Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Dengan menyilangkan galur murni tinggi dengan galur murni pendek, Mendel
mendapatkan tanaman yang semuanya tinggi. Selanjutnya, tanaman tinggi hasil
persilangan ini dibiarkan menyerbuk sendiri. Ternyata keturunannya memperlihatkan
nisbah (perbandingan) tanaman tinggi terhadap tanaman pendek sebesar 3 : 1
Individu tinggi dan pendek yang digunakan pada awal persilangan dikatakan
sebagai tetua (parental), disingkat P. Hasil persilangannya merupakan keturunan
(filial) generasi pertama, disingkat F 1. Persilangan sesama individu F1 menghasilkan
keturunan generasi ke dua, disingkat F 2.
dilambangkan dengan DD, sedang tanaman pendek dd. Sementara itu, tanaman
tinggi yang diperoleh pada generasi F 1 dilambangkan dengan Dd.
Pada diagram persilangan monohibrid tersebut di atas, nampak bahwa untuk
menghasilkan individu Dd pada F1, maka baik DD maupun dd pada generasi P
membentuk gamet (sel kelamin). Individu DD membentuk gamet D, sedang individu
dd membentuk gamet d. Dengan demikian, individu Dd pada F 1 merupakan hasil
penggabungan kedua gamet tersebut. Begitu pula halnya, ketika sesama individu Dd
ini melakukan penyerbukan sendiri untuk menghasilkan F 2, maka masing-masing
akan membentuk gamet terlebih dahulu. Gamet yang dihasilkan oleh individu Dd
ada dua macam, yaitu D dan d. Selanjutnya, dari kombinasi gamet-gamet tersebut
diperoleh individu-individu generasi F2 dengan nisbah DD : Dd : dd = 1 : 2 : 1. Jika
DD dan dd dikelompokkan menjadi satu (karena sama-sama melambangkan
individu tinggi), maka nisbah tersebut menjadi D- : dd = 3 : 1.
Dari diagram itu pula dapat dilihat bahwa pewarisan suatu sifat ditentukan oleh
pewarisan materi tertentu, yang dalam contoh tersebut dilambangkan dengan D atau
d.
Mendel melakukan persilangan monohibrid untuk enam macam sifat lainnya, yaitu
warna bunga (ungu-putih), warna kotiledon (hijau-kuning), warna biji (hijau-kuning),
bentuk polong (rata-berlekuk), permukaan biji (halus-keriput), dan letak bunga
(aksial-terminal).
Selain persilangan monohibrid, Mendel juga melakukan persilangan dihibrid,
yaitu persilangan yang melibatkan pola perwarisan dua macam sifat seketika. Salah
satu di antaranya adalah persilangan galur murni kedelai berbiji kuning-halus
dengan galur murni berbiji hijau-keriput. Hasilnya berupa tanaman kedelai generasi
F1 yang semuanya berbiji kuning-halus. Ketika tanaman F 1 ini dibiarkan menyerbuk
sendiri, maka diperoleh empat macam individu generasi F 2, masing-masing berbiji
kuning-halus, kuning-keriput, hijau-halus, dan hijau-keriput dengan nisbah 9 : 3 : 3 :
1.
Jika gen yang menyebabkan biji berwarna kuning dan hijau masing-masing
adalah gen G dan g, sedang gen yang menyebabkan biji halus dan keriput masingmasing adalah gen W dan gen w.
Dalam beberapa kasus, persilangan dengan sifat beda lebih dari satu kadang
menghasilkan keturunan dengan perbandingan yang berbeda dengan hukum
Mendel. Semisal, dalam suatu persilangan monohibrida (dominan resesif), secara
teori, akan didapatkan perbandingan 3:1, sedangakan pada dihibrida didapatkan
perbandingan, 9:3:3:1. Namun pada kasus tertentu, hasilnya bisa lain, misal untuk
monohibrida bukan 3:1 tapi 1:2:1. Dan pada dihibrida, mungkin kombinasi yang
mucul adalah, 9:6:1 atau 15:1. Munculnya perbandingan yang tidak sesuai dengan
hukum Mendel ini disebut "Penyimpangan Semu Hukum Mendel", kenapa "Semu",
karena prinsip segregasi bebas tetap berlaku, hal ini disebabkan oleh gen-gen yang
membawa sifat memiliki ciri tertentu. Penyimpangan hukum Mendel dibagi menjadi
tiga; epistasis-hipostasis, kriptomeri, dan polimeri.
B. EPSTASIS-HIPOSTASIS
Ketika gandum berkulit hitam disilangkan dengan gandum berkulit kuning,
muncul F1 gandum berkulit hitam. Kita dapat menduga bahwa faktor hitam dominan
terhadap kuning. Namun pada F2 dihasilkan keturunan dengan perbandingan 12
hitam : 3 kuning : 1 putih. Perbandingan ini berbeda dengan hukum Mendel.
Sebenarnya perbandingan tersebut berasal dari (9+3):3:1. Dari perbandingan
ini tampak bahwa persilangan tersebut merupakan persilangan dihibrida. Faktor
yang dominan tidak tidak hanya faktor hitam, melainkan juga faktor kuning yang
memiliki angka perbandingan 3.
Dengan demikian faktor warna tidak ditentukan oleh satu gen, melainkan oleh
dua gen yang lokusnya berbeda. Artinya, gen penentu warna hitam yang dominan
berada terpisah dari gen penentu warna kuning yang juga dominan. Tiap-tiap warna
memiliki alel tersendiri.
Jika kedua gen yang tidak sealel itu hadir bersama dalam satu individu, maka
akan menampilkan fenotipe gen yang menutupi atau menghalangi, yang dikenal
sebagai gen epistasis. Jadi, jika faktor hitam dan kuning hadir bersama, fenotipe
yang muncul adalah fenotipe hitam. Maka, hitam epistatik terhadap kuning, dan
kuning hipostatik terhadap hitam.
Jika di dalam individu hanya ada gen yang ditutup atau dihalangi, maka
fenotipe yang muncul adalah fenotipe dari gen yang dihalangi tersebut. Gen ini
disebut gen hipostasis. Tak adanya gen dominan dalam pada individu akan
memunculkan sifat baru, dalam contoh ini putih.
Ada dua gen sama-sama dominan dan terletak pada lokus yang berbeda.
Gamet
HK
Hk
hK
hk
HK
HHKK
HHKk
HhKK
HhKk
Hk
HHKk
HHkk
HhKk
Hhkk
hK
HhKK
HhKk
hhKK
hhKk
hk
HhKk
Hhkk
hhKk
hhkk
Perbandingan itu terkadang tidak sesui dengan yang kita lakukan. Untuk
itulah perlu sebuah evaluasi untuk mengetahui kebenaran hukum mendel yang
berlaku pada perkawinan yang kita lakukan. Uji yang bisa kita lakuakan adalah tes
X2 atau disebut tes Chi Square (dari bahasa inggris Chi-Square test).(Suryo.1984)
Penyimpangan lain dari Hukum Mendel yaitu epistasis yang terdiri antara lain :
1. Epistasis dominan (perbandingan 12 : 3 : 1)
2. Epistasis resesip (modifying gen) (perbandingan 9 : 3 : 4)
3. Epistasis dominan resesip (Inhibiting gen) (perbandingan 13 : 3)
4. Epistasis dominan duplikat (polimeri) (perbandingan 15 : 1)
5. Epistasis resesip duplikat (Complementary factor) (perbandingan 9 : 7)
6. Gen duplikat dengan efek kumulatip (perbandingan 9 : 6 :1)
Dalam tes Chi Square akan dibandingkan antara kemungkinan yang kita
inginkan dengan hasil observasi yang kita lakukan. Menrut BR Friden.2001 We wnt
to know whethe rthe observed are consist with the presumed. If they are not, we call
experiment interisting or significant . Untuk itulah dengan tes Chi Square kita
dapat memastikan kebenaran Hukum Mendel dengan perkawinan yang telah kita
lakukan, selama hasil yang kita peroleh masih signifikan.
Penyelidikan oleh para ahli statistik menyatakan apabila yang didapat dari
perhitungan terletak di bawah kolom nilai 0,05 atau kurang dari itu berarti faktor
kebetulan yang berpengaruh terhadap percobaan hanyalah 5% atau kurang. Apabila
nilai Chi Square yang didapat dibawah nilai tersebut dapat dikatakan bahwa nilai
yang didapat adalah signifikan atau berarti. (Suryo.1984)
.
Macam penyimpangan hukum Mendell adalah sebagai berikut:
Polimeri
Kriptomeri
Epistasis
Hipostasis
Komplementer
Interaksi alel
Kita membahas penyimpangan semu Mendel ini dengan teknik persilangan singkat.
1.
Polimeri
Polimeri adalah suatu gejala dimana terdapat banyak gen bukan alel tetapi
Contoh: persilangan antara gandum berkulit merah dengan gandum berkulit putih
P
M1M1M2M2
F1
P2
M1m1M2m2
F2
9 M1- M2 -
3 M1- m2m2
M1m1M2m2
3 m1m1M2 -
1 m1m1m2m2
: putih
Dari contoh di atas diketahui bahwa gen M1 dan M2 bukan alel, tetapi samasama berpengaruh terhadap warna merah gandum.
Bila disamaratakan antara yang berwarna merah dengan yang berwarna putih, diperoleh:
Kriptomeri
Kriptomeri
merupakan
suatu
peristiwa
dimana
suatu
faktor
tidak
tampak
pengaruhnya bila berdiri sendiri, tetapi baru tampak pengaruhnya bila ada faktor lain yang
menyertainya.
Kriptomeri memiliki ciri khas: ada karakter baru muncul bila ada 2 gen dominan
bukan alel berada bersama
: ada anthosianin
: protoplasma basa
merah
putih
AAbb
aaBB
F1
AaBb
= ungu
P2
AaBb
F2
9 A-B-
: ungu
3 A-bb
: merah
3 aaB-
: putih
AaBb
1 aabb : putih
Epistasis-Hipostasis
Epistasis-hipostasis merupakan suatu peristiwa dimana suatu gen dominan menutupi
pengaruh gen dominan lain yang bukan alelnya. Gen yang menutupi disebut epistasis, dan
yang ditutupi disebut hipostasis.
Contoh: persilangan antara jagung berkulit hitam dengan jagung berkulit kuning.
P
hitam
kuning
HHkk
F1
hhKK
HhKh = hitam
Perhatikan bahwa H dan K berada bersama dan keduanya dominan. Tetapi karakter yang
muncul adalah hitam. Ini berarti hitam epistasis (menutupi) terhadap kuning/kuning
hipostasis (ditutupi) terhadap hitam
P2
HhKk
F2
9 H-K-
HhKk
: hitam
3 H-kk
: hitam
3 hhK-
: kuning
1 hhkk
: putih
4.
Komplementer
Komplementer merupakan bentuk kerjasama dua gen dominan yang saling
bisu tuli
bisu tuli
DDee
F1 :
ddEE
DdEe = normal
D dan E berada bersama bekerjasama memunculkan karakter normal. Bila hanya memiliki
salah satu gen dominan D atau E saja, karakter yang muncul adalah bisu tuli.
P2
DdEe
DdEe
F2
9 D-E-
: normal
3 D-uu
: bisu tuli
3 ppE-
: bisu tuli
Interaksi alel
Interaksi alel merupakan suatu peristiwa dimana muncul suatu karakter akibat
: pial Ros/Gerigi
R-P-
: pial Walnut/Sumpel
Ros
Pea
R-pp
rrP-
F1
RrPp
Walnut
P2
RrPp
X RrPp
F2
9 R-P-
: Walnut
3 R-pp
: Ros
3 rrP-
: Pea
1 rrpp
: Single
DAFTAR PUSTAKA
http://blog.beswandjarum.com/fuadnurazis/2009/12/12/penjelasan-mengenaipenyimpangan-hukum-mendel/
http://www.biologimediacentre.com/2010/11/penyimpangan-semu-hukummendel.html
http://kafeilmu.co.cc/tema/penyimpangan-hukum-mendel-epistasis.html
Jawetz, Melnick, Adelberg, 2008, Mendel, edisi 23, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.