Anda di halaman 1dari 14

HUBUNGAN LAMA PEMBERIAN ASI DENGAN STATUS GIZI DAN

TINGKAT KECERDASAN ANAK USIA 3-5 TAHUN


DI KECAMATAN KALIDONI PALEMBANG TAHUN 2012
Kharisma Virgian
Poltekkes Kemenkes Palembang Jurusan Kebidanan

ABSTRAK
Nutrisi yang adekuat sangat diperlukan seorang anak untuk mendukung proses
pertumbuhan dan perkembangannya. ASI merupakan salah satu nutrisi yang tepat,
sangat kaya akan gizi dan sangat bermanfaat terhadap tumbuh kembang anak.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara lama pemberian ASI
dengan status gizi dan tingkat kecerdasan anak usia 3-5 tahun. Penelitian ini
dilakukan dengan metode cross sectional dengan jumlah sampel 55 orang anak
usia 3-5 tahun. Penelitian ini dilakukan di kota Palembang selama periode
Oktober-Desember 2012. Analisis data menggunakan analisis bivariat dengan uji
Chi-square dan Rank Spearman. Hasil penelitian menunjukkan lama pemberian
ASI > 1 2 tahun sebesar 56,4% , 87,3% anak mempunyai status gizi baik dan
67,3% anak memiliki IQ tinggi. Terdapat perbedaan lama pemberian ASI
terhadap status gizi (p=0,046, RP=7,75, 95%IK(0,999-60,131). Terdapat
perbedaan lama pemberian ASI terhadap tingkat kecerdasan (p<0,001, RP=10,33,
95%IK(2,626-40,664). Terdapat korelasi positif dengan keeratan hubungan yang
lemah antara lama pemberian ASI dengan status gizi (p=0,016, r=0,324,
r2=0,105), serta terdapat korelasi positif dan keeratan hubungan yang kuat antara
lama pemberian ASI dengan tingkat kecerdasan (p<0,001, r=0,636, r2=0,404).
Pengaruh lama pemberian ASI terhadap status gizi sebesar 10,5% dan terhadap
tingkat kecerdasan sebesar 40,4%. Lama pemberian ASI berpengaruh lebih kuat
terhadap tingkat kecerdasan daripada terhadap status gizi.
Kata kunci : lama pemberian ASI, status gizi, tingkat kecerdasan

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan dasar tumbuh
kembang anak adalah kebutuhan
fisik biomedis (Asuh), kebutuhan
emosi atau kasih sayang (Asih) dan
kebutuhan stimulasi mental (Asah).
Dari ketiga kebutuhan dasar anak
tersebut, kebutuhan fisik biomedis
yang didalamnya terdapat kebutuhan
gizi merupakan salah satu kebutuhan

yang sangat penting. Gizi dianggap


sebagai modal dasar agar anak dapat
mengembangkan potensi genetiknya
secara optimal.1
Anak usia 3-5 tahun termasuk
dalam kategori anak usia prasekolah,
pada masa ini terjadi pertumbuhan
dan
perkembangan
biologis,
psikososial, kognitif dan spiritual
yang sangat signifikan. Nutrisi pada

anak
usia
prasekolah
harus
mempunyai nilai gizi yang seimbang
dan kalori yang mencukupi. Nutrisi
yang tidak terpenuhi dengan baik
akan mengakibatkan gangguan pada
pertumbuhan dan perkembangan.2
Pemberian ASI merupakan
suatu aktifitas dalam memenuhi
kebutuhan dasar seorang bayi. Bayi
akan terpenuhi kebutuhan asah yaitu
stimulasi
untuk
perkembangan
emosionalnya dalam berinteraksi
dengan sesama, terutama dengan
ibunya. Jalinan kasih sayang akan
terbangun antara bayi dan ibu
sebagai manifestasi pemenuhan
kebutuhan asih dan zat-zat gizi yang
terkandung dalam air susu ibu akan
dibutuhkan
untuk
tumbuh
kembangnya sebagai pemenuhan
kebutuhan asuh.3
Pemberian makanan yang
tepat dan optimal sangat penting
untuk
pertumbuhan
dan
perkembangan anak. Menurut Global
Strategy for Infant and Young Child
Feeding, pemberian makanan yang
tepat adalah menyusui bayi sesegera
mungkin setelah lahir, memberikan
ASI eksklusif sampai umur 6 bulan,
memberikan makanan pendamping
ASI yang tepat dan adekuat sejak
usia 6 bulan dan melanjutkan
pemberian ASI sampai umur 2 tahun
atau lebih.3
Pemberian
ASI
juga
berhubungan dengan perkembangan
kognitif atau kecerdasan seorang
anak. Kecerdasan seorang anak
dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu faktor genetik, lingkungan dan
nutrisi. Faktor genetik memiliki
peranan
sebesar
48%
dalam
membentuk kecerdasan, sisanya
adalah faktor lingkungan termasuk
ketika masih dalam kandungan.

Nutrisi yang diperoleh janin selama


dalam kandungan akan menentukan
kemampuan kecerdasan anak karena
berat badan lahir berhubungan erat
dengan gizi yang diterima oleh
janin.4
Usia keemasan (golden age)
adalah masa yang paling penting
untuk pembentukan pengetahuan dan
perilaku anak. Pada masa ini
kemampuan otak anak untuk
menyerap informasi sangat tinggi.
Lima puluh persen kecerdasan anak
ditentukan dalam 4 tahun pertama
dan 30% sebelum usianya mencapai
8 tahun. Pada masa empat tahun
pertama itu anak membentuk jalurjalur belajar utama di otaknya
(koneksi dalam otak). Materi apapun
yang ia pelajari nanti akan berdiri di
atas dasar jalur-jalur itu. Berbagai
informasi yang diberikan akan
berdampak bagi anak di kemudian
hari.5
Berdasarkan
data
yang
didapatkan dari profil kesehatan kota
Palembang tahun 2010. Prevalensi
status gizi buruk di kota Palembang
sebesar 33,3% dan prevalensi status
gizi kurang sebanyak 16,3%.
Cakupan pemberian ASI eksklusif
untuk kota Palembang tahun 2010
sebesar 41,51%. Cakupan ini masih
jauh di bawah target pencapaian
pemberian ASI eksklusif Indonesia
yaitu sebesar 80%.6
Dari uraian latar belakang di
atas dan permasalahan yang ada,
maka penulis
tertarik untuk
mengetahui hubungan antara lama
pemberian ASI dengan status gizi
dan tingkat kecerdasan anak usia 3-5
tahun di wilayah Kecamatan
Kalidoni Palembang.

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar


belakang yang telah dikemukakan ,
maka dapat dirumuskan masalah
penelitian yaitu :
1. Apakah terdapat hubungan antara
lama pemberian ASI dengan
status gizi anak usia 3-5 tahun ?
2. Apakah terdapat hubungan antara
lama pemberian ASI dengan
tingkat kecerdasan anak usia 3-5
tahun ?

Adapun tujuan dari penelitian ini


adalah :
1. Menganalisis hubungan antara
lama pemberian ASI dengan
status gizi anak usia 3-5 tahun.
2. Menganalisis hubungan antara
lama pemberian ASI dengan
tingkat kecerdasan anak usia 3-5
tahun.

METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini adalah
analitik dengan desain
sectional.

studi
cross

(informed consent). Kriteria eksklusi


yaitu anak usia 3- 5 tahun yang
mempunyai riwayat sakit pada masa
neonatal (dirawat di RS), memiliki
penyakit berat dan memiliki cacat
fisik atau mental.

B. Populasi Penelitian
C. Sampel Penelitian
Populasi target yaitu semua
anak usia 3-5 tahun yang mengikuti
kegiatan di PAUD (Pendidikan Anak
Usia Dini). Populasi terjangkau yaitu
semua anak usia 3-5 tahun yang
mengikuti kegiatan PAUD di
Kecamatan
Kalidoni
Kota
Palembang Tahun 2012. Subjek
penelitian ini adalah semua anak
usia 3-5 tahun yang mengikuti
kegiatan
PAUD
di
wilayah
Kecamatan
Kalidoni
Kota
Palembang tahun 2012 yang
memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi. Kriteria inklusi pada
penelitian ini yaitu anak berusia 3-5
tahun dan mendapatkan ASI pada
waktu bayi, berat badan lahir anak >
2500 gr, ibu mengizinkan anaknya
untuk mengikuti penelitian dengan
mengisi
lembar
persetujuan

Teknik pengambilan sampel


pada penelitian ini diambil dengan
teknik multistage random sampling.
Dari 12 PAUD yang berada di
wilayah
kecamatan
Kalidoni
Palembang, peneliti mengambil 6
PAUD secara random dan dari tiap
PAUD yang terpilih diambil 10
orang anak usia 3-5 tahun yang
memenuhi kriteria inkulusi dan
eksklusi. Dari 60 orang anak usia 3-5
tahun yang telah diambil secara
random dari tiap PAUD, terdapat 5
orang anak
yang hasil tes
psikologinya (tes IQ) tidak bisa
dilakukan penilaian dan harus
dikeluarkan dari penelitian sehingga
total sampel berjumlah 55 orang
anak.

D. Lokasi Penelitian
1.

Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di beberapa
PAUD wilayah kerja Kecamatan
Kalidoni Palembang.

2.

Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan
Oktober-Desember 2012.

E. Teknik
dan
Instrumen
Pengumpulan Data
1.

Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan setelah


peneliti mengurus perijinan, lalu
mengidentifikasi
subjek
yang
berpotensi masuk dalam penelitian,
kemudian ibu diberi informasi
apabila setuju maka, membuat
persetujuan (informed consent).
Anak dilakukan penimbangan berat
badan dan pengukuran tinggi badan
untuk mengetahui status gizi,
kemudian mengikuti tes IQ yang
dilakukan oleh psikolog.
2.

pengukur BB dan TB dan standar


status gizi yang digunakan adalah
WHO Child Growth Standard 2006.
Untuk menilai tingkat kecerdasan
dilakukan tes IQ dengan instrumen
tes WPPSI (Wechsler Preschool and
Primary Scale of Intelligence) yang
dilakukan oleh psikolog.

Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data


yaitu
kuesioner
untuk
lama
pemberian ASI dan variabel perancu.
Instrumen untuk status gizi yaitu alat

F. Teknik Pengolahan Data dan


Analisis Data
1. Pengolahan Data
Data yang diperoleh dianalisis dan
disajikan dengan menggunakan
sistem
komputerisasi.
Untuk
melakukan
pengecekan
isian
formulir atau kuesioner apakah
jawaban yang ada sudah lengkap,
jelas, relevan dan konsisten.
2. Analisis Data
1.. Analisis Univariat
Analisis masing-masing variabel
yaitu frekuensi dan persentase.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk
menganalisis hubungan antara dua
variabel dengan menggunakan uji
Chi-Square dan Rank Spearman
untuk menentukan nilai signifikansi
(nilai p < 0,05) dan nilai koefisien
korelasi (r).

HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
1.

Karakteristik Responden

Penelitian tentang hubungan


data dasar meliputi karakteristik,
lama pemberian ASI dengan status
riwayat lama pemberian ASI, status
gizi dan tingkat kecerdasan telah
gizi
dan
pengukuran
tingkat
dilakukan pada anak usia 3-5 tahun
kecerdasan ( tes IQ). Hasil penelitian
yang berjumlah 55 orang. Terhadap
disajikan berikut ini :
semua subjek dilakukan pengambilan
Tabel 1. Karakteristik Responden
Karakteristik
1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Usia Ibu
- 20- 30 tahun
- > 30 tahun
Paritas
- Primipara
- Multipara
Pendidikan Ibu
- Dasar
- Menengah
- Tinggi
Pekerjaan Ibu
- Tidak bekerja
- Bekerja
Status ekonomi keluarga
- Kurang
- Baik
Lama pemberian ASI
- < 1 tahun
- > 1 2 tahun
Status Gizi (z score BB/TB)
- Gizi kurang
- Gizi baik
Perkembangan kecerdasan
(Skor IQ)
- IQ rendah
- IQ tinggi

Berdasarkan Tabel 1 dapat


dilihat
bahwa
rata-rata
anak
mempunyai status gizi baik sebesar
87,3% dan mempunyai IQ tinggi
sebesar 67,3%. Sebagian besar ibu
berusia > 30 tahun sebesar 65,5%,
lebih banyak pada paritas multipara

19
36

34,5
65,5

11
44

20,0
80,0

7
27
21

12,7
49,0
38,1

36
19

65,5
34,5

10
45

18,2
81,8

24
31

43,6
56,4

7
48

12,7
87,3

18
37

32,7
67,3

sebesar 80%, sebagian besar ibu


49,0% mempunyai pendidikan pada
kategori menengah, sebanyak 65,5%
ibu tidak bekerja dan mempunyai
status ekonomi keluarga baik sebesar
81,8%.

2. Hubungan Variabel Perancu Dengan Status Gizi dan Tingkat Kecerdasan


Tabel 2. Hubungan Antara Variabel Perancu Dengan Status Gizi Anak
Usia 3-5 Tahun
Variabel Perancu

Status Gizi
Gizi kurang Gizi baik
n
%
n
%

RP

(95%IK)

1. Usia ibu

- 20-30 thn
- > 30 thn

4
3

21,1
8,3

15
33

78,9
91,7

0,357

2,52

(0,629-10,142)

2. Pendidikan

- Dasar
- Menengah
dan tinggi

0
7

0
14,6

7
41

100
85,4

0,577

1,17

(1,042-1,316)

3. Pekerjaan

- Tdk bekerja
- Bekerja

7
0

19,4
0

29
19

80,6
100

0,303

0,80

(0,686-0,946)

4. Paritas

- Primipara
- Multipara

2
5

18,2
11,4

9
39

81,8
88,6

0,617

1,60

(0,357-7,177)

5. Status
Ekonomi
Keluarga

- Kurang
- Baik

2
5

20,0
11,1

8
40

80,0
88,9

0,599

1,80

(0,406-7,985)

Ket. : Nilai p dihitung berdasarkan uji Chi-square

Tabel 3. Hubungan Antara Variabel Perancu Dengan Tingkat Kecerdasan


Anak Usia 3-5 Tahun

Variabel Perancu

Tingkat Kecerdasan
IQ rendah
IQ tinggi
n
%
n
%

RP

(95%IK)

1. Usia ibu

- 20-30 thn
- > 30 thn

6
12

31,6
33,3

13
24

68,4
66,7

0,895

0,94

(0,423-2,124)

2. Pendidikan

- Dasar
- Menengah
dan tinggi

12
16

28,6
33,3

5
32

71,4
66,7

0,586

0,85

(0,249-2,995)

3. Pekerjaan

- Tdk bekerja
- Bekerja

13
5

36,1
26,3

23
14

63,9
73,7

0,664

1,37

(0,576-3,272)

4. Paritas

- Primipara
- Multipara

2
16

18,2
36,4

9
28

81,8
63,6

0,307

0,50

(0,134-1,859)

5. Status
Ekonomi
Keluarga

- Kurang
- Baik

5
13

50,0
28,9

5
32

50,0
71,1

0,268

1,73

(0,801-3,741)

Ket. : Nilai p dihitung berdasarkan uji Chi-square

Pada Tabel 2 dan 3 dapat


dilihat bahwa semua nilai p
mempunyai nilai
p > 0,05
yang menunjukkan tidak ada
hubungan bermakna antara variabel
perancu dengan status gizi dan
tingkat kecerdasan anak usia 3-5

tahun. Oleh karena itu variabel usia


ibu, pendidikan, pekerjaan, paritas
dan status ekonomi keluarga bukan
menjadi variabel perancu pada
penelitian ini dan tidak dilakukan
analisis lebih lanjut.

3. Perbandingan Lama Pemberian ASI Terhadap Status Gizi


Tabel 4. Perbandingan Lama Pemberian ASI Terhadap Status Gizi Anak
Usia 3-5 Tahun
Lama
pemberian ASI

Status Gizi
Gizi kurang Gizi baik

X2

RP

(95%IK)

3,980

0,046

7,75

(0,999-60,131)

Total

1. < 1 tahun

25,0

18

75,0

24

100

2. > 1 2 tahun

3,2

30

96,8

31

100

Jumlah

12,7

48

87,3

55

100

Ket. :
- Nilai p dihitung berdasarkan uji Chi-square

Berdasarkan Tabel 4, terdapat


perbedaan (p<0,05) status gizi antara
lama pemberian ASI < 1 tahun dan >
1-2 tahun serta diperoleh rasio
prevalens (RP) sebesar 7,75 (95%IK:
0,999-60,131). Hal ini berarti anak

usia 3-5 tahun dengan lama


pemberian ASI < 1 tahun memiliki
risiko sebesar 7,75 kali untuk
mengalami gizi kurang dibandingkan
dengan pemberian ASI > 1-2 tahun.

4. Korelasi lama pemberian ASI Dengan Status Gizi


Tabel 5. Korelasi Antara Lama Pemberian ASI Dengan Status Gizi Anak
Usia 3-5 Tahun
Lama
Pemberian
ASI

Status Gizi
Gizi kurang
Gizi baik
n
%
n
%

Jumlah
n

1. < 1 tahun

25,0

18

75,0

24

100

2. > 1 - 2 tahun

3,2

30

96,8

31

100

Jumlah

12,7

48

87,3

55

100

r2

0,324

0,105

0,016

Ket. :
- Nilai p dihitung berdasarkan uji korelasi Rank Spearman
- Nilai r : koefisien korelasi
- Nilai r2: koefisien determinasi

Tabel 4.5 menunjukkan


bahwa
terdapat
korelasi
yang
bermakna
(p<0,05) antara lama
pemberian ASI dengan status gizi anak
usia 3-5 tahun. Terdapat korelasi
positif dengan keeratan hubungan
yang lemah (r = 0,324) antara kedua
variabel tersebut. Lemahnya hubungan

tersebut ditunjang oleh koefisien


determinasi (r2=0,105) yang artinya
bahwa status gizi hanya sebesar 10,5%
dipengaruhi oleh lama pemberian ASI
sedangkan 89,5% dipengaruhi oleh
faktor-faktor
lain
selain
lama
pemberianASI.

5. Perbandingan Lama Pemberian ASI Terhadap Tingkat Kecerdasan


Tabel 6. Perbandingan Lama Pemberian ASI Terhadap Tingkat Kecerdasan
Anak Usia 3-5 Tahun
Lama
pemberian
ASI

Tingkat Kecerdasan
IQ rendah
IQ tinggi

Total

1. < 1 tahun

16

66,7

33,3

24

100

2. > 1 - 2 tahun

6,5

29

93,5

31

100

Jumlah

18

32,7

37

67,3

55

100

X2

RP

(95%IK)

19,627

<0,001

10,33

(2,626-40,664)

Ket. :
- Nilai p dihitung berdasarkan uji Chi-square

Berdasarkan Tabel 6., terdapat


perbedaan
(p<0,05)
tingkat
kecerdasan antara lama pemberian
ASI < 1 tahun dan > 1-2 tahun serta
diperoleh rasio prevalens (RP)
sebesar 10,33 (95%IK: 2,626-

40,664). Hal ini berarti anak usia 3-5


tahun dengan lama pemberian ASI <
1 tahun memiliki risiko sebesar 10,33
kali untuk mempunyai IQ rendah
dibandingkan dengan pemberian ASI
>1-2tahun.

6. Korelasi Lama Pemberian ASI Dengan Tingkat Kecerdasan


Tabel 7. Korelasi Antara Lama Pemberian ASI Dengan Tingkat Kecerdasan
Anak Usia 3-5 Tahun
Lama
Pemberian
ASI

Tingkat Kecerdasan
IQ rendah
IQ tinggi
n
%
n
%

Jumlah
n

1. < 1 tahun

16

66,7

33,3

24

100

2. > 1 - 2 tahun

6,5

29

93,5

31

100

Jumlah

18

32,7

37

67,3

55

100

r2

0,636

0,404

<0,001

Ket. :
- Nilai p dihitung berdasarkan uji korelasi Rank Spearman
- Nilai r : koefisien korelasi
- Nilai r2 : koefisien determinasi

Pada Tabel 7 dapat diketahui


bahwa terdapat korelasi yang sangat
bermakna (p <0,001) antara lama
pemberian ASI dengan tingkat
kecerdasan anak usia 3-5 tahun.
Terdapat korelasi positif dengan
keeratan hubungan yang kuat (r =
0,636) antara kedua variabel tersebut.

Kuatnya hubungan tersebut ditunjang


oleh koefisien determinasi (r2=0,404)
yang
artinya
bahwa
tingkat
kecerdasan anak usia 3-5 tahun
sebesar 40,4% dipengaruhi oleh lama
pemberian ASI, sedangkan 59,6%
lagi dipengaruhi oleh faktor-faktor
lain selain lama pemberian ASI.

PEMBAHASAN
Tabel
4
dan
5
menunjukkan
bahwa
terdapat
hubungan yang bermakna antara
lama pemberian ASI dengan status
gizi anak usia 3-5 tahun artinya
semakin lama pemberian ASI maka
status gizi anak semakin baik.
Hasil penelitian ini sesuai
dengan
penelitian
Penelitian
Marquis, dkk bahwa pemberian ASI
dapat meningkatkan status gizi pada
anak. ASI yang diberikan lebih dari
12 bulan atau 1 tahun dapat
meningkatkan gizi pada anak.
Kurangnya zat gizi pada anak dapat

dioptimalkan dengan pemberian


ASI.7
Penelitian Oyango, dkk
terhadap 250 balita di Kenya
menunjukkan
bahwa
ASI
mengandung 32% kebutuhan energi
pada anak. Peran ASI pada tahun
kedua kehidupan anak merupakan
kebutuhan pelengkap gizi yang
adekuat, sumber nutrisi yang besar
dan tak tergantikan terutama zat
lemak dan vitamin A yang
dibutuhkan oleh anak.8

Penelitian yang dilakukan


oleh Mendell pada anak-anak yang
menyusui selama 2 tahun atau lebih
mengungkapkan bahwa pemberian
ASI dapat menjadi sumber zat gizi
yang
sangat
berharga
dan
memberikan perlindungan terhadap
penyakit selama proses pemberian
ASI terus dilanjutkan. Pemberian
ASI lebih dari usia 1 tahun secara
signifikan
dapat
mencukupi
kebutuhan nutrisi dan energi pada
anak dibandingkan dengan ASI yang
diberikan hanya dalam waktu yang
pendek.9
Menurut
Dewey,
pemberian ASI yang dilanjutkan
sampai usia anak 2 tahun dapat
mencukupi kebutuhan zat gizi
terutama protein, lemak dan vitamin.
Pada tahun kedua (12-23 bulan), 448
ml ASI mengandung 29% kebutuhan
energi, 43% kebutuhan protein, 36%
kebutuhan kalsium, 75% kebutuhan
vitamin A, 76% kebutuhan folat,
94% kebutuhan vitamin B12 dan
60% kebutuhan vitamin C.10
Berbagai
penelitian
menunjukkan bahwa ASI adalah
nutrisi terbaik dan terlengkap. Nilai
nutrisi ASI lebih besar dibandingkan
susu formula, karena mengandung
lemak, karbohidrat, protein dan air
dalam jumlah yang tepat untuk
pencernaan, perkembangan otak dan
pertumbuhan
anak.
Kandungan
nutrisinya yang unik menyebabkan
ASI memiliki keunggulan yang tidak
dapat ditiru oleh susu formula
apapun. Jenis asam lemak yang
terdapat di dalam ASI mempunyai
pengaruh terhadap perkembangan
otak yang menyebabkan kemampuan
melihat dan fungsi kognitif anak
berkembang lebih awal.11

Pada penelitian ini rata-rata


ibu mempunyai anak dengan status
gizi baik sebesar 87%. Ibu-ibu yang
memberikan ASI lebih lama pada
anaknya > 1-2 tahun sebagian besar
juga mempunyai status gizi yang
baik sebesar 96,7%. Ibu sudah
menyadari
akan
pentingnya
pemberian ASI bagi anaknya tidak
hanya hanya dari cara pemberian
ASI juga periode pemberian ASI
yang
optimal
pada
anaknya.
Pemberian ASI yang diberikan
secara dini pada anak dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak di kemudian
hari.
Hasil
analisis
statistik
menunjukkan terdapat korelasi yang
bermakna antara lama pemberian
ASI dan status gizi anak anak usia 35 tahun, tetapi kedua variabel
tersebut
mempunyai
keeratan
hubungan yang lemah. Hal ini
disebabkan karena nutrisi dari ASI
sangat bermanfaat bagi pertumbuhan
anak, tetapi
dengan semakin
meningkatnya
usia
anak
ia
membutuhkan tambahan nutrisi yang
lebih untuk pertumbuhannya. ASI
merupakan nutrisi yang utama tapi
harus dilengkapi dengan tambahan
zat-zat gizi lainnya.
Tabel
6
dan
7
menunjukkan
bahwa
terdapat
hubungan yang sangat bermakna
antara lama pemberian ASI dengan
tingkat kecerdasan anak usia 3-5
tahun. Hasil penelitian ini sesuai
dengan penelitian Oddy,dkk bahwa
durasi pemberian ASI yang lebih
lama mempunyai hubungan yang
positif dengan kecerdasan anak.
Anak-anak yang mendapatkan ASI >
6 bulan atau lebih dari periode
tersebut memiliki prestasi yang baik

10

dalam kemampuan bahasa dan


berhitung di sekolah. Pemberian ASI
juga mempunyai efek yang positif
pada hubungan ibu dan anak,
sehingga
dapat
memfasilitasi
hubungan kedekatan (bonding),
interaksi yang lebih baik pada anak
dan
dapat
mempengaruhi
perkembangan kognitif anak secara
tidak langsung.12
Penelitian yang dilakukan
oleh Fergusson,dkk membuktikan
bahwa anak-anak yang mendapatkan
ASI > 6 bulan atau lebih, mempunyai
skor IQ yang lebih tinggi pada usia
3,5 dan 7 tahun dibandingkan dengan
anak yang tidak mendapatkan ASI.13
Penelitian
Quinn,dkk
menunjukkan bahwa ASI dapat
meningkatkan prestasi akademik
anak pada usia 5 tahun karena nutrisi
yang essensial dari ASI sangat
efektif bagi pertumbuhan otak pada
anak
seperti
long-chain
polyunsaturated fatty acids yang
merupakan elemen struktural dari
membran sel dan sangat penting bagi
pertumbuhan otak dan syaraf.14
Penelitian
tentang
efek
menyusui
terhadap
Intelligence
Quotient (IQ)
memperlihatkan
bahwa anak yang mendapat ASI
mempunyai IQ 3-5 kali lebih tinggi
dibandingkan anak yang mendapat
susu formula. Makin lama anak
mendapatkan ASI, makin besar efek
positif pada IQ. Tingkat IQ lebih
tinggi dikaitkan dengan kandungan
nutrisi yang ditemukan pada ASI.11
Pemberian
ASI
dapat
berpengaruh terhadap perkembangan
intelektual anak, karena menyusui
memberikan perlekatan erat dan rasa
nyaman yang berpengaruh terhadap
perkembangan emosi anak. Anak
yang disusui mempunyai intelegensia

dan emosi lebih matang yang akan


sangat
berpengaruh
terhadap
kehidupan sosialnya di masyarakat.11
Perkembangan
kecerdasan
seorang anak dipengaruhi oleh tiga
faktor yaitu genetik, nutrisi atau gizi
dan lingkungan. Faktor genetik
merupakan potensi dasar dalam
perkembangan kecerdasan tetapi
sampai saat ini belum ada penelitian
yang menunjukkan dari ketiga faktor
tersebut yang berperan lebih besar.
Faktor sosial dan lingkungan sangat
penting
dalam
menentukan
kecerdasan anak. Secara teori faktor
sosial dan lingkungan ini berperan
kecil bila terjadi kekurangan gizi
terutama pada masa cepat tumbuh
otak yaitu pada masa usia kehamilan
30 minggu sampai 18 bulan setelah
lahir. Kekurangan gizi yang terjadi
pada
masa
tersebut
bersifat
irreversible (tidak dapat pulih).15
Salah satu faktor utama yang
mempengaruhi
perkembangan
kecerdasan adalah pertumbuhan otak.
Sementara itu, faktor terpenting
dalam proses pertumbuhan termasuk
otak adalah nutrisi yang diberikan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
kuantitas dan kualiitas nutrisi secara
langsung juga dapat mempengaruhi
pertumbuhan, termasuk pertumbuhan
otak. Dikatakan bahwa bila seorang
anak menderita kekurangan gizi berat
pada masa pertumbuhan otak cepat
pertama
maka
akan
terjadi
pengurangan jumlah sel otak
sebanyak 15-20%.16
Penelitian lain mencoba
memantau perkembangan anak sejak
lahir di beberapa rumah sakit di
Belarusia. Dari riset terungkap
bahwa anak yang mendapat ASI
eksklusif selama 3 bulan pertama dan
kebanyakan juga berlanjut hingga

11

setahun mencatat rata-rata 5,9 poin


lebih besar dalam tes IQ pada usia 6
tahun. Menurut analisa riset,
beragam
asam
lemak
yang
terkandung dalam ASI diyakini
mampu meningkatkan kecerdasan.
Selain itu, aspek fisik dan emosional
dalam proses menyusui dapat
menciptakan perubahan permanen
pada perkembangan otak anak. Para
peneliti
juga
mengindikasikan
kegiatan
pemberian
ASI
meningkatkan interaksi verbal antara
ibu dan anak yang pada gilirannya
membantu perkembangan mereka.17
Pada penelitian ini anak-anak
yang mendapatkan ASI lebih lama
pada periode > 1-2 tahun mempunyai
tingkat kecerdasan yang baik yaitu
pada kategori IQ tinggi sebesar
67,3%. Pemberian ASI dengan durasi
yang lebih lama pada anak dapat
meningkatkan
perkembangan
kecerdasan pada anak. Anak-anak
usia 3-5 tahun berada pada usia
prasekolah mereka membutuhkan
nutrisi yang cukup untuk tumbuh
kembangnya
terutama
untuk
pertumbuhan otak yang sangat
berhubungan
erat
dengan
perkembangan kecerdasannya.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pemberian ASI yang lebih lama
meningkatkan status gizi dan
kecerdasan anak usia 3-5 tahun.
2. Lama pemberian ASI < 1 tahun
memiliki risiko sebesar 7,75 kali
mengalami status gizi kurang
dibandingkan dengan pemberian
ASI > 1-2 tahun. Lama

3.

pemberian ASI mempunyai


hubungan positif yang lemah (r
= 0,324) terhadap peningkatan
status gizi anak usia 3-5 tahun
dengan
besarnya
pengaruh
10,5%.
Lama pemberian ASI < 1 tahun
memiliki risiko sebesar 10,33
kali memiliki IQ rendah
dibandingkan dengan pemberian
ASI > 1-2 tahun. Lama
pemberian ASI mempunyai
hubungan positif yang kuat (r =
0,636)
terhadap
tingkat
kecerdasan anak usia 3-5 tahun
dengan
besarnya
pengaruh
40,4%.

B. Saran
1. Orang tua / ibu hendaknya
mengoptimalkan pemberian ASI
pada anak mulai sejak lahir
sampai berusia 2 tahun.
2. Orang tua dan guru pelu
melakukan stimulasi edukatif
untuk peningkatan kecerdasan
pada anak selain mengoptimalkan
pemberian nutrisi / gizi.
3. Perlunya dilakukan intervensi dan
tindak lanjut pada anak yang
memiliki IQ rendah (< 70 ).
4. Perlunya dilakukan penelitian
lebih lanjut untuk menganalisis
faktor-faktor
lain
yang
berhubungan dengan status gizi
dan kecerdasan selain faktor lama
pemberian ASI, seperti : faktor
genetik, lingkungan, stimulasi,
frekuensi pemberian ASI, volume
atau jumlah ASI yang diberikan,
nutrisi atau gizi ibu dan jumlah
balita dalam keluarga.

12

DAFTAR PUSTAKA
1. Soetjiningsih.
Tumbuh
kembang anak. Editor :
Ranuh G. Jakarta: EGC;
1995.
2. Santrock.
Masa
perkembangan anak.Buku 2
Edisi 11. Jakarta : Salemba
Humanika;2011.
3. World
Health
Organization.Global strategy
for infant and young child
feeding. Geneva : World
Health Organization;2002.
4. Wijaya K, Luize HM dan
Masitoh. Mencetak anak
cerdas. Jakarta : Balita
Cerdas; 2004.
5. Kusmayadi I. Membongkar
kecerdasan
anak
(
Mendeteksi bakat dan potensi
anak sejak dini). Jakarta :
Gudang Ilmu; 2011.
6. Profil
kesehatan
kota
Palembang tahun 2010. Dinas
kesehatan kota Palembang;
2010.
7. Marquis GS, Habicht JP,
Lanata CF, Black RE and
Rasmussen KM. Association
of breastfeeding and stunting
in Peruvian toddlers : An
aexample
of
reverse
causality.
International
Journal
of
Epidemiology;1997.
26(2):349-356.

8. Oyango AW, Receveur O,


Esrey SA. The contribution
of breast milk to toddler diets
in western Kenya. Bulletin of
the
World
Health
Organizatition, 2002;80:292299.
9. Mandell D, Lubetzky R,
Dollberg S, Barak
S,
Mimouni FB. Fat and energy
contents of expressed human
breast milk in prolonged
lactation.
Pediatrics;2005:116(3):e432e435.
10. Dewey KG. Nutrition, growth
and complementary feeding
of the breastfed infant.
Pediatrics Clinics of North
American.
February
2001;48(1).
11. Hegar B. Nilai menyusui.
Dalam : Indonesia Menyusui.
Jakarta : Badan Penerbit
Ikatan
Dokter
Anak
Indonesia (IDAI); 2010.hal:112.
12. Oddy WH, Li J, Whitehouse
AJ, Zubrick SR, Malacova E
et al. Breastfeeding duration
and academic achievement at
10 years. American Academy
of Pediactics;2011. 27(1)
:137-145.
13. Fergusson DM, Horwood LJ.
Breastfeeding
and
later
cognitive and academics
autcomes.
Pediactrics.
1998;101(1). Tersedia dari :
http:

13

www.pediactrics.org/cgi/cont
ent/full/101/1/eg
14. Quinn P, OCallaghan M,
William G, Najman J,
Andersen M, Bor w. The
effect of breatfeeding on
child development at 5 years:
acohosrt study. J. Pediactric
Child helath;2001:37(5):465469.
15. Balia LR. Kebutuhan Nutrisi
Anak untuk Pertumbuhan dan
perkembangannya. Bandung :
KKNM UNPAD;2008.

16. Roesli U. Mengenal ASI


eksklusif. Jakarta : Niaga
Swadaya;2000.
17. Kramer M, Aboud F,
Mironova E, Vanilovich I,
Platt R,et al. Breastfeeding
and
child
cognitive
development. Arch Gen
Psychiatry; 2008.(diunduh 28
Oktober 2011); 65(5):578584.
Tersedia
dari
:
http:www.archgenpschiatry.c
om/

14

Anda mungkin juga menyukai