Anda di halaman 1dari 5

1.

Sel sel rambut kita menghasilkan hidrogen peroksida, yaitu senyawa kimia yang
digunakan untuk mengubah warna rambut. Dengan bertambahnya usia produksi hidrogen
peroksida juga semakin meningkat. Riset para ilmuwan di Bradford University di Inggris
menunjukan bahwa memutihnya rambut disebabkan karena terjadinya penumpukan hidrogen
peroksida (H2O2).
Produksi hidrogen peroksida meningkat karena menipis dan patahnya folikel melanin yang
disebabkan faktor usia. Senyawa hidrogen peroksida yang berlimpah tersebut menutupi dan
menghalangi sintesis melanin normal. Melanin merupakan pigmen alami rambut, kulit juga
mata. Karena proses sintesis terhambat tumpukan hidrogen peroksida rambutpun berwarna
abu-abu hingga akhirnya menjadi memutih.
2. Semakin tua usia seseorang, semakin sedikit kadar oksigen dalam tubuhnya. Padahal
oksigen merupakan unsur penting dalam kehidupan. Tanpa oksigen, sel-sel tubuh akan mati
begitu pula sel-sel kulit. Dengan bertambahnya usia sirkulasi pembuluh kapiler berangsur
menurun, akibatnya pasokan oksigen dan gizi berkurang, menyebabkan kulit menjadi tidak
sehat.Pada usia 30 tahun, kadar oksigen menurun sebesar 25% dan pada usia 40 tahun kadar
oksigen menurun hingga 50%. Tingginya polusi juga menjadi salah satu penyebab
menurunnya kadar oksigen dalam tubuh. Penurunan kadar oksigen ini berpengaru h pada
regenerasi kulit. Pada kondisi normal, kulit mampu beregenerasi setiap 28 hari. Namun jika
pasokan oksigen dan gizi berkurang, maka proses reproduksi menjadi lemah dan sel-sel kulit
baru tidak terbentuk. Akibatnya kulit menjadi keriput dan kendor.
3. Tekanan darah pada usia lanjut
(
lansia
)
akan cenderung tinggi sehingga
lansia
lebih besar berisiko terkena hipertensi (tekanan darah tinggi).
B
ertambahnya umur
m
engakibatkan
tekanan darah
meningkat
, karena
dinding arteri
pada usia lanjut (lansia)
akan mengalami penebalan
yang
mengakibatkan

penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga


pembuluh darah akan berangsur
-angsur menyempit dan menjadi kaku

4. Keadaan dinding lambung pada lansia sudah relatif lebih tipis dibandingkan

dengan dinding lambung pada usia yang lebih muda. Oleh karena itu, iritasi oleh
akibat asam lambung berlebih lebih cepat menimbulkan terjadinya gastritis pada
lansia.
5.

Lansia

mengalami

perlambatan

peristaltic,

kehilangan

elastisitas

otot

abdomen, dan penurunan sekresi mukosa usus. Lansia sering mengonsumsi


makanan rendah serat.
6. Gangguan tidur pada usia lanjut memang lebih sering terjadi dibandingkan
dengan kelompok dewasa muda. Gangguan tidur pada usia lanjut bukan hanya
dipengaruhi oleh usia itu sendiri, melainkan juga dipengaruhi oleh penyakit
(jantung, neurologi, paru, dan sendi), serta obat-obat yang digunakan. Selain
insomnia (susah tidur), gangguan tidur juga dapat berupa gerakan ekstremitas
periodik, gerakan kegelisahan kaki.

7. terjadi diakibatkan penurunan fungsi saraf pendengaran sejalan dengan perubahan


fisiologis tubuh dalam proses penuaan.
Elemen yang sering dikaitkan dengan penurunan fungsi pendengaran ini bersumber dari
komponen saraf pendengaran (vestibulokoklea) yang mengalami degenerasi dibandingkan
dengan orang yang lebih muda.
8. kornea, lensa iris, aquous humormvitorous humor akan mengalami perubahan

seiring

bertambahnya

usia,

karena

bagian

utama

yang

mengalami

perubahan/penurunan sensifitas yang menyebabkan lensa pada mata, produksi


aquosus humor juga mengalami penurunan tetapi tidak terlalu terpengaruh
terhadap keseimbangan dan tekanan intra okuler lensa umum. Bertambahnya
usia akan mempengarui fungsi organ pada mata seseorang yang ber usia 60
tahun, fungsi kerja pupil akan mengalami penurunan 2/3 dari pupil orang dewasa
atau muda, penurunan tersebut meliputi ukuran ukuranpupil dan kemampuan
melihat dari jarak jauh. Proses akomodasi merupakan kemampuan untukmelihat
benda benda dari jarak dekat maupun jauh. Akomodasi merupakan hasil

koordinasi atas ciliary body dan otot otot, apabila seseorang mengalami
penurunan daya akomodasimaka orang tersebut disebut presbiopi

9. Pikun disebabkan oleh adanya kerusakan pada sel-sel otak yang membuat kemampuan
komunikasi antar sel-sel tersebut terganggu. Otak terdiri dari bagian-bagian (regions) yang
memiliki fungsi khusus , misalnya bagian kiri hemisphere otak bertanggung jawab dalam
kemampuan menganalisis, logika dan bahasa.
Efek pikun terjadi bergantung kepada letak dimana sel-sel otak yang rusak tersebut berada

10. Pengeroposan tulang atau sering disebut dengan osteoporosis akan terjadi

karena

ganguan

metabolisme

kalsium.

Osteoporosis

ditandai

dengan

berkurangnya massa tulang serta kelainan mikroarsitektur yang mengakibatkan


kerapuhan tulang semakin tinggi. Osteoporosis pada lansia (lanjut usia) akan
dialami oleh setiap orang karena bertambahnya uisa, ketika berusia 40 tahun
fungsi osteoblast akan berkurang dan akan mengakibatkan massa tulang yang
semakin menurun. Massa tulang dipengaruhi oleh kalsium dimana kalsium yang
sangat

berperan

adalah

1.

kalsium

ion

yang

dipengaruhi

Hormon

oleh:

Paratinoid

Berperan dalam proses resorpsi tulang dengan mengaktifkan osteoklast yang


akan
2.

meningkatkan
1,25

kadar

kalsium

Dihidroksi

dalam

darah.

Vitamin

Merangsang munculnya osteoblast baru yang akan merangsang osteoklast.


11. Orang berusia lanjut akan menglami banyak perubahan pada kondisi fisiologis pada

tubuh cenderung berubah. Begitu juga dengan faktor psiko kognitifnya. Hal ini cenderung
membuat orang lansia susah untuk disuruh makan. ada penurunan kemampuan saraf
pengecap, sehingga sulit membedakan rasaSelain itu, pada lansia juga cenderung bermasalah
dalam mengunyah, sebab giginya sudah banyak yang copot. Karena itu, setiap makanan yang
masuk tidak terkunyah dengan baik dan langsung ditelan, sehingga makanan tersebut
nyangkut di tenggorokan.
12.Diagnosa keperawatan :
1.Gangguan citra diri berhubungan dengan Penampilan fisik
2. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan status
kesehatan.

3.a. Nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler


serebral
b.Resiko perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan
dengan adanya tahanan pembuluh darah
4.

1. . Nyeri Akut /kronis b/d peningkatan lesi skunder terhadap peningkatan sekresi gastik
2. Resiko peningkatan inefektif regimen terapeutik yang b/d kurang pengetahuan tentang
proses penyakit, kontra indikasi, tanda dan gejala, komplikasi, dan program
pengobatan
3. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d rasa tidak nyaman setelah makan ,
anoreksia, mual, muntah

5.
1. Konstipasi berhubungan dengan pola defekasi tidak teratur
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan hilangnya nafsu makan
3. Nyeri akut berhubungan dengan akumulasi feses keras pada abdomen
6.gangguan pola tidur berhubungan dengan gangguan tidur
7.
1. Kerusakan komunikasi verbal B/D kerusakan pendengaran
2. Kerusakan aktivitas B/D ketidakseimbangan dalm beraktifitas karena
hilangnya fungsi pendengaran.
3. Kehilangan perawatan diri dirumah B/D hilangnya fungsi pendengaran
4. Kerusakan interaksi sosial B/D kerusakan sarf sensori

8.
1.

Perubahan sensori-persepsi ( visual ) yang berhubungan dengan perubahan kemampuan


memfokuskan sinar pada retina.

2. Gangguan rasa nyaman ( pusing ) yang berhubungan dengan usaha pemfokusan mata.
3. Risiko cedera yang berhubungan dengan keterbatasan penglihatan.
9.
a. Perubahan proses pikir berhubungan dengan degenerasi neuronal dan demensia progresif.

b. Risiko terhadap cedera berhubungan dengan defisit sensori dan motorik


c. Syndrome defisit perawatan diri berhubungan dengan konfusi, kehilangan kognitif dan
perilaku disfungsi.
d. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan perawatan anggota keluarga yang
mengalami disfungsi.
e. Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan kerusakan kognitif & perilaku disfungsi.
f. Kerusakan komunikasi berhubungan dengan gangguan pendengaran
g. Konfusi kronis berhubungan dengan degenerasi progresif korteks serebri sekunder akibat
demensia
10. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan disfungsi sekunder akibat
perubahan skeletal (kifosis) , nyeri sekunder, atau fraktur baru ditandai dengan klien
mengeluh kemampuan gerak cepat menurun, klien mengatakan badan terasa lemas, stamina
menurun, dan terdapat penurunan tinggi badan.

Risiko cedera yang berhubungan dengan dampak sekunder perubahan skeletal dan
ketidakseimbangan tubuh ditandai dengan klien mengeluh kemampuan gerak cepat menurun,
tulang belakang terlihat bungkuk.
11.
1.gangguan pola makan berhubungan dengan anoreksia
2.nutrisi kurang kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan makan

Anda mungkin juga menyukai