Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan seni Drama akhir-akhir ini begitu pesat. Hal ini terlihat dari
banyaknya pertunjukan drama di televisi. Di sekolah-sekolah, Drama merupakan karya
sastra paling tidak diminati. Hal ini disebabkan karena menghayati naskah drama yang
berupa dialog itu cukup sulit dan harus tekun. Dengan pementasan atau pembacaan oleh
orang yang terlatih, hambatan tersebut kiranya dapat diatasi. Penghayatan naskah drama
lebih sulit daripada penghayatan naskah prosa dan puisi. Pembelajaran sastra pada
umumnya dan pembelajaran drama Inggris pada khususnya mengemban misi efektif yaitu
memperkaya pengalaman siswa dan meningkatkan kemampuan speaking serta listening
bagi siswa.
Secara khusus pembelajaran sastra bertujuan mengembangkan kepekaan siswa
terhadap nilai-nilai indrawi, nilai akali, nilai afektif dan nilai sosial. Dalam konteks inilah
pembelajaran

sastra perlu dilaksanakan.

Guru dituntut

mampu

menjembatani

pemerolehan pemahaman siswa melalui unsur-unsur intrinsik maupun ekstrinsik dalam


karya sastra.
B. Tujuan Makalah
Makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan para pembaca, khususnya para
mahasiswa jurusan PGSD/MI Latifah
pembelajaran

siswa

menegenai

Mubarokiyah,

pembelajaran

drama

agar nantinya
dapat

menjembatani

pemerolehan pemahaman siswa mengenai unsur-unsur yang ada dalam drama.

dalam

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Drama
Drama merupakan tiruan kehidupan manusia yang diproyeksikan diatas pentas.
Melihat drama, penonton-penonton seolah melihat kejadian-kejadian dalam
masyarakat. Kadang-kadang konflik yang disajikan dalam drama adalah potret
kehidupan manusia, potret suka maupun duka, pahit manis, hitam putih kehidupan
manusia. (Prof. Dr. Herman J. Waluyo 1)
Perkataan drama berasal dari bahasa yunani draomai yang berarti berbuat,
berlaku, bertindak, atau beraksi. Drama berarti perbuatan, tindakan atau beraksi. Yang
dimaksud teks-teks drama ialah semua teks yang bersifat dialog-dialog dan yang
isinya membentangkan sebuah alur. (Janvan Luxemburgh, dkk 158)
Drama adalah karya sastra yang menggambarkan aktivitas kehidupan manusia
yang dalam penceritaannya menekankan dialog, laku dan gerak. Meski drama adalah
karya sastra yang bisa dibaca dan dianalisa secara tekstual karena menggunakan
medium bahasa dalam penciptaannya, namun drama pada dasarnya ditulis untuk
dipentaskan di atas panggung (stage). Oleh karena itu, dalam teks drama, selain
terdapat unsur dialog sebagai penanda alur cerita, pembaca juga akan menemukan
gambaran ekspresi dan laku (Stage direction) yang ditulis pengarang untuk
memberikan gambaran kepada para pembaca, calon aktor, dan juga sutradara tentang
tingkah laku, ekspresi, gerak dan juga mimik tokoh-tokoh dalam drama.
B. Konsep Seni Drama
Pada umumnya pembelajaran Seni Teater di SD terdiri atas dua aspek yaitu aspek
apresiasi dan kreasi. Namun demikian, karena keterbatasan SDM khususnya guru,
lebih banyak aspek apresiasi yang disampaikan. Kondisi itu disebabkan oleh latar
belakang pendidikan guru pengajar mata pelajaran Seni Budaya itu bukan Pendidikan

Seni Teater. Padahal sebagai kategori pembelajaran keterampilan, Seni Teater


mengutamakan aspek kreasi.
Konsep dasar ini dapat digunakan sebagai acuan awal atau minimal sebagai
gambaran dasar untuk mengenalkan pembelajaran kreasi Seni Teater kepada peserta
didik.Konsep dasar yang dipaparkan di sini diambil berdasarkan pengalaman yang
diberikan dan diperoleh dari kegiatan-kegiatan pelatihan Seni Teater, baik di kegiatan
ekstrakurikuler sekolah, maupun di kegiatan kelompok teater tingkat umum.
Konsep dasar itu antara lain:
1. Seni Teater mencakup keterampilan olah rasa, olah pikir, olah tubuh, dan olah
suara yang pementasannya memadukan Seni Sastra, Seni Peran, Seni Gerak, Seni
Rupa, Seni Tari, dan Seni Musik.
2. Seni Sastra merupakan bahan baku untuk pementasan Seni Teater. Bentuknya
berupa naskah, dari unsur terkecil yang merupakan komposisi bunyi-bunyi huruf
vokal/konsonan, komposisi suku kata, komposisi kata, komposisi kalimat, sampai
dengan komposisi dialog utuh yang membentuk karakter dan cerita.
3. Seni Peran memberikan keterampilan kepada seseorang untuk memerankan
karakter tokoh tertentu yang ditulis di dalam naskah drama. Keterampilan ini
membutuhkan gabungan olah rasa, olah pikir, olah tubuh, dan olah suara.
4. Seni Gerak pada umumnya merupakan keterampilan untuk memindahkan
gerakan-gerakan yang sering dilakukan dalam kehidupan sehari-hari ke dalam
pemeranan tokoh cerita. Secara khusus, juga dipelajari gerak-gerak teateral (gerak
penggarapan) yang disesuaikan dengan kebutuhan pementasan drama.
5. Seni Rupa dalam pementasan drama dibutuhkan untuk segi tata artistik panggung,
dekorasi, properti, busana, dan rias.
6. Seni Tari digunakan untuk penggarapan gerak menjadi gerak simbolis berirama
dan artistik yang sangat mendukung nilai artistik pementasan drama.
7. Seni Musik digunakan untuk mengiringi pementasan drama. Iringan ini tidak
sekedar ilustrasi, tetapi sudah disesuaikan dengan penghayatan makna cerita
dalam pementasan drama.
8. Olah rasa ditekankan pada penghayatan peran dalam pementasan drama. Dalam
tingkatan awal olah rasa merupakan pengekspresian perasaan tertentu yang

merupakan reaksi dari situasi dan kondisi tertentu. Dalam tingkatan lanjut olah
rasa merupakan gabungan pengekspresian berbagai perasaan, yang kadangkadang perubahannya begitu cepat.
9. Olah pikir merupakan keterampilan dalam memahami logika proses kehidupan
yang ditampilkan dalam drama. Pada umumnya olah pikir ini beorientasi pada
hukum kausal.
10. Olah tubuh berfungsi sebagai pelatihan kelenturan gerak otot-otot dan sendi tubuh
yang akan digunakan untuk mengekspresikan gerak tokoh tertentu dalam
pementasan drama. Secara keaktoran, olah tubuh ini sangat membantu akting
seseorang dalam memerankan tokoh tertentu.
11. Proses pembelajaran kreasi Seni Teater untuk pemeranan pada umumnya
dilakukan secara berjenjang dari pelatihan konsentrasi, pernapasan, suara, gerak,
penghayatan, akting, dan bloking.
Demikianlah antara lain konsep dasar dalam pembelajaran kreasi Seni Teater yang
di sekolah-sekolah sering menggunakan istilah Seni Drama sebagai pengganti Seni
Teater. Bagi seseorang yang ingin bermain teater atau drama, konsep dasar itu tidak
akan berarti apabila tidak dipraktikkan secara rutin dan terjadwal. Bagi guru Seni
Budaya yang ingin memberikan pembelajaran kreasi itu kepada peserta didiknya
perlu memahami teknik-teknik pelatihannya, agar peserta didik mudah menyerap dan
mepraktikannya.
Semoga konsep dasar yang telah diuraikan di atas dapat dipahami dan selanjutnya
dapat dipraktikkan di sekolah, khususnya di SD.
C. Fungsi, Tujuan, Prinsip Pembelajaran Seni Drama
1. Fungsi Pembelajaran Seni Drama
Dalam fungsi pembelajaran drama, ada yang disebut dengan fungsi drama secara
umum dan fungsi drama secara khusus.

Fungsi Umum Drama


a. Fungsi edukatif (pendidikan)
b. Fungsi media komunikasi seni
c. Fungsi Hiburan (entertainment)
4

Fungsi Khusus Drama


a.Membantu pertumbuhan dan perkembangan anak
1) Meningkatkan pertumbuhan fisik, seperti: latihan gerak sederhana,
menirukan gerak binatang .
2) Meningkatkan mental/meningkatkan kearah sadar diri, seperti:
keunikan anak terbina, self (diri) anak berkembang, tumbuhnya
inisiatif, tumbuhnya kemampuan mengkritik, tumbuhnya kepemimpinan,
kreasi anak menjadi berkembang, merasakan keberadannya berarti.
3) Membina imajinasi kreatif, seperti: anak mengkhayal menjadi tokoh
tertentu, anak berimajinasi sebagai binatang buas.
4) Anak memiliki kemampuan memecahkan masalah dalam aktivitas seni
anak akan memunculkan ide-idenya
5) Memurnikan cara berpikir, berbuat, bertindak dan menilai.
6) Membantu perkembangan kepribadiananak -Pengembangan ekspresi
dan emosi- Menghilangkan perasaan takut- Menghilangkan perasaan
terikat- Memiliki kemampuan adaptasi
b.

Membina Perkembangan Estetika


1) Panca indera anak terlatih
2) Penghayatan anak menjadi kuat(disiplin), konsisten, konsekuen
3) Keputusan (kemampuan) visual berkembang (peka, resposif, kritis dan
adaptif.

c. Membantu penyempurnaan kehidupan


1) Berkembanganya kreatifitas, dan kehidupan sosial anak
2) Pengalaman individual & sosial salingmelengkapi
3) Bakat, hobi anak menjadi tersalurkan
4) Wawasan anak menjadi luas.
2. Tujuan Pemebelajaran Seni Drama
Tujuan pembelajaran seni drama, diantaranya agar siswa dapat mengetahui
dan memahami tentang:

a. Informasi (apa itu drama, apa saja unsur yang membangun drama, siapa
pengarang drama, kapan drama dikarang, termasuk pengarang angkatan mana,
dan sebagainya).
b. Konsep ( aliran drama, macam-macam drama, apa yang disebut komedi,
tragedi, dagelan, dan sebagainya).
c. Perspektif (pikiran siswa, seperti tepatkah jalan keluaryang diambil tokoh?
Bagaimanakah sikapnya sekiranya dia menjadi tokoh? dan sebagainya).
d. Apresiasi (pemahaman, penghayatan, penikmatan, dan penghargaan kepada
drama)
3. Prinsip Pembelajaran Seni Drama
Prinsip pengajaran drama dilaksanakan dengan prinsip pendidikan melalui
seni dengan pendekatan pengajaran drama bersifat aktivitasartistic digunakan
untuk membentuk pengalaman estetika yang pelaksanaannya dapat dipadukan
dengan mata pelajaran lain
D. Jenis-Jenis Drama
1. Pengelompokan drama berdasarkan isi lakon
Drama berdasarkan isi lakon, dapat dibedakan menjadi:
a. Drama Komedi
Drama komedi adalah drama yang lucu dan menggelitik penuh keceriaan.
b. Drama tragedi
Drama tragedi adalah drama yang ceritanya sedih penuh kemalangan.
c. Drama tragedi-komedi
Drama tragedi-komedi adalah drama yang ada sedih dan ada lucunya.
d. Opera
Opera adalah drama yang mengandung musik dan nyanyian
e. Lelucon / Dagelan
Lelucon adalah drama yang lakonnya selalu bertingkah pola jenaka
merangsang gelak tawa penonton.
f. Operet / Operette
Operet adalah opera yang ceritanya lebih pendek

g. Pantomim
Pantomim adalah drama yang ditampilkan dalam bentuk gerakan tubuh atau
bahasa isyarat tanpa pembicaraan
h. Tablau
Tablau adalah drama yang mirip pantomim yang dibarengi oleh gerak- gerik
anggota tubuh dan mimik wajah pelakunya.
i. Passie
Passie adalah drama yang mengandung unsur agama / relijius
j. Wayang
Wayang adalah drama yang pemain dramanya adalah boneka wayang. Dan
lainsebagainya.
2. Pengelompokan drama berdasrkan isi
Berdasarkan isinya, drama dapat dibedakan atas:
a. Drama Absurd
Drama absurd adalah drama gila-gilaan yang didalamnya mengabaikan
konvensi struktur semantic (makna kata).
b. Drama Borjuis
Drama

borjuis

adalah

drama

yang

bertema

tentang

kehidupan

kaumbangsawan atau kalangan atas.


c. Drama Domestik
Drama domestik adalah drama yang menceritakan kehidupan rakyat biasa atau
kalangan bawah.
d. Drama Duka
Drama duka adalah drama yang menceritakan tikaian di antara tokohutama
den kekuatan yang luar biasa, yang berakhir dengan malapetakaatau
kesedihan.
e. Drama Dukaria
Drama dukaria adalah drama yang alurnya lebih cocok untuk drama duka,
tetapi berakhir dengan kebahagiaan.

f. Drama Ria
Drama ria adalah drama ringan yang sifatnya menghibur, walaupunselorohan
didalamnya dapat bersifat sebagai sindiran, dan biasanyaberakhir dengan
kebahagiaan
g.

Drama Heroik
Drama heroik adalah drama yang merupakan peniruan bentuk tragedy dan
selalu bertemakan cinta dan nama baik.

h. Drama Moralis
Drama moralis adalah drama keagamaan yang bersifat alegoris, berisi konflik
atau kebajikan dan kejahatan.
i.

Drama Rakyat
Drama rakyat adalah drama yang timbul dan berkembang sesuai dengan
festifal festifal rakyat yang ada. Termasuk dalam drama jenis ini, antara lain:
Ludruk dan Lenong.

j.

Drama Tendens
Drama tendens adalah drama yang berisi masalah sosial, seperti: kepincangan
kepincangan yang terjadi di masyarakat.

3. Pengelompokan drama berdasarkan masa


Drama menurut masanya dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu drama baru dan
drama lama.
a. Drama Baru / Drama Modern
Drama baru adalah drama yang memiliki tujuan untuk memberikan
pendidikan kepada mesyarakat yang umumnya bertema kehidupan manusia
sehari-hari. Drama modern seperti yang kita kenal sekarang masuk ke
Indonesia sekitar tahun 1900, seperti Malay Opera,Stambul, dan Komedi
Bangsawan
b. Drama Lama / Drama Klasik
Drama lama adalah drama khayalan yang umumnya menceritakan
tentangkesaktian, kehidupan istanan atau kerajaan, kehidupan dewa-dewi,
kejadian luarbiasa, dan lain sebagainya.

Dalam kebudayaan Indonesia kita mengenal berbagai macam drama yang


merupakan drama klasik atau bisa disebut juga drama tradisional, seperti
wayang
orang, ludruk, ketoprak dan lenong.
E. Pemebelajaran Seni Drama
Pembelajaran drama di sekolah dapat ditafsirkan dua macam yaitu : pembelajaran
teori drama, atau pembelajaran apresiasi drama. Masing-masing juga terdiri atas dua
jenis, yaitu; pembelajaran teori tentang teks naskah drama dan apresiasi pementasan
drama. Dalam apresiasi naskah maupun pementasan tampaknya kedua hal ini penting,
hanya saja tekanannya harus pada aspek apresiasi. Jika teori termasuk dalam kawasan
kognitif, maka apresiasi menitikberatkan kawasan afektif.
Setiap siswa yang kita hadapi, selain merupakan individu, juga suatu totalitas yang
kompleks. Pada diri siswa dapat dikenali sejumlah kecakapan, yang biasanya
terwujud dalam bentuk kekurangan ataupun kelebihannya. Dalam kegiatan
pembelajaran, kecakapan-kecakapan inilah yang harus dilatih. Bagi siswa yang lemah
perlu dicermati, yang memiliki kelebihan perlu diarahkan dan dikembangkan lagi.
Kecakapan-kecakapan tersebut antara lain: (a) kecakapan yang bersifat indrawi, (b)
kecakapan nalar, (c) kecakapan afektif, (d) kecakapan sosial, dan (e) kecakapan
religius. Seluruh kecakapan tersebut mewakili aspek personal kehidupan manusia (a
c), dan sejajar dengan apa yang disajikan karya sastra pada umumnya (ae)
(Sumardi, 1992: 200).
Pada pembelajaran drama, pengembangan kecakapan-kecakapan dilaksanakan secara
terpadu melalui sebuah proses penggarapan drama dari awal pelatihan hingga sebuah
cerita

drama

usia

dipentaskan.

Kecakapan-kecakapan

tersebut

hendaknya

dikembangkan dengan mempertimbangkan berbagai aspek sesuai dengan tingkat


perkembangan siswa. Peran guru tidak semata sebagai orang yang serba tahu,
melainkan sebagai mediator dalam memberikan arahan pemeranan terhadap
siswanya.
Efektivitas pembelajaran drama, terutama ditentukan oleh corak jalinan komunikasi
antara guru dengan siswanya. Jika upaya untuk menjalin komunikasi tersebut berhasil
(positif), maka terbukalah kepercayaan siswa terhadap guru, yang selanjutnya siswa

akan membuka diri secara lugas. Inilah yang dapat dipakai sebagai modal berharga
dalam pembelajaran
Beberapa latihan yang dapat dilakukan dalam pembelajaran drama, yaitu:
1. Latihan membaca (Teks Drama)
Teks drama adalah wacana dialog yang berbeda-beda dengan teks prosa. Wacana
dialog lebih sulit dibaca atau dipahami karena dialog tokoh-tokoh yang satu
dilengkapi oleh tokoh yang lain.
2. Latihan mendengarkan (Menyimak Drama)
Teks drama dapat juga dibaca didepan kelas oleh beberapa murid, sedang murid
lainnya mendengarkan, mencatat tema dan isinya, dan berusaha untuk dapat
menggapai hasil kegiatan mendengarkan itu. Guru dapat juga memberikan tugas
untuk mendengarkan drama radio atau drama televisi (dari kaset, video, atau
televisi). Tema, isi, dan cerita harus dipahami oleh siswa sebagai bahan diskusi
kelas atau membuat resensi (menulis).
3. Latihan menulis
Latihan menulis yang berkaitan dengan pembelajaran drama dapat berupa menulis
teks drama (sederhana), menulis sinopsis drama, menulis saduran drama, dan
menulis resensi (teks drama ataupun pementasan drama). Tugas menulis itu dapat
individual dan dapat juga kelompok. Hasilnya dapat dilaporkan kepada guru
secara tertulis, dapat juga dibaca di depan kelas
4. Latihan wicara
Latihan wicara dapat dilaksanakan dengan menceritakan isi singkat drama
didepan kelas dan pendramaan teks drama dengan pendramaan itu, dapat dibina
kelancaran berbicara. Latihan wicara itu dapat juga dilakukan dengan pengkasetan
dialog seperti dalam drama radio. Dalam hal ini, penjiwaan terhadap peran yang
dibawakan perlu dilatih secara baik. Karena itu, kelancaran berwicara dapat
dilatih melalui pentas atau pengkasetan drama.
Untuk keperluan latihan pemahaman dan penggunaan bahasa, pementasan drama
10

lebih lengkap. Dalam pentas drama, siswa terlibat aspek kognitif, afektif, dan
psikomotoriknya. Oleh karena itu, prinsip prinsip dramatisasi (dalam arti drama
pentas) banyak digunakan untuk diaplikasikan dalam metode mengajar yang
sifatnya baru (inovatif).
F. Kreatifitas dan Apresiasi Seni Drama di SD
Contoh Kreatifitas dan Apresiasi Seni Drama di SD:
Pada sore hari yang cerah itu terdengar suara perbincangan Andi dan Ibu di teras
belakang.
Andi

: Bu Andi minta uang lagi ya Rp. 10.000,-? (sambil memeluk ibunya yang
sedang berdiri dari arah belakang)

Ibu

:Buat apa lagi, Ndi? Kan waktu pagi udah Ibu kasih uang jajan? Kok
masih kurang? (sambil menoleh ke arah Andi)

Andi

: Buat bekal, kan Andi sore ini mau turnamen main bola di kampung
tetangga sebelah.

Ibu

: Oh, kirain Ibu buat apa. Ya ntar Ibu kasih. Emang mau jam berapa
berangkatnya?

Andi

: Bentar lagi juga berangkat sama Tono. Tononya lagi makan ambil motor
dulu.

Ibu

: Ni, uangnya. Cukup Rp. 10.000,-? (mengambil uang dari saku baju lalu
memberikannya kepada Andi.

Andi

: Cukup Bu! Terima kasih ibu tersayang (sambil tersenyum manis)

Ibu

: Cepat siap-siap entar Tono ke buru datang!

Andi

: Ya bu (Andi pergi ke kamar untuk ganti pakaian seragam sepak bola dan
tidak lama kemudian terdengar suara kendaraan motor berhenti di depan
rumah Andi, yang ternyata adalah Anton teman Andi )

Anton

: Di, ayo kita berangkat teman-teman yang lain sudah menunggu di depan
(Anton memanggil Andi dari arah luar)

Andi

:Bu Andi pergi dulu ya! ( Andi berpamitan kepada Ibunya sembari
mencium tangan ibunya)

Ibu

:Hati-hati di jalan, ya Nak!

11

Andi

: Ya Bu,, (Andi pun bergegas pergi

dan berangkat ke tempat tujuan

dengan dibonceng oleh Anton temannya)


Langkah-Langkah Pembelajaran
1. Guru menyusun/ menyiapkan skenario yang akan ditampilkan (cuplikan drama di
atas);
2. Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dua hari sebelum KBM;
3. Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang;
4.

Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai;

5. Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang
sudah dipersiapkan;
6. Masing-masing

siswa

duduk

di

kelompoknya,

masing-masing

sambil

memperhatikan mengamati skenario yang sedang diperagakan;


7. Setelah selesai dipentaskan, masing-masing siswa diberikan kertas sebagai lembar
kerja untuk membahas tentang unsur-unsur dalam drama tersebut
8. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya;
9.

Guru memberikan kesimpulan secara umum;

Penugasan
Siswa memebuat drama dengan tema bebas sebagai latihan pemula untuk menggali
keberanian siswa dalam hal latihan menulis drama.

12

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Drama adalah karya sastra yang menggambarkan aktifitas kehidupan manusia
yang dalam penceritaannya menekankan dialog, laku, dan gerak.
2. Pada umumnya pembelajaran Seni Teater di SD terdiri atas dua aspek yaitu aspek
apresiasi dan kreasi.
3. Tujuan pembelajaran seni drama, diantaranya agar siswa dapat mengetahui dan
memahami tentang:informasi, konsep, perspektif, dan apresiasi.
4. Jenis-jenis drama dapat dikelompokan berdasarkan isi lakon, isi drama, dan
masa.
5. Pembelajaran drama di sekoloah dapat ditafsirkan dua macm yaitu :
pembelajaran teori drama atau pembelajarn apresiasi drama.
6. Bermain drama merupakan kesempatan berharga bagi siswa untuk memperoleh
pengetahuan dan pemahaman tekstual serta pengalaman praktis.
B. Saran
1. Sebagai calon pendidik kita harus mempersiapkan diri dan bersungguh-sungguh
mampu menciptakan suatu sistem pembelajaran yang efektif dan inovatif yang
dapat menunjang peningkatan mutu pendidikan anak didik kita.
2. Sebagai mahasiswa PGSD/MI Latifah Mubarokiyah, kita harus belajar rajin agar
menjadi pendidik yang mampu menciptakan generasi muda yang berpotensi.

13

G. DAFTAR PUSTAKA
H. K Toha, Riris 2002. Sastra Masuk Sekolah. Magelang : Indonesiatera
I.
J. Janvan dkk. 1986. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta : PT Gramedia
K.
L. Waluyo, Herman. 2003. Drama Teori dan Pengajarannya. Yogyakarta : PT
Hanindita Graha Widya
DAFTAR PUSTAKA
K Toha, Riris 2002. Sastra Masuk Sekolah. Magelang : Indonesiatera
Janvan dkk. 1986. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta : PT Gramedia
Waluyo, Herman. 2003. Drama Teori dan Pengajarannya. Yogyakarta : PT Hanindita
Graha Widya
Soetrisman. 1984. Drama Formal Dan Teater remaja. Yogyakarta : PT Hanindita
Http://mbahbrata-edu.blogspot.com/2008/workshop-pembelajaran-seni-drama-dismp.html
http://sastra-indonesia.com/2011/01/siswa-dan-aspek-pembelajaran-drama/

14

Anda mungkin juga menyukai