Delesi sempurna 4 gen (oo/oo). Fetus tidak dapat hidup segera sesudah keluar dari uterus dan
kehamilan mungkin tidak bertahan lama. Sebagian besar bayi ditemukan meninggal pada saat
lahir dengan hydrops fetalis dan bayi yang lahir hidup akan segera meninggal setelah lahir,
kecuali transfusi darah intrauterine diberikan. Bayi-bayi tersebut edema dan mempunyai sedikit
Hb yang bersirkulasi, Hb yang ada semuanya tetramer rantai (Hb Barts) yang memiliki afinitas
yang tinggi.
2. Thalasemia (melibatkan rantai )
Beta thalassemia juga sering disebut Cooleys anemia. Thalassemia terjadi karena
mutasi pada rantai globin pada kromosom 11. Thalassemia ini diturunkan secara autosom
resesif. Derajat penyakit tergantung pada sifat dasar mutasi. Mutasi diklasifikasikan sebagai (o)
jika mereka mencegah pembetukan rantai dan (+) jika mereka memungkinkan formasi
beberapa rantai terjadi. Produksi rantai menurun atau tiadk diproduksi sama sekali, sehingga
rantai relatif berlebihan, tetapi tidak membentuk tetramer. Kumpulan rantai yang berlebihan
tersebut akan berikatan dengan membran sel darah merah, mengendap, dan menyebabkan
kerusakan membran. Pada konsentrasi tinggi, kumpulan rantai tersebut akan membentuk
agregat toksik. Thalassemia diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Silent Carrier Thalassemia (Thalassemia Trait)
Pada jenis ini penderita memiliki satu gen normal dan satu gen yang bermutasi. Penderita
mungkin mengalami anemia ringan yang ditandai dengan sel darah merah yang mengecil
(mikrositer). Fenotipnya asimtomatik, disebut juga sebagai thalassemia minor.
b. Thalassemia Intermedia
Suatu kondisi tengah antara bentuk major dan minor. Pada kondisi ini kedua gen mengalami
mutasi tetapi masih bisa memproduksi sedikit rantai beta globin. Penderita dapat hidup normal,
tetapi mungkin memerlukan transfusi sekali-sekali, misal pada saat sakit atau hamil, serta
tergantung dari derajat mutasi gen yang terjadi.
c. Thalassemia Associated with Chain Structural Variants
Sindrom thalassemia (Thalassemia / HbE).
d. Thalassemia Major (Cooleys Anemia)
Pada kondisi ini kedua gen mengalami mutasi sehingga tidak dapat memproduksi rantai beta
globin. Biasanya gejala muncul pada bayi ketika berumur 3 bulan berupa anemia yang berat.
Berbeda dengan thalassemia minor (thalassemia trait/bawaan), penderita thalassemia mayor tidak
dapat membentuk hemoglobin yang cukup di dalam darah mereka, sehingga hampir tidak ada
oksigen yang dapat disalurkan ke seluruh tubuh, yang lama-lama akan menyebabkan hipoksia
jaringan (kekurangan O2), edema, gagal jantung kongestif, maupun kematian. Oleh karena itu,
penderita thalassemia mayor memerlukan transfusi darah yang sering dan perawatan medis demi
kelangsungan hidupnya.
Etiologi thalassemia
Patofisiologi thalassemia
1. Thalasemia-
a. Hydrops fetalis
Hidrops fetalis disebabkan karena delesi keempat (seluruhnya) gen globin . Hal ini
menyebabkan tertekannya seluruh sintesis rantai sehingga tidak menghasilkan Hb yang
fungsional. Kematian in utero terjadi pada keadaan ini karena darah hampir sama sekali tidak
memiliki kemampuan untuk menyalurkan oksigen.
b. Hb H Disease
Delesi 3 gen dari 4 gen globin menyebabkan kelebihan relative globin sehingga pada
keadaan ini dapat ditemukan HbH (4). Pada awal kehidupan dapat pula ditemukan Hb Bart (4).
Hb H dan Hb Bart ini memiliki afinitas yang sangat tinggi terhadap oksigen sehingga kuramg
efektif untuk menyalurkan oksigen ke jaringan.
2. Thalasemia-
Dua faktor berperan dalam pathogenesis anemia pada thalasemia-. Berkurangnya sintesis
globin menyebabkan pembentukan HbA kurang memadai sehingga konsentrasi Hb keseluruhan
(MCHC) per sel berkurang, dan sel tampak hipokromik. Yang jauh lebih penting adala
3
komponen hemolitik pada talasemia- . Hal ini bukan disebabkan karena tidak adanya -globin,
tapi oleh kelebihan relative rantai globin, yang sintesisnya normal. Rantai yang tidak
berpasangan membentuk agregat tak larut yang mengendap di dalam eritrosit. Badan sel ini
merusak membrane sel, mengurangi plastisitas, dan menyebabkan eritrosit rentan terhadap
fagositosis oleh system fagosit mononukleus. Yang terjadi tidak saja kerentanan eritrosit matur
terhadap destruksi premature, tetapi juga kerusakan sebagian eritroblas di dalam sumsum tulang
karena adanya badan inklusi yang merusak membrane. Destruksi eritrosit intramedula
(eritropoeisis inefektif) ini menimbulkan kerugian lainnya : peningkatan penyerapan zat besi
dalam makanan yang berlebihan sehingga para pasien kelebihan beban zat besi.
b) Gambaran radiologis : hair on end, tulang panjang menjadi tipis mengakibatkan fraktur,
wajah khas dengan tonjolan dahi, tulang pipi, dagu atas, pertumbuhan fisik dan
perkembangan terhambat.
c) Gambaran laboratoris : kadar Hb rendah, eritorsit hipokrom, poikilositosis, sel target, sel
teardrop, eliptosit, fragmen eritrosit, mikrosferosit, eritrosit stippled dan bernukleus, besi
serum meningkat, TIBC normal atau sdikit meningkat, transferrin meningkat.
2. Thalassemia intermedia
Gambaran klinis bervariasi dari bentuk ringan , walaupun dengan anemia sedang sampai berat
yang tidak dapat mentoleransi aktivitas berat dan fraktur patologis. Eritropoiesis nyata meningkat
walaupun tidak efektif. Sehingga menyebabkan peningkatan turn over besi dalam plasma,
kemudian merangsang penyerapan besi via saluran cerna. Komplikasi jantung dan endokrin
muncul 10-20 tahun kemudian pada penerita thalasemia intermedia yang tidak mendapatkan
transfusi darah.
3. Thalasemia minor (trait) : anemia hemolitik mikrositik hipokrom
a. Gambaran klinik : hepatosplenomegali dan splenomegali pada sedikit
penderita.
b. Gambaran laboratoris : anemia hemolitik ringan asimtomatis, mikrositik
hipokrom, poikilositosis, sel target, eliptosit, peningkatan eritrosit stippled,
sumsum tulang hiperplasia ringan, kadar HbA2 tinggi.
4. Thalasemia (silent carrier)
Tampilan klinis normal dengan kadar hemoglobin normal, kadar HbA2 normal dan
kemungkinan adanya mikrositik yang sangat ringan.
1.
2.
3.
4.
Sindrom Thalassemia
Thalassemia (silent carrier)
Gambaran klinis normal, tidak ditemukan kelainan hemaologi, saat dilahirkan Hb Barts
dalam rentangan 1-2%. Tidak ada yang pasti untuk mendiagnosis silent carrier dengan
kritreria hematologis.
Thalassemia trait (minor)
Menunjukan tampilan klinis normal, anemia ringan dengan peningkatan eritrosit yang
mikrositik hipokrom. Pada saat lahir Hb Barts dalam rentang 2-10%. Biasanya pada
penderita dewasa tidak ditemukan HbH (4).
Thalassemia intermedia (HbH disease)
Penderita mengalami anemia hemolitik kronik ringan sampai dengan sedang, dengan kadar
Hb rentang antara 3-10% retikulosit antara 5-10%. Limpa biasanya membesar, sumsum tulang
menunjukan hiperplasia eritroid.
Thalassemia homozigot (hydrops fetalis)
Bayi dilahirkan prematur, dapat hidup lalu meninggal beberapa saat kemudian. Fetus
menunjukan anemia edema, asites, hepatosplenomegali berat dan kardiomegali.
Stadium Thalassemia
Terdapat suatu sistem pembagian stadium thalassemia berdasarkan jumlah kumulatif
transfusi darah yang diberikan pada penderita untuk menentukan tingkat gejala yang melibatkan
kardiovaskuler dan untuk memutuskan kapan untuk memulai terapi khelasi pada pasien dengan
thalassemia- mayor atau intermedia. Pada sistem ini, pasien dibagi menjadi tiga kelompok,
yaitu :
Stadium I
o Merupakan mereka yang mendapat transfusi kurang dari 100 unit Packed Red
Cells (PRC). Penderita biasanya asimtomatik, pada echokardiogram (ECG) hanya
ditemukan sedikit penebalan pada dinding ventrikel kiri, dan elektrokardiogram
(EKG) dalam 24 jam normal.
Stadium II
o Merupakan mereka yang mendapat transfusi antara 100-400 unit PRC dan
memiliki keluhan lemah-lesu. Pada ECG ditemukan penebalan dan dilatasi pada
dinding ventrikel kiri. Dapat ditemukan pulsasi atrial dan ventrikular abnormal
pada EKG dalam 24 jam
Stadium III
o Gejala berkisar dari palpitasi hingga gagal jantung kongestif, menurunnya fraksi
ejeksi pada ECG. Pada EKG dalam 24 jam ditemukan pulsasi prematur dari atrial
dan ventrikular.
Elektroforesis hemoglobin
(Adanya Hb abnormal, termasuk analisis pada Ph 6-7 untuk HbH dan H Barts
Distribusi HbF
intraseluler
Analisis struktural
Hb varian (Misal Hb
Lepore)
B. Diagnosis Banding
Thalassemia harus dibedakan dar bentuk anemia hipokroik mikrositer yang lain, seperti
anemia defisiensi besi, anemia akibat penyakit kronik, dan anemia sideroblastik.
Tabel 1. Perbedaan thalassemia dan anemia defisiesi besi
Thalassemia
Splenomegaly
Icterus
Perubahanmorfologieritrosi
t
Sel target
Resistensiosmotik
Besi serum
TIBC
Cadanganbesi
Ferritin serum
HbA2/HbF
+
+
Taksebanding
dengan derajat
anemia
++
Meningkat
Meningkat
Menurun
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Anemia
defisiensibesi
Sebanding dengan
derajat anemia
+/N
Menurun
Meningkat
Kosong
Menurun
N
Penatalaksanaan thalasemia
1. Transfusi darah yang teratur untuk mempertahankan Hb di atas 10gr/dl. Darah segar yg telah
disaring leukosit, mnghasilkan eritrosit dgn reaksi paling sedikit.
2. Asam folat secara teratur jika diet buruk.
3. Terapi khelasi besi untuk mengatasi kelebihan besi. Desferioksamin tidak aktif dengan oral.
Diberikan melalui infus subkutan 20-40 mg/kg dalam 8-12 jam, 5-7hari seminggu. Hal ini
dilakukan pada bayi setelah transfusi 10-15 unit darah. Efek samping adalah arthropati,
agranulositosis/neutropenia berat, gangguan gastrointestinal dan defisiensi seng.
Tabel 2. Obat kelasi besi pada penerita thalassemia
Terapi
Rekomendasi
Deferasiroxa. Dosis awal 20 mg/kg/hari pada pasien yang cukup sering
mengalami transfusi
(Exjade) b. 30 mg/kg/hari pada pasien dengan kadar kelebihan besi
yang tinggi
c. 10-15 mg/kg/hari pada pasien dengan kadar kelebihan besi
yang rendah
DFO
a. 20-40 mg/kg (anak-anak), = 50-60 mg/kg (dewasa)
8
11
LAPORAN KASUS
I.
II.
IDENTITAS
Nama
: An.M
Nama ayah
: Tn. H
Tempat dan
tanggal
lahir/Umur
: 30 tahun
Jenis
kelamin
: Perempuan
Pendidikan
: SD
Alamat
: Kp Pulo Puter RT
02/001 Srimah
Tambun Utara
Pekerjaan
: Karyawan
Nama ibu
: Ny. W
Masuk RS
: 21 10 - 2014
Umur
: 29 tahun
No. CM
: 500 500
Pendidikan
: SD
Tgl.
Diperiksa
: 21 10 - 2014
Pekerjaan
: Ibu
Rumah
Tangga
ANAMNESIS
(alloanamnesis terhadap: ibu pasien tanggal 21 Oktober 2014)
1. Keluhan Utama :
Pucat sejak 1 hari SMRS.
Keluhan Tambahan
Cepat lelah jika melakukan aktivitas, lemas, dan sering pusing.
2. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke RSUD Kabupaten Bekasi dengan keluhan pucat
sejak 1 hari SMRS. Keluhan pucat terjadi secara berulang dan
pertama kali pasien tampak pucat kurang lebih sekitar 4 tahun yang lalu.
Menurut keterangan ibunya, keluhan pucat paling terlihat di daerah muka, telapak
tangan, dan telapak kaki. Keluhan pucat disertai rasa cepat lelah. Keluhan disertai
rasa pusing, terkadang sampai menggangu sampai anaknya tidak bisa bermain
dengan teman temannya. Keluhan tidak disertai panas badan, sesak, mual dan
muntah.
12
13
14
:
:
:
:
:
100 x/menit
30 x/menit
36,4 o C
15 kg
110 cm
Pemeriksaan Khusus
1. Kulit
: kulit kering, tidak bersisik, tidak pucat, tidak sianosis, tidak
ikterik, tidak edema, lemak di bawah kulit kurang
2. Kepala
: rambut hitam
3. Mata
: konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, refleks cahaya positif
4. Leher
: tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
5. Telinga: bentuk normal, simetris, tidak ada sekret
6. Hidung
: bentuk normal simetris, septum tidak deviasi, tidak ada
pernapasan cuping hidung, tidak ada sekret yang keluar.
7. Tenggorok
: tidak ditemukan tanda-tanda peradangan, tonsil T1-T1.
8. Mulut
: bibir tidak sianosis, bibir pucat
9. Dada :
a. Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
batas kanan atas
batas kanan bawah
batas kiri atas
batas kiri bawah
Auskultasi
b. Paru
15
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
wheezing
10. Abdomen
Inspeksi
: bentuk perut datar
Auskultasi
: bising usus (+)
Palpasi
: turgor kurang, lien dan hepar teraba 3 jari dibawah costae, lien
teraba skfuner III
Perkusi
: timpani di seluruh kuadran abdomen
I.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Jenis Pemeriksaan
Hemoglobin
Leukosit
Hematokrit
Trombosit
LED
Limfosit
Eritrosit
21
Oktob
er
2014
7,6 gr/dl
9.600
mm3
21,1 %
23
Oktober
2014
291.000
/mm3
-
198.000
/mm3
-
2,7
14 gr/dl
9900
mm3
38,9 %
4,98
16
V. RESUME
Pasien datang ke RSUD Kabupaten Bekasi dengan keluhan
pucat sejak 1 hari SMRS. Keluhan pucat disertai rasa cepat lelah dan
pusing. Keluhan pucat terjadi secara berulang dan pertama kali
pasien tampak pucat kurang lebih sekitar 4 tahun yang lalu. Pemeriksaan fisik
tanda vital nadi: 100 x/menit, RR: 30 x/menit, S: 36,4 o C. Mata: konjungtiva
anemis (+/+), mulut: bibir pucat (+), hepar teraba 3 jari dibawah costae, dan lien
teraba di skufner III.
Pemeriksaan Penunjang
Jenis Pemeriksaan
Hemoglobin
Hematokrit
Eritrosit
21 Oktober
2014
7,6 gr/dl
21,1 %
2,7
23 Oktober 2014
14 gr/dl
38,9 %
4,9
8
Mengurangi konsumsi bahan makanan yang menjadi sumber besi seperti hati,
daging, kuning telur, polong, biji-bijian utuh, udang, tiram, dan sayuran berwarna
hijau tua.
Medikamentosa
17
Edukasi
Diet
VIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam
Quo ad functionam
Quo ad sanactionam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
18
DAFTAR PUSTAKA
Richard E. Behrman, Robert M. kliegman, Ann M. Arvin. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Vol 2.
Edisi 15. Jakarta: EGC. 1999.
Pudjiadi H, Hegar B, Handryastuti S, Idris S, Gandaputra P, Harmoniati D, editors. Pedoman
Pelayanan Medis. Jilid 1. Jakarta: Badan Penerbit IDAI. 2010.
Permono Bambang. Talasemia. Dalam : Sutaryo, Ugrasena, Windiastuti dkk, editors. Buku Ajar
Hematologi-Onkologi Anak. Jakarta: Badan Penerbit IDAI. 2010.
Atmakusuma D, Seyaningsih I. dkk. (2009). Dasar-dasar Thalasemia : Salah Satu Jenis
Hemoglobinopati dalam buku ajar IPD. jilid II. Ed. V. Jakarta. Interna Publishing
Bakta IM. 2006. Hematologi Klinis Ringkas. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC
Health Technology Assesment Indoesia. Pencegahan Thalasemia (Hasil kajian HTA Tahun 2009)
Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. (2007). Buku Ajar Patologi Robbins. Vol. 2. Ed.7. Jakarta.
Penerbit Buku Kedokteran EGC
19