Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
semula
didominasi
penyakit
menular
ke
penyakit
tidak
menular
(Noncommunicable Diseases).
Perubahan pola penyakit tersebut sangat dipengaruhi oleh perubahan lingkungan,
transisi demografi, sosial ekonomi dan budaya. Penyakit tidak menular menjadi
salah satu tantangan dalam pembangunan bidang kesehatan.
Di Indonesia, data penyakit tidak menular sebagai berikut, proporsi angka kematian
penyakit tidak menular meningkat dari 41,7 persen pada tahun 1995 menjadi 59,5
persen pada tahun 2007. Hasil Riskesdas tahun 2007 menunjukkan tingginya
prevalensi penyakit tidak menular di Indonesia, seperti hipertensi (31,7 persen),
penyakit jantung (7,2persen), stroke (0,83 persen), diabetes melitus (1,1persen) dan
diabetes melitus di perkotaan (5,7 persen), asma (3,5 persen), penyakit sendi (30,3
persen), kanker/tumor (0,43 persen), dan cedera lalu lintas darat (25,9 persen).
Stroke merupakan penyebab utama kematian pada semua umur, jumlahnya
mencapai 15,4 persen, hipertensi 6,8 persen, cedera 6,5 persen, diabetes melitus
5,7 persen, kanker 5,7 persen, penyakit saluran nafas bawah kronik (5,1 persen),
penyakit jantung iskemik 5,1 persen, dan penyakit jantung lainnya 4,6 persen.
Faktor risiko penyakit tidak menular meliputi pola makan tidak sehat seperti pola
makan rendah serat dan tinggi lemak serta konsumsi garam dan gula berlebih,
kurang aktivitas fisik (olah raga) dan konsumsi rokok.
Transisi Epidemiologi
Pada abad ke-19, penyakit yang banyak berkembang di masyarakat merupakan
penyakit menular atau disebut penyakit infeksi. Yang menjadi penyebabnya
merupakan
mikroorganisme
seperti
bakteri,
virus,
maupun
parasit.
Cara
penularannya dari suatu individu kepada individu lain dapat melalui media tertentu
seperti udara (contohnya penyakit TBC dan infulenza), konsumsi makanan dan
minuman yang kurang bersih pencuciannya (hepatitis dan typhoid/tifus), maupun
dari jarum suntik dan transfusi darah (HIV AIDS, hepatitis).
Di Indonesia, meskipun masih banyak penyakit menular seperti TBC dan malaria
menjadi penyebab kematian yang utama tetapi pada abad ke-20 tren penyakit mulai
diambilalih oleh penyakit tidak menular, seperti stroke, serangan jantung dan
kanker. Perubahan pola penyakit ini dikenal sebagai transisi epidemiologi.
Apa itu Penyakit Tidak Menular (PTM)?
Penyakit tidak menular merupakan
bersifat menahun
(degeneratif). PTM ini bisa disebut penyakit non-Infeksi karena penyebabnya bukan
mikroorganisme. Namun tidak berarti peranan mikroorganime dalam terjadinya
penyakit tidak menular ini dapat dikesampingkan karena jika PTM tidak ditangani
dengan baik maka bisa saja menjadi komplikasi dengan penyakit infeksi.
Karakteristik penyakit tidak menular ini adalah penyebaran penyakitnya tidak melalui
suatu rantai penularan tertentu, masa inkubasi penyakit yang panjang, dan dalam
diagnosisnya lebih sulit daripada penyakit menular, serta variasinya luas.
Apa yang menjadi penyebab PTM?
Terjadinya perubahan pola penyakit dengan peningkatan PTM ini dapat didorong
dengan beberapa hal, yaitu: perubahan struktur masyarakat yaitu dari agraris ke
industri, dan perubahan struktur penduduk yaitu penurunan anak usia muda dan
peningkatan jumlah penduduk usia lanjut karena keberhasilan KB.
PTM
yang
berkembang
di
masyarakat
pada
umumnya
disebabkan
Faktor-faktor tersebut ditambah lagi dengan perilaku yang serba kompetitif akan
meningkatkan stres dan menaikkan tekanan darah. Dipengaruhi juga faktor
lingkungan yang tidak sehat dan udara yang tercemar asap rokok, asap knalpot, dan
asap industri, membuat angka kematian akibat penyakit tidak menular itu meningkat.
Angka penyakit tidak menular di Indonesia terus meningkat, pada tahun 1995
kematian akibat penyakit tidak menular sebesar 41,7 persen dan tahun 2007
meningkat menjadi 59,5 persen. Contohnya adalah kematian akibat rokok. Dalam
hal ini, WHO memperkirakan bahwa jika di tahun 2000 terdapat 4 juta kematian yang
berkaitan dengan rokok di seluruh dunia, maka di tahun 2030 angka itu akan
mencapai 10 juta. Sebesar 7 juta di antaranya akan terjadi di negara-negara
berkembang dan yang 3 juta terjadi di negara-negara maju. Jumlah kematian
sebesar itu tentu akan membebani ekonomi negara-negara berkembang.
Apa saja PTM itu?
Seperti yang telah dijelaskan di atas, PTM merupakan penyakit degeneratif, saat ini
yang banyak berkembang di masyarakat seperti penyakit hipertensi atau darah
tinggi, diabetes melitus, hiperkolesterolemia, asam urat, penyakit jantung, paru-paru
kronis, bahkan kanker. PTM dapat juga disebabkan karena kecelakaan termasuk
cedera, luka dan benturan akibat kecelakaan
Bagaimana menanggulanginya?
Upaya pencegahan PTM dengan menggunakan prinsip: upaya pencegahan
penyakit lebih baik dari mengobati juga tetap berlaku. Upaya pencegahan ini
ditujukan kepada faktor resiko yang telah diidentifikasi. Ada empat tingkat
pencegahan dalam epidemiologi, antara lain
1. Pencegahan primordial dimaksudkan untuk memberikan kondisi pada
masyarakat yang memungkinkan PTM ini tidak didukung dari kebiasaan, gaya
hidup dan faktor resiko lainnya. Upaya ini cukup kompleks, karena tidak
hanya membutuhkan kesadaran pribadi dari individu tetapi juga dukungan
sosial masyarakat.
Transisi Demografi
Pada awal abad 20, tampak bahwa tingkat kematian turun di berbagai Negara Barat
dan tingkat kelahiran juga turun. Kondisi ini menimbulkan teori demografi yang
utama yaitu : Teori Transisi Demografi. Transisi demografi pada dasarnya mengacu
pada perubahan dari satu situasi stationary (saat dimana pertumbuhan penduduk 0)
ke situasi lainnya. Menurut Blacker (1947) ada 5 phase dalam teori transisi
demografi, dimana khususnya phase 2 dan 3 adalah phase transisi.
Tahap-tahap dalam Transisi Demografi
1. Tahap Stasioner tinggi
Tingkat Kelahiran: Tinggi
Tingkat Kematian: Tinggi
Masyarakat
belum menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, terutama dalam hal
kebiasaan mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar dan
pada saat akan makan atau menyentuh makanan.
Selain penyakit saluran pencernaan, penyakit lain yang kasusnya
laboratorium
(malaria
klinis),
15.100
(11,02%)
malaria
falsiparum, 13.567 (9,90%) malaria vivax, dan 394 (0.36%) malaria mix.
Kasus Pnemoni sebanyak 96.680 (8,58%), dan Tifoid sebanyak 79.234
(6,89%). Pada kelompok Penyakit malaria, yang perlu mendapat perhatian
adalah Malaria falsiparum, karena penyakit tersebut dapat berkembang pada
penyakit
lain
yang
kemudian
akan
memperburuk
keadaan
Kesehatan
Nasional
(SKN) merupakan
bentuk
dan
cara
Sistem
Kesehatan
Nasional
perlu
dilaksanakan
dalam
konteks
disusun
dengan
memperhatikan
pendekatan
revitalisasi
apabila
terjadi
Koordinasi,
Integrasi,
Sinkronisasi,
dan
Sistem
Kesehatan
Nasional
adalah
terselenggaranya
menghimpun
seluruh
potensi bangsa
Indonesia.
Upaya
kesehatan
kesehatan
berkesinambungan
yang
memegang
kuat,
peran
terintegrasi,
stabil,
yang
vital
amat
dan
untuk
secara
adil
dan
merata,
sesuai
tututan
kebutuhan
aspek
keamanan,
pembangunan kesehatan.
4. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Makanan
Meliputi
berbagai
kegiatan
untuk
menjamin: