Laporan Observasi LPPM Profesi Unm
Laporan Observasi LPPM Profesi Unm
KELAS A
IKA INDAH YANI (107104086)
IIS HANDAYANI (1271040026)
ANISSA YUWANTINA (151141239)
NURUL MUSLIMAH WULANDARI (1271040039)
MUHAMMAD RADYAQSA (1171040042)
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2013-2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan laporan ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga laporan ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca.
Harapan saya semoga laporan ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun
isi laporan ini, sehingga kedepannya dapat lebih baik. Laporan ini masih banyak
kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu,
kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan laporan ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................................i
Pendahuluan............................................................................................................1
Tinjauan Pustaka......................................................................................................3
Metode Penelitian....................................................................................................8
Hasil dan Pembahasan............................................................................................10
Kesimpulan dan Saran............................................................................................13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
konsekuensi logis yang kerap diterima oleh para jurnalis Profesi dalam
menjalankan tugasnya sebagai insan pers.
Hal inilah yang harus dipahami bersama bahwa eksistensi LPPM Profesi
sebagai lembaga pers mahasiswa berkewajiban menjalankan tugas-tugas jurnalis
berdasarkan fakta yang diperoleh di lapangan sebagai upaya memenuhi kebutuhan
informasi pada khalayak (civitas akademika). Namun, di sisi lain LPPM Profesi
juga harus lebih ekstra mengoreksi berita yang akan diterbitkan, sebab dalam
riwayat penerbitan LPPM Profesi tidak dapat dipungkiri kerap dijumpai adanya
oknum-oknum yang melakukan protes ataupun kecaman pada liputan tertentu.
Maka dari itu diharapkan bahwa keterampilan dan kode etik jurnalistik
dapat teraplikasi dengan baik, karena tidak jarang konflik yang terjadi antara
LPPM Profesi dan segelintir oknum disebabkan adanya kekhilafan yang
dilakukan oleh jurnalis (reporter) LPPM Profesi dalam melakukan peliputan, hal
ini biasanya kerap terjadi pada reporter magang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Groupthink
Groupthink menurut Irvings Janis (1972) adalah, Istilah untuk keadaan
ketika sebuah kelompok membuat keputusan yang tidak masuk akal untuk
menolak anggapan/ opini publik yang sudah nyata buktinya, dan memiliki nilai
moral. Keputusan kelompok ini datang dari beberapa individu berpengaruh
dalam kelompok yang irrasional, tetapi berhasil mempengaruhi kelompok menjadi
keputusan kelompok. Groupthink mempengaruhi kelompok dengan melakukan
aksi-aksi yang tidak masuk akal dan tidak mempedulikan pendapat-pendapat yang
bertentangan diluar kelompok. Kelompok yang terkena sindrom groupthink
biasanya adalah kelompok yang anggota-anggotanya memiliki background yang
sama, terasing (tidak menyatu, terisolir) dari pendapat-pendapat luar, dan tidak
ada aturan yang jelas tentang proses pengambilan keputusan.
Groupthink adalah sebuah teori yang terkait dengan komunikasi kelompok
kecil. Kelompok-kelompok kecil merupakan bagian dari fenomena hampir setiap
segmen masyarakat dunia dan khusunya Amerika Serikat. Bahkan, Marshall Scott
Poole (1998) berpendapat bahwa kelompok kecil harus'menjadi 'unit dasar
analisis''. Janis memfokuskan karyanya pada pemecahan masalah yang
berorientasi pada kelompok dan tugas kelompok, yang tujuan utamanya adalah
untuk membuat keputusan dan memberikan rekomendasi kebijakan.
Pengambilan keputusan adalah bagian penting dari kelompok-kelompok
kecil ini. Kegiatan lain dari kelompok-kelompok kecil mencakup berbagi
informasi, bersosialisasi, berhubungan dengan orang-orang dan kelompokkelompok di luar kelompok, mendidik anggota baru, menentukan peran, dan
bercerita (Frey & Sunwolf, 2005; poole & Hirokawa. 1996).
Faktor-faktor yang mendukung efektivitas pengambilan keputusan dalam
kelompok, yaitu :
1. Interdependensi positif
2. Individual accountability, tiap anggota dalam kelompok mempunyai andil
tanggung jawab terhadap kesuksesan kelompok.
3. Promotive interaction, tiap anggota saling mendorong dan memberikan
kesempatan usaha satu dengan yang lain dalam rangka menyelesaikan tugas
ataupun pencapaian tujuan kelompok.
4. Socially skilled group members, individu perlu memiliki keterampilan dalam
interaksi personal agar mencapai sikap kooperatif yang tinggi dan didorong
untuk menggunakannya.
5. Group processing, anggota kelompok secara rutin mendiskusikan bagaimana
supaya anggota efektif dalam bekerja sama dan keterampilan yang perlu
untuk meningkatkan fungsi kelompok di waktu mendatang.
Faktor faktor yang menghambat pengambilan keputusan kelompok, yaitu :
1. Lack of group maturity, anggota kelompok membutuhkan waktu untuk saling
bekerja sama satu dengan yang lain. Sehingga antara anggota kelompok
diusahakan untuk sering bertemu, apabila waktu tidak ada dan mereka hanya
bertemu dalam waktu yang singkat, maka kelompok akan kurang efektif
dalam mengambil keputusan.
2. Uncritically giving ones dominant responses, jika ada anggota kelompok
dengan sikap yang tidak kritis dan mudah memberikan respons atau
dukungan pada pendapat yang dominan, maka pengambilan keputusan secara
kelompok tidak efektif.
3. Social loafing, sifat bermalas-malasan dari kelompok akan menjadi hambatan
dalam pengambilan keputusan secara kelompok, dimana akan mengurangi
individual effort apabila kerja secara bersama, khususnya pada additive task.
Dalam hal ini, kelompok akan sulit memperoleh produktivitas yang tinggi.
4. Conflicting goals of group members, apabila dalam kelompok ada tujuan
yang tidak sama di antara anggota kelompok, maka akan menjadi hambatan
5
dalam mengambil keputusan secara kelompok.
5. Failure to communicate and utilize information, tidak semua anggota
kelompok berpartisipasi sama dalam kelompok dan tidak semua kontribusi
diperhatikan dengan seksama oleh anggota kelompok. Anggota mungkin
tidak berhasil dalam berkomunikasi karena mungkin ada rasa malu atau
karena kengganan ambil bagian dalam kelompok.
keputusan
membutuhkan waktu yang singkat, tetapi tidak efektif karena keputusan yang
diambil oelh pihak yang mempunyai otoritas, sehingga keputusan yang diambil
mungkin tidak dapat diterima oleh anggota kelompok.
2. Keputusan diambil oleh otoritas setelah mengadakan diskusi kelompok
Keputusan memang diambil oleh pimpinan yang mempunyai otoritas,
6
tetapi setelah mengadakan diskusi kelompok. Keputusan akan lebih baik apabila
dibandingkan dengan metode tanpa diskusi karena memperhatikan pendapat
kelompok yang memungkinkan adanya minimalisir kesalahan.
3. Keputusan diambil oleh seorang ahli
Keputusan dengan metode ini diambil oleh orang yang paling ahli dalam
kelompok, kemudian ia memberikan penjelasan tentang keputusan yang
diambilnya. Kesulitan dalam metode ini adalah menentukan orang yang paling
ahli dalam kelompok yang bersangktuan.
4. Keputusan diambil dengan rerata pendapat individu
8
9
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Guide Wawancara
Adapun poin-poin pertanyaan yang diajukan kepada narasumber, yaitu :
1. Bagaimanakah sejarah perkembangan LPPM Profesi UNM?
2. Bagaimana cara LPPM Profesi UNM untuk tetap mempertahankan
eksistensinya?
3. Konflik apa sajakah yang biasa terjadi oleh setiap anggota dalam LPPM
Profesi UNM?
4. Cara apa yang digunakan untuk menanggulangi konflik yang terjadi
tersebut?
5. Hal apa saja yang dilakukan untuk menjaga setiap anggota agar tetap
solid?
B. Observasi
Ketika mendatangi sekretariat LPPM Profesi UNM yang terletak di
Kompleks Hartaco Indah, terlihat ada tujuh orang dalam ruang tamu dan
mempersilahkan masuk. Suasana di luar sekretariat terasa lebih dingin karena
pada saat itu hujan baru saja reda. Setelah berjabat tangan dengan anggota di
sana dilakukan building raport, suasana yang awalnya sering tertawa karena
ada hal yang lucu berubah menjadi tenang dalam artian selama proses
wawancara dengan Pemimpin Umum anggota yang lain diam dan
mendengarkan. Setelah wawancara selesai dan mematikan perekam suara
barulah mereka kembali ribut.
Di dalam ruang tamu terdapat karpet merah dan sebuah lemari, di
sampingnya terdapat sebuah ruangan yang berisi inventaris penting seperti
laptop, komputer, dan print. Ada beberapa orang yang sedang mengetik ketika
proses wawancara masih berlangsung dan masih mengetik saat wawancara
selesai. Mereka terlihat serius di depan komputer, sepertinya sedang mengetik
berita sehingga proses observasi dilakukan dari luar pintu agar tidak
mengganggu. Sebelum dan setelah wawancara suasana di ruang tamu ribut
tetapi orang yang sedang mengetik di dalam ruanganan tepat disamping ruang
tamu tidak menegur orang-orang yang berbicara di luar. Sebelum pamit, kami
bersalaman terlebih dahulu.
10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Permasalahan yang dihadapi
Layaknya lembaga yang berada di tingkat Universitas, orang-orang yang
berada di LPPM Profesi adalah mahasiswa yang berasal dari berbagai jurusan di
UNM dan tentunya dari berbagai angkatan. Hal itu terus berlanjut karena
merupakan kaderisasi yang dilakukan oleh LPPM Profesi. Berdasarkan hasil
wawancara dengan Sutrisno selaku Pemimpin Umum (Selasa, 17 Desember 2013)
di sekretariat LPPM Profesi, ia mengungkapkan bahwa orang-orang yang berbeda
itulah yang membuat lembaga ini unik karena mereka membawa pribadi masingmasing. Oleh karena itu, sebagai sebuah lembaga LPPM Profesi memiliki aturan
main sendiri untuk mencegah hal-hal yang sifatnya pribadi muncul dan
berpengaruh buruk terhadap lembaga.
Untuk menggali potensi para mahasiswa yang resmi menjadi anggota, para
pengurusnya memiliki cara dan tehnik tersendiri dalam membimbing mereka dan
tentunya melalui cara tersebut orang-orang yang berada di dalamnya harus
memiliki mental yang kuat untuk dikritik. Dalam proses pembentukan diri dengan
mental yang kuat akan kritikan inilah yang menjadi penanda bahwa mereka harus
bisa memisahkan antara diri secara pribadi dan diri ketika harus menjalankan
tugas kelembagaan.
Lembaga ini sudah berjalan lebih dari tiga puluh tahun, artinya sudah
banyak lika liku yang dilewati, sebagai contoh ketika diadakan rapat baik rapat
redaksi maupun rapat umum, sering terjadi perbedaan pendapat dan itu merupakan
hal yang lumrah. Pencarian solusi untuk memutuskan suatu hal dari perbedaan
pendapat itu yang terkadang menimbulkan konflik ketika di antara mereka ada
yang tetap bertahan dengan pendapatnya sehingga perdebatan terkadang
berlangsung hingga subuh hari untuk mencari kesepakatan.
Sutrisno mengungkapkan bahwa dinamika berlembaga mereka memang
kompleks, terkadang dalam proses menjalankan kinerja kepengurusan yang
memicu terjadinya konflik menimbulkan hal-hal yang ekstrim, misalnya ketika
11
ada yang tidak terima atau tidak sepakat dengan argument atau tindakan anggota
yang lain, terdengar kalimat Kalau bukan dia yang keluar saya yang keluar.
Kalimat itu sudah menjadi kritikan yang tidak wajar karena tidak ada klarifikasi.
Kondisi emosional yang kurang baik adalah hal yang lumrah dalam sebuah
lembaga begitu juga ketika terjadi blunder yaitu perbedaan penyampaian atau
sikap antara apa yang dikatakan dengan apa yang terjadi sebenarnya.
Permasalahan yang dialami LPPM Profesi tak lain diakibatkan oleh
perbedaan dalam memandang suatu hal dan itu adalah hal yang wajar karena
manusia memang berbeda-beda sebagaimana yang diungkapkan oleh Sigmund
Freud tentang individual differences. Hal ini masing-masing disadari oleh para
anggota di lembaga tersebut sehingga untuk meredam ego dan mencegah
terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan akibat banyaknya perbedaan itu, lembaga
ini memiliki aturan yang mengikat setiap anggota dalam berperilaku. Sutrisno
juga mengungkapkan bahwa dalam penyelesaian kasusnya harus dilihat dulu
bentuk kasus yang terjadi sehingga mereka tidak salah dalam menentukan sikap
untuk menyelesaikan setiap permasalahan.
Pada dasarnya, masalah pribadi memang terkadang merembes dan
mempengaruhi kinerja seseorang dalam berlembaga begitupun dengan lembaga
ini atau sering disebut dengan main rasa. Hal itu terjadi karena manusia
memang tidak memiliki peran tunggal dalam artian setiap orang memiliki peran
lebih dari satu, misalnya selain sebagai anggota LPPM Pofesi, mereka juga ada
anak dari orang tua, kakak dari adik atau adik dari kakak, mahasiswa yang harus
mengurus kuliah, teman dari orang-orang yang berada di sekitarnya, dan
sebagainya.
Untuk mengkritik anggota dalam lembaga ini juga harus pintar-pintar
memposisikan diri sebagai anggota dalam lembaga dan teman dari orang yang
dikritiknya. Apabila ada yang tidak mampu memposisikan dirinya maka terjadilah
main rasa yang merupakan permasalahan umum yang terjadi dalam setiap
lembaga termasuk LPPM Profesi UNM. Oleh karena itu, setiap orang yang ada
dalam lembaga ini harus kuat mental dan harus siap untuk kritik dengan tujuan
introspeksi diri dan menjaga keberlangsungan lembaga.
12
13
BAB V
KESIMPULAN & SARAN
A. Kesimpulan
Pada dasarnya setiap kelompok ataupun organisasi pasti memiliki setiap
masalah, baik itu berkaitan dengan kepengurusan maupun anggota dalam
organisasi tersebut. Begitupun halnya dalam LPPM Profesi UNM yang memiliki
konflik dalam hal ini adanya perbedaan pendapat di antara setiap anggota
organisasi. Dalam hal
berusaha untuk
DAFTAR PUSTAKA
Rakhmat, Jalaludin. 2005. Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi. Bandung : PT
Remaja Rosda Karya.
Huraerah, Abu dan Peurwanto. Dinamika Kelompok : Konsep dan Aplikasi.
Bandung: PT Refika Aditama.
Slamet. Santosa, 1992. Dinamika Kelompok. Jakarta: Bumi Aksara.
Soerjono. Soekanto, 1986. Pengetahuan Sosiologi Kelompok. Bandung: CV
Penerbit Remadja Karya.
Walgito, Bimo. 2008. Psikologi Kelompok. Yogyakarta: Penerbit Andi