PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan seni Drama akhir-akhir ini begitu pesat. Hal ini terlihat dari
banyaknya pertunjukan drama di televisi. Di sekolah-sekolah, Drama merupakan karya
sastra paling tidak diminati. Hal ini disebabkan karena menghayati naskah drama yang
berupa dialog itu cukup sulit dan harus tekun. Dengan pementasan atau pembacaan oleh
orang yang terlatih, hambatan tersebut kiranya dapat diatasi. Penghayatan naskah drama
lebih sulit daripada penghayatan naskah prosa dan puisi. Pembelajaran sastra pada
umumnya dan pembelajaran drama Inggris pada khususnya mengemban misi efektif yaitu
memperkaya pengalaman siswa dan meningkatkan kemampuan speaking serta listening
bagi siswa.
Secara khusus pembelajaran sastra bertujuan mengembangkan kepekaan siswa
terhadap nilai-nilai indrawi, nilai akali, nilai afektif dan nilai sosial. Dalam konteks inilah
pembelajaran
Guru dituntut
mampu
menjembatani
siswa
menegenai
Mubarokiyah,
pembelajaran
drama
agar nantinya
dapat
menjembatani
dalam
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Drama
Drama merupakan tiruan kehidupan manusia yang diproyeksikan diatas pentas.
Melihat drama, penonton-penonton seolah melihat kejadian-kejadian dalam
masyarakat. Kadang-kadang konflik yang disajikan dalam drama adalah potret
kehidupan manusia, potret suka maupun duka, pahit manis, hitam putih kehidupan
manusia. (Prof. Dr. Herman J. Waluyo 1)
Perkataan drama berasal dari bahasa yunani draomai yang berarti berbuat,
berlaku, bertindak, atau beraksi. Drama berarti perbuatan, tindakan atau beraksi. Yang
dimaksud teks-teks drama ialah semua teks yang bersifat dialog-dialog dan yang
isinya membentangkan sebuah alur. (Janvan Luxemburgh, dkk 158)
Drama adalah karya sastra yang menggambarkan aktivitas kehidupan manusia
yang dalam penceritaannya menekankan dialog, laku dan gerak. Meski drama adalah
karya sastra yang bisa dibaca dan dianalisa secara tekstual karena menggunakan
medium bahasa dalam penciptaannya, namun drama pada dasarnya ditulis untuk
dipentaskan di atas panggung (stage). Oleh karena itu, dalam teks drama, selain
terdapat unsur dialog sebagai penanda alur cerita, pembaca juga akan menemukan
gambaran ekspresi dan laku (Stage direction) yang ditulis pengarang untuk
memberikan gambaran kepada para pembaca, calon aktor, dan juga sutradara tentang
tingkah laku, ekspresi, gerak dan juga mimik tokoh-tokoh dalam drama.
B. Konsep Seni Drama
Pada umumnya pembelajaran Seni Teater di SD terdiri atas dua aspek yaitu aspek
apresiasi dan kreasi. Namun demikian, karena keterbatasan SDM khususnya guru,
lebih banyak aspek apresiasi yang disampaikan. Kondisi itu disebabkan oleh latar
belakang pendidikan guru pengajar mata pelajaran Seni Budaya itu bukan Pendidikan
merupakan reaksi dari situasi dan kondisi tertentu. Dalam tingkatan lanjut olah
rasa merupakan gabungan pengekspresian berbagai perasaan, yang kadangkadang perubahannya begitu cepat.
9. Olah pikir merupakan keterampilan dalam memahami logika proses kehidupan
yang ditampilkan dalam drama. Pada umumnya olah pikir ini beorientasi pada
hukum kausal.
10. Olah tubuh berfungsi sebagai pelatihan kelenturan gerak otot-otot dan sendi tubuh
yang akan digunakan untuk mengekspresikan gerak tokoh tertentu dalam
pementasan drama. Secara keaktoran, olah tubuh ini sangat membantu akting
seseorang dalam memerankan tokoh tertentu.
11. Proses pembelajaran kreasi Seni Teater untuk pemeranan pada umumnya
dilakukan secara berjenjang dari pelatihan konsentrasi, pernapasan, suara, gerak,
penghayatan, akting, dan bloking.
Demikianlah antara lain konsep dasar dalam pembelajaran kreasi Seni Teater yang
di sekolah-sekolah sering menggunakan istilah Seni Drama sebagai pengganti Seni
Teater. Bagi seseorang yang ingin bermain teater atau drama, konsep dasar itu tidak
akan berarti apabila tidak dipraktikkan secara rutin dan terjadwal. Bagi guru Seni
Budaya yang ingin memberikan pembelajaran kreasi itu kepada peserta didiknya
perlu memahami teknik-teknik pelatihannya, agar peserta didik mudah menyerap dan
mepraktikannya.
Semoga konsep dasar yang telah diuraikan di atas dapat dipahami dan selanjutnya
dapat dipraktikkan di sekolah, khususnya di SD.
C. Fungsi, Tujuan, Prinsip Pembelajaran Seni Drama
1. Fungsi Pembelajaran Seni Drama
Dalam fungsi pembelajaran drama, ada yang disebut dengan fungsi drama secara
umum dan fungsi drama secara khusus.
a. Informasi (apa itu drama, apa saja unsur yang membangun drama, siapa
pengarang drama, kapan drama dikarang, termasuk pengarang angkatan mana,
dan sebagainya).
b. Konsep ( aliran drama, macam-macam drama, apa yang disebut komedi,
tragedi, dagelan, dan sebagainya).
c. Perspektif (pikiran siswa, seperti tepatkah jalan keluaryang diambil tokoh?
Bagaimanakah sikapnya sekiranya dia menjadi tokoh? dan sebagainya).
d. Apresiasi (pemahaman, penghayatan, penikmatan, dan penghargaan kepada
drama)
3. Prinsip Pembelajaran Seni Drama
Prinsip pengajaran drama dilaksanakan dengan prinsip pendidikan melalui
seni dengan pendekatan pengajaran drama bersifat aktivitasartistic digunakan
untuk membentuk pengalaman estetika yang pelaksanaannya dapat dipadukan
dengan mata pelajaran lain
D. Jenis-Jenis Drama
1. Pengelompokan drama berdasarkan isi lakon
Drama berdasarkan isi lakon, dapat dibedakan menjadi:
a. Drama Komedi
Drama komedi adalah drama yang lucu dan menggelitik penuh keceriaan.
b. Drama tragedi
Drama tragedi adalah drama yang ceritanya sedih penuh kemalangan.
c. Drama tragedi-komedi
Drama tragedi-komedi adalah drama yang ada sedih dan ada lucunya.
d. Opera
Opera adalah drama yang mengandung musik dan nyanyian
e. Lelucon / Dagelan
Lelucon adalah drama yang lakonnya selalu bertingkah pola jenaka
merangsang gelak tawa penonton.
f. Operet / Operette
Operet adalah opera yang ceritanya lebih pendek
g. Pantomim
Pantomim adalah drama yang ditampilkan dalam bentuk gerakan tubuh atau
bahasa isyarat tanpa pembicaraan
h. Tablau
Tablau adalah drama yang mirip pantomim yang dibarengi oleh gerak- gerik
anggota tubuh dan mimik wajah pelakunya.
i. Passie
Passie adalah drama yang mengandung unsur agama / relijius
j. Wayang
Wayang adalah drama yang pemain dramanya adalah boneka wayang. Dan
lainsebagainya.
2. Pengelompokan drama berdasrkan isi
Berdasarkan isinya, drama dapat dibedakan atas:
a. Drama Absurd
Drama absurd adalah drama gila-gilaan yang didalamnya mengabaikan
konvensi struktur semantic (makna kata).
b. Drama Borjuis
Drama
borjuis
adalah
drama
yang
bertema
tentang
kehidupan
f. Drama Ria
Drama ria adalah drama ringan yang sifatnya menghibur, walaupunselorohan
didalamnya dapat bersifat sebagai sindiran, dan biasanyaberakhir dengan
kebahagiaan
g.
Drama Heroik
Drama heroik adalah drama yang merupakan peniruan bentuk tragedy dan
selalu bertemakan cinta dan nama baik.
h. Drama Moralis
Drama moralis adalah drama keagamaan yang bersifat alegoris, berisi konflik
atau kebajikan dan kejahatan.
i.
Drama Rakyat
Drama rakyat adalah drama yang timbul dan berkembang sesuai dengan
festifal festifal rakyat yang ada. Termasuk dalam drama jenis ini, antara lain:
Ludruk dan Lenong.
j.
Drama Tendens
Drama tendens adalah drama yang berisi masalah sosial, seperti: kepincangan
kepincangan yang terjadi di masyarakat.
drama
usia
dipentaskan.
Kecakapan-kecakapan
tersebut
hendaknya
akan membuka diri secara lugas. Inilah yang dapat dipakai sebagai modal berharga
dalam pembelajaran
Beberapa latihan yang dapat dilakukan dalam pembelajaran drama, yaitu:
1. Latihan membaca (Teks Drama)
Teks drama adalah wacana dialog yang berbeda-beda dengan teks prosa. Wacana
dialog lebih sulit dibaca atau dipahami karena dialog tokoh-tokoh yang satu
dilengkapi oleh tokoh yang lain.
2. Latihan mendengarkan (Menyimak Drama)
Teks drama dapat juga dibaca didepan kelas oleh beberapa murid, sedang murid
lainnya mendengarkan, mencatat tema dan isinya, dan berusaha untuk dapat
menggapai hasil kegiatan mendengarkan itu. Guru dapat juga memberikan tugas
untuk mendengarkan drama radio atau drama televisi (dari kaset, video, atau
televisi). Tema, isi, dan cerita harus dipahami oleh siswa sebagai bahan diskusi
kelas atau membuat resensi (menulis).
3. Latihan menulis
Latihan menulis yang berkaitan dengan pembelajaran drama dapat berupa menulis
teks drama (sederhana), menulis sinopsis drama, menulis saduran drama, dan
menulis resensi (teks drama ataupun pementasan drama). Tugas menulis itu dapat
individual dan dapat juga kelompok. Hasilnya dapat dilaporkan kepada guru
secara tertulis, dapat juga dibaca di depan kelas
4. Latihan wicara
Latihan wicara dapat dilaksanakan dengan menceritakan isi singkat drama
didepan kelas dan pendramaan teks drama dengan pendramaan itu, dapat dibina
kelancaran berbicara. Latihan wicara itu dapat juga dilakukan dengan pengkasetan
dialog seperti dalam drama radio. Dalam hal ini, penjiwaan terhadap peran yang
dibawakan perlu dilatih secara baik. Karena itu, kelancaran berwicara dapat
dilatih melalui pentas atau pengkasetan drama.
Untuk keperluan latihan pemahaman dan penggunaan bahasa, pementasan drama
10
lebih lengkap. Dalam pentas drama, siswa terlibat aspek kognitif, afektif, dan
psikomotoriknya. Oleh karena itu, prinsip prinsip dramatisasi (dalam arti drama
pentas) banyak digunakan untuk diaplikasikan dalam metode mengajar yang
sifatnya baru (inovatif).
F. Kreatifitas dan Apresiasi Seni Drama di SD
Contoh Kreatifitas dan Apresiasi Seni Drama di SD:
Pada sore hari yang cerah itu terdengar suara perbincangan Andi dan Ibu di teras
belakang.
Andi
: Bu Andi minta uang lagi ya Rp. 10.000,-? (sambil memeluk ibunya yang
sedang berdiri dari arah belakang)
Ibu
:Buat apa lagi, Ndi? Kan waktu pagi udah Ibu kasih uang jajan? Kok
masih kurang? (sambil menoleh ke arah Andi)
Andi
: Buat bekal, kan Andi sore ini mau turnamen main bola di kampung
tetangga sebelah.
Ibu
: Oh, kirain Ibu buat apa. Ya ntar Ibu kasih. Emang mau jam berapa
berangkatnya?
Andi
: Bentar lagi juga berangkat sama Tono. Tononya lagi makan ambil motor
dulu.
Ibu
: Ni, uangnya. Cukup Rp. 10.000,-? (mengambil uang dari saku baju lalu
memberikannya kepada Andi.
Andi
Ibu
Andi
: Ya bu (Andi pergi ke kamar untuk ganti pakaian seragam sepak bola dan
tidak lama kemudian terdengar suara kendaraan motor berhenti di depan
rumah Andi, yang ternyata adalah Anton teman Andi )
Anton
: Di, ayo kita berangkat teman-teman yang lain sudah menunggu di depan
(Anton memanggil Andi dari arah luar)
Andi
:Bu Andi pergi dulu ya! ( Andi berpamitan kepada Ibunya sembari
mencium tangan ibunya)
Ibu
11
Andi
5. Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang
sudah dipersiapkan;
6. Masing-masing
siswa
duduk
di
kelompoknya,
masing-masing
sambil
Penugasan
Siswa memebuat drama dengan tema bebas sebagai latihan pemula untuk menggali
keberanian siswa dalam hal latihan menulis drama.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Drama adalah karya sastra yang menggambarkan aktifitas kehidupan manusia
yang dalam penceritaannya menekankan dialog, laku, dan gerak.
2. Pada umumnya pembelajaran Seni Teater di SD terdiri atas dua aspek yaitu aspek
apresiasi dan kreasi.
3. Tujuan pembelajaran seni drama, diantaranya agar siswa dapat mengetahui dan
memahami tentang:informasi, konsep, perspektif, dan apresiasi.
4. Jenis-jenis drama dapat dikelompokan berdasarkan isi lakon, isi drama, dan
masa.
5. Pembelajaran drama di sekoloah dapat ditafsirkan dua macm yaitu :
pembelajaran teori drama atau pembelajarn apresiasi drama.
6. Bermain drama merupakan kesempatan berharga bagi siswa untuk memperoleh
pengetahuan dan pemahaman tekstual serta pengalaman praktis.
B. Saran
1. Sebagai calon pendidik kita harus mempersiapkan diri dan bersungguh-sungguh
mampu menciptakan suatu sistem pembelajaran yang efektif dan inovatif yang
dapat menunjang peningkatan mutu pendidikan anak didik kita.
2. Sebagai mahasiswa PGSD/MI Latifah Mubarokiyah, kita harus belajar rajin agar
menjadi pendidik yang mampu menciptakan generasi muda yang berpotensi.
13
G. DAFTAR PUSTAKA
H. K Toha, Riris 2002. Sastra Masuk Sekolah. Magelang : Indonesiatera
I.
J. Janvan dkk. 1986. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta : PT Gramedia
K.
L. Waluyo, Herman. 2003. Drama Teori dan Pengajarannya. Yogyakarta : PT
Hanindita Graha Widya
DAFTAR PUSTAKA
K Toha, Riris 2002. Sastra Masuk Sekolah. Magelang : Indonesiatera
Janvan dkk. 1986. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta : PT Gramedia
Waluyo, Herman. 2003. Drama Teori dan Pengajarannya. Yogyakarta : PT Hanindita
Graha Widya
Soetrisman. 1984. Drama Formal Dan Teater remaja. Yogyakarta : PT Hanindita
Http://mbahbrata-edu.blogspot.com/2008/workshop-pembelajaran-seni-drama-dismp.html
http://sastra-indonesia.com/2011/01/siswa-dan-aspek-pembelajaran-drama/
14