PENDAHULUAN
Latar Belakang
Malaria adalah penyakit yang bersifat akut maupun kronik yang
disebabkan oleh protozoa genus plasmodium yang ditandai dengan demam,
anemia dan splenomegali. Penyakit ini penyebarannya sangat luas, terutama pada
daerah daerah yang beriklim tropis dan sub tropis. Penduduk yang berisiko
terkena malaria berjumlah sekitar 2,3 miliar atau 41% dari penduduk dunia. Setiap
tahun jumlah kasus malaria berjumlah 300-500 juta dan mengakibatkan 1,5-2,7
juta kematian. Oleh karena itu, The United Nations Millenium Development
Goals (MDGs) sepakat untuk mencapai target memberantas malaria pada tahun
2015.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
2
Plasmodium
ini
merupakan
protozoa
obligat
Phylum
Kelas
Subkelas
Ordo
Sub-ordo
Famili
Genus
Sub-genus
Spesies
: Apicocomplexa
: Sporozoa
: Coccidiida
: Eucoccidies
: Haemosporidiidea
: Plasmodiidae
: Plasmodium
: Laverania
: Plasmodium falciparum
Plasmodium vivax
Plasmodium malariae
Plasmodium ovale
C. Epidemiologi
Keterangan :
Gambar 1. Peta Stratifikasi Malaria 2009
Sumber : Ditjen PP & PL Depkes RI, 2009
D. Patofisiologi
hemoglobinuria
dan
hemoglobinemia.Hiperkalemia
dan
sebagai malaria serebral, edema paru, gagal ginjal dan malabsorpsi usus.
Pertahanan tubuh individu terhadap malaria dapat berupa faktor yang
diturunkan maupun yang didapat. Pertahanan terhadap malaria terutama
penting untuk melindungi anak kecil
atau
bayi
karena
sifat
khusus
dalam
6
periode
panjang.
Pada
individu
dengan
malaria
dapat
dijumpai
Pada
muda
yang
diameternya
lebih
besar
dari
eritrosit
Dari semua jenis malaria dan jenis plasmodium yang menyerang system
tubuh, malaria tropika merupakan malaria yang paling berat di tandai dengan
panas yang ireguler, anemia, splenomegali, parasitemis yang banyak, dan
sering terjadinya komplikasi.
F. Gambaran Klinis
Secara klinis, gejala malaria infeksi tunggal pada pasienn non-imun
terdiri atas beberapa serangan demam dengan interval tertentu (paroksisme),
yang diselingi oleh suatu periode (periode laten) bebas demam. Sebelum
demam pasien biasanya merasa lemah, nyeri kepala, tidak ada nafsu makan,
mual atau muntah. Pada pasien dengan infeksi majemuk/ campuran (lebih
dari satu jenis Plasmodium atau satu jenis Plasmodium tetapi infeksi
berulang dalam waktu berbeda), maka serangan demam terus- menerus
(tanpa
minimal.
Periode paroksisme biasanya terdiri dari tiga stadium yang berurutan
yakni stadium dingin (cold stage), stadium demam (hot stage) dan stadium
berkeringat (sweating stage). Paroksisme ini biasanya terlihat jelas pada
orang dewasa namun jarang dijiumpai pada usia muda. Pada anak di bawah
umur lima tahun, stadium dingin seringkali bermanifestasi sebagai kejang.
Serangan
(intrinsik).
demam
yang
pertama
didahului
oleh
masa
iinkubasi
dan Plasmodium
malariae 40 hari atau lebih setelah transfusi. Masa inkubasi pada penularan
secara alamiah bagi masing- masing spesies parasit, untuk Plasmodium
falciparum 12 hari, Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale 13 - 17 hari,
dan Plasmodium malariae 28- 30 hari. Setelah lewat masa inkubasi, pada
9
anak besar dan orang dewasa timbul gejala demam yang terbagi dalam tiga
stadium atau trias malaria (malaria proxym), yaitu :
1. Stadium dingin
Diawali dengan gejala menggigil atau perasaan yang sangat
dingin. Gigi gemeretak, nadi cepat tetapi lemah, bibir dan jari- jari pucat
atau sianosis, kulit kering dan pucat, pasien mungkin muntah pada
anak sering terjadi kejang. Stadium ini berlangsung antara 15 menit
sampai 1 jam.
2. Stadium demam2
Pada stadium ini pasien merasa kepanasan.Muka merah, kulit kering
dan terasa sangat panas seperti terbakar, nyeri kepala, mual dan muntah,
nadi menjadi kuat lagi. Biasanya pasien menjadi sangat haus dan suhu
badan dapat meningkat sampai 410 C atau lebih. Stadium ini berlangsung
antara 2-12 jam. Demam disebabkan oleh karena pecahnya skizon
dalam sel darah merah yang telah matang dan masuknya merozoit
darah ke dalam aliran darah.
3. Stadium berkeringat2
Pada stadium ini pasien berkeringat banyak sekali, kemudian
suhu badan menurun dengan cepat, kadang- kadang sampai di bawah
normal. Black water fever yang merupakan komplikasi berat, adalah
munculnya hemoglobin pada urin sehingga menyebabkan warna urin
berwarna tua atau hitam. Gejala lain dari black water fever adalah ikterus
dan muntah berwarna seperti empedu. Black water fever biasanya
dijumpai pada mereka yang menderita infeksi Plasmodium falciparum
berulang dengan infeksi yang cukup berat.
Anemia merupakan gejala yang sering ditemui pada infeksi malaria,
dan lebih sering ditemukan pada daerah endemik. Kelainan pada limpa
akan terjadi setelah 3 hari dari serangan akut dimana limpa akan
membengkak, nyeri dan hiperemis.
Hampir semua kematian akibat malaria disebabkan oleh P.
falciparum. Pada infeksi P. falciparum dapat menimbulkan malaria berat
10
Glukosa-6-Phospat
Dehidrogenase.
k. Diagnosa post-mortem dengan ditemukannya parasit yang padat pada
pembuluh kapiler jaringan otak.
G. Diagnosis
Diagnosis malaria ditegakkan seperti diagnosis penyakit lainnya
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium.
Diagnosis pasti infeksi malaria ditegakkan dengan pemeriksaan sediaan darah
secara mikroskopik atau tes diagnostik cepat.
1. Anamnesis
a. Keluhan utama, yaitu demam, menggigil, berkeringat dan dapat
disertai sakit kepala, mual, muntah, diare, nyeri otot dan pegal-pegal.
b. Riwayat berkunjung dan bermalam lebih kurang 1-4 minggu yang lalu
c.
d.
e.
f.
4)
dibawah 1 tahun.
5) Penurunan kesadaran.
6) Manifestasi perdarahan: ptekie, purpura, hematom.
7) Tanda-tanda dehidrasi.
8) Tanda-tanda anemia berat.
9) Sklera mata kuning.
10) Pembesaran limpa dan atau hepar.
11) Gagal ginjal ditandai dengan oligouria sampai anuria.
12) Gejala neurologik: kaku kuduk, refleks patologis positif.
3. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan dengan mikroskopik
Sebagai standar emas pemeriksaan laboratoris demam malaria pada
penderita
(+)
(++)
(+++)
(++++)
b) Kuantitatif
Jumlah parasit dihitung permikroliter darah pada sediaan
darah tebal atau sediaan darah tipis.
b. Pemeriksaan dengan tes diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test)
Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit
malaria, dengan menggunakan metoda immunokromatografi dalam
bentuk dipstik.
c. Tes serologi
Tes ini berguna untuk mendeteksi adanya antibodi spesifik
terhadap malaria atau pada keadaan dimana parasit sangat minimal.
Tes ini kurang bermanfaat sebagai alat diagnostic sebab antibodi baru
terbentuk setelah beberapa hari parasitemia. Titer >1 : 200 dianggap
sebagai infeksi baru, dan tes >1:20 dinyatakan positif.
H. Penatalaksanaan
Obat anti malaria yang tersedia di Indonesia antara lain klorokuin,
sulfadoksin-pirimetamin,
kina,
primakuin,
serta
derivate
artemisin.
malaria falciparum tanpa komplikasi. Selain itu kina juga digunakan untuk
13
adalah
derivate
sulfametoksazol-trimetoprim
tetrasiklin,
dan
kloramfenikol,
siprofloksasin.
eritromisin,
Obat-obat
tersebut
digunakan bersama obat anti malaria yang bekerja cepat dan menghasilkan
efek potensiasi antara lain dengan kina.
1. Pengobatan malaria falciparum
a. Lini pertama : Artesunat + Amodiakuin + Primakuin
Dosis artesunat = 4 mg/kgBB (dosis tunggal), amodiakuin = 10
mg/kgBB (dosis tunggal), primakuin = 0,75 mg/kgBB (dosis tunggal).
Apabila pemberian dosis tidak memungkinkan berdasarkan berat
badan penderita, pemberian
obat
dapat
Jenis obat
Artesunat
Amodiakuin
Primakuin
1
1
2
2
1
3
3
2
4
4
2-3
Artesunat
Amodiakuin
1
1
2
2
3
3
4
4
I
14
I
Artesunat
Amodiakuin
1
1
2
2
3
3
4
4
III
Kombinasi ini digunakan sebagai pilihan utama untuk pengobatan
malaria falciparum. Pemakaian artesunat dan amodiakuin bertujuan
untuk membunuh parasit stadium aseksual, sedangkan primakuin
bertujuan untuk membunuh gametosit yang berada di dalam darah.
Pengobatan lini kedua malaria falciparum diberikan bila pengobatan
lini pertama tidak efektif.
b. Linikedua :Kina + Doksisiklin/Tetrasiklin + Primakuin
Dosis kina =10 mg/kgBB/kali (3x/hari selama 7 hari), doksisiklin = 4
mg/kgBB/hr (dewasa, 2x/hr selama 7 hari), 2 mg/kgBB/hr (8-14 th,
2x/hr selama 7 hari), tetrasiklin = 4-5 mg/kgBB/kali (4x/hr selama 7
hari). Apabila pemberian dosis obat tidak memungkinkan berdasarkan
berat badan penderita, pemberian obat dapat diberikan berdasarkan
golongan umur.
Tabel Pengobatan Lini Kedua Untuk Malaria falciparum
Hari
Jenis obat
15 th
3x2-3
2x1***
2-2
Kina
*
Doksisiklin -
3x2-3
2x1***
I
3x
-
3x1
-
3x
2x1**
II-VII
15
**
: 2x50 mg doksisiklin
***
: 2x100 mg doksisiklin
Jenis obat
1
2
3
Primakuin
15 th
3-4
1
Klorokuin
Primakuin -
3-4
1
Klorokuin 1/8
Primakuin -
2
1
Primakuin -
II
III
IV-XIV
16
Hari
1-7
1-14
Jenis obat
Kina
Primakuin
15 th
*
-
3x3
1
*
-
3x
3x1
3x2
17
hari dengan dosis 0,5 mg/kgBB/hari. Dosis obat juga dapat ditaksir
dengan menggunakan tabel dosis berdasarkan golongan umur.
Tabel Pengobatan Malaria vivax yang Relaps
Hari
1
2
3
4-14
Jenis obat
Klorokuin
Primakuin
Klorokuin
Primakuin
Klorokuin
Primakuin
Primakuin
1
2
3
3-4
1
1
2
2
3
3-4
1
1
2
1/8
1
1
2
1
1
2
1
1
2
Ha Jenis obat
ri
I Klorokuin
II Klorokuin
III Klorokuin
1/8
1
1
2
2
1
3
3
1
3-4
3-4
2
18
4. Kemoprokfilaksis
Kemoprofilaksis bertujuan untuk mengurangi resiko terinfeksi
malaria
sehingga
bila
terinfeksi
maka
gejala
klinisnya
tidak
klorokuin,
maka
doksisiklin
menjadi
pilihan.
1
1-4
5-9
10-14
1
1
>1
19
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasite
yang merupakan golongan plasmodium yang hidup dan berkembang biak
dalam sel darah merah manusia. Penyakit ini secara alami ditularkan
melalui gigitan nyamuk anopheles.
2. Penyebab malaria berat sering karena infeksi plasmodium falsiparum,
tetapi plasmodium vivax juga dapat menyebabkan malaria berat
Saran
Malaria merupakan keadaan yang emergensi. Untuk itu diperlukan
diagnosis yang cepat dan terapi yang tepat untuk mengurangi mortalitas akibat
penyakit ini.
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Ramdja M, 1997. Mekanisme Resistensi Plasmodium Falsiparum
Terhadap Klorokuin. MEDIKA. No. XI, Tahun ke XXIII. Jakarta, 1997;
Hal: 873.
2. Kartono
M.
Nyamuk
Anopheles:
Vektor
Penyakit
Malaria.
TH.
Malaria
Pada
Anak.
Dalam:
Harijanto
PN
PN
(editor).
Malaria,
Epidemiologi,
Patogenesis,
Epidemiologi,
Patogenesis,
Manifestasi
Klinis
dan
21
22