Jembatan terdiri dari beberapa jenis diantaranya: jembatan plat beton (slab), jembatan
gelagar/ rangka baja, jembatan pratekan/prategang, jembatan cable, jembatan kayu dan jembatan
bambu.
Fungsi jembatan adalah untuk meneruskan jalan (lalu lintas kendaraan) yang mengalami
jalan terputus akibat permukaan yang lebih rendah dan curam tanpa menutupnya, atau dengan
kata lain sebagai alat penyeberangan antara dua tempat yang terpisah.
Beban Primer
Beban primer merupakan beban utama dalam perhitungan tegangan pada setiap
perencanaan jembatan, yang terdiri dari: beban mati, beban hidup, beban kejut dan gaya akibat
tekanan tanah.
a. Beban mati
Beban mati adalah beban yang berasal dari berat jembatan itu sendiri yang ditinjau dan
termaksud segala unsur tambahan tetap yang merupakan satu kesatuan dengan jembatan. Untuk
menemukan besar seluruhnya ditentukan berdasarkan berat volume beban.
b. Beban hidup
Beban hidup adalah semua beban yang berasal dari berat kendaraan-kendaraan yang bergerak
dan pejalan kaki yang dianggap bekerja pada jembatan. Penggunaan beban hidup di atas
jembatan yang harus ditinjau dalam dua macam beban yaitu beban T yang merupakan beban
terpusat untuk lantai kendaraan dan beban D yang merupakan beban jalur untuk gelagar.
Untuk jembatan dengan lebar lantai kendaraan sama atau lebih kecil dari 5,50 m makan
beban D sepenuhnya (100%) dibebankan pada seluruh lebar jembatan dan kelebihan lebar
jembatan dari 5,5 m mendapat separuh beban D (50%). Jalur lalulintas ini mempunyai lebar
minimum 2,75 m dan lebar maksimum 3,75 m. Beban T adalah beban kendaraan Truck yang
mempunyai beban roda 10 ton (10.000 Kg) dengan ukuran-ukuran serta kedudukan dalam meter,
seperti tertera pada gambar 2.3 untuk perhitungan pada lantai kendaraan jembatan digunakan
beban T yaitu merupakan beban pusat dari kendaraan truck dengan beban roda ganda (dual
wheel load) sebesar 10 ton
untuk L<30 m
Q= 1,1x(1+(30/L))t/m
untuk L>60m
Dimana L adalah panjang bentangan gelagar utama (m) untuk menentukan beban hidup, beban
terbagi rata (t/m/jalur) dan beban garis (t/jalur) dan perlu diperhatikan ketentuan bawah.
Beban terbagi merata = Q ton/meter................[2-2]
2,75 m
Beban garis
= Q ton ......................................[2-3]
2,75 m
Angka pembagi 2,75 meter diatas selalu tetap dan tidak tergantung pada lebar jalur lalulintas.
Dalam perhitungan beban hidup tidak penuh, maka digunakan:
Jembatan permanen= 100% beban D dan T.
Jembatan semi permanen= 70% beban D dan T.
Jembatan sementara= 50% D dan T.
Dengan menggunakan beban D untuk suatu jembatan berlaku ketentuan ini.
c. Beban kejutan/Sentuh
Menurut Anonim (1987:10) beban kejut diperhitungkan pengaruh getaran-getaran dari pengaruh
dinamis lainnya., tegangan-tegangan akibat beban garis (P) harus dikalikan dengan koefisien kejut.
Sedangkan beban terbagi rata (q) dan beban terpusat (T) tidak dikalikan dengan koefisien kejut.
Besarnya koefisien kejut ditentukan dengan rumus:
k = 1 + ((20 / (50+L))
Beban Sekunder
Beban sekunder adalah beban yang merupakan beban sementara yang selalu
diperhitungkan dalam penghitungan tegangan pada setiap perencanaan jembatan.
a. Beban Angin
Dalam perencanaan jembatan rangka batang, beban angin lateral diasumsikan terjadi pada dua
bidang yaitu:
Beban angin pada rangka utama.
Beban angin ini dipikul oleh ikatan angin atas dan ikatan angin bawah.
Beban angin pada bidang kendaraan
Beban angin ini dipikul oleh ikatan angin bawah saja. Dalam perencanaan untuk jembatan
terbuka, beban angin yang terjadi dipikul semua oleh ikatan angin bawah.
b. Gaya Akibat Perbedaan Suhu
Perbedaan suhu harus ditetapkan sesuai dengan keadaan setempat yaitu dengan perbedaan suhu.
Bangunan Baja
1) Perbedaan suhu maksimum-minimum= 300C
2) Perbedaan suhu antara bagian-bagian jembatan= 150C
Bangunan Beton
1) Perbedaan suhu maksimum-minimum= 150C
2) Perbedaan suhu antara bagian-bagian jembatan=100C
Dan juga tergantung pada koefisien muai panjang bahan yang dipakai misalnya:
Baja =12x10-6/0C
Beton =10x10-6/0C
Kayu =5x10-6/0C
c. Gaya Rangkak dan Susut
Diambil senilai dengan gaya akibat turunnya suhu sebesar 150C
d. Gaya Rem dan Traksi
Pengaruh ini diperhitungkan dengan gaya rem sebesar 5% dari beban D tanpa koefisien kejut.
Gaya re mini bekerja horizontal dalam arah jembatan dengan titik tangkap setinggi 1,80 m dari
permukaan lantai jembatan.
e. Gaya Akibat Gempa Bumi
Bekerja kea rah horizontal pada titik berat kontruksi.
KS = E x G [1-5]
Dimana:
KS
dan biasanya
diambil 100%
Beban khusus yaitu beban-beban yang khususnya bekerja atau berpengaruh terhadap
suatu struktur jembatan. Misalnya: gaya sentirfugal, gaya gesekan pada tumpuan, beban selama
pelaksanaan pekerjaan struktur jembatan, gaya akibat tumbukan benda-benda yang hanyut
dibawa oleh aliran sungai.
a. Gaya sentrifugal
Konstruksi yang ada pada tikungan harus diperhitungkan gaya horizontal radial yang dianggap
bekerja horizontal setinggi 1,80 m di atas lantai kendaraan dan dinyatakan dalam % terhadap
beban D dengan rumus sebagai berikut:
[2-6]
Dimana:
S= gaya sentrifugal (%) terhadap beban D tanpa factor kejut.
V= kecepatan rencana (km/jam).
R= jari-jari tikungan (m).
b. Gaya Gesekan pada Tumpuan
Gaya gesekkan ditinjau hanya timbul akibat beban mati (ton). Sedangkan besarnya ditentukan
berdasarkan koefisien gesekan pada tumpuan yang bersangkutan dengan nilai:
Tumpuan rol
o Dengan 1 atau 2 rol
:0,01
:0,05
Tumpuan gesekan
=0,15
=0,25