa 60 % keluarga memberikan
dukungan instrumental kepada lansia. Keluarga menyediakan alat
mandi, makan, pakaian lansia dan lain- lain, bukan berarti lansia
menjadi tidak mandiri dengan disediakannya alat- alat tersebut,
namun bagaimana kemandirian lansia dalam menggunakan alatalat tersebut.
Lansia di Desa Bonto Sunggu memang disediakan
kebutuhannya

oleh

keluarganya

tetapi

mereka

mampu

menggunakan secara mandiri sedangkan dukungan instrumental


rendah karena beberapa lansia ada yang kurang terpenuhi
kebutuhannya seperti jarang dibelikan pakaian, menyediakan
kamar yang kurang nyaman.

69

Menurut Friedman, 2010 dukungan instrumental adalah


dukungan

yang

memfokuskan

keluarga

sebagai

sumber

pertolongan praktis dan konkrit berupa bantuan langsung dari


orang yang diandalkan seperti materi, sarana dan lain- lain.
4. Dukungan Emosional
Hasil penelitian menunjukkan 75,3 % keluarga memberikan
dukungan emosional. Jenis dukungan keluarga yang paling banyak
diterima oleh lansia di Desa Bonto Sunggu adalah dukungan
emosional. Hal ini terjadi karena sebagian dari responden adalah
anak kandung sehingga hubungan secara emosionalnya baik. Hasil
serupa sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Purnama,
(2013) yaitu jenis dukungan keluarga yang paling banyak diterima
oleh lansia adalah dukungan emosional.
Dukungan emosional rendah dalam penelitian ini yaitu
24,7%. Hal ini terjadi karena beberapa keluarga yang tinggal
dengan lansia ada yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya sehingga
dukungan emosional kurang diberikan pada lansia, keluarga terlalu
lelah dan bekerja hampi seharian sehingga waktu untuk berbincang
dengan lansia terbatas namun jika lansia mengalami sakit Mereka
memberikan perhatian penuh pada lansia. Dukungan emosional
yang diberikan berupa kepedulian anggota keluarga terhadap
kemandirian lansia dalam aktivitas sehari- hari seperti keluarga
selalu memperhatikan setiap keluhan lansia, keluarga menunjukkan
wajah yang menyenangkan ketika berbicara dengan lansia.
Lansia tidak hanya membutuhkan dukungan secara fisik
saja tetapi hubungan emosional antar anggota keluarga akan sangat

70

mendukung

lansia

dalam mempertahankan kemandiriannya.

Dukungan emosional terutama didapatkan dari keluarga bahwa


kasih sayang dari anggota keluarga kepada anggota keluarga yang
lain, memberikan penghargaan terhadap kehidupan keluarga
terutama berkaitan dengan persepsi dan perhatian terhadap
kebutuhan emosional para anggota keluarga (Faridatus dalam
5.2.3

Triswandari, 2010).
Variabel dependen yang diteliti ( Kemandirian Lansia)
Dari hasil penelitian didapatkan hasil bahwa 69,1% lansia
mandiri dalam aktivitasnya sehari- hari. Hasil penelitian serupa sama
dengan penelitian Triswandari, 2010 yang menyatakan bahwa 64,1%
lansia mandiri dalam aktivitas sehari- hari. Hal ini krena karakteristik
responden lansia rata- rata berusia 65-69 tahun dimana pada usia
tersebut lansia masih mampu mentoleransi aktivitas sehari- hari yang
dilakukan seperti mandi, makan, berjalan, memakai pakaian sendiri.
Beberapa ada yang tidak mandiri/ dibantu hal ini dikarenakan lansia di
Desa Bonto Sunggu ada yang mengalami gangguan fungsional seperti
nyeri sendi, pegal- pegal sehingga lansia mengalami ketergantungan
seperti tidak mampu naik turun tangga yang terkadang memerlukan
bantuan.
Buwana dalam Triswandari (2010) mengungkapkan bahwa
masalah aktivitas sehari- hari yang dialami lansia akan semakin
meningkat seiring bertambahnya usia dan khususnya pada orang yang
berumur diatas 85 tahun sedangkan menurut jenis kelamin tidak

5.2.4

memberi pengaruh yang nyata.


Hubungan Antara Varibel yang diteliti

71

Dari hasil penelitian didapatkan hubungan dukungan keluarga


dengan kemandirian lansia dan hubungan masing- masing dukungan
keluarga yaitu dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan
instrumental dan dukungan emosional dengan kemandirian lansia.
1. Hubungan dukungan informasional dengan kemandirian lansia
Dari hasil pengujian chi square persentase lansia yang ada
dalam kategori kemandirian mandiri lebih tinggi pada lansia yang
mendapat dukungan informasional tinggi dibanding lansia yang
mendapat dukungan informasional rendah, yaitu 56,8% berbanding
12,3%. Hasil analisis diperoleh nilai chi square sebesar 6,151
dengan nilai p- value sebesar 0,013 atau hal ini berarti nilai Pvalue < (0,05) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima serta dapat
disimpulkan bahwa secara statistik terdapat hubungan dukungan
informasional dengan kemandirian lansia di desa Bonto Sunggu.
Hasil ini didapat karena keluarga di desa Bonto Sunggu
memberikan informasi mengeai kegiaran yang dapat meningkatkan
kesehatan lansia seperti rutin ke posyandu lansia. Dengan
mengikuti kegiatan tersebut diharapkan kesehatan lansia baik dari
aspek kognitif, fongsional dan sensori dapat berfungsi dengan baik
sehingga membuat lansia menjadi lebih mandiri dalam melakukan
aktivitas sehari- hari.
Kaplan dalam Friedman (2010) berpendapat bahwa jenis
dukungan informasional sangat bermanfaat dalam menekan
munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat
menyumbangkan aksi sugesti yang khusus bagi induvidu. Keluarga
memberikan informasi dan saran kemandirian pada lansia.

72

Dukungan informative yang tepat akan meningkatkan kemandirian


lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari- hari. Lingkungan tempat
tinggal di daerah perkotaan memudahkan keluarga yang memiliki
lansia untuk mencari infrmasi sebanyak- banyaknya mengenai
perubahan pada lansiabaik melalui media cetak seperti Koran dan
majalah maupun media elektronik seperti televise dan internet serta
fasilitas kesehatan yang lengkap didaerah perkotaan (Soejono,
2012).
2. Hubungan dukungan penilaian dengan kemandirian lansia
Dari hasil pengujian chi square persentase lansia yang ada
dalam kategori kemandirian mandiri lebih tinggi pada lansia yang
mendapat penilaian tinggi dibanding lansia yang mendapat
penilaian rendah, yaitu 53,1% berbanding 16,0%. Hasil analisis
diperoleh nilai chi square sebesar 4,976 dengan nilai p-value
sebesar 0,026 atau hal ini berarti nilai P-value < (0,05) sehingga
Ho ditolak ddan Ha diterima serta dapat disimpulkan bahwa secara
statistic terdapat hubungan antara dukungan penilaian dengan
kemandirian lansia di desa Bonto Sunggu. Hal ini terjadi karena
dukungan penilaian seperti keluarga selalu melibatkan lansia dalam
musyawarah keluarga serta keluarga selalu mendengarkan saran
yang diberikan lansia sehinggal lansia merasa dirinya dianggap
oleh keluarga. Hal ini memberikan dampak baik bagi aspek
kognitifnya karena lansia bisa melakukan aktivitas sehari- harinya
dengan baik.

73

Di desa Bonto Sunggu sudah menjadi budaya orang tua


merupakan tempat untuk meminta saran dan pertimbangan
terhadap masalah yang terjadi di keluarga sehingga lansia merasa
dirinya dianggap menjadi bagian keluarga. Dukungan penilaian
menekankan pada keluarga sebagai umpan balik membimbing dan
menangani masalah sera sebagai sumber dan validator identitas
anggota (Friedman, 2010).
3. Hubungan dukungan instrumental dengan kemandirian lansia
Dari hasil pengujian chi square persentase lansia dalam
kategori kemandirian mandiri lebih tinggi pada lansia yang
mendapat dukungan instrumental tinggi dibanding dengan lansia
yang mendapat dukungan instrumental rendah yaitu 45,7%
berbanding 23,5%. Hasil analisis diperoleh nilai Chi square sebesar
8,126 dengan nilai p-value sebesar 0,004 atau hal ini berarti nilai
p-value < (0,05) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima serta dapat
disimpulkan bahwa secara statistic terdapat hubungan anatra
dukungan instrumental dengan kemandirian lansia di desa Bonto
Sunggu.
Dukungan instrumental yang diberikan keluarga untuk
lansia di desa Bonto Sunggu seperti menyiapkan makan, alat mandi
dan membelikan pakaian, dengan disediakannya alat- alat tersebut
bukan berarti lansia menjadi tidak mandiri tapi bagaimana lansia
menggunakan alat- alat tersebut. Menurut Friedman, 2010
dukungan instrumental memfokuskan keluarga sebagai sumber

74

pertolongan praktis dan konkrit berupa bantuan langsung dari


orang- orang yang diandalkan seperti materi dan sarana.
4. Hubungan dukungan emosional dengan kemandirian lansia
Dari hasil pengujian chi square persentase lansia yang ada
dalam kategori kemandirian mandiri lebih tinggi dibanding lansia
yang mendapat dukungan emosional rendah yaitu 59,3%
berbanding 9,9%. Hasil analisis diperoleh nilai Chi square sebesar
10,565 dengan nilai p-value sebesar 0,001 atau hal ini berarti nilai
p-value < (0,05) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima serta dapat
disimpulkan bahwa secara statistic terdapat hubungan antara
dukungan emosinal dengan kemandirian lansia di desa Bonto
Sunggu.
Dukungan emosional merupakan dukungan kelurga yang
paling banyak berkaitan dengan kemandirian lansia karena
dukungan emosional merupakan dukungan keluarga yang paling
penting yang seharusnya diberikan kepada anggota keluarganya
karena dapat meningkatkan semangat dan memberikan ketenangan
(Purnama, 2013).
Dilihat dari

karakteristik

respoden

sebagian

besar

responden adalah anak kandung dari lansia. Hal ini dapat


menunjukkan kedekatan secara emosional antara anak kandung
dengan lansia. Dengan kedekatan tersebut lansia tidak mengalami
cemas yang berlebihan ketika menghadapi masalah sehingga
mempengaruhi aspek kognitifnya sehingga diharapkan lansia
mandiri dalam melakukan aktivitas sehari- harinya. Dukungan
emosional terutama didapatkan dari keluarga, bahwa kasih sayang

75

dari anggota keluarga kepada anggota keluarga yang lain


memberikan penghargaan terhadap kehidupan keluarga terutama
berkaitan dengan persepsi dan perhatian terhadap kebutuhan
emosional para anggota keluarga (Faridatus dalam Triswandari,
2010).
BAB 6
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada hasil penelitian hubungan antara dukungan
keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas seharihari di Desa Bonto Sunggu Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
6.1.1 Ada hubungan dukungan informasional

keluarga

dengan

kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari- hari di Desa


6.1.2

Bonto Sunggu Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba.


Ada hubungan dukungan penilaian keluarga dengan kemandirian
lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari- hari di Desa Bonto

6.1.3

Sunggu Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba.


Ada hubungan dukungan instrumental keluarga

dengan

kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari- hari di Desa


6.1.4

Bonto Sunggu Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba.


Ada hubungan dukungan emosional keluarga dengan kemandirian
lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari- hari di Desa Bonto
Sunggu Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba.

6.2 Saran

76

Saran- saran yang disampaikan berdasarkan penelitian yang


dilakukan adalah:
6.2.1 Institusi dunia pendidikan dan tenaga kesehatan
Kiranya penelitian ini dapat menambah bahan referensi bagi
institusi utamanya bagi teman-teman seprofesi yang sementara
mengikuti pendidikan keperawatan. Dari hasil penelitian ini dapat
dijadikan sebagai data awal untuk penelitian selanjutnya.
6.2.2

Dinas Kesehatan
Agar pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Bulukumba dapat
menjadikan penelitian ini sebagai acuan dalam membuat program
untuk lansia yang melibatkan keluarga sehingga angka harapan

6.2.3

hidup lansia semakin meningkat.


Puskesmas
Dalam upaya pencapaian tugas pokok Puskesmas salah satunya
peningkatan

program

tentang

kemandirian

lansia

didalam

masyarakat maka diharapkan penelitian ini dapat menjadi acuan


6.2.4

dalam memberikan asuhan keperawatan pada lansia.


Keluarga Lansia
Keluarga perlu meningkatkan dukungan keluarga kepada lansia
agar lansia tetap mandiri dalam melakukan aktivitasnya sehari- hari
tanpa harus bergantung pada anggota keluarganya sehingga lansia
dapat menjalani hari tua dengan rasa aman, nyaman dan
menyenangkan.

Anda mungkin juga menyukai