TEORI PERENCANAAN II
UNIVERSITAS ANDALAS
Oleh :
DAFTAR ISI.................................................................................................................1
BAB 1 : PENDAHULUAN..........................................................................................2
1.1 Latar Belakang....................................................................................................2
1.2 Perumusan Masalah............................................................................................2
1.3 Tujuan.................................................................................................................2
BAB 2 : Pembahasan....................................................................................................3
2.1 Proses Perencanaan.............................................................................................3
2.2 Perencanaan di Era Desentralisasi......................................................................5
2.3 Peran Perencana dalam perencanaan..................................................................7
BAB 3 : Kesimpulan dan Saran..................................................................................11
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1 : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada dasarnya tujuan perencanaan adalah untuk menyediakan informasi tindakan
kebijaksanaan, inovasi, dan solusi teknis bagi proses alokasi sumberdaya publik, pengarahan
masyarakat, serta optimasi pemanfaatan sumberdaya yang tersedia. Substansi perencanaan
yang bersifat strategik dan perencanaan teknikal atau operasional pada hakekatnya terkait
dengan sistem perencanaan makro (umum) dan mikro (spesifik), maupun terkait pada siklus
manajemen publik dan siklus manajemen kegiatan/proyek. Substansi perencanaan pada
dasarnya memberikan kesempatan pada masyarakat untuk mendapatkan kehidupan yang
layak. Perencanaan yang dilaksanakan akan berhubungan dengan kebijakan yang diambil
pemerintah, seperti kebijakan Desentralisasi. Perencanaan yang baik juga ditentukan oleh
keputusan yang diambil oleh perencana.(1)
1.2 Perumusan Masalah
1. Bagaimana proses perencanaan ?
2. Bagaimana Perencanaan di Era Desentralisasi ?
3. Bagaimana peran perencana dalam perencanaan ?
1.3 Tujuan
Memberikan kemampuan untuk menggunakan teori perencanaan dalam menjelaskan
penataan ruang dan perencanaan kawasan permukiman
BAB 2 : Pembahasan
4
2.1 Proses Perencanaan
Proses perencanaan dapat dilaksanakan menyeluruh, misalnya dalam perencanaan
korporat, perencanaan strategis, atau perencanaan jangka panjang. Lingkup perencanaan yang
dilakukan, pokok pertanyaan yang dipikirkan sama saja: apa, siapa, bagaimana, kapan, di
mana, dan berapa. Perbedaannya menyangkut metode yang digunakan untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan itu.(2)
Karakter atau Pendekatan Dasar Proses Perencanaan dibagi dua, yaitu:(2)
1. Dari atas ke bawah (top-down). Pendekatan ini mendesak bagian bawah bekerja sesuai
kemauan atasan di dalam perencanaan tanpa memedulikan situasi nyata bagian bawah.
Waktu perencanaan bisa sangat pendek, tetapi ada banyak hal yang terlewatkan karena
sempitnya forum informasi dan komunikasi. Biasanya menimbulkan kepatuhan yang
terpaksa namun untuk sementara waktu efektif.
2. Dari bawah ke atas (bottom-up). Pendekatan ini merupakan upaya melibatkan semua
pihak sejak awal, sehingga setiap keputusan yang diambil dalam perencanaan adalah
keputusan mereka bersama, dan mendorong keterlibatan dan komitmen sepenuhnya untuk
melaksanakannya. Kelemahannya memerlukan banyak waktu dan tenaga untuk
perencanaan. Diperlukan pengembangan budaya perusahaan yang sesuai.
Unsur-unsur proses perencanaan antara lain adalah sebagai berikut:(2)
1. Audit Situasi
Audit situasi dilaksanakan dengan memeriksa data prestasi beberapa masa yang lalu.
Prinsipnya adalah untuk mendapatkan informasi pengenalan diri sendiri saat ini di sini
dengan segala dimensinya: apa, siapa, mengapa, untuk apa, di mana, bagaimana, berapa?
Mendaftar berbagai aspek kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) internal yang
diketahui. Selanjutnya teknik forecasting secara statistik biasanya digunakan untuk
melihat ekstapolasi kecenderungan data ke masa depan dalam situasi konstan seperti pada
masa lalu. Tetapi situasi tidak akan tetap sama karena adanya perubahan. Perubahanperubahan masa depan diantisipasi dengan berbagai teknik riset masa depan.
2. Riset Masa Depan
5
Adalah usaha untuk memperkirakan situasi lingkungan eksternal masa depan yang akan
dihadapi. Tujuan
riset
masa
depan
(future
research)
adalah
mengenali
dan
6
2.2 Perencanaan di Era Desentralisasi
Desentralisasi adalah mengalihkan administrasi yang terkonsentrasi pada satu pusat
kekuasaan dan menurunkan kekuasaan tersebut ke pada pemerintah daerah. Desentralisasi
mempunyai sisi positif, yaitu secara ekonomi dapat memperbaiki efisiensi dalam penyediaan
permintaan pelayanan barang dan jasa publik, mengurangi biaya dan efektif dalam
penggunaan sumberdaya manusia; secara politik dapat meningkatkan akuntabilitas,
ketrampilan politik, dan integrasi nasional, mendekatkan kepada masyarakat, menciptakan
pelayanan yang lebih dekat dengan klien, merupakan arena untuk dapat melatih proses
partisipasi masyarakat,
kebijakan desentralisasi mengandung risiko separatisme, yang jika tidak disadari akan
menggangu kesatuan teritorial negara, memperkuat gejala penyempitan wawasan kebangsaan,
dan memperkuat penyalahgunaan kekuasaan di tingkat bawah.
(1)
(1)
7
Secara khusus, kegiatan proses perencanaan wilayah dan kota harus dapat dilakukan
secara transparan, akuntabel, dan partisipatif (sebagai perwujudan prinsip-prinsip good
governance) yang dapat memberikan dukungan pencapaian tujuan peningkatan kesejahteraan
masyarakat, pertumbuhan ekonomi daerah, dan kelestarian lingkungan hidup.(1)
Di Indonesia, persoalan yang terjadi akibat kebijakan desentralisasi dan otonomi
daerah adalah : (1)
1. Respon berlebihan terhadap batasan dan lingkup kewenangan tugas yang diserahkan ke
daerah otonom tanpa diimbangi dengan kapasitas yang memadai
2. Dampak negatif dari luasnya kekuasaan DPRD dalam pengawasan, pemilihan dan
pengangkatan kepala daerah, pengesahan anggaran dan belanja daerah
3. Tidak adanya hirarki antara pemerintah propinsi dan pemerintah kabupaten/kota yang
menimbulkan ketidakharmonisan hubungan kerja vertikal
4. Ketidakjelasan pemahaman terhadap transparansi dan akuntabilitas, serta partisipasi
masyarakat dalam proses pengambilan keputusan publik sehingga timbul gerakan masa
yang bekelebihan
5. Penyempitan wawasan kebangsaan dan pembatasan proses asimilasi budaya dan interaksi
sosial sehingga timbul arogansi kedaerahan.
Dampak yang ditimbulkan Desentralisasi terhadap kegiatan perencanaan adalah:
1. Wewenang daerah dalam kegiatan perencanaan yang penuh, sehingga proses pengambilan
keputusan terjadi ditingkat lokal, hubungan horisontal-internal menjadi kuat dibandingkan
hubungan vertikal-eksternal
2. Peran lembaga perwakilan semakin besar dibandingkan dengan eksekutif, rasionalistas
perencanaan melemah dibandingkan rasionalitas konstituen, metoda dan proses
perencanaan berubah dari teknikal ke politikal dengan partisipasi penuh dari berbagai
pihak berkepentingan melalui forum-forum,
8
3. Sumber pembiayaan dari pihak pemerintah propinsi dan pusat berkurang, sehingga
kekuasaan alokasi sumberdaya berada di tingkat lokal
Perencanaan bersifat partisipatif. Namun bila dilihat dari sejarahnya, dasar partisipasi
di dalam perencanaan publik telah berubah dari partisipasi yang dilakukan oleh sebuah
kelompok kecil yang terdiri dari kalangan elit informal menjadi sebuah kelompok unsur
pendukung formal dengan dasar yang luas. Tujuan dari partisipasi warga juga telah berubah.
Warga sekarang dapat memegang tiga fungsi di dalam perencanaan. Pertama adalah sebagai
pendukung bagi lembaga perencanaan beserta kegiatan-kegiatannya. Kedua, berfungsi
sebagai alat untuk memperoleh kebijaksanaan dan pengetahuan di dalam pengembangan
sebuah rencana serta mengidentifikasi misi dari lembaga perencanaan. Fungsi ketiga, dan
yang mulai berkembang adalah fungsinya sebagai pengawas atas haknya sendiri dan hak
orang lain dalam merancang dan menyampaikan kebijakan.(1)
9
Keberhasilan penataan ruang akan ditentukan oleh seberapa besar masyarakat dapat
terlibat dalam kegiatan perencanaan, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan
ruang yang difasilitasi oleh Pemerintah. Sebagai tahapan pertama dari penataan ruang, maka
perencanaan memegang peran strategis dan vital untuk dapat menentukan keberhasilan
pemanfaatan dan serta pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif dan efisien. (3)
Empat tahapan yang harus diperhatikan oleh para perencana, yaitu: (3)
1. Tahapan Pengkondisian (prepatory action)
Tahap awal ini sangat penting untuk menjamin keberhasilan proses partisipatif. Situasi
dan kondisi
Politisi
menyampaikan aspirasi
10
kelompoknya (people voice), memiliki pengaruh di dalam kelompoknya (influenced
people), dan memiliki kepentigan dalam pembangunan kota/wilayah di sana (interested
people) Oleh karena itu, peran perencana di sini sangat vital dalam menyeleksi partisipan
yang memenuhi criteria tersebut diatas, selain mendesain tata laksana dan sistem kerja
forum penataan ruang tersebut. Perencana juga harus mampu menguraikan tugas dan
fungsi dari masing-masing perwakilan stakeholder tersebut.
3. Tahapan Pemilihan Media Partisipasi (participatory tools)
Ada 7 (tujuh) jenis instrument partisipasi, yaitu pengumuman terbuka (), dengar-pendapat
publik (public hearing), diskusi kelompok terfokus (focus group discussion), workshop
partisipatif (Participatory Workshops), konsultasi penasehat (Citizen Advisory)
4. Tahapan Pembentukan Forum Pakar (Experts Choice)
Tahapan ini diperlukan apabila dalam media partisipasi yang dilaksanakan tidak
menghasilkan kesepakatan dalam waktu yang direncanakan. Untuk dapat memberikan
pilihan-pilihan yang lebih bervariatif,
pendapat pakar yang memiki kompetensi dan kapasitas dalam permasalahan atau
kebijakan yang akan dipilih. Jadi, Forum pakar ini dibentuk untuk menghasilkan lebih
banyak pilihan dan lebih informatif
(well-informed choice)
(stakeholder) dalam proses pengambilan keputusan nantinya. Oleh karena itu, peran
perencana adalah harus mampu memfasilitasi terciptanya variasi pilihan yang lebih
informatif untuk mencegah kebuntuan dalam proses pengambilan keputusan rencana tata
ruang. Perencana juga harus mampu berperan sebagai koordinator yang akomodatif
(inclusive) terhadap pendapat maupun pandangan dari berbagai disiplin kepakaran yang
terlibat dalam proses tersebut.
BAB 3 : Kesimpulan dan Saran
11
3.1 Kesimpulan
1. Proses perencanaan dapat dilaksanakan menyeluruh, misalnya dalam perencanaan
korporat, perencanaan strategis, atau perencanaan jangka panjang.
2. Dalam era otonomi, pemerintah daerah memiliki tugas dan fungsi yang semakin
penting dalam kegiatan pemerintahan dan penyediaan pelayanan publik dimana dalam
proses manajemen publik tersebut instrumen
1.
Wiranto T. Perencanaan
Perencanaan
P.
[16
September
2015];
Available
from:
https://id.wikipedia.org/wiki/Proses_perencanaan.
3.
Simarmata HA. Peran Perencanaan dalam Proses Perencanaan Tata Ruang yang
Partisipatif In: Kementrian Pekerjaan Umum, editor.