4877 Katherin - Indriawati 4kelautan08 PDF
4877 Katherin - Indriawati 4kelautan08 PDF
Abstrak
Kondisi lingkungan tambak terkait erat dengan kualitas air tambak yang tercermin
dari beberapa parameter. Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah
merancang sebuah simulasi tentang sistem pengontrolan kualitas air tambak dalam
sebuah modul kontrol. Dalam hal ini, hanya diambil empat sifat yang berpengaruh
besar terhadap kualitas air tambak, yaitu: salinitas, kandungan oksigen (dissolved
oxygen atau DO), temperatur, dan pH.
Hasil simulasi model tambak pada komputer menunjukkan bahwa pengontrol
berdasarkan logika fuzzy dapat mengendalikan temperatur air tambak di sekitar 28C
dalam waktu sekitar 34 jam. Sedangkan pengontrol berdasarkan metode on-off
dapat mengendalikan salinitas air tambak di daerah 22 ppt 28 ppt. Jika nilai
salinitas dan temperatur dapat dikontrol, maka secara tidak langsung nilai DO juga
terkontrol, namun tidak dengan pH. Modul kontrol yang diperoleh dari perangkat
lunak ini dapat digunakan untuk memberikan pemahaman wawasan perbaikan teknik
budidaya udang.
Hasil simulasi model tambak pada miniplant menunjukkan bahwa pengendali on-off
dengan menggunakan pompa sebagai aktuator terbukti dapat menjaga nilai salinitas
pada daerah 10 35 ppt dalam waktu sekitar 1 menit. Sedangkan pengendali fuzzy
dengan menggunakan kincir air sebagai aktuator terbukti dapat menjaga temperatur
di sekitar 28C. Akibat sulitnya aktuator, parameter pH dikendalikan secara manual
sehingga membutuhkan monitoring pH yang handal. Modul kontrol yang diperoleh
dari perangkat keras ini dapat digunakan untuk memberikan pemahaman teknis
tentang perbaikan budidaya udang.
Kata kunci: kualitas air tambak, fuzzy logic controller, on-off controller
1.
Pendahuluan
70
mengendalikan DO dan temperatur yang juga merupakan parameter kondisi air yang
sangat vital dibutuhkan oleh udang.
Makalah ini memaparkan hasil penelitian tentang perancangan sebuah
simulator sistem pengontrolan kualitas air tambak dalam sebuah modul kontrol.
Dalam hal ini, hanya diambil empat sifat yang berpengaruh besar terhadap kualitas
air tambak, yaitu: salinitas, kandungan oksigen, temperatur, dan pH. Hal ini
disebabkan karena parameter tersebut cenderung untuk sering berubah dan
mempunyai dampak merugikan yang signifikan pada sistem jika diijinkan beroperasi
di luar nilai yang diijinkan. Sedangkan parameter lainnya berubah secara perlahan
dan cenderung tetap nilainya jika laju aliran air yang masuk dijaga tetap.
Permasalahan utama dalam melakukan simulasi adalah membuat model
matematika dari sistem yang ditinjau. Selanjutnya, dengan model yang ada maka
simulasi dinamik dari kualitas air tambak dapat dilakukan. Secara simulasi,
pengontrolan terhadap model plant tambak dengan mengacu pada keempat
parameter yang ditinjau (salinitas, kandungan oksigen, temperatur, dan pH) dapat
dilihat dampaknya. Karena latar belakang petani tambak tidak berasal dari bidang
rekayasa yang membutuhkan pemahaman matematika dan pemrograman yang kuat,
maka algoritma kontrol yang digunakan adalah kontrol logika fuzzy dan on-off,
dimana penyusunan algoritma kontrol ini adalah dengan bahasa linguistik sederhana
yang dikuasai oleh para petani tambak. Selanjutnya metode kontrol ini diterapkan
pada sebuah miniplant yang merepresentasikan air tambak dengan menggunakan
mikrokontroller. Alasan menggunakan alat ini adalah karena harganya murah,
ukurannya kecil, dan dapat beroperasi pada kondisi lingkungan yang berat, sehingga
cocok untuk diterapkan pada plant tambak.
2.
71
Model temperatur pada tambak dapat dibangun dengan dua cara, yaitu model
sederhana dan model lengkap (Gillot & Vanrolleghem, 2003). Kedua model
berbeda
dari
segi
derajat
kompleksitas
dan
data
masukan
yang
dT
H
=
=
dt
Az c
in
out
(1)
Az c
Keterangan:
T adalah temperatur air tambak (C)
in adalah laju perpindahan energi yang masuk ke tambak (Watt)
out adalah laju perpindahan energi yang keluar tambak (Watt)
A adalah luas penampang tambak (m2)
z adalah kedalaman tambak (m)
adalah kerapatan air tambak (kg/m3)
c adalah panas spesifik air tambak (J/kgC)
Seperti yang telah dijelaskan pada bab II buku laporan ini, energi yang masuk
ke tambak adalah melalui panas matahari, reaksi biologi yang terjadi di dalam
tambak, dan daya aerator yang digunakan pada tambak. Pada penelitian ini, ketiga
sumber panas tersebut dipresentasikan oleh sebuah heater yang diletakkan pada
miniplant tambak. Selanjutnya laju perpindahan energi yang masuk ke tambak dapat
dituliskan sebagai berikut:
(2)
in = heater
Keterangan:
heater adalah laju perpindahan energi dari heater sebagai akumulasi dari energi
panas yang masuk ke tambak.
Energi panas yang hilang dari tambak (dengan mengacu pada bab II) adalah
melalui konveksi/konduksi pada bagian sedimen tambak dan pertukaran panas
melalui antar-muka udara/cairan, seperti penggunaan aerator permukaan pada
tambak, sehingga laju perpindahan energi yang keluar dari tambak adalah:
(3)
out = A U i (T Ta ) + U w Ag (T Te )
72
dengan:
Ui =
11,4NPaer
V
(4)
Keterangan:
Ui adalah koefisien panas (W/m2C)
Ta adalah temperatur lingkungan (C)
Uw adalah koefisien perpindahan panas keseluruhan (overall) untuk dinding/dasar
tambak (W/m2C)
Ag adalah luas dinding dan dasar tambak
Te adalah temperatur tanah (C)
N adalah jumlah aerator
Paer adalah daya aerator (W)
V adalah volume tambak (m3)
Model Salinitas
Perhitungan nilai salinitas pada tambak didasarkan pada hukum
kesetimbangan massa garam yang terjadi pada satu lapisan badan air tambak.
Dengan mengasumsikan nilai koefisien laju perubahan larutan ks adalah fungsi hujan
dan evaporasi, persamaan dinamika yang dapat digunakan untuk memodelkan nilai
salinitas air tambak adalah:
dS Qin S in Qout S
=
+ ksS
dt
Az
(5)
Keterangan:
S konsentrasi garam air tambak (kg/m3)
Qin laju aliran volume air payau yang masuk ke tambak (m3/s)
Sin konsentrasi garam air payau yang masuk ke tambak (kg/m3)
Qout laju aliran volume air tambak yang keluar (m3/s)
ks koefisien laju penurunan atau penambahan larutan (1/s)
Model pH
Perhitungan nilai pH pada tambak didasarkan pada hukum kesetimbangan
konsentrasi [H+] yang terjadi pada satu lapisan badan air tambak. Dengan
mengasumsikan nilai koefisien laju perubahan ion hidrogen kpH adalah fungsi reaksi
kimia yang terjadi pada badan air tambak, persamaan dinamika yang dapat
digunakan untuk memodelkan nilai pH air tambak adalah:
(6)
pH = log [ H ]
Keterangan:
[H+] konsentrasi ion hidrogen air tambak (kg/m3)
Qin laju aliran volume air payau yang masuk ke tambak (m3/s)
[H+]in konsentrasi ion hidrogen yang masuk ke tambak (kg/m3)
Qout laju aliran volume air tambak yang keluar (m3/s)
kpH koefisien laju perubahan ion hidrogen akibat reaksi kimia (1/s)
Model DO
Perhitungan nilai DO menggunakan prinsip perpindahan massa oksigen yang
disebabkan karena aerator permukaan (kincir air), dan mengabaikan pengaruh
respirasi mahluk hidup yang ada di dalam tambak. Dinamika dari persamaan DO
adalah sebagai berikut:
73
dO
= K L a (Os O)
dt
(7)
Keterangan:
O adalah konsentrasi oksigen dalam tambak (mg/l)
Os adalah konsentrasi jenuh oksigen dalam tambak (mg/l), merupakan fungsi dari
temperatur dan salinitas dengan menggunakan tabel 2.2.
KLa adalah koefisien perpindahan massa (oksigen) ( s1 ) secara keseluruhan yang
dipengaruhi oleh temperatur, berdasarkan persamaan vant Holff-Arrhenius berikut:
KLa(T) = KLa(20C) T- 20
(8)
bernilai 1.015 1.040, untuk aerator mekanik = 1.024
3.
Sistem kontrol yang dibangun adalah untuk mengontrol nilai temperatur dan
salinitas. Nilai DO tidak dikontrol secara langsung sebagai akibat karena nilai DO
dipengaruhi oleh temperatur dan salinitas. Oleh karena itu, dengan menjaga nilai
temperatur maupun salinitas, diharapkan nilai DO akan terjaga. Nilai pH juga tidak
dikontrol secara langsung namun hanya dimonitor sebagai akibat sulitnya dipreoleh
aktuator yang sesuai dengan kebutuhan plant.
74
75
Input
PB
PK
N
NK
NB
Ouput
SC
C
M
L
SL
Pengontrolan Salinitas
Pengontrolan salinitas menggunakan satu jenis aktuator, yaitu pompa air payau
yang masuk ke dalam tambak. Air payau yang masuk diasumsikan dari kolam
tandon (reservoir) dimana nilai salinitas dan pH yang masuk adalah sesuai dengan
baku mutu standar kualitas air tambak pada tabel 2.3, yaitu 7,8 8,5 untuk pH dan
10 35 ppt untuk salinitas. Untuk keperluan simulasi, maka diambil satu nilai untuk
setiap parameter kualitas air tandon yang masuk ke miniplant tambak, yaitu 8 untuk
pH dan 25 ppt untuk salinitas.
Algoritma kontrol yang digunakan untuk pengendalian salinitas adalah
algoritma kontrol on-off. Hal ini disebabkan karena kondisi salinitas diijinkan untuk
berfluktuasi namun tidak melebihi batas yang ditentukan, yaitu fluktuasi harian
salinitas tidak lebih dari 3 ppt. Sinyal kontrol akan menghidupkan pompa jika nilai
salinitas di atas 28 ppt atau di bawah 22 ppt, sehingga air dari tandon akan mengalir.
Sinyal kontrol akan mematikan pompa jika nilai salinitas berada pada range 28 22
ppt. Dengan demikian nilai salinitas air tambak dapat dijaga pada daerah yang
ditentukan, yaitu 22 ppt 28 ppt.
4.
Pembuatan Miniplant
Komponen perangkat keras dari modul kontrol kualitas air tambak mengikuti
diagram blok pada gambar 3. Ukuran miniplant tambak adalah 0,5 m x 1,5 m x 1 m,
terbuat dari kayu yang dialasi dengan lembaran plastik untuk menghindari kebocoran.
Di dalam miniplant tambak dipasang sensor suhu, salinitas dan pH, serta kincir air.
Sedangkan pompa diletakkan pada bak air tandon.
LCD / Komputer
Mikrokontroler.
Mikrokontroler.
Driver
Motor
Aerator
Driver
Relay
Pompa
Miniplant
Tambak
LCD / Komputer
Sensor pH
Sensor
Salinitas
Sensor
Temperatur
76
(9)
dengan:
C : Kapasitansi
: Permeabilitas listrik
K : Konstanta dielektrik
A : Luasan
D : Jarak kedua konduktor
Variabel yang digunakan untuk mendeteksi kandungan NaCl pada persamaan
9 di atas adalah permeabilitas listrik bahan dielektrik. Dalam hal ini, larutan NaCl
dianggap sebagai bahan dieletrik yang disisipkan di antara dua keping plat sejajar.
Semakin banyak kandungan NaCl di antara dua plat tersebut, maka semakin besar
77
pula permeabilitas listrik yang diberikan sehingga akan semakin bersar pula
kapasitansi listrik yang dihasilkan.
Sensor pH
Sensor pH yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan suatu teknik
electrode differential dimana terdapat dua gelas kaca elektroda pengukuran. Satu
electroda digunakan sebagai elektroda pengukuran, dan yang lain digunakan
sebagai elektroda acuan. Tegangan keluaran yang dihasilkan sensor ini dan
digunakan sebagai inputan pengukuran adalah perbedaan tegangan antara
elektroda pengukuran dengan elektroda acuan.
Tegangan keluaran yang dihasilkan oleh elektroda pengukuran tergantung dari
aktivitas ion hidrogen dalam suatu larutan. Ketika suatu larutan bersifat asam,
tegangan keluaran bersifat negatif. Sebaliknya jika suatu larutan bersifat basa,
tegangan keluaran bersifat positif. Pada suatu elektroda yang sempurna, saat pH = 7
tegangan keluaran adalah 0 mV.
Driver Motor Aerator
Aktuator untuk pengendalian temperatur (dan DO) pada penelitian ini adalah
kincir air yang digerakkan oleh motor arus searah (motor DC). Berdasarkan
karakteristiknya, motor arus searah mempunyai daerah pengaturan putaran yang
luas dibandingkan dengan motor arus bolak balik. Konstruksi motor arus searah
adalah sama dengan konstruksi generator arus searah, hanya berbeda pada prinsip
kerjanya. Dengan demikian, satu perangkat mesin arus searah dapat berfungsi
sebagai generator maupun sebagai motor.
Prinsip kerja dari motor arus searah berdasarkan pada fenomena bahwa
penghantar yang membawa arus dan ditempatkan dalam satu medan magnet akan
mendapatkan gaya. Gaya tersebut menimbulkan torsi yang akan menghasilkan
rotasi mekanik, sehingga motor akan berputar. Jadi motor arus searah ini menerima
sumber arus searah dari jala - jala kemudian dirubah menjadi energi mekanik berupa
perputaran, yang nantinya dipakai oleh peralatan lain.
Pengaturan gerakan motor DC memerlukan sebuah driver. Driver motor DC
dilengkapi dengan prosedur input sehingga dapat mengetahui kecepatan motor pada
saat tertentu dan juga dilengkapi dengan prosedur brake yang dapat menghentikan
motor DC tersebut secara tepat. Spesifikasi dari driver motor DC ini adalah sebaai
berikut :
Hanya perlu 2 jalur kabel untuk interface dengan mikroprosesor /
mikrokontroler lain.
Mempunyai 2 buah pengontrol motor DC yang dapat bekerja secara
bersama-sama.
Masing-masing pengontrol motor DC dilengkapi dengan prosedur input dan
brake.
Pada penelitian ini, jenis driver motor DC yang digunakan adalah pulse width
modulation (PWM) dimana kecepatan dan arah putaran dari motor dapat diatur
melalui listing programnya. Driver motor DC ini langsung dapat mengkonversi
keluaran dari digital menjadi analog, sehingga dapat juga difungsikan sebagai
pengganti dari digital to analog converter (DAC).
Driver Relay Pompa
Driver
relay
digunakan
untuk
menghubungkan port paralel pada
mikrokontroller dengan hardware luar berupa pengaktifan relay yang selanjutnya
menghidupkan pompa. Disini driver relay menggunakan transistor sebagai penguat
arus, karena outputan arus dari mikrokontroller tidak mampu untuk menggerakkan
relay. Disamping itu digunakan juga optocoupler sebagai pelindung mikrokontroller
dari terjadinya arus balik yang dapat merusak komponen.
78
79
Temperatur lingkungan
Ta
Daya aerator maksimum
Pa
Jumlah aerator
N
Temperatur tanah
Tg
Fluks masukan
in
Koefisien heat transfer overall
Uw
Luas permukaan tanah
Ag
Laju aliran air payau
Qin
Salinitas air payau
Sin
Koefisien laju perubahan salinitas ks
Konsentrasi [H+] air payau
H+
+
Koefisien laju perubahan [H ]
kpH
Nilai
5.000
1
995,756
28
50.000
2
23
50.000
1
5300
1000
30
5.10-6
1.10-08
-1.10-5
Satuan
m2
m
kg/m3
C
Watt
C
Watt
W/m2C
m2
m3/s
kg/m3
1/s
kg/m3
1/s
Respon temperatur tambak pada saat kincir air dan pompa air tandon tidak
digunakan dapat dilihat pada gambar 1. Nilai temperatur mula-mula air tambak
adalah 28 C. Sebagai akibat masuknya panas dari luar sebesar 50 kW,
menyebabkan temperatur air tambak naik menjadi 32,434C dalam waktu sekitar 4,4
jam. Jika fluks panas yang masuk ke badan air tambak lebih besar dari 50 kW,
sebagai contoh akibat pancaran sinar matahari yang sangat panas, maka temperatur
air tambak dapat mencapai nilai di atas 32 C. Tentu saja hal ini tidak diinginkan
karena dapat menyebabkan kematian pada udang karena kriteria suhu air pada saat
pemeliharaan adalah 27 32 C.
80
Gambar 6. Respon salinitas air tambak tanpa pompa air tandon (reservoir).
81
Gambar 7. Respon nilai DO air tambak tanpa kincir air dan pompa
82
83
84
kriteria yang diijinkan. Nilai temperatur sebelum terjadi perubahan beban energi input
yang masuk ke tambak adalah mantap pada 28,04 C. Pada saat pompa tidak
bekerja, nilai salinitas bergerak naik sehingga nilai DO bergerak turun. Pada saat
pompa bekerja, nilai salinitas dijaga tidak melebihi 28 ppt sehingga nilai DO juga
tidak melebihi 6,8 ppm. Saat terjadi penurunan salinitas akibat perubahan koefisien
laju perubahan konsentrasi garam dari 5.10-6 menjadi -5.10-6, nilai DO menjadi naik.
Saat pompa mulai bekerja kembali untuk mempertahankan nilai salinitas tidak di
bawah 22 ppt, nilai DO mantap dengan osilasi di sekitar 7.2 ppm. Pada saat terjadi
perubahan energi input yang masuk ke tambak, yaitu dari 50 kW menjadi 100 kW
pada jam ke-50, kincir air mempertahankan nilai temperatur pada 28,123C sehingga
nilai mantap DO bergeser sedikit yaitu berosilai di sekitar 7,19 ppm. Dengan
demikian, dengan mengendalikan temperatur dan salinitas, maka nilai DO secara
tidak langsung juga dapat dijaga pada daerah kriteria yang diijinkan.
6.
Miniplant sistem kontrol kualitas dan monitoring air tambak udang secara
keseluruhan ditunjukkan pada gambar 12. Plant model tambak diletakkan di bagian
atas, sedangkan dua bak hitam di bawah merepresentasikan kolam air pembuangan
dan kolam air reservoir tandon (reservoir). Air yang masuk ke kolam pembuangan
tidak dikontrol, melainkan luapan dari air yang melebihi ketinggian yang diijinkan
pada model tambak. Sedangkan air yang keluar dari kolam tandon menuju ke model
tambak, dikendalikan dengan menggunakan pompa yang bekerja secara on-off
untuk menjaga nilai salinitas air tambak.
85
Gambar 5.13 Pemasangan kincir air dan sensor pada miniplant tambak
Pengujian sensor temperatur dilakukan dengan membandingkan data hasil
pengukuran temperatur oleh sensor LM35 yang terbaca pada LCD dengan data hasil
pengukuran temperatur oleh termometer digital. Nilai standar deviasi data
pengukuran dari LCD adalah 1,18 C. Karena nilai eror maksimum (yaitu 2 C) masih
lebih kecil dari nilai 3 kali standar deviasi pengukuran (yaitu 3,55 C), maka
disimpulkan bahwa sensor temperatur bekerja dengan baik.
Pengujian nilai DO dilakukan pada temperatur 27 C dan salinitas 0 ppt. Data
hasil perhitungan tersebut kemudian ditampilkan pada LCD. Selanjutnya data DO
yang tertampil pada LCD dibandingkan dengan sensor DO meter. Pengambilan data
dilakukan tiap 5 detik. Nilai eror rata-rata yang dihasilkan adalah 1,8 ppm dan deviasi
standar eror adalah 0,74 ppm. Karena tampilan dari LCD merupakan hasil
perhitungan DO, maka penilaian tentang unjuk kerja sensor tidak ada. Dari
perbandingan kedua data, sensor DO meter yang digunakan tidak menghasilkan nilai
yang stabil sehingga tidak dapat dijadikan acuan sebagai data yang benar. Namun
demikian, data hasil perhitungan sebesar 7,95 ppm mendekati data pengukuran DO
meter yang menunjukkan nilai 7 ppm.
Pengujian sensor pH dilakukan dengan memasukkan sensor pH pada sebuah
cairan akuades yang memiliki pH = 7. Pengukuran dilakukan setiap 5 detik.
Selanjutnya eror pengukuran dihitung dengan membandingkan data tampilan nilai
pH pada LCD dengan nilai 7, yaitu nilai pH aktual dari akuades. Nilai standar deviasi
data pengukuran dari LCD adalah 0,045. Karena nilai mutlak eror maksimum (yaitu
0,2) masih lebih kecil dari nilai 3 kali standar deviasi pengukuran (yaitu 0,12), maka
disimpulkan bahwa sensor pH bekerja dengan baik.
Pengujian sensor salinitas dilakukan dengan memasukkan sensor salinitas
pada sebuah larutan air payau yang memiliki salinitas sekitar 24 ppt. Pengukuran
dilakukan setiap 5 detik.
Selanjutnya eror pengukuran dihitung dengan
membandingkan data tampilan nilai salinitas pada LCD dengan nilai 24 ppt, yaitu
nilai salinitas aktual dari air payau. Nilai standar deviasi data pengukuran dari LCD
adalah 0,258. Karena nilai mutlak eror maksimum (yaitu 0,7) masih lebih kecil dari
nilai 3 kali standar deviasi pengukuran (yaitu 0,775), maka disimpulkan bahwa
sensor salinitas bekerja dengan baik.
Pengujian unjuk kerja pompa sebagai aktuator untuk mengendalikan nilai
salinitas air tambak dilakukan dengan memasukkan larutan garam pada miniplant
tambak. Selanjutnya pompa akan hidup dan mengalirkan air payau, sedemikian
86
hingga nilai salinitas pada miniplant tambak kembali pada kondisi yang sesuai
dengan kriteria, yaitu 10 35 ppt.
Pada saat awal, akibat memasukkan larutan garam ke miniplant tambak,
salinitas air tambak terbaca 37.2 ppt, melebihi batas maksimum kriteria salinitas air
tambak, sehingga pompa hidup. Selanjutnya setiap 5 detik dilakukan pembacaan
salinitas dan pH pada miniplant tambak dengan. Saat nilai salinitas di bawah 35 ppt,
maka pompa tidak hidup.
Grafik respon salinitas dan pH hasil pengukuran untuk pengujian unjuk kerja
pompa ditunjukkan pada gambar 14 dan 15. Terlihat bahwa waktu yang dibutuhkan
untuk mencapai nilai salinitas kembali sesuai dengan kriteria maksimum adalah
sekitar 1 menit. Nilai pH pada saat pompa bekerja cenderung stabil di nilai 10. Hal ini
menandakan bahwa air payau yang masuk ke miniplant tambak mempunyai pH
sekitar 10. Saat nilai pH cenderung turun, kemungkinan terdapat kesalahan
pengukuran, karena tidak mungkin dalam waktu kurang dari 20 detik terjadi reaksi
yang menaikkan konsentrasi [H+] pada miniplant tambak yang hanya berisi air payau
saja.
37,5
37
Salinitas (ppt)
36,5
36
35,5
35
34,5
34
33,5
0
10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75
Waktu (detik)
pH
8
7
6
5
4
0
10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75
Waktu (detik)
Temperatur (deg-C)
20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340 360
Waktu (detik)
DO (ppm)
7
6,5
6
5,5
5
0
20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340 360
Waktu (detik)
Kesimpulan
88
Daftar Pustaka
Arifin, Z., Kokarkin, C., Priyoutomo, T.P. (editor), 2007, Penerapan Best
Management Practices (BMP) pada Budidaya Udang Windu (Penaeus Monodon
Fabricius) Intensif, Departemen Kelautan dan Perikanan, Direktorat Jendral
Perikanan Budidaya, Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau, Jepara.
Culberson, S.D., 1993, Simplified model for prediction of temperature and dissolved
oxygen in aquaculture ponds: Using reduced data inputs. M.S. thesis, University
of California, Davis.
Ernst, D.H., Bolte, J.P., Nath, S.S., 2000, AquaFarm: simulation and decision support
for aquaculture facility design and management planning, Aquacultural
Engineering, 23, pp. 121 179
Gillota, S., Vanrolleghem, P.A., 2003, Equilibrium temperature in aerated basins
comparison of two prediction models, Water Research, 37, pp. 37423748
James, A., 1993, An Introduction to Water Quality Modelling 2nd ed., John Wiley &
Sons, England, chapter 9.
Losordo, T.M., Piedrahita, R.H., 1991. Modeling temperature variation and thermal
stratification in shallow aquaculture ponds. Ecol. Model. 54, 189226.
Lu, Z., Piedrahita, R.H, 1998. Modeling of temperature, dissolved oxygen, and fish
growth rate in stratified ponds using stochastic input variables. Pond
Dynamics:Aquaculture CRSP, 16th Annual Technical Report, Oregon State
University
Piedrahita, R.H., Culberson, S., Giovannini, P., 1993. Analysis and modeling of water
quality in ponds. In: Tenth annual administrative report, Pond
Dynamics:Aquaculture CRSP. Oregon State University, Corvallis OR, pp. 72103.
__, 2000, Budidaya Udang Windu, TTG Budidaya Perikanan, Proyek Pengembangan
ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas.
Fowler, P., Baird, D., Bucklin, R., Yerlan, S., Watson, C. dan Chapman, F., 1994,
Microcontrollers in Recirculating Aquaculture Systems, EES-326, Florida
Cooperative Extension Service, Institute of Food and Agricultural Sciences,
University of Florida.
89