Anda di halaman 1dari 16

PSIKOLOGI KELOMPOK

OBSERVASI LAPANGAN LPPM PROFESI UNM

KELAS A
IKA INDAH YANI (107104086)
IIS HANDAYANI (1271040026)
ANISSA YUWANTINA (151141239)
NURUL MUSLIMAH WULANDARI (1271040039)
MUHAMMAD RADYAQSA (1171040042)

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2013-2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan laporan ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga laporan ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca.
Harapan saya semoga laporan ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun
isi laporan ini, sehingga kedepannya dapat lebih baik. Laporan ini masih banyak
kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu,
kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan laporan ini.

Makassar, 18 Desember 2013

Penyusun

DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................................i
Pendahuluan............................................................................................................1
Tinjauan Pustaka......................................................................................................3
Metode Penelitian....................................................................................................8
Hasil dan Pembahasan............................................................................................10
Kesimpulan dan Saran............................................................................................13

ii

BAB I
PENDAHULUAN

LPPM Profesi adalah salah satu lembaga tingkat universitas di UNM,


bergerak di bidang jurnalistik dan berdiri sejak 5 Mei 1975. Awalnya sebelum
berdiri sendiri, bagian jurnalistik ini berada di bawah naungan senat mahasiswa
yang saat ini disebut dengan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM). Dulunya,
penerbitan hanya seputar buletin tetapi seiring berjalannya waktu, ia memisahkan
diri dan berdiri sendiri sebagai sebuah lembaga jurnalistik bernama Lembaga
Penerbitan Mahasiswa Profesi. Di tahun 1970-an lembaga ini sempat fakum dan
bangkit kembali di awal tahun1980-an dan mulai mengedarkan surat kabar
kampus.
Pasang surutnya lebih kepada jumlah halaman yang terus berubah seiring
berjalannya waktu dan intensitas penerbitan mulai dari per tiga bulan hingga saat
ini terbit per bulan. Tahun 2001 Profesi mulai mengaktifkan bagian Penyiaran
sehingga namanya berubah menjadi Lembaga Penerbitan dan Penyiaran
Mahasiswa (LPPM Profesi UNM) dan berada di frekuensi 107,9.
Eksistensi LPPM Profesi sebagai lembaga penerbitan dan penyiaran di
UNM sejak dahulu hingga kini telah dirasakan begitu sangat bermanfaat oleh
seluruh civitas akademika dalam memperoleh sumber informasi yang terpercaya
dan akurat. Fakta yang diungkap terhadap fenomena yang dianggap tabu dan
buram diurai dengan gamblang dan tajam dalam wujud tabloid yang diterbitkan
sekali sebulan ataupun bulletin (Weekly) yang terbit seminggu sekali.
Kini, lebih dari tiga dasawarsa LPPM Profesi telah berperan penting dalam
membuka cakrawala berpikir civitas akademika UNM dalam memahami sebuah
problem sosial yang kerap terjadi di instansi pencetak generasi Umar Bakri ini.
Hanya saja perjalanan LPPM Profesi sebagai lembaga pers yang mencoba
menyajikan berita berimbang, terkadang selalu diwarnai konflik oleh pihak-pihak
tertentu yang tidak nyaman dengan pemberitaan yang diterbitkannya. Inilah
1

konsekuensi logis yang kerap diterima oleh para jurnalis Profesi dalam
menjalankan tugasnya sebagai insan pers.
Hal inilah yang harus dipahami bersama bahwa eksistensi LPPM Profesi
sebagai lembaga pers mahasiswa berkewajiban menjalankan tugas-tugas jurnalis
berdasarkan fakta yang diperoleh di lapangan sebagai upaya memenuhi kebutuhan
informasi pada khalayak (civitas akademika). Namun, di sisi lain LPPM Profesi
juga harus lebih ekstra mengoreksi berita yang akan diterbitkan, sebab dalam
riwayat penerbitan LPPM Profesi tidak dapat dipungkiri kerap dijumpai adanya
oknum-oknum yang melakukan protes ataupun kecaman pada liputan tertentu.
Maka dari itu diharapkan bahwa keterampilan dan kode etik jurnalistik
dapat teraplikasi dengan baik, karena tidak jarang konflik yang terjadi antara
LPPM Profesi dan segelintir oknum disebabkan adanya kekhilafan yang
dilakukan oleh jurnalis (reporter) LPPM Profesi dalam melakukan peliputan, hal
ini biasanya kerap terjadi pada reporter magang.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Groupthink
Groupthink menurut Irvings Janis (1972) adalah, Istilah untuk keadaan
ketika sebuah kelompok membuat keputusan yang tidak masuk akal untuk
menolak anggapan/ opini publik yang sudah nyata buktinya, dan memiliki nilai
moral. Keputusan kelompok ini datang dari beberapa individu berpengaruh
dalam kelompok yang irrasional, tetapi berhasil mempengaruhi kelompok menjadi
keputusan kelompok. Groupthink mempengaruhi kelompok dengan melakukan
aksi-aksi yang tidak masuk akal dan tidak mempedulikan pendapat-pendapat yang
bertentangan diluar kelompok. Kelompok yang terkena sindrom groupthink
biasanya adalah kelompok yang anggota-anggotanya memiliki background yang
sama, terasing (tidak menyatu, terisolir) dari pendapat-pendapat luar, dan tidak
ada aturan yang jelas tentang proses pengambilan keputusan.
Groupthink adalah sebuah teori yang terkait dengan komunikasi kelompok
kecil. Kelompok-kelompok kecil merupakan bagian dari fenomena hampir setiap
segmen masyarakat dunia dan khusunya Amerika Serikat. Bahkan, Marshall Scott
Poole (1998) berpendapat bahwa kelompok kecil harus'menjadi 'unit dasar
analisis''. Janis memfokuskan karyanya pada pemecahan masalah yang
berorientasi pada kelompok dan tugas kelompok, yang tujuan utamanya adalah
untuk membuat keputusan dan memberikan rekomendasi kebijakan.
Pengambilan keputusan adalah bagian penting dari kelompok-kelompok
kecil ini. Kegiatan lain dari kelompok-kelompok kecil mencakup berbagi
informasi, bersosialisasi, berhubungan dengan orang-orang dan kelompokkelompok di luar kelompok, mendidik anggota baru, menentukan peran, dan
bercerita (Frey & Sunwolf, 2005; poole & Hirokawa. 1996).
Faktor-faktor yang mendukung efektivitas pengambilan keputusan dalam
kelompok, yaitu :

1. Interdependensi positif
2. Individual accountability, tiap anggota dalam kelompok mempunyai andil
tanggung jawab terhadap kesuksesan kelompok.
3. Promotive interaction, tiap anggota saling mendorong dan memberikan
kesempatan usaha satu dengan yang lain dalam rangka menyelesaikan tugas
ataupun pencapaian tujuan kelompok.
4. Socially skilled group members, individu perlu memiliki keterampilan dalam
interaksi personal agar mencapai sikap kooperatif yang tinggi dan didorong
untuk menggunakannya.
5. Group processing, anggota kelompok secara rutin mendiskusikan bagaimana
supaya anggota efektif dalam bekerja sama dan keterampilan yang perlu
untuk meningkatkan fungsi kelompok di waktu mendatang.
Faktor faktor yang menghambat pengambilan keputusan kelompok, yaitu :
1. Lack of group maturity, anggota kelompok membutuhkan waktu untuk saling
bekerja sama satu dengan yang lain. Sehingga antara anggota kelompok
diusahakan untuk sering bertemu, apabila waktu tidak ada dan mereka hanya
bertemu dalam waktu yang singkat, maka kelompok akan kurang efektif
dalam mengambil keputusan.
2. Uncritically giving ones dominant responses, jika ada anggota kelompok
dengan sikap yang tidak kritis dan mudah memberikan respons atau
dukungan pada pendapat yang dominan, maka pengambilan keputusan secara
kelompok tidak efektif.
3. Social loafing, sifat bermalas-malasan dari kelompok akan menjadi hambatan
dalam pengambilan keputusan secara kelompok, dimana akan mengurangi
individual effort apabila kerja secara bersama, khususnya pada additive task.
Dalam hal ini, kelompok akan sulit memperoleh produktivitas yang tinggi.
4. Conflicting goals of group members, apabila dalam kelompok ada tujuan
yang tidak sama di antara anggota kelompok, maka akan menjadi hambatan
5
dalam mengambil keputusan secara kelompok.
5. Failure to communicate and utilize information, tidak semua anggota
kelompok berpartisipasi sama dalam kelompok dan tidak semua kontribusi
diperhatikan dengan seksama oleh anggota kelompok. Anggota mungkin
tidak berhasil dalam berkomunikasi karena mungkin ada rasa malu atau
karena kengganan ambil bagian dalam kelompok.

6. Egocentrism of group members, apabila ada anggota yang egosentris, maka ia


berpendapat hanya dirinyalah yang tepat dan anggota yang lain diminta agar
dapat menerima pendapatnya.
7. Lack of sufficent heterogenity, kelompok akan produktif secara optimal,
tergantung pada seberapa jauh informasi yang dibutuhkan, ketrampilan, dan
sudut pandang yang ada. Semakin homogen keadaan anggota kelompok,
semakin kurang menyumbangkan sumber daya yang diperlukan.
8. Inappropriate group size, sebagian pengambilan keputusan membutuhkan
kelompok yang besar, namun dalam hal-hal tertentu membutuhkan anggota
kelompok yang kecil. Semakin kecil anggota kelompok, semakin besar
tanggung jawab individu (Messik dan Brewer, 1983 dalam Johnson dan
Johnson, 2000).
9. Lack of sufficient time, salah satu kelebihan pengambilan keputusan oleh
kelompok daripada keputusan individu adalah waktu yang cukup. Semakin
besar anggota kelompok, semakin lama waktu yang dibutuhkan. Kelompok
membutuhkan waktu cukup lama untuk mendiskusikan isu yang ada sampai
pengambilan keputusan.
Metode pengambilan keputusan dalam kelompok, yaitu :
1. Pengambilan keputusan oleh otoritas tanpa diskusi kelompok
Metode ini efisien apabila kita memandang bahwa

keputusan

membutuhkan waktu yang singkat, tetapi tidak efektif karena keputusan yang
diambil oelh pihak yang mempunyai otoritas, sehingga keputusan yang diambil
mungkin tidak dapat diterima oleh anggota kelompok.
2. Keputusan diambil oleh otoritas setelah mengadakan diskusi kelompok
Keputusan memang diambil oleh pimpinan yang mempunyai otoritas,
6
tetapi setelah mengadakan diskusi kelompok. Keputusan akan lebih baik apabila
dibandingkan dengan metode tanpa diskusi karena memperhatikan pendapat
kelompok yang memungkinkan adanya minimalisir kesalahan.
3. Keputusan diambil oleh seorang ahli
Keputusan dengan metode ini diambil oleh orang yang paling ahli dalam
kelompok, kemudian ia memberikan penjelasan tentang keputusan yang
diambilnya. Kesulitan dalam metode ini adalah menentukan orang yang paling
ahli dalam kelompok yang bersangktuan.
4. Keputusan diambil dengan rerata pendapat individu

Keputusan diambil dengan mengambil rerata pendapat individu yang


tergabung dalam kelompok. Dari berbagai pendapat anggota, kelompok kemudian
mengambil reratanya dan menganggapnya sebagai keputusan.
5. Keputusan diambil oleh minoritas
Keputusan diambil oleh dua atau tiga anggota kelompok sebagai perwakilan.
6. Keputusan diambil dengan suara terbanyak
Setelah mengemukakan dan mendiskusikan isu, anggota mengambil
keputusan dengan suara terbanyak atas pendapat mereka.
7. Keputusan diambil dengan konsensus
Metode ini dipandang paling efektif tetapi membutuhkan waktu yang
cukup lama untuk mecapai konsesus. Konsesus berarti seluruh anggota menerima
keputusan yang diambilnya, walaupun secara kebulatan suara terkadang kurang
diterima.
B. Dinamika Kelompok
Dinamika kelompok merupakan suatu kelompok yang terdiri dari dua atau
lebih individu yang memiliki hubungan psikologi secara jelas antara anggota satu
dengan yang lain yang dapat berlangsung dalam situasi yang dialami secara
bersama. Dinamika kelompok juga dapat didefinisikan sebagai konsep yang
menggambarkan proses kelompok yang selalu bergerak, berkembang dan dapat
menyesuaikan diri dengan keadaan yang selalu berubah-ubah.
7

Dinamika kelompok mempunyai beberapa tujuan, antara lain:


1. Membangkitkan kepekaan diri seorang anggota kelompok terhadap anggota
kelompok lain, sehingga dapat menimbulkan rasa saling menghargai,
2. Menimbulkan rasa solidaritas anggota sehingga dapat saling menghormati
dan saling menghargai pendapat orang lain,
3. Menciptakan komunikasi yang terbuka terhadap sesama anggota kelompok,
4. Menimbulkan adanya itikad yang baik di antara sesama anggota kelompok.
Proses dinamika kelompok mulai dari individu sebagai pribadi yang
masuk ke dalam kelompok dengan latar belakang yang berbeda-beda, belum
mengenal antar individu yang ada dalam kelompok. Individu yang bersangkutan
akan berusaha untuk mengenal individu yang lain. Setelah saling mengenal,

dimulailah berbagai diskusi kelompok, yang kadang diskusi bisa sampai


memanas, proses ini disebut storming. Storming akan membawa perubahan
pada sikap dan perilaku individu, pada proses ini individu mengalami forming.
Dalam setiap kelompok harus ada aturan main yang disepakati bersama oleh
semua anggota kelompok dan pengatur perilaku semua anggota kelompok, proses
ini disebut norming. Berdasarkan aturan inilah individu dan kelompok
melakukan berbagai kegiatan, proses ini disebut performing.
Pembentukan kelompok dilakukan dengan menentukan kedudukan
masing-masing anggota (siapa yang menjadi ketua atau anggota). Interaksi yang
terjadi suatu saat akan memunculkan perbedaan antara individu satu dengan
lainnya sehingga timbul perpecahan (konflik). Perpecahan yang terjadi bisanya
bersifat sementara karena kesadaran arti pentingnya kelompok tersebut, sehingga
anggota kelompok berusaha menyesuaikan diri demi kepentingan bersama.
Akhirnya setelah terjadi penyesuaian, perubahan dalam kelompok mudah terjadi.

8
9

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Guide Wawancara
Adapun poin-poin pertanyaan yang diajukan kepada narasumber, yaitu :
1. Bagaimanakah sejarah perkembangan LPPM Profesi UNM?
2. Bagaimana cara LPPM Profesi UNM untuk tetap mempertahankan
eksistensinya?
3. Konflik apa sajakah yang biasa terjadi oleh setiap anggota dalam LPPM
Profesi UNM?
4. Cara apa yang digunakan untuk menanggulangi konflik yang terjadi
tersebut?

5. Hal apa saja yang dilakukan untuk menjaga setiap anggota agar tetap
solid?
B. Observasi
Ketika mendatangi sekretariat LPPM Profesi UNM yang terletak di
Kompleks Hartaco Indah, terlihat ada tujuh orang dalam ruang tamu dan
mempersilahkan masuk. Suasana di luar sekretariat terasa lebih dingin karena
pada saat itu hujan baru saja reda. Setelah berjabat tangan dengan anggota di
sana dilakukan building raport, suasana yang awalnya sering tertawa karena
ada hal yang lucu berubah menjadi tenang dalam artian selama proses
wawancara dengan Pemimpin Umum anggota yang lain diam dan
mendengarkan. Setelah wawancara selesai dan mematikan perekam suara
barulah mereka kembali ribut.
Di dalam ruang tamu terdapat karpet merah dan sebuah lemari, di
sampingnya terdapat sebuah ruangan yang berisi inventaris penting seperti
laptop, komputer, dan print. Ada beberapa orang yang sedang mengetik ketika
proses wawancara masih berlangsung dan masih mengetik saat wawancara
selesai. Mereka terlihat serius di depan komputer, sepertinya sedang mengetik
berita sehingga proses observasi dilakukan dari luar pintu agar tidak
mengganggu. Sebelum dan setelah wawancara suasana di ruang tamu ribut
tetapi orang yang sedang mengetik di dalam ruanganan tepat disamping ruang
tamu tidak menegur orang-orang yang berbicara di luar. Sebelum pamit, kami
bersalaman terlebih dahulu.

10

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Permasalahan yang dihadapi
Layaknya lembaga yang berada di tingkat Universitas, orang-orang yang
berada di LPPM Profesi adalah mahasiswa yang berasal dari berbagai jurusan di
UNM dan tentunya dari berbagai angkatan. Hal itu terus berlanjut karena
merupakan kaderisasi yang dilakukan oleh LPPM Profesi. Berdasarkan hasil
wawancara dengan Sutrisno selaku Pemimpin Umum (Selasa, 17 Desember 2013)
di sekretariat LPPM Profesi, ia mengungkapkan bahwa orang-orang yang berbeda
itulah yang membuat lembaga ini unik karena mereka membawa pribadi masingmasing. Oleh karena itu, sebagai sebuah lembaga LPPM Profesi memiliki aturan
main sendiri untuk mencegah hal-hal yang sifatnya pribadi muncul dan
berpengaruh buruk terhadap lembaga.
Untuk menggali potensi para mahasiswa yang resmi menjadi anggota, para
pengurusnya memiliki cara dan tehnik tersendiri dalam membimbing mereka dan
tentunya melalui cara tersebut orang-orang yang berada di dalamnya harus
memiliki mental yang kuat untuk dikritik. Dalam proses pembentukan diri dengan
mental yang kuat akan kritikan inilah yang menjadi penanda bahwa mereka harus
bisa memisahkan antara diri secara pribadi dan diri ketika harus menjalankan
tugas kelembagaan.
Lembaga ini sudah berjalan lebih dari tiga puluh tahun, artinya sudah
banyak lika liku yang dilewati, sebagai contoh ketika diadakan rapat baik rapat
redaksi maupun rapat umum, sering terjadi perbedaan pendapat dan itu merupakan
hal yang lumrah. Pencarian solusi untuk memutuskan suatu hal dari perbedaan
pendapat itu yang terkadang menimbulkan konflik ketika di antara mereka ada
yang tetap bertahan dengan pendapatnya sehingga perdebatan terkadang
berlangsung hingga subuh hari untuk mencari kesepakatan.
Sutrisno mengungkapkan bahwa dinamika berlembaga mereka memang
kompleks, terkadang dalam proses menjalankan kinerja kepengurusan yang
memicu terjadinya konflik menimbulkan hal-hal yang ekstrim, misalnya ketika

11

ada yang tidak terima atau tidak sepakat dengan argument atau tindakan anggota
yang lain, terdengar kalimat Kalau bukan dia yang keluar saya yang keluar.
Kalimat itu sudah menjadi kritikan yang tidak wajar karena tidak ada klarifikasi.
Kondisi emosional yang kurang baik adalah hal yang lumrah dalam sebuah
lembaga begitu juga ketika terjadi blunder yaitu perbedaan penyampaian atau
sikap antara apa yang dikatakan dengan apa yang terjadi sebenarnya.
Permasalahan yang dialami LPPM Profesi tak lain diakibatkan oleh
perbedaan dalam memandang suatu hal dan itu adalah hal yang wajar karena
manusia memang berbeda-beda sebagaimana yang diungkapkan oleh Sigmund
Freud tentang individual differences. Hal ini masing-masing disadari oleh para
anggota di lembaga tersebut sehingga untuk meredam ego dan mencegah
terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan akibat banyaknya perbedaan itu, lembaga
ini memiliki aturan yang mengikat setiap anggota dalam berperilaku. Sutrisno
juga mengungkapkan bahwa dalam penyelesaian kasusnya harus dilihat dulu
bentuk kasus yang terjadi sehingga mereka tidak salah dalam menentukan sikap
untuk menyelesaikan setiap permasalahan.
Pada dasarnya, masalah pribadi memang terkadang merembes dan
mempengaruhi kinerja seseorang dalam berlembaga begitupun dengan lembaga
ini atau sering disebut dengan main rasa. Hal itu terjadi karena manusia
memang tidak memiliki peran tunggal dalam artian setiap orang memiliki peran
lebih dari satu, misalnya selain sebagai anggota LPPM Pofesi, mereka juga ada
anak dari orang tua, kakak dari adik atau adik dari kakak, mahasiswa yang harus
mengurus kuliah, teman dari orang-orang yang berada di sekitarnya, dan
sebagainya.
Untuk mengkritik anggota dalam lembaga ini juga harus pintar-pintar
memposisikan diri sebagai anggota dalam lembaga dan teman dari orang yang
dikritiknya. Apabila ada yang tidak mampu memposisikan dirinya maka terjadilah
main rasa yang merupakan permasalahan umum yang terjadi dalam setiap
lembaga termasuk LPPM Profesi UNM. Oleh karena itu, setiap orang yang ada
dalam lembaga ini harus kuat mental dan harus siap untuk kritik dengan tujuan
introspeksi diri dan menjaga keberlangsungan lembaga.

12

B. Langkah-langkah Penyelesaikan Masalah


Masalah harus diselesaikan secepat mungkin agar tidak mempengaruhi
kinerja orang-orang dalam lembaga ini sehingga setiap masalah harus ditaktisi dan
diselesaikan dengan langkah yang elegan, seperti di bawah ini:
1. Pendekatan Persuasif
Mendengarkan, memahami, kemudian memberikan nasehat secara lisan
merupakan langkah awal yang ditempuh agar titik permasalahannya jelas
sehingga dapat diberikan solusi yang tepat.
2. Hak Jawab
Apabila ada anggota yang sedang mengalami masalah maka mereka
memiliki hak jawab untuk mengklarifikasi permasalahannya dan meluruskannya
apabila ada hal-hal yang terungkap tetapi tidak sesuai dengan apa yang ia rasakan
dan ia alami.
3. Penyelesaian secara Kelembagaan
Apabila langkah-langkah di awal sudah ditempuh dan tidak menemukan
solusinya maka cara yang terakhir adalah berbicara secara kelembagaan seperti
memberikan sanksi tetapi langkah ini jarang terjadi atau tidak mendominasi.

13

BAB V
KESIMPULAN & SARAN
A. Kesimpulan
Pada dasarnya setiap kelompok ataupun organisasi pasti memiliki setiap
masalah, baik itu berkaitan dengan kepengurusan maupun anggota dalam
organisasi tersebut. Begitupun halnya dalam LPPM Profesi UNM yang memiliki
konflik dalam hal ini adanya perbedaan pendapat di antara setiap anggota
organisasi. Dalam hal

ini, setiap anggota kelompok

berusaha untuk

mempertahankan pendapatnya saat proses pengambilan keputusan. Oleh karena


itu, perlu diadakan langkah-langkah untuk menyelesaikan hal tersebut, seperti
melalui pendekatan persuasif, hak jawab, dan penyelesaian secara kelembagaan.
B. Saran
Adapun saran yang diberikan dalam observasi ini, yaitu :
1. Untuk pembaca, agar digunakan sebagai pedoman atau pembelajaran dalam
hal organisasi maupun dalam hidup berkelompok karena adanya berbagai
perbedaan pendapat setiap anggota dalam kelompok.
2. Untuk lembaga yang diobservasi, agar melakukan beberapa hal yang telah
disarankan tersebut untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam
kelompoknya.

DAFTAR PUSTAKA
Rakhmat, Jalaludin. 2005. Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi. Bandung : PT
Remaja Rosda Karya.
Huraerah, Abu dan Peurwanto. Dinamika Kelompok : Konsep dan Aplikasi.
Bandung: PT Refika Aditama.
Slamet. Santosa, 1992. Dinamika Kelompok. Jakarta: Bumi Aksara.
Soerjono. Soekanto, 1986. Pengetahuan Sosiologi Kelompok. Bandung: CV
Penerbit Remadja Karya.
Walgito, Bimo. 2008. Psikologi Kelompok. Yogyakarta: Penerbit Andi

Anda mungkin juga menyukai