Buah dan sayuran (Fruit and Vegetable/FnV) merupakan salah satu bidang
pangan penting yang dapat dikonsumsi segar maupun terproses. Kedua metode
konsumsi tersebut dipengaruhi oleh kualitas FnV. Kualitas FnV dipengaruhi
oleh beberapa faktor pada sebelum pemanenan hingga sesudah pemanenan.
Fisiologi FnV merupakan pengetahuan dasar penting untuk mengetahui
pengaruh kondisi internal dan eksternal FnV terhadap kualitas kesegaran FnV
pada proses from frarm to table.
Kualitas Pasca-Panen
Pasca-panen adalah masa pemisahan organ tanaman sebagai bahan pangan
hingga tahap sebelum pemrosesan, termasuk pengawetan. FnV biasa
dikonsumsi dalam bentuk segar, minimally processed, dan terproses. Kualitas
bahan baku (segar) akan mempengaruhi kualitas FnV yang sudah diproses.
Oleh karena itu, kualitas FnV segar pasca-panen perlu dipertahankan untuk
mendapatkan kualitas produk akhir yang baik dan kerusakan FnV segar harus
diminimalkan.
Kualitas adalah kombinasi karakteristik, atribut, atau properti yang
memberikan nilai komoditas sebagai makanan manusia. Evaluasi mutu yang
dilakukan mencakup pengukuran kenampakan, tekstur, aroma, nilai gizi, masa
simpan FnV segar, dan yang terpenting adalah keamanan pangan. Atribut mutu
spesifik dapat bervariasi dari sifat bahan dan proses yang akan diaplikasikan.
Secara umum, atribut mutu terbagi menjadi 3, yaitu atribut:
1. fisik: ukuran, kerenyahan, keberadaan biji, dsb.
2. komposisi: jumlah gula dan senyawa volatil.
3. nutrisi: jumlah vitamin, antioksidan, dan senyawa fungsional.
4. sensori: warna, tekstur, rasa, aroma, dan bau.
Berikut akan dijelaskan lebih rinci mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
kualitas FnV.
Faktor Preharvest
Gen
Kultivar mempengaruhi komposisi, kualitas, potensi penyimpanan, dan respon
terhadap karakteristik pengolahan. Misalnya, jenis buah anggur yang
digunakan pembuatan wine tidak sama dengan anggur yang dikonsumsi segar.
Beberapa syarat yang diacu oleh petani, yaitu rendemen tinggi, tahan terhadap
sakit dan cacat, peningkatan nilai nutrisi, penurunan racun yang tidak
dikehendaki, dan peningkatan karakteristik pengolahan. Misalnya, FnV
transgenic memiliki kecenderungan pencoklatan dan melunak yang lebih
rendah, dan peningkatan masa simpan serta keseragaman warna dan aroma.
Iklim
Kondisi iklim pertumbuhan FnV, seperti suhu, kelembaban, cahaya, angin,
tekstur tanah, sudut elevasi, dan curah hujan, mempengaruhi kualitas FnV.
Durasi, intensitas, dan kualitas cahaya mempengaruhi FnV saat dipanen.
Misalnya, pemaparan cahaya matahari pada tanaman jeruk mengakibatkan
buah ringan, jumlah asam sedikit, dan kandungan total padatan tinggi. Hal
tersebut, juga mempengaruhi fisiologi tanaman. Misalnya, pembentukan
antosianin terong ungu dikendalikan oleh cahaya panjang gelombang pendek di
sekitar warna biru dan violet.
Perlakuan Pembudidayaan
Kualitas produk FnV juga dipengaruhi oleh tipe tanah, tipe nutrisi dan asupan
air, pengguntingan, penipisan, pengendalian hama, dan densitas penamanan.
Misalnya, pemberian pupuk mempengaruhi komposisi mineral buah.
Penanaman yang terlalu dekat jaraknnya menyebabkan buah menjadi tidak
manis. Nutrisi yang tidak seimbang pada tanah dapat menyebabkan cacat
fisiologis pada buah. Misalnya, rasio N/K tinggi dan defisiensi P meningkatkan
tendensi pencoklatan kentang setelah pemasakan.
Faktor Pemanenan
Tingkat Kematangan
Kematangan FnV ketika dipanen secara langsung mempengaruhi komposisi,
kualitas, kerusakan, dan potensi penyimpanan komoditas. Kematangan optimal
misalnya
kecepatan
respirasi
Metode Pemanenan
Berikut adalah dua macam metode pemanenan FnV.
Metode
Manual
Mekani
Kelebihan
1.
2.
3.
4.
1. Cepat.
Kelebihan
1. Membutuhkan manajemen
tenaga buruh.
2. Lambat.
dan
Suhu
Koefisien suhu FnV dapat mengendalikan pembusukan fisiologis dan patologis.
Hal ini dapat meningkatkan masa simpan FnV, menghindari penurunan
kualitas serta mencegah chiling dan freezing injury. Suhu penyimpanan dapat
mempengaruhi sifat fisikokimia FnV dan proses metabolisme enzimatis.
Pengaruh suhu terhadap atribut kualitas dinyatakan dengan Q10 .
Komposisi Udara
Komposisi O2, CO2, gas etilen mempengaruhi pembentukan mikrobiologis dan
proses fisiologis. Secara umum FnV disimpan pada O 2 rendah dan CO2 tinggi,
serta suhu rendah. Pengaruh komposisi gas di udara dipengaruhi oleh jenis,
kultivar, umur fisiologis suhu, lama penyimpanan, dan komposisi gas.
Cahaya
Pengaturan cahaya dapat mengendalikan sintesis atau degradasi pigmen warna,
oksidasi lemak, pertunasan, degradasi vitamin, produksi toksin. Efek negatif
cahaya di cegah dengan penyimpanan diruang gelap atau menggunakan
pengemas yangdapat mencegah transisi cahaya.
Luka Mekanis
Kontaminasi, peningkatan kecepatan respirasi, reaksi kimia dan enzimatis,
pertumbuhan mikroba pembusuk, dan penurunan kualitas FnV dapat
disebabkan oleh luka mekanis. Pada fase awal kematangan, beberapa FnV
memiliki kemampuan menutup dan menyembuhkan jaringan. Misalnya memar
pada jaringan yang telah melebihi toleransi FnV akan menyebabkan
pembusukkan dengan proses yang kompleks. Besar kecilnya dampak luka
mekanis dipengaruhi oleh kedalaman luka, masa bahan, luasan luka, kekerasan
jaringan pada permukaannya
Penyakit Pasca-Panen
Penyakit pasca panen dimulai ketika :
1.
Mikroba terbawa
perkembangan.
oleh
jaringan
tanaman
pada
tahap
awal
Respirasi
Oksidasi substrat bahan pangan secara enzimatis (respirasi) terjadi bersamaan
dengan konversi O2 menjadi energi, CO2 ,dan H2O. Rasio konversi tersebut
dinyatakan dalam RQ (Respiratory Quotient) yang mengindikasikan substrat
yang digunakan, seperti karbohidrat (RQ=1), asam organik dan respirasi
anaerobik (RQ>1), dan lipida (RQ>1). Panas yang dihasilkan selama respirasi
(90% potensi energy glukosa) dapat meningkatkan suhu komoditas. Traspor
electron mitokondria alternative menyebabkan respirasi termogenik yang
menyebabkan kehilangan polisakarida. Kecepatan respirasi berkebalikan
dengan masa simpan FnV.
Pengaruh respirasi pada kerusakan FnV adalah sebagai berikut.
1. Pembentukan ATP bersamaan reaksi degradasi biokimiawi.
2. Kehilangan cadangan makanan FnV.
3. Akumulasi toksin CO2.
4. Peningkatan suhu komoditi.
Kecepatan respirasi dipengaruhi oleh faktor, yaitu jumlah substrat; ukuran,
bentuk, morfologi sel, dan kematangan; sistem jaringan kulit; volume ruangan
antar sel; komposisi kimia jaringan yang berhubungan dengan kelarutan O 2 dan
CO2; suhu (sesuai Q10); konsentrasi gas etilen, CO2, dan O2; cahaya; transpirasi;
aktivitas biologis (misalnya tahap pertumbuhan dan stres); dan pengendali
pertumbuhan (misalnya hormon pertumbuhan). Manajemen pasca-panen yang
sesuai dapat menurunkan potensi kebusukan komoditi.
Pola Respirasi
Kecepatan Respirasi
Klimakterik
Non-klimakterik
Fase matang
Fase Perkembangan
Pemanenan
Fase dewasa
Fase Matang
Sensitivitas Etilen
Tinggi
Rendah
Pertumbuhan setelah
Mampu
Maksimum
Dipanen
O2 rendah dan CO2 tinggi hingga batas toleransi dapat menurunkan kecepatan
respirasi, tergantung dari suhu, jenis komoditi, kultivar, umur, dan tingkat
kematangan saat dipanen. CO2 terlalu tinggi melemaskan dan merusak FnV. O 2
terlalu rendah menyebabkan respirasi anerobik yang menimbulkan proses
fermentasi, pembusukan, perubahan tekstur, off-flavor, off-odor, dan off-color.
Jaringan yang bertumbuh pada FnV (misalnya meristem) memiliki kecepatan
respirasi lebih tinggi dibanding jaringan penyimpan (misalnya buah dewasa).
Stres fisik juga dapat meningkatkan kecepatan respirasi dan produksi etilen,
dimana etilen akan mempercepat proses respirasi.
Transpirasi
Kehilangan air akibat transpirasi menyebabkan kehilangan masa, dan
penurunan kenampakan (kisut dan layu akibat plasmolisis), kualitas tekstur,
serta nilai nutrisi. Transpirasi adalah transfer masa uap air dari permukaan
buah menuju atmosfer. Kecepatannya berbanding lurus gradient tekanan parsial
antara permukaan transfer dan luas permukan; serta berbanding terbalik
dengan resistansi FnV berupa tipe jaringan dan keberadaan wax.
Faktor yang mempengaruhi kecepatan transpirasi adalah struktur kulit;
ukuran, bentuk, luas permukaan; perbedaan tekanan uap air; kecepatan udara;
panas respirasi; tingkat kematangan; efek endotermik respirasi; dan jumlah
solute FnV. Kehilangan air biasa terjadi di hidatoda, stomata, sel epidermis,
lentisel, trikoma, dan kultikula.
Kehilangan air dipengaruhi oleh jumlah stomata dan trikoma, jenis permukaan,
jaringan bawah kulit, serta struktur dan ketebalan wax pada kutikula. Hal ini
juga bersesuaian dengan rasio luas permukaan:volume (daun>buah>akar/ubi),
suhu, selisih tekanan uap air, dan berkebalikan dengan RH lingkungan.
Tekenan uap atmosfer tergantung pada suhu jaringan dan RH udara, sedangkan
tekanan uap bahan tergantung pada suhu akibat kejenuhan. Kecepatan
transpirasi dapat ditekan dengan perlakuan hydrocooling (suhu rendah dan RH
tinggi). Panas respirasi dan kecepatan udara meningkatkan evaporasi dan
menurunkan tekanan uap air.
Volume solut terlarut pada konsentrasi tinggi akan menurunkan tekanan uap
air dan kecepatan respirasi. Perbedaan tekanan uap antara jaringan dan
atmosfer ( vapor, pressure, devisit / VPD ) dipengaruhi oleh sifat psikometrik
udara dan FnV. Kehilangan air diminimalisir dengan menjaga tekanan udara
lebih tinggi daripada tekanan atmosfer, suhu rendah, kelembapan rendah,
pengemasan yang tepat, dan penggunaan pelapis tahan air.
penurunan suhu; dan penggunaan kultivar yang tidak sensitif etilen. Respon
terhadap etilen dapat dikurangi dengan menurunkan suhu, pengendalian
komposisi udara, penghambatan enzim secara genetis atau kimia, dan
mengubah sistem sintesis protein.
Cacat Fisiologis
Cacat fisiologis menyebabkan gangguan metabolism akibat ketidakseimbangan
nutrisi dan suhu udara. Cacat ini menyebabkan penurunan kualitas sensori dan
pembusukan akibat enzimatis dan mikroba pembusuk. Hal yang dapat
menginduksi cacat adalah tingkat kematangan, iklim, ukuran, dan perlakuan
penanganan. Faktor preharvest seperti jenis, varietas, nutrisi tanah, suhu, dan
posisi buah pada tanaman juga mempengaruhi cacat.
Kekurangan mineral dapat menyebabkan cacat fisiologis. Misalnya kekurangan
Ca pada apel akan menyebabkan pencoklatan daging buah dan rasa pahit. Suhu
terlalu rendah dapat menyebabkan chilling akibat perubahan struktur lemak
dan disosiasi protein serta enzim atau freezing injury akibat pembentukan
kristal es pada air jaringan FnV. Patogen tanaman juga menyebabkan
peningkatan kerentanan FnV terhadap stress.
Suhu yang terlalu tinggi akibat sinar matahari dapat menghilangkan
kemampuan untuk matang secara normal, kulit rusak, dan pulp buah
menggelap. Hal ini dapat dicegah dengan penyemprotan etoksikuin atau
difenilamin. Kadar O2 yang rendah dan CO 2 yang tinggi melebihi batas toleransi
dapat menimbulkan kecacatan. Kerentanannya dipengaruhi oleh varietas,
jumlah panen yang sedikit, konsentrasi CO2, dan lapisan kedap udara alami.
Perubahan Biokimia Lainnya
Perubahan enzimatis dan kimia menyebabkan pelunakan jaringan, off-flavor,
kehilangan pigmen, off-color, dan penurunan kualitas. Pelunakan disebabkan
oleh hidrolisis enzimatis pati, pectin, dan selulosa. Senyawa fenolat FnV
menyebabkan pencoklatan dan penurunan kualitas FnV. Pencoklatan
disebabkan oleh dekompartemensi sel, sehingga polifenolase dan substratnya
dapat bereaksi. Pencoklatan juga dapat terjadi akibat pemananasan gula. Offflavor juga dapat disebabkan oleh oksidasi lipida secara enzimatis.