Kabupaten Pidie Jaya adalah salah satu kabupaten baru di Provinsi Aceh,
dengan Ibukotanya Meureudu. Kabupaten ini terbentuk berdasarkan Undang-Undang
Nomor 07 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Pidie Jaya di Provinsi Nanggroe
Aceh Darussalam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 9, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4683), pada tanggal 2 Januari 2007. Luas
wilayah Kabupaten Pidie Jaya 1.162,84 km2, yang terdiri dari 8 kecamatan, 34 Mukim, 9
kelurahan dan 213 desa. Setelah diberlakukannya qanun tentang Penghapusan Kelurahan
dan Pembentukan Gampoeng Nomor 2 Tahun 2008, maka berubah menjadi 8 kecamatan
dan 222 gampoeng.
Sejak terbentuknya Kabupaten Pidie Jaya selama 8 tahun terakhir ini, menuntut
Pengelolaan serta pengendalian urusan penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan
pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan berjalan lebih baik lagi, sehingga
keberadaannya sebagai Kabupaten Otonom baru dapat menunjukkan perkembangan dan
kemajuan. Perkembangan potensi Pidie Jaya tersebut ditandai dengan semakin
meningkatnya jumlah penduduk, penggunaan lahan, tingkat pertumbuhan ekonomi
masyarakat, besarnya potensi Pendapatan Asli Daerah Sendiri (PADS) serta adanya kondisi
rasa aman dan tertib.
1.1
LATAR BELAKANG
Kabupaten Pidie Jaya merupakan salah satu kabupaten yang memilik pertumbuhan
dan berkembangan daerah yang relatif cepat di Provinsi Nangro Aceh, dan saat ini
Kabupaten Pidie Jaya telah memiliki dokumen RTRW Kabupaten yang di sahkan sesuai
Qanun Kabupaten Pidie Jaya No. 2 Tahun 2014 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kabupaten Pidie Jaya Oleh karenanya dengan ditetapkannya perda tersebut,
pemerintah daerah Kabupaten Pidie Jaya sudah selayaknya pula untuk menjalankan
kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab dalam menyelenggarakan penataan
ruang. Penyelenggaraan penataan ruang sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No.
26 tahun 2007 terdiri dari kegiatan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan
pengendalian pemanfaatan ruang.
Otonomi daerah telah menegaskan bahwa kewenangan pelaksanaan pembangunan
termasuk penyusunan rencana tata ruang daerah berada pada pemerintah
kabupaten/kota. Kewenangan tersebut merupakan peluang sekaligus tantangan yang
harus dicermati dan disikapi oleh pemerintah kabupaten/kota terutama dalam
merencanakan tata ruang daerah yang tidak lagi terbatas oleh cakupan administrasi saja,
tetapi harus pula mempertimbangkan keterkaitan sosial, ekonomi dan ekologis (strategis)
sesuai dengan kebutuhan dan prioritas perencanaan wilayah yang akan dituju/dibuat.
Penataan ruang yang diharapkan di masa depan harus sejalan dengan paradigma
pembangunan yang bukan hanya berorientasi pada peningkatan kesejahteraan manusia
(ekosentris) tetapi berimbang ke arah peningkatan kesejahteraan ekosistem sebagai dasar
yang melahirkan konsep pembangunan berwawasan lingkungan, konsep pembangunan
yang mempertimbangkan daya dukung (carrying capacity) dan kelangkaan (scarcity)
sumber daya alam termasuk lahan (ruang) dalam dimensi lingkungan (eksternalitas) yang
didalamnya tetap juga menjadikan proses pembangunan ekonomi sebagai salah satu
tujuan akhirnya.
Adapun untuk wilayah Kecamatan Bandar Dua, merupakan salah satu kecamatan
di wilayah Kabupaten Pidie Jaya yang memiliki dominasi guna lahan utama sebagai
kawasan pertanian. Untuk itu, di dalam muatan materi teknis RTRW Kabupaten Pidie Jaya
pun juga diarahkan sebagai pusat/sentra kegiatan agropolitan. Selain itu daerah
Kecamatan Bandar Dua juga merupakan wilayah/jalur ekonomi yang berkembang
terutama pada poros jalan negara yang menghubungkan Kota Banda Aceh dan Kota Medan.
laporan pendahuluan bab
1-1
Permasalahan yang muncul adalah ketika di wilayah Kecamatan Bandar Dua ini terjadi
peningkatan kegiatan alih fungsi lahan dari lahan pertanian menjadi non-pertanian
sebagai akibat dari pengaruh tumbuhnya kegiatan perkotaan di sekitar jalur jalan negara
tersebut. Oleh karenanya, perlu ada sebuah panduan penanganan kawasan untuk
mengoptimalkan potensi-potensi yang bersifat kedaerahan tersebut dengan
meminimalisir dampak dari permasalahan-permasalahan yang ada.
Dengan melihat pertimbangan lokasi dan peran yang sangat strategis Kecamatan
Bandar Dua sebagai KSK Agropolitan, serta untuk mengantisipasi perkembangan yang akan
terjadi akibat pergeseran penggunaan lahan, maka perlu dilakukan penjabaran lebih
lanjut Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Pidie Jaya pada KSK Agropolitan
Bandar Dua yang telah disusun dengan melakukan penyusunan Rencana Detail Tata Ruang
(RDTR) KSK Agropolitan Bandar Dua.
1.2
Kegiatan ini dimaksudkan untuk menyusun Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) KSK
Agropolitan Bandar Dua, sebagai alat pengendaliaan pemanfaatan ruang dalam
mendukung terciptanya kawasan strategis maupun kawasan fungsional secara aman,
produktif dan berkelanjutan.
Tujuan penyusunan pedoman ini adalah untuk mewujudkan RDTR kabupaten/kota
yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai:
1.
2.
2.
3.
4.
5.
Terkoordinasinya
pembangunan
masyarakat/swasta.
1.3
keseimbangan
kawasan
antara
antar
lingkungan
pemerintah
dan
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup dalam penyusunan RDTR KSK Agropolitan Kecamatan Bandar Dua,
meliputi: lingkup wilayah perencanaan, lingkup materi RDTR, dan lingkup kurun waktu
perencanaan.
1-2
1-3
b.
2020
2035
2035
1-4
Gambar 1.1
Peta Administrasi Kabupaten Pidie Jaya
1-5
Gambar 1.2
Peta Administrasi KSK Agropolitan Bandar Dua
1-6
Gambar 1.3
Peta Citra Satelit Agropolitan Kecamatan Bandar Dua
1-7
1.4
DASAR-DASAR PERENCANAAN
Undang-Undang RI No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
Peraturan Pemerintah RI No. 80 Tahun 1999 tentang Kawasan Siap Bangun Dan
Lingkungan Siap Bangun yang Berdiri Sendiri;
1-8
Peraturan Pemerintah RI No. 68 Tahun 2010 tentang bentuk dan tata cara
peran masyarakat dalam penataan ruang;
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan;
Qanun Kabupaten Pidie Jaya No. 2 Tahun 2014 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Kabupaten Pidie Jaya;
1-9
Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,
termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan
makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.
2.
3.
Penataan Ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan
ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
4.
Perencanaan Tata Ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang
dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang.
5.
6.
Pola Ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi
peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi
daya.
7.
Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola
ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan
program beserta pembiayaannya.
8.
9.
1 - 10
1 - 11
1 - 12
Gambar 1.4
Kedudukan RDTR dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang dan
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
RENCANA
PEMBANGUNAN
RPJP
NASIONAL
RENCANA UMUM
TATA RUANG
RENCANA RINCI
TATA RUANG
RTRW
NASIONAL
RTR
PULAU/KEPULAUAN
RTR KAWASAN
STRATEGIS NASIONAL
RPJM
NASIONAL
RPJP
NASIONAL
RPJP
PROVINSI
RPJP
KAB./KOTA
RPJM
KAB./KOTA
RTRW
PROVINSI
RTR KAWASAN
STRATEGIS PROVINSI
RDTR KABUPATEN
RTRW
KABUPATE
N
RTRW
KOTA
RTR KAWASAN
STRATEGIS
KABUPATEN
RDTR KOTA
RDTR KAWASAN
STRATEGIS KOTA
Gambar 1.5
Kedudukan RDTR dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang dan
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
1 - 13
Kendali mutu pemanfaatan ruang KSK Agropolitan Bandar Dua berdasarkan RTRW
Kabupaten Pidie Jaya;
b.
Acuan bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang lebih rinci dari kegiatan
pemanfaatan ruang yang diatur dalam RTRW Kabupaten Pidie Jaya;
c.
d.
e.
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) KSK Agropolitan Bandar Dua, bermanfaat
sebagai:
a.
b.
c.
d.
1.5
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka pemikiran dalam penyusunan RDTR KSK Agropolitan Bandar Dua diawali
dari latar belakang, fenomena dan dinamika perkembangan pembangunan hingga output
yang dihasilkan sebagai pedoman langkah kerja/frame work dari awal-akhir agar
terbentuk proses dan tahapan penyusunan RDTR Kawasan yang sistematis dan terarah.
Lebih jelasnya Kerangka berfikir ini dapat dilihat pada Gambar 1.6.
1 - 14
Gambar 1.6
Kerangka Pemikiran
1 - 15
1.6
PENDAHULUAN
Bab ini berisi hal-hal yang melatarbelakangi penyusunan RDTR meliputi: latar
belakang, maksud, tujuan dan sasaran, ruang lingkup, dasar-dasar perencanaan,
kerangka pemikiran, dan sistematika pembahasan laporan pendahuluan.
Bab II
Bab III
Bab IV
METODOLOGI
Bab ini menjelaskan mengenai metodologi (metoda pendekatan, pengumpulan
data, dan metoda analisa) dalam kegiatan penyusunan RDTR Ibu Kota Kecamatan
Meureudu Kabupaten Pidie Jaya.
Bab V
RENCANA KERJA
Bab ini menjelaskan mengenai tahapan kerja dalam kegiatan penyusunan RDTR
KSK Agropolitan Bandar Dua Kabupaten Pidie Jaya, meliputi: tahap pelaksanaan
pekerjaan, tahap pelaporan, struktur organisasi pelaksanaan pekerjaan dan
jadwal pelaksanaan pekerjaan.
1 - 16