Anda di halaman 1dari 12

4.

bagian2 dari struktur jembatan


1) Struktur Atas (Superstructures)
Struktur atas jembatan merupakan bagian yang menerima beban langsung yang
meliputi berat sendiri, beban mati, beban mati tambahan, beban lalu-lintas
kendaraan, gaya rem, beban pejalan kaki, dll.
Struktur atas jembatan umumnya meliputi :
a) Trotoar :
o Sandaran dan tiang sandaran,
o Peninggian trotoar (Kerb),
o Slab lantai trotoar.
b) Slab lantai kendaraan,
c) Gelagar (Girder),
d) Balok diafragma,
e) Ikatan pengaku (ikatan angin, ikatan melintang),
f) Tumpuan (Bearing).
2) Struktur Bawah (Substructures)
Struktur bawah jembatan berfungsi memikul seluruh beban struktur atas dan beban
lain yang ditumbulkan oleh tekanan tanah, aliran air dan hanyutan, tumbukan,
gesekan pada tumpuan dsb. untuk kemudian disalurkan ke fondasi. Selanjutnya
beban-beban tersebut disalurkan oleh fondasi ke tanah dasar.
Struktur bawah jembatan umumnya meliuputi :
a) Pangkal jembatan (Abutment),
o Dinding belakang (Back wall),
o Dinding penahan (Breast wall),
o Dinding sayap (Wing wall),
o Oprit, plat injak (Approach slab)
o Konsol pendek untuk jacking (Corbel),
o Tumpuan (Bearing).

b) Pilar jembatan (Pier),


o Kepala pilar (Pier Head),

o Pilar (Pier), yg berupa dinding, kolom, atau portal,


o Konsol pendek untuk jacking (Corbel),
o Tumpuan (Bearing).
3) Fondasi
Fondasi jembatan berfungsi meneruskan seluruh beban jembatan ke tanah dasar.
Berdasarkan sistimnya, fondasi abutment atau pier jembatan dapat dibedakan
menjadi beberapa macam jenis, antara lain :
a) Fondasi telapak (spread footing)
b) Fondasi sumuran (caisson)
c) Fondasi tiang (pile foundation)
o Tiang pancang kayu (Log Pile),
o Tiang pancang baja (Steel Pile),
o Tiang pancang beton (Reinforced Concrete Pile),
o Tiang pancang beton prategang pracetak
(Precast Prestressed Concrete Pile),
o Tiang beton cetak di tempat (Concrete Cast in Place),
o Tiang pancang komposit (Compossite Pile)

1. Cerita secara singkat (gambaran umum jembatan)


Jembatan merupakan kesatuan dari struktur atas (super struktur) dan struktur bawah
(sub struktur), yang termasuk bagian suatu sistem transportasi untuk tiga hal:
1. Merupakan pengontrol kapasitas dari system.
2. Mempunyai biaya tertinggi dari system.
3. Jika jembatan runtuh, system akan lumpuh.
Jika jembatan kurang lebar untuk menampung jumlah jalur yang diperlukan oleh lalu
lintas, maka jembatan akan menghambat lalu lintas. Dalam hal ini, jembatan akan menjadi
pengontrol volume dan berat lalu lintas yang dapat dilayani oleh system transportasi. Oleh
karena itu, jembatan dapat mempunyai fungsi keseimbangan (balancing) dari sistem transportasi
darat.

Jembatan terdiri dari beberapa jenis diantaranya: jembatan plat beton (slab), jembatan
gelagar/ rangka baja, jembatan pratekan/prategang, jembatan cable, jembatan kayu dan jembatan
bambu.
Fungsi jembatan adalah untuk meneruskan jalan (lalu lintas kendaraan) yang mengalami
jalan terputus akibat permukaan yang lebih rendah dan curam tanpa menutupnya, atau dengan
kata lain sebagai alat penyeberangan antara dua tempat yang terpisah.

Macam macam pembebanan dari jembatan

Beban Primer
Beban primer merupakan beban utama dalam perhitungan tegangan pada setiap
perencanaan jembatan, yang terdiri dari: beban mati, beban hidup, beban kejut dan gaya akibat
tekanan tanah.
a. Beban mati
Beban mati adalah beban yang berasal dari berat jembatan itu sendiri yang ditinjau dan
termaksud segala unsur tambahan tetap yang merupakan satu kesatuan dengan jembatan. Untuk
menemukan besar seluruhnya ditentukan berdasarkan berat volume beban.
b. Beban hidup
Beban hidup adalah semua beban yang berasal dari berat kendaraan-kendaraan yang bergerak
dan pejalan kaki yang dianggap bekerja pada jembatan. Penggunaan beban hidup di atas
jembatan yang harus ditinjau dalam dua macam beban yaitu beban T yang merupakan beban
terpusat untuk lantai kendaraan dan beban D yang merupakan beban jalur untuk gelagar.

Untuk jembatan dengan lebar lantai kendaraan sama atau lebih kecil dari 5,50 m makan
beban D sepenuhnya (100%) dibebankan pada seluruh lebar jembatan dan kelebihan lebar
jembatan dari 5,5 m mendapat separuh beban D (50%). Jalur lalulintas ini mempunyai lebar
minimum 2,75 m dan lebar maksimum 3,75 m. Beban T adalah beban kendaraan Truck yang
mempunyai beban roda 10 ton (10.000 Kg) dengan ukuran-ukuran serta kedudukan dalam meter,
seperti tertera pada gambar 2.3 untuk perhitungan pada lantai kendaraan jembatan digunakan

beban T yaitu merupakan beban pusat dari kendaraan truck dengan beban roda ganda (dual
wheel load) sebesar 10 ton

Gambar 2.3 beban T bekerja pada lantai kendaraan


Dimana beban garis P= 12 ton sedangkan beban q ditentukan dengan ketentuan sebagai berikut:
Q= 2,2 t/m

untuk L<30 m

Q= 2,2t/m (11/60)x(L-30) t/m

untuk 30>L< ..[2-1]

Q= 1,1x(1+(30/L))t/m

untuk L>60m

Dimana L adalah panjang bentangan gelagar utama (m) untuk menentukan beban hidup, beban
terbagi rata (t/m/jalur) dan beban garis (t/jalur) dan perlu diperhatikan ketentuan bawah.
Beban terbagi merata = Q ton/meter................[2-2]
2,75 m
Beban garis

= Q ton ......................................[2-3]
2,75 m

Angka pembagi 2,75 meter diatas selalu tetap dan tidak tergantung pada lebar jalur lalulintas.
Dalam perhitungan beban hidup tidak penuh, maka digunakan:
Jembatan permanen= 100% beban D dan T.
Jembatan semi permanen= 70% beban D dan T.
Jembatan sementara= 50% D dan T.
Dengan menggunakan beban D untuk suatu jembatan berlaku ketentuan ini.
c. Beban kejutan/Sentuh
Menurut Anonim (1987:10) beban kejut diperhitungkan pengaruh getaran-getaran dari pengaruh
dinamis lainnya., tegangan-tegangan akibat beban garis (P) harus dikalikan dengan koefisien kejut.
Sedangkan beban terbagi rata (q) dan beban terpusat (T) tidak dikalikan dengan koefisien kejut.
Besarnya koefisien kejut ditentukan dengan rumus:
k = 1 + ((20 / (50+L))

Beban Sekunder
Beban sekunder adalah beban yang merupakan beban sementara yang selalu
diperhitungkan dalam penghitungan tegangan pada setiap perencanaan jembatan.
a. Beban Angin
Dalam perencanaan jembatan rangka batang, beban angin lateral diasumsikan terjadi pada dua
bidang yaitu:
Beban angin pada rangka utama.
Beban angin ini dipikul oleh ikatan angin atas dan ikatan angin bawah.
Beban angin pada bidang kendaraan
Beban angin ini dipikul oleh ikatan angin bawah saja. Dalam perencanaan untuk jembatan
terbuka, beban angin yang terjadi dipikul semua oleh ikatan angin bawah.
b. Gaya Akibat Perbedaan Suhu
Perbedaan suhu harus ditetapkan sesuai dengan keadaan setempat yaitu dengan perbedaan suhu.
Bangunan Baja
1) Perbedaan suhu maksimum-minimum= 300C
2) Perbedaan suhu antara bagian-bagian jembatan= 150C
Bangunan Beton
1) Perbedaan suhu maksimum-minimum= 150C
2) Perbedaan suhu antara bagian-bagian jembatan=100C
Dan juga tergantung pada koefisien muai panjang bahan yang dipakai misalnya:

Baja =12x10-6/0C
Beton =10x10-6/0C
Kayu =5x10-6/0C
c. Gaya Rangkak dan Susut
Diambil senilai dengan gaya akibat turunnya suhu sebesar 150C
d. Gaya Rem dan Traksi
Pengaruh ini diperhitungkan dengan gaya rem sebesar 5% dari beban D tanpa koefisien kejut.
Gaya re mini bekerja horizontal dalam arah jembatan dengan titik tangkap setinggi 1,80 m dari
permukaan lantai jembatan.
e. Gaya Akibat Gempa Bumi
Bekerja kea rah horizontal pada titik berat kontruksi.
KS = E x G [1-5]
Dimana:

KS

= koenfisien gaya horizontal (%)

= beban mati (berat sendiri) dari kontruksi yang ditinjau.

= koefisien gempa bumi ditentukan berdasarkan peta zona gempa

dan biasanya

diambil 100%

dari berat kontruksi.


f. Gaya Gesekan Pada Tumpuan Bergerak
Ditinjau hanya beban mati (ton). Koefisien gesek karet dengan baja atau beton= 0,10 sampai
dengan 0,15.
4.3 Beban Khusus

Beban khusus yaitu beban-beban yang khususnya bekerja atau berpengaruh terhadap
suatu struktur jembatan. Misalnya: gaya sentirfugal, gaya gesekan pada tumpuan, beban selama
pelaksanaan pekerjaan struktur jembatan, gaya akibat tumbukan benda-benda yang hanyut
dibawa oleh aliran sungai.
a. Gaya sentrifugal
Konstruksi yang ada pada tikungan harus diperhitungkan gaya horizontal radial yang dianggap
bekerja horizontal setinggi 1,80 m di atas lantai kendaraan dan dinyatakan dalam % terhadap
beban D dengan rumus sebagai berikut:
[2-6]

Dimana:
S= gaya sentrifugal (%) terhadap beban D tanpa factor kejut.
V= kecepatan rencana (km/jam).
R= jari-jari tikungan (m).
b. Gaya Gesekan pada Tumpuan
Gaya gesekkan ditinjau hanya timbul akibat beban mati (ton). Sedangkan besarnya ditentukan
berdasarkan koefisien gesekan pada tumpuan yang bersangkutan dengan nilai:

Tumpuan rol
o Dengan 1 atau 2 rol

:0,01

o Dengan 3 atau lebih

:0,05

Tumpuan gesekan

o Antara tembaga dengan campuran tembaga keras

=0,15

o Antara baja dengan baja atau baja tuang

=0,25

c. Gaya Tumbukkan pada Jembatan Layang


Untuk memperhitungkan gaya akibat antara pier (bangunan penunjang jembatan diantara kedua
kepala jembatan) dan kendaraan, dapat dipikul salah satu dan kedau gaya-gaya tumbukkan
horizontal:
Pada jurusan arah lalulintas sebesar..100 ton
Pada jurusan tegak lurus arah lalulintas50 ton
d. Beban dan Gaya selama pelaksanaan
Gaya yang bekerja selama pelaksanaan harus ditinjau berdasarkan syarat-syarat pelaksanaan.
e. Gaya Akibat Aliran Air dan Benda-benda Hanyut
Tekanan aliran pada suatu pilar dapat dihitung dengan rumus:
P=KxV2....[2-7]
Dimana:
P= tekanan aliran air (t/m2)
V= Kecepatan aliran air (m/det)
K= koefisien yang bergantung pada bentuk pier

Anda mungkin juga menyukai