KTI CANTIKbhjhbmjmj
KTI CANTIKbhjhbmjmj
HALAMAN JUDUL
PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH
Disusun oleh
DWI FAJARWATI PRAYITNO
20110310006
ii
Dosen pembimbing
iii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahirabilalamin puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat Nya sehingga penulis mampu menyusun dan
menyelesaikan proposal karya tulis ilmiah yang berjudul Efektivitas Modul
Psikoedukasi Terhadap Keluarga Tentang Skizofrenia. Penulis pada kesempatan
ini ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1.
2.
3.
4.
5.
dr.., selaku dosen penguji seminar KTI. Terimakasih atas saran dan masukan
yang bermanfaat bagi KTI penulis.
6.
7.
iv
8.
9.
ini.
Sahabat-sahabat tersayang: Roosvenda Rahmah Bahardini, Kurnia Ade Putri,
Ardhita Pramesti A.H.P., Asrian Hendiani, dan Binadi Vega Prawidesta yang
senantiasa memberikan dukungan dan doa sehingga KTI ini dapat selesai dengan
baik.
10. Kakak angkatan 2010 mba Monik yang bersedia membantu memberikan
referensi dalam pembuatan KTI ini.
11. Rekan penelitian dalam satu bimbingan atas kerjasamanya yang baik dan
kompak.
Penulis sadar bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna, kritik
dan saran yang membangun sangat diharapkan dari pembaca. Penulis berharap karya
tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan menambah ilmu pengetahuan
dalam bidang ilmu kesehatan jiwa.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL KTI............................................................ii
KATA PENGANTAR.....................................................................................................iii
DAFTAR ISI....................................................................................................................v
BAB I...............................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah....................................................................................1
B. Perumusan Masalah...........................................................................................6
C. Tujuan Penelitian...............................................................................................7
1.
Tujuan Umum..................................................................................... 7
2.
Tujuan Khusus.................................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian.............................................................................................7
1.
Teoritis............................................................................................. 7
2.
Praktis.............................................................................................. 8
E. Keaslian Penelitian.............................................................................................9
BAB II............................................................................................................................13
TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................13
A. Landasan Teori.................................................................................................13
1.
Skizofrenia...................................................................................... 13
2.
Psikoedukasi.................................................................................... 34
3.
Pengetahuan..................................................................................... 36
4.
Keluarga......................................................................................... 45
B. Kerangka Konsep.............................................................................................55
C. Hipotesis..........................................................................................................56
BAB III..........................................................................................................................57
METODE PENELITIAN...............................................................................................57
A. Desain Penelitian.............................................................................................57
B. Populasi dan Sampel........................................................................................58
1. Populasi............................................................................................. 58
vi
2.
Sampel............................................................................................ 58
Instrumen Penelitian........................................................................................61
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................65
LAMPIRAN 1................................................................................................................69
LAMPIRAN 2................................................................................................................70
BAB I
PENDAHULUAN
:
Pena terangkat dari tiga golongan : dari orang yang tidur sampai dia
bangun, dari anak kecil sampai dia dewasa, dan dari orang gila sampai dia
(kembali) berakal (waras). (Shahih Sunan at-Tirmidzi no. 1423)
Yang dimaksud dengan pena terangkat adalah tidak adanya beban syariat.
Penderita skizofrenia yang tidak bisa berfungsi normal menyebabkan
diperlukannya caregiver, yaitu individu yang secara umum merawat dan
mendukung individu lain (pasien) dalam kehidupannya (Awad, 2008)
Dalam Undang-Undang No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal
144 ayat (5) menyebutkan bahwa Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
berkewajiban untuk mengembangkan upaya kesehatan jiwa berbasis
masyarakat sebagai bagian dari upaya kesehatan jiwa keseluruhan, termasuk
mempermudah akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan jiwa. Hal ini
menunjukkan perhatian akan pentingnya upaya kesehatan jiwa berbasis
masyarakat termasuk kesehatan jiwa keluarga.
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami
istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya (Suprajitno,
2004).
Masalah gangguan kesehatan jiwa diseluruh dunia memang sudah
menjadi masalah yang sangat serius, bahkan berdasarkan data dari Study
World Bank di beberapa Negara menunjukkan 8,1% dari kesehatan global
masyarakat (Global Burden Disease) disebabkan oleh masalah gangguan jiwa
yang menunjukkan dampak lebih besar dari penyakit kronik lainnya(Depkes,
2007).
Di Indonesia, berdasarkan Data Riskesdas tahun 2007, diketahui
bahwa prevalensi gangguan mental emosional seperti gangguan kecemasan
dan depresi sebesar 11,6% dari populasi orang dewasa. Berarti dengan jumlah
sebanyak 237,6 juta . Dengan asumsi angka 1 % tersebut di atas maka jumlah
penderita Skizofrenia di Indonesia pada tahun 2012 ini sekitar 2.377.600
orang. Angka yang fantastis dibanding jumlah daya tampung 32 rumah sakit
jiwa di seluruh Indonesia sebanyak 8.047 tempat tidur. Daya tampung tetap,
pasien gangguan jiwa meningkat (Pitoyo, 2012). Menariknya, bila dilihat
menurut provinsi, prevalensi gangguan jiwa berat paling tinggi ternyata terjadi
di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Hasil Riskesdas tahun 2013
menunjukkan, sekitar 3 dari setiap 1.000 orang penduduk DIY mengalami
gangguan jiwa berat (Riskesdas, 2013). Lebih dari 50% pasien skizofrenia
memilik nasib yang buruk dengan perawatan rumah sakit berulang,
eksaserbasi gejala, episode gangguan mood berat, dan usaha bunuh diri
(Kaplan et al, 2010).
Berbagai upaya penyuluhan dan sosialisasi mengenai gangguan jiwa
Skizofrenia perlu diberikan untuk menghilangkan stigma pada keluarga dan
masyarakat terhadap gangguan jiwa Skizofrenia ini. (Hawari, 2007). Untuk itu
diperlukan upaya guna meningkatkan pengetahuan keluarga tentang
skizofrenia. Salah satunya yaitu melalui pemberian psikoedukasi.
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung,
telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan
sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi intensitas
perhatian dan persepsi terhadap objek.Sebagian besar pengetahuan seseorang
diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata)
(Notoatmodjo, 2005).Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor
pendidikan formal. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan,
dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut
akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan
berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah
pula. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek,
yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap
seseorang semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan
menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu (Wawan, 2010).
Maka dari itu semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang maka
akan semakin mudah menerima informasi, sehingga makin banyak pula
pengetahuan yang dimiliki sebaliknya pendidikan yang rendah akan
menghambat sikap seseorang terhadap nilai baru yang diperkenalkan.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Apakah modul psikoedukasi efektif terhadap tingkat pengetahuan Keluarga
tentang Skizofrenia?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Menganalisis efektifitas
Modul
Psikoedukasi
terhadap
tingkat
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan keluarga terhadap
skizofrenia sebelum intervensi pemberian modul psikoedukasi
b. Mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan keluarga terhadap
skizofrenia sesudah intervensi pemberian modul psikoedukasi
c. Menganalisis efektifitas pemberian modul psikoedukasi terhadap
pengetahuan keluarga tentang skizofrenia
d. Menganalisis perbedaan tingkat pengetahuan keluarga tentang
skizofrenia sebelum dan sesudah pemberian modul psikoedukasi
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Teoritis
a. Bagi Ilmu Kedokteran Jiwa
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dokter
dalam memberi intervensi di masyarakat khususnya dalam hal
mengubah stigma sosial atau disebut juga stigma eksternal yaitu
seseorang atau kelompok termasuk keluarga sendiri yang memberikan
penilaian atau sikap negatif terhadap penderita skizofrenia.
b. Bagi Institusi Kesehatan
Diharapkan sebagai masukan untuk bahan pertimbangan bagi
Rumah Sakit Jiwa untuk lebih meningkatkan pelayanan kesehatan
terutama pemberian psikoedukator terhadap keluarga mengenai hal
yang berkaitan dengan skizofrenia. Diharapkan juga pihak rumah sakit
dapat menyediakan ruangan khusus sebagai pusat konseling bagi pihak
yang membutuhkan informasi mengenai kesehatan jiwa dapat
10
11
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Skizofrenia
a. Definisi
Menurut Kaplan, dkk (2010), skizofrenia adalah gangguan psikotik
kronik, penderita tidak dapat menilai realitas dengan baik dan memiliki
pemahaman diri yang buruk. Skizofrenia dengan onset masa anak-anak
pada pengertiannya adalah sama dengan skizofrenia pada masa remaja
dan masa dewasa. Walaupun jarang, skizofrenia pada anak-anak
prapubertal memiliki gejala minimal dua hal berikut: halusinasi, waham,
bicara atau perilaku yang jelas terdisorganisasi, dan menarik diri yang
parah minimal satu bulan. Disfungsi sosial dan akademik harus ada, dan
tanda gangguan harus menetap terus-menerus selama sekurangnya enam
bulan. (Kaplan, dkk 2010).
Seorang psikiater berkebangsaaan Swiss, Bleuler mengemukakan
manifestasi primer skizofrenia terdiri atas gangguan pikiran, emosi
menumpul dan terganggu. Ia menganggap bahwa gangguan pikiran dan
menumpulnya emosi sebagai gejala utama dari skizofrenia dan adanya
halusinasi atau delusi (waham) merupakan gejala sekunder atau tambahan
(Lumbantobing, 2007).
b. Etiologi
1) Faktor Genetik
13
kimiawi
otak
yang
memungkinkan
neuron-neuron
14
c. Perjalanan penyakit
Perjalanan penyakit skizofrenia dapat dibagi menjadi 3 (tiga) fase berikut
ini:
1) Fase Prodromal
Fase prodromal adalah periode terjadinya perubahan perilaku
sebelum gejala yang nyata muncul. Tanda dan gejala fase prodromal
bisa mencakup kecemasan, gelisah, merasa diteror, atau depresi.
Penelitian retrospektif terhadap pasien didapatkan bahwa sebagian dari
mereka mengeluhkan gejala somatik, seperti nyeri kepala, nyeri
punggung dan otot, kelemahan, dan masalah pencernaan, perubahan
minat, kebiasaan, perilaku, dan pasien mengembangkan gagsan
15
16
skizofrenia sehingga tinggal satu atau dua gejala sisa yang tidak terlalu
nyata secara klinis, misalnya penarikan diri, perilaku aneh (bicara atau
tersenyum sendiri, mengumpulkan sampah), dan defisit perawatan diri
(Sudiyanto, 2004).
d. Jenis skizofrenia
Menurut Kraepelin, Schizophrenia terbagi menjadi beberapa jenis
yang digolongkan menurut gejala utama yang terdapat padanya (W.F.
Maramis, 2005) :
1) Schizophrenia Simplex
Skizofrenia simpleks, muncul pertama kali pada masa pubertas.
Gejala utama ialah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan.
Waham dan halusinasi jarang sekali terdapat. Jenis ini timbul secara
perlahan. Pada permulaan mungkin penderita kurang memperhatikan
keluarganya atau menarik diri dari pergaulan. Makin lama ia semakin
mengalami kemunduran
17
hilangnya
dorongan
kehendak
dan
bertambahnya
18
3) Schizophrenia Katatonik
Skizofrenia katatonik atau disebut juga katatonia, timbul
pertama kali antara umur 15-30 tahun dan biasanya akut serta sering
didahului oleh stres emosional. Mungkin terjadi gaduh gelisah
katatonik atau stupor katatonik (Maramis, 2004).
Tipe skizofrenia yang didominasi oleh sekurangnya 2 gejala klinis di
bawah ini (Kaplan and Sadock, 2004):
a) Imobilitas motorik seperti ditunjukkan adanya katalepsi atau stupor
b) Aktivitas motorik yang berlebihan (tidak ada tujuan dan tak
dipengaruhi stimulus eksternal)
c) Negativisme yang berlebihan (mempertahankan postur yang kaku
dan menentang semua usaha untuk menggerakkanna atau mutism)
d) Gerakan sadar yang aneh, seperti mengambil postur yang tak
lazim secara disengaja, gerakan stereotipik yang berulang-ulang,
bermuka menyeringai secara menonjol
e) Ekolalia atau ekopraksia (pembicaraan yang tidak bermakna)
Gejala yang penting adalah gejala psikomotor seperti (Maramis, W.F,
2005):
a) Mutisme, kadang-kadang dengan mata tertutup
b) Muka tanpa mimik, seperti topeng
c) Stupor, penderita tidak bergerak beberapa hari, bahkan kadangkadang sampai beberapa bulan.
d) Bila diganti posisinya penderita menentang: negativism
e) Makanan ditolak, air ludah tidak ditelan sehingga terkumpul di
dalam mulut dan meleleh keluar, air seni dan feses ditahan.
f) Terdapat grimas dan katalepsi.
4) Schizophrenia Paranoid
Gejala yang mencolok adalah waham dan halusinasi, namun
bila diperiksa dengan teliti terdapat proses berpikir, afek dan kemauan.
19
20
7) Schizophrenia Residual
Skizofrenia residual, merupakan keadaan skizofrenia dengan
gejala-gejala primer tetapi tidak jelas adanya gejala-gejala sekunder.
Keadaan ini timbul sesudah beberapa kali serangan skizofrenia.
(Maramis, 2004)
Tipe skizofrenia yang memenuhi kriteria sebagai berikut (Kaplan and
Sadock,2004):
a) Tak adanya delusi, halusinasi, pembicaraan yang tak terorganisasi,
perilaku yang tak terorganisasi atau katatonik menonjol
b) Terdapat terus tanda seperti adanya gejala negative, 2 atau lebih
gejala yang terdapat dalam kriteria a, walaupun ditemukan dalam
bentuk yang lemah seperti keyakinan yang aneh.
e. Gejala skizofrenia
Menurut Bleuler, gejala dari skizofrenia dibagi menjadi 2
kelompok yaitu gejala primer dan gejala sekunder. Gejala primernya
adalah gangguan proses berpikir (bentuk, langkah, dan isi pikiran),
gangguan afek dan emosi, gangguan kemauan, dan gejala psikomotor.
Gejala sekundernya adalah waham dan halusinasi. (W.F. Maramis, 2005)
Gejala-gejala skizofrenia dapat dibagi menjadi 2 kelompok gejala positif
dan gejala negatif.
1) Gejala Negatif
Pada gejala negatif terjadi pengurangan proses mental atau
proses perilaku. Hal ini dapat menganggu bagi pasien dan orang
disekitarnya.
a) Gangguan afek dan emosi
Gangguan ini dapat berupa adanya kedangkalan afek dan
emosi (emotional blunting), misalnya : pasien menjadi acuh atau
21
22
saja maka dapat dilihat adanya gerakan yang agak kaku, stupor
dimana pasien tidak bergerak sama sekali dan dapat berlangsung
berhari-hari, berbulan-bulan dan kadang bertahun-tahun lamanya
pada pasien yang sudah menahun; hiperkinese dimana pasien terus
bergerak saja dan sangat gelisah (Kaplan, H.I., Sadock, B.J., and
Grebb, J.A., ., 2010).
2) Gejala Positif
Gejala positif dapat berupa munculnya pikiran yang tidak dapat
dikontrol pasien.
a) Delusi(Waham )
Waham merupakan gejala skizofrenia dimana adanya
suatu keyakinan yang salah pada pasien. Pada skizofrenia
waham sering tidak logis sama sekali dan dianggap merupakan
fakta yang
sering
muncul
pada
pasien
skizofrenia
adalah
waham
23
24
echo
(pikiran
kontrol/kebesaran/infidelity/reference/dan
berulang),
lain-lain,
waham
halusinasi
25
e) Gejala negatif; yaitu adanya afek yang datar, alogia atau avolisi.
Catatan : Hanya diperlukan satu gejala dari kriteria A, jika delusi
yang muncul bersifat kacau (bizzare) atau halusinasi terdiri dari
beberapa suara yang terus menerus mengomentari perilaku atau
pikiran pasien, atau dua atau lebih suara yang saling berbincang
antara satu dengan yang lainnya.
2) Disfungsi sosial atau pekerjaan dalam kurun waktu yang signifikan
sejak munculnya onset gangguan, ketidakberfungsian ini meliputi
satu atau lebih fungsi utama; seperti pekerjaan, hubungan
interpersonal, atau perawatan diri, yang jelas di bawah tingkat yang
dicapai sebelum onset (atau jika onset pada masa anak-anak atau
remaja, adanya kegagalan untuk mencapai beberapa tingkatan
hubungan interpersonal, prestasi akademik, atau pekerjaan yang
diharapkan).
3)
26
dua atau lebih gejala yang dituliskan dalam kriteria A dalam bentuk
yang lemah.
Catatan : Gejala A ialah tak adanya delusi, halusinasi, pembicaraan
yang tak terorganisasi, perilaku yang tak terorganisasi atau katatonik
menonjol
f. Penatalaksanaan
1) Farmakoterapi
Terapi skizofrenia secara farmakologi berdasarkan onset
dibagi menjadi 2 fase, yaitu (Sadock, 2010 ):
a) Fase Psikosis Akut
Pada fase ini pengobatan menggunakan anti psikotik dan
benzodiazepine akan cepat menenangkan pasien yang pada
umumnya mengalami agitasi akibat halusinasi dan delusi. Anti
psikotik akan bekerja lebih cepat melalui injeksi intramuskuler
(Sadock B. J., 2007). Obat antipsikotik yang
menyebabkan
27
karena
hal
tersebut
dapat
memperburuk
sekunder
(efek
samping:
sedasi,
otonomik,
28
optimal setelah jangka waktu yang tepat, dapat diganti dengan obat
anti psikosis lain (sebaiknya dan golongan yang tidak sama) dengan
dosis ekuivalennya. Apabila dalam riwayat penggunaan obat anti
psikosis sebelumnya sudah terbukti efektif dan efek sampingnya
ditolerir baik, maka dapat dipilih kembali untuk pemakaian sekarang.
Bila gejala negatif lebih menonjol dari gejala positif pilihannya
adalah obat anti psikosis atipikal. Sebaliknya bila gejala positif lebih
menonjol dibandingkan gejala negatif pilihannya adalah tipikal.
Begitu juga pasien-pasien dengan efek samping ekstrapiramidal
pilihan kita adalah jenis atipikal. Obat antipsikotik yang beredar di
pasaran dapat di kelompokkan menjadi dua bagian yaitu anti psikotik
generasi pertama (APG I) dan anti psikotik generasi ke dua (APG ll).
2) Psikososial
Ada beberapa macam metode yang dapat dilakukan antara lain
psikoterapi individual, meliputi terapi suportif, social skill training,
terapi okupasi, terapi kognitif dan perilaku. Terapi psikososial lainnya
adalah psikoterapi kelompok, psikoterapi keluarga dan manajemen
kasus.
2. Psikoedukasi
a. Pengertian
Psikoedukasi adalah suatu bentuk pendidikan terhadap seseorang
dengan gangguan psikiatri yang bertujuan untuk proses terapi dan
rehabilitasi. Sasaran dari psikoedukasi adalah mengembangkan dan
29
sosial
dalam
menghadapi
tantangan
tersebut,
dan
30
(Walsh, Joseph,
2010)
Psikoedukasi,
baik
individu
ataupun
kelompok
tidak
hanya
c. Isi Psikoedukasi
Isi psikoedukasi terdiri dari informasi penyakit, manajemen
penyakit, manajemen krisis, manajemen koping, manajemen stress dan
emosi, serta membahas pertanyaan yang sering diajukan (Thara et al,
2005)
31
3. Pengetahuan
a. Pengertian
Pengetahuan adalah hasil penginderaan seseorang terhadap objek
melalui alat indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan
sebagainya). Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan
tersebut sangat dipengaruhi intensitas perhatian dan persepsi terhadap
objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera
pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata)
(Notoatmodjo,
2005).
Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal.
Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana
diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut
akan semakin luas pengetahuannya. Tetapi, bukan berarti seseorang yang
berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Pengetahuan
seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek, yaitu aspek positif
dan negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang.
Semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan
menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu
2010)
b. Tingkatan Pengetahuan
Dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yakni :
1) Tahu (Know)
(Wawan ,
32
33
dalam
memotivasi
agar
berperan
serta
Wawan, 2010).
dalam
Pada
34
kebenaran
pengetahuan
dapat
jasanya,
terutama
dalam
meletakan
dasar-dasar
35
kembali
pengalaman
yang
diperoleh
dalam
36
pendidikan.
Kebenaran Melalui Wahyu
Suatu kebenaran yang diwahyukan dari Tuhan melalui para
Nabi
37
yang nyata, maka dapat dikatakan bahwa induksi beranjak dari hal
yang konkret kepada hal yang abstrak.
j) Deduksi
Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataanpernyataan umum yang ke khusus. Aristoteles (384-322SM)
mengembangkan cara berpikir deduksi ini ke dalam suatu cara
yang disebut silogisme. Silogisme merupakan sesuatu yang
dianggap benar secara umum pada kelas tertentu, berlaku juga
kebenarannya pada semua peristiwa yang terjadi pada setiap yang
termasuk dalam kelas itu
2) Cara Ilmiah dalam Memperoleh Pengetahuan
Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis Bacon (15611626). Ia mengatakan bahwa dalam memperoleh kesimpulan
dilakukan dengan mengadakan observasi langsung, dan membuat
catatan terhadap semua fakta sehubungan dengan objek yang diamati.
Pencatatan ini mencakup tiga hal pokok yakni :
a) Segala sesuatu yang positif, yakni gejala tertentu yang muncul pada
saat dilakukan pengamatan
b) Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala tertentu yang tidak
muncul pada saat dilakukan pengamatan
c) Gejala-gejala yang muncul secara bervariasi, yaitu gejala-gejala
yang berubah-ubah pada kondisi-kondisi tertentu.
e.
38
4. Keluarga
a. Definisi
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari
suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya
(Suprajitno, 2004).
Keluarga merupakan lingkungan sosial yang sangat dekat
hubungannya dengan seseorang. Keluarga yang lengkap dan fungsional
serta mampu membentuk homeostasis akan dapat meningkatkan kesehatan
mental para anggota keluarga dan kemungkinan dapat meningkatkan
ketahanan para anggota keluarganya dari adanya gangguan-gangguan
mental dan ketidakstabilan emosional anggota keluarganya. Usaha
kesehatan mental sebaiknya dan seharusnya dimulai dari keluarga. Karena
itu perhatian utama dalam kesehatan mental adalah menggarap keluarga
agar dapat memberikan iklim yang kondusif bagi anggota keluarganya
yang mengalami gangguan kesehatan mental (Latipun, 2005)
Fitzpatrick (2004), memberikan pengertian keluarga dengan cara
meninjaunya berdasarkan tiga sudut pandang yang berbeda, yaitu
1) Pengertian Keluarga secara Struktural: Keluarga didefenisikan
berdasarkan kehadiran atau ketidakhadiran anggota keluarga, seperti
39
orang tua, anak, dan kerabat lainnya. Defenisi ini memfokuskan pada
siapa yang menjadi bagian dari keluarga. Dari perspektif ini dapat
muncul pengertian tentang keluarga sebagai asal-usul (families of
origin), keluarga sebagai wahana melahirkan keturunan (families of
procreation), dan keluarga batih (extended family).
2) Pengertian Keluarga secara Fungsional: Keluarga didefenisikan
dengan penekanan pada terpenuhinya tugas-tugas dan fungsi-fungsi
psikososial. Fungsi-fungsi tersebut mencakup perawatan, sosialisasi
pada anak, dukungan emosi dan materi, dan pemenuhan peran-peran
tertentu. Defenisi ini memfokuskan pada tugas-tugas yang dilakukan
oleh keluarga.
3) Pengertian Keluarga secara Transaksional: Keluarga didefenisikan
sebagai kelompok yang mengembangkan keintiman melalui perilakuperilaku yang memunculkan rasa identitas sebagai keluarga (family
identity), berupa ikatan emosi, pengalaman historis, maupun cita-cita
masa
depan.
Defenisi
ini
memfokuskan
pada
cara
keluarga
laki-laki
dan
wanita,
perhubungan
sedikit
banyak
40
family)
adalah
keluarga
dari
41
keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok
dan masyarakat (Setiadi, 2008).
Menurut Mubarak, dkk (2009) terdapat dua peran yang
mempengaruhi keluarga yaitu peran formal dan peran informal (Mubarak
W. I., 2009)
1) Peran Formal
Peran formal keluarga adalah peran-peran keluarga terkait
sejumlah perilaku yang kurang lebih bersifat homogen. Keluarga
membagi peran secara merata kepada para anggotanya seperti cara
masyarakat membagi peran-perannya menurut pentingnya pelaksanaan
peran bagi berfungsinya suatu sistem. Peran dasar yang membentuk
posisi sosial sebagai suami-ayah dan istri-ibu antara lain sebagai
provider atau penyedia, pengatur rumah tangga perawat anak baik
sehat maupun sakit, sosialisasi anak, rekreasi, memelihara hubungan
keluarga paternal dan maternal, peran terpeutik (memenuhi kebutuhan
afektif dari pasangan), dan peran sosial.
2) Peran Informal kelurga
Peran-peran informal bersifat implisit, biasanya tidak tampak,
hanya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan emosional individu atau
untuk menjaga keseimbangan dalam keluarga. Peran adapif antara
lain:
a) Pendorong memiliki arti bahwa dalam keluarga terjadi kegiatan
mendorong, memuji,dan menerima kontribusi dari orang lain.
Sehingga ia dapat merangkul orang lain dan membuat mereka
merasa bahwa pemikiran mereka penting dan bernilai untuk di
dengarkan.
42
Fungsi Keluarga
1) Fungsi biologis adalah fungsi untuk meneruskan keturunan,
memelihara, dan membesarkan anak, serta memenuhi kebutuhan gizi
keluarga (Mubarak W. I., 2009). Dengan fungsi ini diharapkan
43
44
45
46
47
B. Kerangka Konsep
Etiologi :
2. Beban social
1. Faktor Biokimia
2. Faktor Genetik
3. Faktor Psikologi dan
Sosial
skizofrenia
3. Beban financial
4. Beban mental
5. Beban kesehatan
Penatalaksanaan
Manfaat
psikoedukasi
1.Terapi Farmako
2. Modul
Terapi
Psikoeduka
Nonfarmako
Tingkat Pengetahuan
si
1. Tingkat
pengetahuan
meningkat
2.Beban keluarga
menurun
3. Meningkatkan
kualitas hidup
C. Hipotesis
Modul Psikoedukasi Efektif Terhadap Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang
Skizofrenia.
48
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasy Experiment dengan
rancangan pretest-posttest with control group design, yaitu
rancangan untuk
K
etera
Kelompok
Pre-test
Intervensi
Post-test
R1
O1
O2
R2
O3
O4
ngan :
R1 = kelompok perlakuan.
R2 = kelompok kontrol.
X = diberikan perlakuan.
- = tidak diberikan perlakuan.
O1 = skor tingkat pengetahuan kelompok perlakuan sebelum dilakukan intervensi
psikoedukasi dengan modul.
O2 = skor tingkat pengetahuan kelompok perlakuan setelah dilakukan intervensi
psikoedukasi dengan modul
O3 = skor tingkat pengetahuan kelompok kontrol.
O4 = skor tingkat pengetahuan kelompok kontrol tanpa diberikan perlakuan.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah Keluarga penderita
Skizofrenia yang tinggal di wilayah Puskesmas Kasihan 1.
49
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah keluarga penderita skizofrenia di
wilayah puskesmas kasihan 1 sebagai kelompok perlakuan dan kelompok
kontrol. Perkiraan besar sampel merujuk pada uji hipotesis beda rata-rata
berpasangan (rumus analitis numerik berpasangan) (Dahlan, 2010).
Keterangan :
Z = deviat baku alfa.
Z = deviat baku beta.
Sd = standar deviasi dari selisih nilai antar kelompok.
X1-X2 = selisih minimal rerata yang dianggap bermakna.
Kesalahan tipe I ditetapkan sebesar 5 %, hipotesis satu arah sehingga Z =
1,64 , Kesalahna tipe II ditetapkan sebesar 10 %, hipotesis satu arah sehingga
Z = 1,28.
Pada penelitian sebelumnya diketahui bahwa :
X1, = 64.3, X2 = 55.1 didapatkan X1- X2 = 9.2
Sd = 14.73
50
51
: Modul Psikoedukasi
: Tingkat Pengetahuan Keluarga tentang Skizofrenia
E. Definisi OperasionaL
1. Modul Psikoedukasi : modul yang berisi tentang skizofrenia, penatalaksanaan
skizofrenia, kekambuhan dan managemen stress. Isi modul psikoedukasi
mengacu pada jurnal ilmiah sebelumnya. Psikoedukasi dilaksanakan selama 30
menit pada setiap sesi dalam waktu 4 minggu.
2. Tingkat Pengetahuan tentang skizofrenia: pengetahuan keluarga mengenai
penyakit skizofrenia secara umum.
3. Keluarga: orang yang memiliki hubungan darah dan tinggal 1 rumah dengan
pasien
4. Skizofrenia : gangguan jiwa berat yang dalam penelitian ini diagnosisnya
ditegakkan oleh psikiatri.
F. Instrumen Penelitian
1. Modul
Modul tertulis pedoman psikoedukasi mengenai skizofrenia bagi peneliti
terhadap para responden.
2. Kuesioner
52
53
Kelompok Perlakuan
Kelompok Kontrol
Informed consent dan Pengisian Kuesioner
( Pre-Test)
Tidak dilakukan
intervensi pada kelompok
kontrol
Pengisian kuesioner
( Post-Test)
( Post-Test)
Analisis data kuesioner pre dan post test
(HASIL)
H. Uji Validitas dan Reliabilitas
Instrumen pada penelitian ini belum dilakukan uji validitas dan
reliabilitas. Uji validitas dan reliabilitas akan dilakukan seiring dengan
berjalannya penelitian.
I. Metode Analisa Data
Data yang diperoleh dari penilaian skor tingkat pengetahuan dengan
menggunakan kuesioner tingkat pengetahuan dari kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol sebelum dan sesudah dilakukan intervensi Modul
Psikoedukasi diuji dengan analisis univarat dan bivariat
54
1. Analisis Univariat
Uji distribusi normalitas data dengan menggunakan uji SaphiroWilk untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal atau tidak.
Dipilih uji Shapiro-Wilk karena sampel berjumlah 50. Data terdistribusi
normal apabila p>0,05. Analisis data karakteristik responden dinyatakan
dengan frekuensi dan persentase karakteristik demografi subjek, sehingga
gambaran karakteristik responden dinyatakan dalam mean, modus, dan
median.
2. Analisis Bivarat
Analisis ini digunakan untuk menganalisis data pre-test dan post-test
skor tingkat pengetahuan pada kelompok kontrol dan perlakuan. Apabila
data terdistribusi normal maka perbedaan skor tingkat pengetahuan pada
masing-masing kelompok perlakuan dan kelompok kontrol akan diuji
dengan Paired Sample T-test, apabila data terdistribusi tidak normal maka
akan dilakukan uji statistik non parametrik Wilcoxon test. Kemudian untuk
membandingkan skor tingkat pengetahuan pre-test dan post-test antara
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol akan diuji dengan Independent
Sample T-test bila data terdistribusi normal dan diuji dengan MannWhitney Test bila data tidak terdistribusi normal. Pada hasil akhir akan
didapatkan nilai signifikansi. Bila sig < 0,05 maka Ho ditolak dan H1
diterima, bila sig > 0,05 maka Ho diterima dan H1 ditolak.
55
DAFTAR PUSTAKA
Anne Anastasi & Susana Urbina. (2007). Tes Psikologi (Psychological Testing) Edisi
Ketujuh.(Alih bahasa: Drs. Robertus Hariono S. & Imam S. A.). Jakarta: PT
Indeks.
R Johnson & Leny. (2010). Keperawatan keluarga. Jogjakarta: Nuha Medika.
Soekidjo Notoatmodjo . (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Abd Alhadi Hasan, P. C. (2014). Evaluation of the impact of a psycho-educational
intervention on knowledge levels andpsychological outcomes for people
diagnosedwith Schizophrenia and their caregivers in Jordan:a randomized
controlled trial. BMC Psychiatry.
Ahmadi, A. (2007). Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.
Akbar, S. ( 2010). PTK : Filosofi, Metodologi dan Implementasinya (Edisi Revisi).
Yogyakarta: Cipta Media Aksara.
Anwar, Ilham. ( 2010). Pengembangan Bahan Ajar. Bandung: Direktori UPI.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka
Cipta.
Awad, A. a. (2008). A Review. Pharmacoeconomics. The Burden of Schizophrenia on
Caregivers.
B Murti. (2010). Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta: UGM Press.
56
57
58
59
LAMPIRAN 1
PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN
Usia
Jenis Kelamin
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat Rumah
60
LAMPIRAN 2
IDENTITAS DIRI RESPONDEN PENELITIAN
Nama
Jenis Kelamin
Umur
Alamat
Pendidikan
Pekerjaan
Status
Hubungan dengan
pasien skizofrenia
Riwayat Penyakit
NO RESPONDEN
:
61