Anda di halaman 1dari 30

AKUNTANSI KLIRING

Makalah yang disusun untuk melengkapi Tugas Mata Kuliah


Akuntansi Perbankan
Semester VII

Disusun oleh kelompok 1 :


SUGIARTI KIKI HANDAYANI

12121036

NUR AIN PRATIWI

12121040

SEPTI NURRAHMAH

12121047

VIVIANA TANTIARA ARSEW

12121048

UNIVERSITAS TRILOGI
Program Pendidikan Studi Strata-1
Jurusan Akuntansi
JAKARTA
2015

A. AKUNTANSI KLIRING
Istilah kliring berasal dari bahasa inggris to clear ( clearing ) yang
berarti membersihkan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kliring
adalah proses membersihkan hutang-piutang antar bank yang terjadi
pada hari itu. Kliring dimaksudkan agar perhitungan hutang-piutang antar
bank dapat terselenggara secara mudah, cepat dan aman.
Kliring merupakan sarana atau cara perhitungan hutang-piutang dalam
bentuk surat-surat berharga ( seperti : cek, wesel, bilyet, giro, bukti-bukti
penerimaan transfer dari berbagai kota yang dikeluarkan oleh bank, notanota kredit dan surat-surat lainnya yang semuanya dinyatakan dalam
mata uang rupiah dan menurut pimpinan lembaga kliring dapat
diperhitungkan melalui kliring ) atau surat dagang dari suatu bank peserta
yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia atau pihak lain yang ditunjuk.
Kliring didefinisikan juga sebagai pertukaran warkat atau data keuangan
elektronik antar bank baik atas nama bank maupun nasabah yang hasil
perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu.
Yang dapat melakukan transaksi kliring adalah setiap bank yang telah
memperoleh izin usaha bank umum dan tidak dihentikan kepesertaannya
dalam kliring oleh Bank indonesia serta berkedudukan di kota dimana
diadakan perhitungan kliring diwajiban ikut serta dalam kliring setempat,
yang diharuskan pula memenuhi beberapa persyaratan.
B. SISTEM KLIRING
Berdasarkan sistem penyelenggaraannya, kliring dapat menggunakan
beberapa sistem, yaitu :
1

Sistem manual, yaitu sistem penyelenggaraan kliring lokal yang


dalam pelaksanaan perhitungan, pembuatan bilyet saldo kliring
serta pemilahan warkat dilakukan secara manual oleh setiap
peserta

2.

Sistem semi otomatis, yaitu sistem penyelenggaraan kliring lokal


yang dalam pelaksanaan perhitungan dan pembuatan bilyet saldo
kliring dilakukan secara otomasi, sedangkan pemilahan warkat
dilakukan secara manual oleh setiap peserta

3.

Sistem otomasi, yaitu sistem penyelenggaraan kliring lokal yang


dalam pelaksanaan perhitungan dan pembuatan bilyet saldo kliring
dilakukan oleh penyelenggara secara otomasi

4.

Sistem elektronik, yaitu penyelenggaraan kliring lokal secara


elektronik, lebih jelasnya penyelenggaraan kliring lokal yang dalam

pelaksanaan perhitungan dan pembuatan bilyet saldo kliring


didasarkan pada Data Keuangan Elektronik ( DKE ), yang
selanjutnya disetiap DKE disertai dengan penyampaian warkat
peserta kepada penyelenggara untuk diteruskan kepada peserta
penerima.

Proses kliring, secara sederhana dapat kita lihat pada gambar di bawah ini
:

C. PESERTA KLIRING
Berdasarkan penilaian Bank Indonesia, keadaan administrasi pimpinan
dan keuangan bank tersebut memungkinkan memenuhi kewajibannya
dalam kliring. Peserta kliring dapat dibedakan menjadi dua :

Peserta langsung adalah peserta yang turut serta dalam pelaksanan


kliring secara langsung dengan menggunakan identitas diri sendiri.
Peserta langsung dapat terdiri dari, kantor pusat, kantor cabang,
dan kantor cabang pembantu yang tidak ada dalam wilayah kliring
dengan kantor induknya. Persyaratan untuk menjadi peserta
langsung :
Kantor cabang dapat menjadi peserta langsung adalah:
a) Kantor cabang yang telah memperoleh izin pembukaan
kantor dari bank indonesia.
b) Kantor cabang pembantu dari bank yang kantor pusatnya
berkedudukan di luar negeri, yang telah memperoleh izin
pembukaan kantor dari bank Indonesia.

c) Kantor
cabang
pembantu
yang
kantor
pusatnya
berkedudukan di dalam negeri yang telah memperoleh izin
dari bank indonesia untuk beroprasi diwilayah kliring yang
berbeda dari kantor cabang induknya.
Kantor bank memiliki kantor lain yang memeiliki rekening giro
di salah satu kantor bank indonesia
Lokasi kantor bank yang memungkinkan bank tersebut untuk
mengikuti klirirng secara tertib sesuai dengan jadwal kliring
lokal yang ditetapkan.
Dalam hal ini yang perlu
dipertimbangkan adalah waktu tempuh dari lokasi bank ke
lokasi penyelenggara tidak lebih dari $% menit.
Peserta tidak langsung, adalah peserta yang turut serta dalam
pelaksanaan kliring melalui dan menggunakan identittas peserta
langsung yang menjadi induknya adalah bank yang sama. Peserta
langsung dapat terdiri kantor pusat, kantor cabang, dan kantor
cabang pembantu. Untuk menjadi syarat menjadi peserta tidak
langsung adalah:
Kantor cabang dapat menjadi peserta tidak langsung adalah:
a) Kantor cabang yang telah memperoleh izin dari bank
indonesia
b) Kantor cabang pembantu dari bank yang kantor
pusatnya berkedudukan diluar negeri, yang telah
memperoleh izin dari bank indonesia.
c) Kantor cabang pembantu yang kantor pusatnya berada
didalan negeri yang telah dilaporkan kepada bank
indonesia.
Kantor bank yang sebagain mana dimaksud pada huruf a
menginduk kepada kantor lain yang merupakan bank yang
sama telah menjadi peserta langsung diwilayah kliring yang
sama.
D. WARKAT DAN DOKUMEN KLIRING
1. Warkat
Adalah alat pembayaran bukan tunai yang diperhitungkan atas beban atau

untuk

untung rekening nasabah atau bank melalui kliring. Warkat yang dapat diperhtungkan dalam
kliring otomasi adalah:
a. Cek

Adalah cek sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum

Dagang (KUHD)

termasuk cek dividen, cek perjalanan, cek cinderamata, dan jenis cek lainnya yang
penggunaannya dalam kliring disetujui oleh Bank Indonesia.
b. Bilyet Giro
Adalah surat perintah dari nasabah kepada bank penyimpan dana untuk Memindah bukukan
sejumlah dana dari rekening yang bersangkutan kepada rekening pemegang yang disebutkan
namanya termasuk Bilyet Giro Bank Indonesia.
c. Wesel Bank Untuk Transfer (WBUT)
Adalah wesel sebagaimana diatur dalam KUHD yang diterbitkan oleh bank khusus untuk
sarana transfer.
d. Surat Bukti Penerimaan Transfer (SBPT)
Adalah surat bukti penerimaan transfer dari luar kota yang dapat ditagihkan kepada bank
peserta penerima dana transfer melalui kliring lokal.
e. Warkat Debet (Nota Debet)
Adalah warkat yang digunakan untuk menagih dana pada bank lain untuk untung bank atau
nasabah bank yang menyampaikan warkat tersebut. Warkat debet yang

dikliringkan

hendaknya telah diperjanjikan dan dikonfirmasikan terlebih dahulu oleh bank yang
menyampaikan warkat debet kepada bank yang akan menerima warkat debet tersebut.
f. Warkat Kredit (Nota Kredit)
Adalah warkat yang digunakan untuk menyampaikan dana pada bank lain untuk untung bank
ata nasabah bank yang menerima warkat tersebut.
2. Dokumen Kliring
Merupakan dokumen yang berfungsi sebagai alat Bantu dalam proses perhitungan kliring
ditempat penyelenggara. Dokumen kliring yang digunakan dalam penyelenggaraan kliring lokal
dengan sistem manual berupa daftar warkat kliring penyerahan (pengembalian) yang berfungsi
sebagai bukti penyerahan (pengembalian) warkat baik pada kliring penyerahan maupun kliring
pengembalian . daftar warkat kliring penyerahan atau pengembalian ini disediakan oleh masing
masing peserta.

3. Formulir Kliring
Formulir yang digunakan untuk proses perhitungan kliring lokal dengan
manual meliputi:
a. Neraca kliring penyerahan/pengembalian. gabungan formulir ini

disediakan oleh

penyelenggara dan digunakan oleh penyelenggara untuk menyusun rekapitulasi neraca kliring
penyerahan atau pengembalian.
b.

Neraca kliring penyerahan/pengembalian. Formulir ini disediakan oleh peserta dan


digunakan oleh peserta untuk menyusun neraca kliring penyerahan/pengembalian atas

dasar

daftar warkat kliring penyerahan/pengembalian.


c. Bilyet saldo kliring. Formulir ini disediakan oleh peserta dan digunakan digunakan oleh
peserta untuk menyusun bilyet saldo kliring berdasarkan neraca kliring penyerahan dan
neraca kliring pengembalian.

E. TATA CARA PENYELENGGARA KLIRING LOKAL MANUAL


Penyelengaraan kliring terdiri dari 2 (dua) tahap yaitu kliring penyerahan dan kliring
pengembalian yang merupakan satu kesatuan siklus kliring. Peserta wajib mengikuti kedua
kegiatan tersebut sampai kliring dinyatakan selesai oleh penyelenggara dengan mengirimkan
wakil peserta walalupun peserta yang bersangkutan tidak mempunyai warkat yang akan
dikliringkan pada kedua tahap kliring tersebut.
I.

Kliring Penyerahan
Kliring penyerahan meliputi kegiatan yang dilakukan dikantor peserta dan kegiatan
yang dilakukan ditempat penyelenggara.

1.

Kegiatan dikantor pusat sebelum datang ke pertemuan kliring penyerahan ditempat


penyelenggara, peserta harus melakukan persiapan sebagai berikut :
-

Melakukan pengecekan terhadap warkat yang akan dikliringkan, apakah warkat


tersebut merupakan warkat yang dapat dikliringkan dan telah memenuhi
sesuai ketentuan yang berlaku.

spesifikasi

Memilah warkat berdasarkan bank penerima. Warkat yang telah dipilah


berdasarkan bank penerima itu dipisahkan antara warkat debet dan warkat kredit.

Mengisi daftar warkat kliring penyerahan dengan rincian nominal warkat serta jumlah
lembar dan jumlah nominal warkat. Daftar warkat kliring penyerahan tersebut dibuat
tersendiri untuk kelompok warkat debet dan kelompok

warkat kredit per bank

penerima.
2.

Kegiatan peserta ditempat penyelenggara pada saat pertemuan kliring penyerahan


ditempat penyelenggara, wakli peserta melakukan kegiatan sebagai berikut :
-

Wakil peserta wajib hadir dalam pertemuan kliring penyerahan pada jadwal
yang telah ditetapkan dengan mengisi daftar hadir yang disediakan penyelenggara.

Melakukan kegiatan pendistribusian warkat :

1)

Menyerahkan ke masing-masing peserta penerima :

a)

Lembar pertama daftar warkat kliring penyerahan; dan

b)

Warkat

2)

Meminta tanda tagan dari wakil peserta penerima pada lembar kedua daftar warkat

kliring penyerahan sebagai bukti penerimaan warkat


3)

Menyerahkan

lembat

ketiga

daftar

warkat

kliring

penyerahan

kepada

penyelenggara
Melakukan kegiatan penerimaan warkat :
1)

Menerima dari peserta lain

a)

Lembar pertama daftar warkat kliring penyerahan; dan

b)

Warkat

2)

Membubuhkan tanda tangan pada lembar kedua daftar warkat kliring

yang diserahkan oleh peserta lain sebagai bukti penerimaan

warkat

- Mencocokkan rincian yang tercantum pada daftar warkat kliring penyerahan


diserahkan oleh peserta lain dengan warkat yang diterima.

penyerahan

yang

- Menyusun neraca kliring penyerahan berdasarkan daftar warkat kliring


penyerahan yang diserahkan maupun yang diterima. Neraca kliring
diisi rincian warkat yang diserahkan maupun yang diterima

penyerahan

ini

serta saldo debet/kredit

kliring penyerahan bagi peserta yang


bersangkutan.
- Menandatangani dan mencantumkan nama jelas wakil peserta yang
bersangkutan pada neraca kliring penyerahan, kemudian menyerahkan

lembar pertama

neraca kliring penyerahan kepada penyelenggara.


3. Kegiatan petugas penyelenggara
-Menyusun neraca kliring penyerahan gabungan berdasarkan neraca kliring
penyerahan yang disampaikan oleh seluruh wakil peserta
- Apabila wakil peserta belum hadir sampai dengan batas akhir jadwal kliring penyerahan
yang ditetapkan, penyelenggara akan melaksanakan kegiatan
pada angka 2 huruf c, d, e, dan f atas nama wakil

sebagaimana dimaksud

peserta.Dalam hal kemudian

wakil peserta hadirsebelum kliring penyerahan


dinyatakan berakhir maka kegiatan sebagaimana dimaksud pada angka 2 huruf c, d, e,
dan f yang belum dilaksanakan oleh petugas penyelenggara akan dilanjutkan oleh
wakil peserta yang bersangkutan. Seluruh warkat yang ditujukan kepada peserta yang
terlambat diserahkan oleh penyelenggara pada saat wakil peserta yang bersangkutan
hadir. Apabila wakil peserta tidak hadir sampai kliring penyerahan dinyatakan
berakhir maka penyelenggara akan menghubungi peserta untuk mengambil warkat
dan neraca kliring penyerahan.

II.

Kliring Pengembalian
Klirng pengembalian meliputi kegaitan yang dilakukan dikantor peserta dan kegiatan
yang dilakukan ditempat penyelenggara.

1.

Kegiatan dikantor peserta sebelum dibawa ke pertemuan kliring pengembalian


ditempat penyenggara, peserta harus melakukan persiapan bagai berikut :

- Melakukan verifikasi terhadap warkat yang diterima peserta pada pertemuan


kliring penyerahan, apakah telah memenuhi persyaratan untuk dibukukan. Dalam hal
warkat debet :
1)

Memenuhi salah satu atau lebih alasan penolakan sebagaimana diatur

dalam Surat Edaran Bank Indonesia No. 28/137/UPG tanggal 5 Januari


1996 tentang Cek/Bilyet Giro Kosong; atau
2)

Merupakan nota debet, yang tidak memenuhi ketentuan mengenai nilai

nominal nota debet; maka warkat debet tersebut wajib ditolak dalam
pertemuan kliring pengembalian yang merupakan satu kesatuan siklus
kliring dengan kliring penyerahan yang bersangkutan.
- Membuat Surat Keterangan Penolakan (SKP) warkat debet yang ditolak wajib
disertai SKP. SKP tersebut harus memuat alasan penolakan warkat
-Memilah warkat debet tolakan beserta SKP berdasarkan bank penerima.
-Mengisi daftar warkat kliring pengembalian dengan rincian nominal serta jumlah
lembar dan jumlah nominal warkat debet tolakan untuk masing-masing bank
penerima sebanyak rangkap 3 (tiga). Selain itu untuk memudahkan perhitungan,
dapat pula dibuat telstruk per bank penerima untuk masing-masing daftar warkat
kliring pengembalian apabila jumlah warkat debet tolakan lebih dari 1 (satu)
lembar.
2. Kegiatan peserta ditempat penyelenggara pada saat pertemuan kliring pengembalian
-

ditempat penyelenggara, wakil peserta melakukan kegiatan sebagai berikut :


Wakil peserta hadir dalam pertemuan klring pengembalian pada jadwal yang telah
ditetapkan dengan mengisi daftar hadir yang disediakan penyelenggara.

- Melakukan kegiatan pendistribusian warkat debet tolakan :


1)

Menyerahkan kepada masing-masing peserta penerima :


a)

Lembar pertama daftar warkat kliring pengembalian;

b)

Warkat debet tolakan; serta

c)

Lembar pertama dan kedua SKP. Lembar kedua SKP untuk diteruskan
oleh peserta penerima kepada nasabah penyetor.

Meminta tanda tangan dari wakil peserta penerima pada lembar kedua daftar

kliring pengembalian sebagai bukti penerimaan warkat debet tolakan.


- Menyerahkan kepada penyelenggara :
a)

Lembar ketiga daftar warkat kliring pengembalian; dan

b)

Lembar ketiga SKP.

- Melakukan kegiatan penerimaan warkat debet tolakan.


1)

Menerima dari peserta lain :

a) Lembar pertama daftar warkat kliring pengembalian;


b) Warkat debet tolakan; serta
c) Lembar pertama dan lembar kedua SKP. Lembar kedua SKP untuk diteruskan
oleh peserta kepada nasabah penyetor.
- Membubuhkan tanda tangan pada lembar kedua daftar warkat kliring
pengembalian yang diserahkan oleh peserta lain sebagai bukti penerimaan
warkat debet tolakan.

Mencocokkan rincian yang tercantum pada daftar warkat kliring pengembalian


dengan warkat debet tolakan yang diterima.
-Menyusun neraca kliring pengembalian sebanyak rangkap 2 (dua) berdasarkan
daftar warkat kliring pengembalian yang diserahkan maupun yang diterima.
kliring pengembalia ini diisi rincian warkat debet tolakan yang

diserahkan

maupun yang diterima serta saldo debet/kredit kliring pengembalian


bersangkutan.

peserta

yang

- Menandatangani dan

mencantumkan nama jelas wakil peserta pada neraca


menyerahkan lembar pertama neraca

Neraca

kliring pengembalian, kemudian

kliring pengembalian kepada penyeleggara.


- Menyusun Bilyet Saldo Kliring (BSK) sebanyak

rangkap 2 (dua) berdasarkan

neraca

pengembalian.

kliring

penyerahan

dan

neraca

kliring

-Menandatangani dan mencantumkan nama jelas

wakil peserta pada BSK, kemudian menyerahkan BSK rangkap 2 (dua) kepada
penyelenggara.

3. Kegiatan Petugas Penyelenggara


- Menyusun neraca kliring pengembalian gabungan berdasarkan neraca kliring
pengembalian yang disampaikan oleh seluruh wakil peserta, kemudian membubuhkan
tanda tangan dan nama jelas petugas penyelenggara pada neraca kliring pengembalian
-

gabungan tersebut.
Mencocokkan antara neraca kliring penyerahan (pengembalian) gabungan yang

disusun oleh penyelenggara dengan BSK yang disusun oleh peserta.


Menandatangani dan mencantumkan nama jelas petugas penyelenggara pada BSK
rangkap

(dua)

setelah

terdapat

kecocokkan

antara

neraca

kliring

penyerahan/pengembalian gabungan dengan BSK.


-

Mendistribusikan BSK sebagai berikut :


1) Lembar pertama untuk penyelenggara;
2) Lembar kedua kepada masing-masing peserta. Dengan didistribusikannya
BSK maka kliring pengembalian dinyatakan berakhir.

Melakukan verifikasi terhadap tanda tanggan pejabat pada SKP yang diserahkan
oleh seluruh peserta, sebelum disampaian kepada Bank Indonesia.

Apabila wakil peserta belum hadir sampai dengan batas akhir jadwad
kliringpengembalian yang ditetapkan,penyelenggara akan melaksanakan kegiatan.
sebagaimana dimaksud pada angka 2 huruf c, d, e, f, g, dan h atas

nama

wakil

peserta yang bersangkutan. Dalam hal kemudian wakil peserta hadir sebelum kliring
pengembalian dinyatakan berakhir maka kegiatan sebagaimana

dimaksud

angka 2 huruf c, d, e, f, g, dan h yang belum dilaksanakan oleh

petugas

penyelenggara akan dilanjutkan oleh wakil peserta yang bersangkutan.


warkat debet tolakan yang ditujukan kepada peserta yang terlambat

pada
Seluruh

akan

diserahkan oleh penyelenggara pada saat wakil peserta yang bersangkutan hadir.

Apabila wakil peserta tidak hadir sampai kliring pengembalian dinyatakan berakhir
maka penyelenggara akan menghubungi peserta untuk mengambil warkat debet
tolakan dari peserta lain, neraca kliring pengembalian dan BSK. Sementara itu
perhitungan atas warkat debet tolakan yang tidak dapat diserahkan pada pertemuan
kliring pengembalian diselesaikan berdasarkan kesepakatan peserta yang terkait.
Namun, peserta yang bersangkutan wajib menyampaikan warkat debet tolakan beserta
lembar 1 dan 2 SKP kepada peserta penerima tolakan dan lembar ketiga SKP kepada
penyelenggara pada saat kliring pengembalian tersebut.
III. Penyelesaian Akhir
Penyelesaian akhir atas hasil kliring dilakukan dengan melimpahkan hasil kliring
masing-masing peserta ke rekening giro kantor lain dari peserta di Bank Indonesia
yang telah ditetapkan. Prosedur penyelesaian akhir dilakukan sebagai berikut :
1.

Penyelenggara mengirimkan informasi hasil kliring berdasarkan BSK ke kantor Bank


Indonesia yang ditetapkan dengan menggunakan sarana teleks setelah dilakukan test key
arrangement.

2.

Atas dasar instruksi pelimpahan tersebut, kantor Bank Indonesia membukukan hasil
kliring ke rekening kantor lain dari masing-masing peserta yang ada di kantor Bank
Indonesia tersebut.

3.

Tanggal valuta pembukuan hasil kliring adalah sama dengan tanggal hasil kliring
yang bersangkutan (same day settlement).

4.

Apabila terdapat kesalahan perhitungan hasil kliring yang diketahui setelah hasil
kliring tersebut dilimpahkan ke Bank Indonesia, maka penyelesaiannya dilakukan antara
penyelenggara dengan peserta.

5.

Dalam keadaan darurat dimana tidak dimungkinkan menggunakan sarana teleks dan
telepon maka ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku dan
pelimpahan serta pembukuan hasil kliring dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.

F. Jadwal Kliring Lokal dan Pelimpahan Hasil Kliring


Jadwal penyelenggaraan kliring manual serta jadwal pelimpahan hasil kliring ditetapkan oleh
penyelenggara dengan persetujuan Bank Indonesia yang mewilayahi. Jadwal kliring lokal

yang ditetapkan merupakan rentang waktu bagi wakil peserta diperkenankan untuk hadir dan
penyerahan/pengembalian mendistribusikan warkat pada proses penyelenggaraan kliring.
Sebagai contoh:
a

Jadwal kliring penyerahan ditetapkan pukul 10.30 s/d 11.00.

Jadwal kliring pengembalian ditetapkan pukul 13.00 s/d 13.30. hal ini berarti bahwa
kehadiran wakil peserta dan proses pendistribusian warkat debet tolakan dapat
dimulai pada pukul 13.00 dengan batas akhir kehadiran wakil peserta pukul 13.30.

Contoh transaksi kliring dan pencatatannya:


1

Tgl 1 mei 2012 A nasabah giro Bank ABC Semarang membeli barang kepada B
nasabah Bank BAP senilai Rp. 10.000.000. Sdr. A membayarnya dengan cek Bank
ABC Semarang.

A menyerahkan cek no. 112 kepada Bank ABC Semarang untuk rekening giro B
nasabah Bank BAP Semarang sebesar Rp. 20.000.000 sebagai pelunasan hutang.

Pencatatan di Bank ABC Semarang adalah:


Keterangan
Kliring 2

Tgl
1 mei 2012

Rekening
Debit (Rp)
Kredit (Rp)
Dr. Giro A
30.000.000
Cr. Giro BI
30.000.000
Pada kliring pertama Bank ABC menerima warkat Bank Sendiri yang ditarik oleh A berupa
cek dari peserta kliring (Bank BAP) Semarang. Warkat ini merupakan warkat debet masuk
karena Bank ABC harus mendebet rekening nasabah (Sdr. A). Rekening lawannya adalah
mengkredit rekening Giro BI. Di samping itu Bank ABC Semarang juga menerima amanat
dari A untuk membebani rekening gironya melalui bilyet giro sebesar Rp.20.000.000. Warkat
ini merupakan warkat kredit keluar karena Bank ABC diperintahkan oleh A untuk mengkredit
rekening Giro BI. Dua warkat ini sudah memberikan kepastian dana, baik memenuhi atau
ditolak. Memenuhi bila saldo rekening yang dimiliki penarik cek (Sdr.A) mencukupi,
sedangkan kalau tidak mencukupi langsung ditolak. Dengan demikian pencatatannya secara
langsung pada rekening riil.
Pencatatan di Bank BAP Semarang :
Keterangan
Kliring 1

Tgl
1 mei 2012

Rekening
Dr. RAR. Kliring

Debit (Rp)
10.000.000

Kredit (Rp)
Single
entri
karna

RAR

>

blm

terrealisasi

REKENING

dananya

ADMINITRASI

RUPIAH

laporan rekening

ditaru

di

administrasi

komitemen)
Kliring 2

1 mei 2012

Dr. Giro BI
20.000.000
Cr. Giro B
20.000.000
Bank BAP Semarang telah menerima setoran dari B berupa Cek Bank ABC Semarang
sebesar Rp. 10.000.000. Cek ini merupakan warkat tagihan bagi Bank BAP terhadap Bank
ABC sehingga perlu dikliringkan melalui Bank Indonesia Semarang. Bank BAP yang
melakukan penagihan terhadap Bank ABC Semarang akan mengelompokkan warkat ini
sebagai warkat debet keluar. Untuk kliring pertama, Bank BAP selaku yang menagih akan
menunggu hasilnya pada kliring kedua. Oleh karena itu pada saat kliring pertama
(penyerahan), Bank BAP harus mencatat penagihan kliring ini dalam rekening administratif
sampai dengan kliring kedua berakhir. Sedangkan untuk warkat kredit masuk berupa cek Giro
dari Bank ABC sebesar Rp 20.000.000 sifatnya sudah pasti. Oleh karena itu dapat langsung
dibukukan dalam rekening riil.
Bagaimana pada kliring kedua (kliring retur)? Bila pada kliring kedua terjadi penolakan
warkat maka seluruh rekening untuk warkat yang ditolak harus dinihilkan dengan cara
membalik jurnal yang telah dilakukan. Pada contoh ini misalnya warkat debet keluar senilai
Rp 10.000.000 ditolak, maka Bank BAP dapat langsung mengkredit rekening RAR warkat
Kliring Rp 10.000.000 sehingga rekening administratif ini menjadi nihil.
Keterangan
Kliring 1

Tgl
1 mei 2012

Rekening
Cr. RAR. Kliring

Debit (Rp)

Kredit (Rp)
10.000.000
(DIELEMINASI

TERDAHULU)
Bila kliring kedua tagihan dinyatakan efektif (tidak ditolak) maka pencatatannya di samping
menihilkan rekening administratif kliring juga mencatat hasil tagihan kliring tersebut pada
rekening riil.
Keterangan
Kliring 2

Tgl
1 mei 2012

Rekening
Cr. RAR. Kliring

Debit (Rp)

Dr Giro BI
Cr. Giro B

10.000.000

Kredit (Rp)
10.000.000
10.000.000

Contoh 2
Transaksi-transaksi di bawah ini adalah transaksi yang diselesaikan melalui kliring. Peserta
kliring misalnya Bank Cahaya Artha Sentosa (Bank CAS), Bank Caraka Investama Sejati
(Bank CIS), dan Bank Ceria Usaha Sejati (Bank CUS) Semarang.

Kirana Nastiti nasabah Bank Cahaya Artha Sentosa (CAS) Semarang telah menarik
cek no. 011.000.4 sebesar Rp 25.000.000 dan Cek no. 011.000.5 sebesar Rp
20.000.000 untuk membayar hutang kepada Anggi Waskita nasabah Giro Bank
Caraka Investama Sejati (Bank CIS) Semarang.

Pada hari yang sama, Bank CIS menerima bilyet giro dari Rudi Kemprot (nasabah
Giro) untuk keuntungan Sdr. Dalimin Nasabah Giro Bank CUS Semarang sebesar Rp
15.000.000.

Astuti nasabah bank CUS menarik cek untuk membayar barang dagangan kepada
Abdullah nasabah Bank CIS Semarang sebesar Rp 20.000.000.

Bank CAS Semarang menerima warkat debet masuk untuk beban nasabah Giro Sdr.
Dwi Rahayu sebesar Rp 30.000.000. Warkat ini diterima dari Bank CUS Semarang
melalui lembaga kliring (Bank Indonesia) Semarang untuk keuntungan Giro Sdr.
Andika.

Bila seluruh transaksi diselesaikan melalui kliring di Bank Indonesia Semarang, maka
diminta:
a

Pencatatan jurnal pada masing-masing peserta kliring

Neraca kliring pada masing-masing bank peserta kliring

Neraca kliring yang perlu disajikan oleh Bank Indonesia selaku lembaga kliring.

Jawaban:
Pencatatan Jurnal di Bank Caraka Investama Sejati (Bank CIS);
Transaksi
a

Keterangan
Kliring 1

Kliring 2

Kliring 1

Tgl

Rekening
Dr. RAR Kliring

Debit (Rp)
45.000.000

Cr. RAR. Kliring

45.000.000

Dr. Giro BI
Cr. Giro Anggi Waskita

45.000.000

Dr. Giro Rudi Kempot


Cr. Giro BI

15.000.000
20.000.000

Kliring 1

Dr. RAR. Kliring

Kliring 2

Cr. RAR. Kliring


Dr. Giro BI
Cr. Giro Abdullah

Kredit (Rp)

45.000.000
15.000.000

20.000.000
20.000.000

Pencatatan di Bank Cahaya Artha Sentosa (Bank CAS) Semarang:

20.000.000

Transaksi
a
d

Keterangan
Kliring 2

Tgl

Kliring 2

Rekening
Dr. Giro Kirana Nastiti
Cr. Giro BI

Debit (Rp)
45.000.000

Dr. Giro Dwi Rahayu


Cr. Giro BI

30.000.000

Kredit (Rp)
45.000.000
30.000.000

Pencatatan Jurnal di Bank Ceria Usaha Sejati (Bank Cus):


Transaksi
b
c

Keterangan
Kliring 2

Tgl

Kliring 2

Kliring 1

Kliring 2

Rekening
Dr. Giro BI
Cr. Giro Dalimin

Debit (Rp)
15.000.000

Dr. Giro Astuti


Cr. Giro BI

20.000.000

Dr. RAR. Kliring

20.000.000

Kredit (Rp)
15.000.000
20.000.000
20.000.000

Cr. RAR. Kliring


20.000.000
Dr. Giro BI
30.000.000
Cr. Giro Andika
30.000.000
Dengan memperhatikan transaksi dan jurnal di masing-masing bank peserta, maka dapat
disusun neraca kliring untuk masing-masing bank sebagai berikut:
Bank CIS
Neraca Kliring
Tgl

Keterangan
a). WDK
c). WDK

Saldo (Rp)
45.000.000
20.000.000

Jumlah

65.000.000

Keterangan

Saldo (Rp)

Kalah kliring

75.000.000
75.000.000

Tgl

Keterangan
b). WKK

Saldo (Rp)
15.000.000

Menang kliring
Jumlah

50.000.000
65.000.000

Tgl

Keterangan
a). WDM
d). WDM

Saldo (Rp)
45.000.000
30.000.000
75.000.000

Tgl

Keterangan
c). WDM
Menang kliring

Saldo (Rp)
20.000.000
25.000.000

Bank CAS
Neraca Kliring
Tgl

Bank CUS
Neraca Kliring
Tgl

Keterangan
b). WKM
d). WDK

Saldo (Rp)
15.000.000
30.000.000

45.000.000

45.000.000

Bank Indonesia
Neraca Kliring
Tgl

Bank Kalah Kliring


Bank CAS

Saldo (Rp)
75.000.000

Jumlah

75.000.000

Tgl

Bank Menang Kliring


Bank CIS
Bank CUS
Jumlah

Saldo (Rp)
50.000.000
25.000.000
75.000.000

G. Sistem Kliring Warkat Luar Wilayah


Perkembangan teknologi saat ini telah memungkinkan beberapa bank untuk melakukan
verifikasi

secara

on-line

terhadap

cek/BG

luar

kota.Untuk

itu

bank

Indonesia

mengembangkan system penyelenggaraan kliring lokal atas cek dan bilyet giro yang berasal
dari luar wilayah kliring atau disingkat dengan kliring warkat luar wilayah. Kliring warkat
luar wilayah adalah penyelenggaraan kliring atas cek dan BG yng diterbitkan oleh kantor
bank yang bukan peserta di wilayah kliring dimana cek dan BG tersebut dikliringkan.
Penerapan kliring warkat luar wilayah akan memberikan manfaat berupa efisiensi dalam
penyelesaian pembayaran cek/BG luar kota, baik efisien waktu maupun biaya, sebab:
a. Efektivitas dana cek/BG sesuai jadwal kliring lokal dimana warkat dikliringkan (same day
settlement)
b. Biaya proses oleh Bank Indonesia sama dengan warkat lokal lainnya. Dengan manfaat
tersebut diharapkan dapat meningkatkan kelancaran lalu lintas pembayaran giral antar daerah.

Keterangan:

1. X yang merupakan nasabah Bank B di Surabaya melakukan transaksi dengan Y yang


merupakan nasabah Bank A di Jakarta.Dalam hal ini X melakukan pembayaran kepada Y
dengan memberikan cek/BG Bank B Surabaya.
2. Y kemudian menyetorkan cek/BG tersebut ke rekeningnya di Bank A Jakarta.
3. Bank A yang ada di Jakarta, tidak perlu melakukan inkaso, melainkan dapat langsung
mengklringkan cek/BG bank tersebut melalui kliring lokal di Jakarta.
4. Kantor Bank B yang ada di Jakarta kemudian melakukan validasi cek/BG tersebut.
5. Jika valid dan dana mencukupi, maka Bank B melalui penyelenggara kliring di Jakarta
akan menginformasikan efektivitas dana atas cek/BG tersebut.
6. Bank A kemudian menerima laporan mengenai efektivitas dana atas cek/BG Bank B dari
penyelenggara kliring di Jakarta.
7. Atas informasi, Bank A kemudian akan melakukan pengkreditan ke rekening nasabah Y.
Dengan memperhatikan mekanisme di atas terlihat bahwa cek/BG yang diterbitkan oleh Bank
B di Surabaya tidak perlu dikirim atau diinkasokan ke Surabaya, sebab Bank B merupakan
peserta kliring warkat luar wilayah dan mempunyai kantor di wilayah kliring Jakarta. Dengan
dikliringkan di Jakarta, maka cek/BG tersebut akan diproses sesuai dengan jadwal Jakarta,
sehingga Bank A yang mengkliringkan dapat memperoleh kepastian efektivitas dana yang
lebih cepat atas penagihan cek/BG tersebut, yaitu pada hari yang sama atau paling lambat
keesokan harinya sejak warkat dikliringkan.
Contoh transaksi kliring warkat luar wilayah dan pencatatannya.
Pada 12 juni 2012 Sdr. X telah membeli barang kepada Sdr. Y senilai Rp 100.000.000. Sdr. X
adalah nasabah Bank B Surabaya sehingga melakukan pembayaran dengan menarik cek bank
tersebut sebesar Rp 10.000.000 dan diserahkan kepada Sdr.Y nasabah Bank A Jakarta. Tgl 14
Juni 2012 Sdr. Y melakukan penyetoran untuk rekening gironya dengan cek tersebut yang
diterima dari Sdr. X. Informasi dari lembaga kliring bahwa cek tersebut dinyatakan efektif
(dana terpenuhi). Bagaimana pencatatan di masing-masing bank yang terlibat transaksi
kliring?
Pencatatan Jurnal di Bank A Jakarta
Keterangan
Kliring 1

Tgl
14/6-2012

Rekening
Dr. RAR. Kliring

Kliring 2

14/6-2012

Cr. RAR. Kliring


Dr. Giro BI

Debit (Rp)
100.000.000

Kredit (Rp)
100.000.000

100.000.000

Cr. Giro Y
Pencatatan Jurnal di Bank B Jakarta

100.000.000

Keterangan
Kliring 2

Kredit (Rp)

Tgl
14/6-2012

Rekening
Debit (Rp)
Dr. RAK Cab. Surabaya 100.000.000
Cr. Giro BI

100.000.000

Pencatatan Jurnal di Bank B Surabaya


Keterangan
Transaksi
Antarcabang

Tgl
14/6-2012

Rekening
Dr. Giro X
Cr. RAK Cab. Jakarta

Debit (Rp)
100.000.000

Kredit (Rp)
100.000.000

Contoh tersebut memberikan pemahaman bahwa transaksi kliring warkat luar wilayah dalam
penyelesaiannya akan melibatkan transaksi antarcabang bank sendiri. Pada kliring pertama
antarbank (Bank A dengan Bank B Jakarta) memang hanya melibatkan bank tersebut dengan
Bank Indonesia, namun ketika kliring kedua dilakukan dan dinyatakan efektif, maka Bank B
Jakarta akan mencatat RAK cabang Surabaya sebagai konsekuensi Bank B Jakarta telah
membayar kepada Bank A Jakarta. Dengan demikian Bank B Jakarta mempunyai rekening
tagihan antarcabang kepada Bank B Cabang Surabaya. Sedangkan untuk Rekening
Administratif Rupiah (RAR) kliring tetap dicatat dengan ayat tunggal.
Prinsip-Prinsip Umum Kliring Warkat Luar Wilayah
Prinsip-prinsip umum dalam penyelenggaraan kliring warkat luar wilayah adalah sebagai
berikut :
1

Cek dan BG diterbitkan oleh suatu kantor bank dapat dikliringkan diwilayah kliring
manapun sepanjang :
a

Cek dan BG yang diterbitkan oleh bank yang sudah terdaftar sebagai peserta
kliring warkat luar wilayah

Di wilayah kliring di mana warkat tersebut dikliringkan terdapat kantor cabang


dari bank penerbit yang menjadi peserta kliring

Kepesertaan
a

Saat ini kepesertaan bank dalam kliring warkat luar wilayah tidak bersifat wajib,
tergantung pada kebutuhan dan kesiapan masing-masing bank

Pendaftaran untuk menjadi peserta kliring warkat luar wilayah cukup dilakukan
oleh kantor pusat bank dan berlaku bagi seluruh kantor bank yang bersangkutan

Bank wajib menetapkan satu kantor koordinator di setiap wilayah kliring dimana
bank tersebut menjadi peserta

Bank indonesia tidak mengatur mekanisme internal bank dalam melakukan validasi
cek dan BG luar kotanya

Dalam penyelenggaraan kliring, proses perhitungan atas cek dan BG luar kota tidak
dipisahkan dari proses warkat lokal lainnya, sehingga evektifitas dana Cek/BG luar
kota tersebut sama dengan jadwal kliring lokal dimana cek/BG tersebut dikliringkan

Perhitungan antarkantor dari bank tertarik diselesaikan secara internal oleh masingmasing bank

Penerapan kliring warkat luar wilayah memberi implikasi bagi seluruh bank, baik yang
mendaftar maupun yang tidak mendaftar menjadi peserta kliring warkat luar wilayah,
karena :
1

Seluruh bank, baik yang mendaftar atau tidak mendaftar menjadi peserta kliring
warkat luar wilayah dapat mengkliringkan cek/BG yang diterbitkan oleh bank
peserta kliring warkat luar wilayah di wilayah kliring maupun sepanjang di
wilayah kliring tersebut ada kantor cabang dari bank penerbit

Nasabah tentu lebih memilih agar cek/BG luar kota di kliringkan melalui kliring
lokal, karena akan lebioh cepat dan efisien daripada harus melalui mekanisme
inkaso.

Implikasi bagi bank secara umum adalah sebagai berikut :


1

Sistem dan prosedur penerimaan dan pemrosesan cek/BG luar kota, memilih mana
yang sudah dapat dikliringkan lokal dan mana yang belum

Terkait dengan sistem kliring yang digunakan di masing-masing wilayah kliring saat
ini, terdapat implikasi yang berbeda bagi bank-bank yang menjadi peserta kliring
masing-masing wilayah kliring tersebut, yaitu :
a

Bank Peserta Kliring Elektronik/Otomasi

Tidak ada perubahan pada aplikasi sistem yang ada di peserta. Namun bank perlu melengkapi
MICR code line, apabila cekBG tersebut berasal dari wilayah kliring lain yang belum
otomasielektronik
b

Bank Peserta Kliring SOKL

Melakukan updating sandi peserta pada aplikasi SOKL setiap kali ada bank peserta kliring
warkat luar wilayah yang baru atau setiap kali ada penambahan/pengurangan peserta
langsung dari kantor bank peserta kliring warkat luar wilayah. Proses updating dilakukan
agar cek/BG luar kota dapat dikenal oleh sistem pada saat bank melakukan rekam data
SOKL.

Bank Peserta Kliring Manual

Tidak terdapat implikasi teknis bagi kantor bank yang menjadi peserta kliring lokal dengan
sistem manual, mengingat semua kegiatanmasih dilakukan secara manual,
Peserta kliring warkal luar wilayah adalah bank yang telah mendaftar dan disetujui oleh Bank
Indonesai untuk menjadi peserta kliring warkat luar wilayah. Dengan mendaftar sebagai
peserta kliring warkat luar wilayah, berarti cek/BG yang dikeluarkan oleh seluruh kantor
bank tersebut dapat dikliringkan dimanapun sepanjang di wilayah kliring tersebut terdapat
kantornya yang menjadi peserta kliring. Bagi bank peserta kliring warkat luar wilayah,
terdapat beberapa implikasi khusus sebagai berikut:
1

Sistem Verifikasi CekBG

Salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan bank peserta kliring warkat luar wilayah
adalah sistem dan prosedur untuk melakukan validasi atas cekBG yang diterbitkan oleh
kantornya yang berada di wilayah kliring lainnya. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan
adalah apakah sistem dan prosedur tersebut cukup aman dan efisien. Apabila bank
menggunakan sistem validasi online maka bank perlu menyiapkan contigency plan untuk
mengatasi terjadinya gangguan pada sistem
2

Prosedur pemberian fasilitas overdraft terkait dengan kebijakan intern bank


mengenai pemberian fasilitas overdraft kepada nasabahnya, maka bank peserta
kliring warkat luar wilayah yang menyediakan fasilitas ini perlu meninjau
kembali prosedur operasional sehubung dengan kewenangan pemberian
fasilitas overdraft tersebut oleh kantornya yang berada di wilayah kliring lain.

Pencetakan Warkat

Dengan diterapkiannya kliring warkat luar wilayah maka bank peserta kliring warkat luar
wilayah diwajibkan untuk mencantumkan informasi mengenai sandi peserta dan nomor
rekening pada cek/BG yang diterbitkan seluruh kantornya. Hal ini dimaksudkan untuk
memudahkan bank lain pada saat akan meng-encode (pada sistem otomasi/elektronik) atau
pada saat merekam data ke dalam disket (pada sistem SOKL)
Dengan diterapkannya kliring warkat luar wilayah, implikasi bagi penyelenggara kliring yang
perlu diperhatikan adalah kewajiban untuk melakukan updating sandi peserta kliring pada
aplikasi yang digunakannya sebagai penyelenggara. Implikasi ini khususnya bagi
penyelenggara kliring di wilayah kliring yang menggunakan sistem semi otomasi (SOKL),
otomasi, dan elektronik. Proses updating dilakukan setiap kali ada bank yang mendaftar

menjadi peserta kliring warkat luar wilayah, atau setiap kali ada penambahan atau
penghentian peserta langsung yang merupakan kantor bank peserta kliring warkat luar
wilayah.
Penyelenggaraan kliring warkat luar wilayah merupakan suatu fasilitas yang disediakan Bank
Indonesia, dimana keikutsertaan bank pada scheme ini tidak bersifat mandatori. Dalam hal ini
Bank Indonesia memeberi kebebasan pada bank untuk ikut mendaftar atau tidak pada scheme
ini, sesuai kebutuhan dan kesiapan masing-masing bank. Bagi bank yang mendaftar pada
kliring warkat luar wilayah tentunya merupakan suatu competitive advantage, namun
demikian bagi bank lain yang tidak mendaftar pada scheme ini juga akan memperoleh
manfaat dengan potensi berkurangnya waktu dan biaya untuk melakukan inkaso atas cekBG
luar kota yang di terbitkan oleh peserta kliring warkat luar wilayah.
Penerapan kliring warkat luar wilayah, tidak serta merta merupakan substitusi bagi seluruh
transaksi inkaso cek/BG yang ada saat ini, terutama apabila cek/BG luar kota tersebut
diterbitkan oleh bank yang belum mendaftar. Tidak ada kantor bank dari bank tertarik yang
menjadi peserta kliring di wilayah kliring diamana cek/BG tersebut disetorkan. Namun
demikian, penerapan kliring warkat luar wilayah yang merupakan salah satu solusi bagi
permasalahan transaksi cek/BG luar kota, akan memberikan manfaat yang cukup besar, baik
bagi masyarakat maupun perbankan sendiri karena dapat diperoleh kepastian efektivitas dana
yang jauh lebih cepat dengan biaya yang relatif lebih murah

H. Kliring Elektronik dan Otomasi


Kliring Elektronik dan Otomasi pada prinsipnyan sama dengan kliring manual.
Warkat yang digunakan juga sama, yang membedakan adalah pada penggunaan
teknologi yang lebih canggih. Untuk penyelenggaraan kliring lokal yang dalam
pelaksanaan perhitungan dan pembuatan bilyet saldo kliring dilakukan secara
otomasi (untuk kliring otomasi) dan di dasarkan pada Data Keuangan Elektronik
yang selanjutnya disebut DKE untuk kliring elektronik. Warkat yang digunakan relatif
sama dengan sistem kliring manual.
Dalam Kliring elektronik dan otomasi, harus didukung oleh Sistem Pusat
komputer Kliring Elektronik (SPKE), Terminal Peserta Kliring (TPK), dan Jaringan
Komunikasi Data (JKD). SPKE adalah seperangkat sistem komputer pada

penyelenggara yang berfungsi menerima dan mengelola data keuangan elektronik


serta menghasilkan informasi hasil kliring dan informasi kliring lainnya. TPK adalah
perangkat sistem komputer yang dipasang di peserta untuk mengirim Data
Keuangan Elektronik (DKE) ke SPKE serta menerima informasi hasil perhitungan
kliring dan informasi kliring lainnya. Sedangkan yang dimaksud JKD adalah
seperangkat sistem yang berfungsi sebagai sarana penghubung antara TPK dengan
SPKE.
Bank

Indonesia

mengeluarkan Sistem

Kliring

Elektronik

(SKE).

SKE

mempunyai beberapa tujuan, antara lain :


1 Meningkatkan kualitas dan kapasitas layanan system pembayaran lebih cepat,
akurat, handal, aman dan lancar.
2 Meningkatkan efisiensi, efektifitas

serta

keamanan

pelaksanaan

dan

pengawasan proses Kliring.


3 Memenuhi kebutuhan informasi para peserta kliring mengenai hasil perhitungan
kliring secara lebih cepat, akurat dan tepat waktu.
Dalam kliring elektronik maupun otomasi, dokumen kliring yang digunakan
sebagai alat bantu dalam proses perhitungan kliring adalah :
a Bukti Penyerahan Warkat Debet (BPWD)
BPWD digunakan sebagai tanda bukri penyerahan warkat debet untuk setiap
bundeel warkat dari petugas kliring kepada penyelenggara pada kegiatan
kliring penyerahaan.
b Bukti Penyerahan Warkat Kredit (BPWK)
BPWK digunakan sebagai tanda bukti penyerahan warkat kredit untuk setiao
bundel warkat dari petugas kliring kepada penyelenggara pada kegiatan
c

kliring penyerahan.
Lembar Substitusi
Lembar Subtitusi dugunakan dalam kliring penyerahan sebagai tempat
menempelkan bukti penjumlahan (add-list) nominal warkat yang diserahkan
kepada penyelenggara. Pada lembarsubstitusi dicantumkan jumlah nominal
yang sama dengan hasil penjumlahan seluruh warkat pada bundel warkat

yang bersangkutan.
d Kartu Batch
Kartu Batch merupakan saran untuk mengetahui jumlah keseluruhan nominal
bundel warkat dari masing-masing peserta dan sebagai saran kontrol dalam
proses kliring.
e Bukti Penyerahan Rekaman Warkat Kliring Pengembalian (BPRWKP)

Warkat ataupun dokumen kliring harus diisi harus memperhatikan jenis angka
dan simbol MICR code line. Angka dan simbol merupakan rangkaian informasi yang
dibutuhkan dalam rangka sistem kliring yang diotomasikan atau kliring otomasi atau
elektronik. MICR code line pada warkat yang wajib dicantumkan dalam clear band
terdiri dari :
a
b
c
d
e

Nomor Warkat : 6 (enam) digit;


Sandi Peserta : 7 (tujuh) digit;
Nomor Rekening : 10 (sepuluh) digit;
Sandi Transaksi : 2 (dua) digit;
Nilai Nominal Warkat : 14 (empat belas) digit.

Sedangkan pencantuman MICR code line pada warkat meliputi :


1 Nomor Warkat
Nomor warkat disediakan untuk nomer seri pada cek dan Bilyet Giro serta
nomor urut atau nomor registrasi pada warkat lainnya. Meskipun demikian
bank dapat pula menggunakannya untuk identitas warkat lainnya, misalnya
nomor urut atau nomor registrasi dan lain-lain untuk warkat selain cek atau
selain Bilyet Giro. Untuk Keperluan nomor warkat disediakan 6 (enam) digit
angka. Pencantuman nomor warkat yang kurang dari 6 (enam) digit, harus
diawali dengan angka 0 (nol). Sedangkan untuk nomor warkat yang melebihi
6 (enam) digit hanya dicantumkan 6 (enam) digit terakhir. Sebelah kiri dan
kanan nomor warkat tersebut harus diisi dengan simbol domestik.
2 Sandi Peserta
Sandi peserta disediakan untuk sandi bank dan sandi kantor penerima
warkat. Untuk keperluan sandi peserta disediakan 7(tujuh) digit angka, yang
terdiri dari ;
a 3 (tiga) digit pertama untuk sandi bank;
b 3 (tiga ) digit berikut untuk sandi kantor peserta;
c 1 (satu) digit terakhir untuk angka penguji.
3 Nomor Rekening
Nomor rekening disediakan untuk nomor rekening nasabah pada peserta
penerima paling banyak 10 (sepuluh) digit angka, yang sistematikanya
disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing peserta. Pencantuman nomor
reking yang kurang dari 10 (sepuluh) digit, diawali dengan angka 0 (nol) ,
sedangkan untuk nomor rekening yang melebihi 10 (sepuluh) digit hanya di
cantumkan

10

(sepuluh)

digit

terakhir. Dalam

hal

nomor

rekening

mengunakan karakter spesial (non numeric) maka pengisian MICR dilakukan

dengan angka 000000001 dan khusus pada nota kredit diisi secara lengkap
nama serta nomer rekening penerima pada warkata dimaksud. Nomor reken
ing ini diakhiri dengan simbol domestik.
4 Sandi Transaksi
Untuk keperluan statistik bagi pihak penyelenggara, sandi transaksi diatur
sebagai berikut :
a Sandi tarnsaksi disediakan untuk identitas jenis warkat dan atau jenis
transaksi yang terdapat di dalamnya;
b Dalam sandi transaksi disediakan 2 (dua) digit angka dengan pengaturan
sebagai berikut:
1 00 sampai dengan 09 untuk Cek
2 10 sampai dengan 19 untuk Bilyet Giro
3 20 sampai dengan 29 untuk WBUT
4 30 sampai dengan 39 untuk SPBT
5 40 sampai dengan 49 untuk nota debet, dengan ketentuan:
a Sandi transaksi 40 sampai dengan 49 kecuali sandi transaksi 45,
untuk

transaksi

kliring

dengan

nilai

nominal

paling

tinggi

Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah)


b Sandi tarnsaksi 45, untuk transaksi kliring dengan nilai nominal di
atas Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dan digunakan untuk
transaksi-transaksi sebagaimana diatru dalam surat edaran Bank
Indonesia yang mengatur mengenai penggunaan nota debet dalam
kliring
6 50 sampai dengan 59 untuk nota kredit, dengan pengaturan sebagai
berikut :
a Sandi transaksi 50, untuk :
1 Transaksi antarbank untuk

keuntungan

nasabah

yang

pelaksanaannya mengacu pada surat edaran Bank Indonesia


yang mengatur mengenai jadwal kliring dan tanggal valuta
penyelesaian akhir, sistem penyelenggaraan kliring lokal serta
jenis dan batasan nominal warkat atau data keuangan
elektronik, dan
2 Transaksi antar bank selain Pasar Uang Antar Bank (PUAB),
Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS), transaksi valuta asing
antarbank dan atau transaksi Sertifikat Waidah Bank Indonesia
(SWBI), atau SBPU
5 Nilai Nominal
Informasi mengenail nilai nominal

tidak

dicetak

secara

preprinted.

Pencantumannya dilakukan oleh peserta yang memperhitungkan warkat,

dengan menggunakan peralatan khusus yang disebut MICR encorder atau


reader-encoder dengan ketentuan sebagai berikut:
a Nilai Nominal disediakan untuk pencantuman nilai nominal yang tertera
pada warkat. Untuk keperluan tersebut disediakan 14 (empat belas) digit
angak termasuk 2 (dua) digit nilai sen dalam satuan mata uang rupiah
(Rp)
b Pencantuman nilai nominal yang kurang dari 14 (empat belas) digit, harus
diawali dengan angka 0 (nol) dan nilai nominal setiap warkat kurang dari
Rp1.000.000.000,00 (satu triliun rupiah). Nilai nominal sebagaimana
dimaksud di atas diapit oleh 2 (dua) simbol nominal pada bagian kiri dan
kanannya.
Jenis Biaya Kliring
Penyelenggaraan kliring baik secara manual, semi otomasi, otomasi maupun
secara elektronik pada prinsipnya memerlukan biaya kliring. Biaya kliring ini menjadi
beban peserta kliring yang melakukan kliring pada saat itu. Secara umum biaya
kliring terdiri dari biaya admisitrasi, biaya prose warkat kliring. Biaya-biaya ini akan
dikreditkan oleh Bank Indonesia dari rekening giro BI yang dimiliki oleh peserta
kliring.
Mengingat dalam penyelenggaraan kliring lokal baik secara elektronik,
otomasi, maupun semi otomasi peserta dikenakan biaya oleh penyelenggara, maka
untuk mendukung kelancaran pelaksanaan kliring, peserta dapat mengenakan biaya
yang wajar kepada nasabahnya. Peserta wajib mengumumkan besarnya biaya
kliring yang ditetapkan oleh Bank Indonesia serta besarnya biaya kliring yang
dibebankan oleh peserta kepada nasabahnya.
Tata cara kliring elektronik :
a

Mempersiapkan warkat umum mekanisme dan dokumen kliring meliputi


pemisahan warkat menurut Janis transaksinya, pembubuhan stempel kliring dan
pencantuman informasi MICR code line baik pada warakt maupun pada
dokumen kliring.
Selanjutnya Bank Pengirim merekam data warkat kliring ke dalam system TPK
dengan menggunakan mesin reader encoder atau meng-input data warkat untuk
mngehasilkan DKE.

e
f
g

Mengelompokkan warkat dalam batch kemudian menyusulkan dalam bundel


warkat yang terdiri dari : BPWD/BPWK; Lembar Substansi; Karti Batch Warkat
Debet/Kredit;Warkat Debet/Kredit.
Mengirimkan batch DKE secara elektronik melalui JKD ke SPKE di
penyelenggara. Fisik warkat dari DKE selanjutnya dikirim ke penyelenggara
untuk dipilah berdasarkan bank tertuju secara otomasi dengan menggunakan
mesin baca pilah berteknologi image.
Peserta dapat melihat status DKE di TPK maisng-maisng, apakah pengiriman
tersebut sukses atau gagal.
SPKE akan memproses DKE yang diterima secara otomatis setelah batas waktu
transmit DKE berakhir.
Selanjutnya SPKE akan men-broadcast informasi hasil kliring kepada seluruh
TPK sehingga peserta dapat secara on-line melihat posisi hasil kliring melalui
TPK.
Hasil perhitungan DKE tersebut (Bilyet Saldo Kliring) selanjutnya dibubukan ke
rekening giro masing-masing bank di system Bank Indonesia Real Time Gross
Sttlement (system BI-RTGS). n

Skema Kliring Elektronik

Ruang Lingkup Kliring Elektronik


Perhitungan dan pembuatan Bilyet Saldo Kliring didasarkan pada Data Keuangan
Elektronik disertai dengan penyampaian warkat peserta kepadapenyelenggara untuk
diteruskan kepada peserta penerima. Transaksi yang dapat diproses melalui sistem
kliring meliputi transfer debet dantransfer kredit yang disertai dengan pertukaran fisik
warkat, baik warkat debet (cek,bilyet giro, nota debet dan lain-lain) maupun warkat
kredit. Khusus untuk transfer kredit, nilai transaksi yang dapat diproses melalui
kliring dibatasi di bawah Rp100.000.000,00 sedangkan, untuk nilai transaksi
Rp100.000.000,00 ke atas harus dilakukan melalui Sistem Bank Indonesia Real
Time Gross Settlement (Sistem BIRTGS).
Dalam melaksanakan kegiatan kliring tersebut, digunakan 4 (empat) jenis
sistem yang berbeda yaitu :
a Sistem Kliring Elektronik atau dikenal dengan SKEJ, digunakan di Jakarta;
b Sistem Kliring Otomasi, digunakan di Surabaya, Medan dan Bandung;
c Sistem Semi Otomasi Kliring Lokal atau dikenal dengan SOKL, digunakan di 33
wilayah kliring yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia dan 37 wilayah kliring
lainnya yang diselenggarakan oleh pihak lain yang ditunjuk oleh Bank Indonesia.

Sistem Kliring Elektronik di Indonesia


Sesuai acuan pokok pengembangan sistem pembayaran nasional (Blue Print
Sistem Pembayaran Nasional Bank Indonesia;1995) yang antara lain memuat visi,
kerangka kebijakan dan langkah-langkah yang perlu dikembangkan dalam
menciptakan sistem pembayaran nasional yang lebih efektif, efisien, handal dan
aman, maka pada tahun 1996 konsep penyelenggaraan kliring lokal secara
elektronik dengan teknologi image mulai dikembangkan oleh Urusan Akunting dan
Sistem Pembayaran Bank Indonesia.
Pada tanggal 18 September 1998, Bank Indonesia mencatat sejarah baru
dalam bidang sistem pembayaran dimana untuk pertama kalinya di Indonesia
diresmikan penggunaan Sistem Kliring Elektronik (SKE) oleh Gubernur Bank
Indonesia, DR. Syahril Sabirin. Penerapan SKE tersebut dilakukan pada
Penyelenggaraan Klring Lokal Jakarta dimana pada awal implementasi, jumlah
peserta yang ikut serta masih terbatas 7 bank peserta kliring (BRI, BDN, BII, BCA,
Deutsche Bank, Standard Chartered, Citibank) dan 2 peserta intern dari Bank
Indonesia (Bagian Akunting Thamrin dan Bagian Akunting Kota). Keikutsertaan
kantor-kantor bank dalam Kliring Elektronik dilakukan secara bertahap sesuai
dengan kesiapan teknis masing-masing peserta. Bagi kantor-kantor bank yang
belum menjadi anggota Kliring Elektronik, perhitungan kliring tetap menggunakan
sistem kliring otomasi. Implementasi Kliring Elektronik secara menyeluruh kepada
seluruh peserta kliring di Jakarta baru dilaksanakan pada tanggal 18 Juni 2001.

Anda mungkin juga menyukai