Setelah mempelajari dan memahami konsep dasar dari kekuasaan (power) dalam
kepemimpinan pendidikan, maka kita akan mempelajari sumber dari mana
kekuasaan tersebut diperoleh. Menurut Thoha (2003: 96-97) menyebut bahwa
sumber dan bentuk kekuasaan itu terbagi atas:
1. Kekuasaan legitimasi (legitimate power).
Kekuasaan ini bersumber pada jabatan yang dipegang oleh pemimpin. Secara
normal, semakin tinggi posisi seorang pemimpin, maka semakin besar
kekuasaan legitimasinya. Seorang pemimpin yang tinggi kekuasaan
legitimaasinya mempunyai kecenderungan untuk mempengaruhi orang lain,
karena pemimpin tersebut merasakan bahwa ia mempunyai hak atau wewenang
yang diperoleh dari jabatan organisasinya. Sehingga dengan demikian
diharapkan saran-saran akan banyak diikuti orang lain tersebut.
2. Kekuasaan keahlian (expert power)
Kekuasaan ini bersumber dari keahlian, kecakapan, atau pengetahuan yang
dimiliki oleh seorang pemimpin yang diwujudkan lewat rasa hormat, dan
pengaruhnya terhadap orang lain. Seorang pemimpin yang tinggi kekuasaan
keahliannya ini, kekllihatannya mempunayi keahlian untuk memberikan faasilitas
terhadap perilaku kerja orang lain.
3. Kekuasaan penghargaan (reward power)
Kekuasaan ini bersumber atas kemampuan untuk menyedikan penghargaan atau
hadiah bagi orang lain, misalnya gaji, promosi, atau penghargaan jasa. Dengan
demikian kekuasaan ini sangat tergantung pada seseorang yang mempunyai
sumber untuk menghargai atau memberikan hadiahtersebut. Tujuan dari
kekuasaan ini dapat diperkirakan secara jelas, yakni harus dinilai dengan hadiahhadiah. Seorang pemimpin atau manajer yang mempunyai potensi untuk
melakukan penghargaan ini, maka ia mempunyai kekuasaan atas bawahannya.
Potensi itu selain dirupakan dengan menambah nyamannya kondisi kerja,
memperbaharui perlengkapan kerja, dan memuji atas keberhasilan para
pengikut menyelesaikan pekerjaannya.
4. Kekuasaan referensi (referent power)
Kekuasaan ini bersumber pada sifat-sifat pribadi dari seorang pemimpin.
Seorang pemimpin yang tinggi kekuasaan referensinya ini pada umumnya
disenangi dan dikagumi oleh orang lain karena kepribadiannya. Kekuatan
pemimpin atau manajer dalam kekuasaan referensi ini sangat tergantung pada
kepribadiaannya yang mampu menarik para bawahan atau pengikutnya.
Kesenangan daya tarik, dan kekaguman para bawahan dapat memberikan
identifikasi tersendiri terhadap pengaruh pemimpinnya. Pemimpin yang selalu
tampil dengan kepribadiannya yang jujur, satu kata dengan perbuatan, taat
pada agama, loyal pada undang-undang negara, sederhana, gaya hidup dan
tutur katanya, atau mementingkan kepentingan orang banyak daripada
kepentingan sendiri, maka pemimpin seperti ini mempunyai kekuasaan referensi
yang tinggi.
2.
3.
4.
Rasa iba, memiliki kecenderungan ke arah perasaan dan emosi yang kuat,
gairah, semangat intensitas dan minat yang sungguh-sungguh, devosi, dan kasih
sayang serta cinta. Rasa iba ini menghangatkan pemimpin. Tekad dapat
membuat pemimpin menjadi dingin dan penuh dengan hitungan. Rasa iba yang
muncul dapat memberikan sifat spontanitas, humor, inovasi kreatif, dan aktivitas
sepenuh hati serta menyenangkan pad pemimpin. Rasa iba adalah pusat
spiritual pemimpin. Rasa iba adalah titik kompas yang mengarahkan kekuatan
lain.