PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) Paru sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat, dimana hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun
1995 menunjukan bahwa tuberculosis merupakan penyebab kematian ketiga
setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernafasan. TB Paru
juga menempati nomor satu dari golongan penyakit infeksi. Pemutusan rantai
penularan dilakukan dengan cara penemuan dini diikuti dengan pengobatan
tepat dan cukup masa pengobatan dalam rangka mengurangi bahkan kalau
dapat menghilangkan sumber penularan secepatnya (Depkes RI, 2002).
Pada bulan maret 1993 WHO mendeklarasikan tuberkulosis paru sebagai
Global Health Emergency.Tuberkulosis paru dianggap sebagai masalah
kesehatan dunia yang penting karena lebih kurang 1/3 penduduk dunia
terinfeksi oleh mikobacterium tuberkulosis.Pada tahun 1998 ada 3.617.047
kasus tuberkulosis yang tecatat diseluruh dunia (Zulkifli Amin, 2006).
Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat (2015-2025)
adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat diantaranya tingkat
ekonomi,
pendidikan,
keadaan
lingkungan,
kesehatan
dan
budaya
tahun).
Demikian
juga,
kematian
wanita
akibat
TB
lebih
rate lebih besar dari 85% serta penatalaksanaan penderita dan pencatatan
pelaporan belum seragam (Depkes 2006).
Pada tahun 1999 WHO Global Surveilance memperkirakan bahwa setiap
tahun di Indonesia akan terjadi 583.000 kasus baru tuberculosis dengan
kematian karena tuberkulosis diperkirakan menimpa 140.000 penduduk.
Secara kasar diperkirakan setiap 100.000 penduduk Indonesia terdapat 130
penderita barutuberkulosis BTA positif (Depkes RI, 2002).
Di propinsi Banten hasil data dan informasi pada tahun 2010 terdapat
7.853 kasus TB Paru dengan BTA positif, di Kota Serang sendiri pada tahun
2009 mencapai 1590 penderita. Angka kematian kasar (Crude Death Rate =
CDR) TB paru di Provinsi Banten sebesar 78,6%, angka tersebut merupakan
tertinggi kedua di Indonesia setelah Provinsi Sulawesi Utara (89,6%).
Tingginya jumlah penderita TB Paru di Provinsi Banten, menduduki
peringkat kelima terbesar di Indonesia, setelah Provinsi Jawa Barat, Jawa
Timur, Jawa Tengah, dan DKI Jakarta. Di Kota Serang sendiri, hasil informasi
diperoleh jumlah penderita TB paru tahun 2011 sebesar 3211 kasus, dan tahun
2012 mengalami penurunan menjadi sebesar 2417 kasus (Dinkes Kota Serang,
2012).
Kecamatan Curug Kota Serang, diketahui jumlah penderita TB paru BTA
positif periode tahun 2013 sebanyak 88orang, sedangkan pada tahun 2014
jumlah penderita TB Paru BTA positif sebanyak 72 orang. Angka kejadian TB
paru BTA positif di Kecamatan Curug menduduki peringkat pertama
dibandingkan dengan beberapa Kecamatan lainnya yang ada di Kota Serang,
berturut-turut yaitu Kecamatan Walantaka 70 kasus, Kecamatan Serang 66
kasus, Kecamatan Taktakan 62 kasus, Kecamatan Kasemen 55 kasus,
Kecamatan Cipocok Jaya 27 kasus.
Kecamatan Curug terdiri dari desa Cilaku, Cipete, Curug, Curugmanis,
Kamanisan,
Pancalaksana,
Sukajaya,
Sukalaksana,
Sukawana,
TB
Paru
diantaranya
faktor
kependudukan
dan
faktor
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini
adalah:
1. Masih tingginya penderita TB Paru dengan angka kejadian 72 per 100.000
penduduk di Kecamatan Curug sejak Januari sampai Desember 2013
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penyakit TB Paru
1. Pengertian TB Paru
Tuberculosis Paru adalah penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar
kuman menyerang Paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lain (Dep
Kes, 2003). Kuman TB berbentuk batang mempunyai sifat khusus yaitu
tahan terhadap asam pewarna yang disebut juga Basil Tahan Asam
(BTA).TB Paru adalah penyakit infeksi pada paru yang disebabkan oleh
kuman Mycobacterium Tuberculosis yaitu bakteri tahan asam (Suriadi,
2001).
TB Paru adalah infeksi penyakit menular yang disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium Tuberculosis, suatu basil tahan asam yang
ditularkan melalui udara (Asih, 2004).
2. Kuman Tuberculosis
Mycobacterium Tuberculosis ini berbentuk batang, ukuran panjang 1-4
mikron dan tebal 0,3-0,6 mikron, mempunyai sifat khusus yaitu tahan
terhadap asam pada pewarna. Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil
Tahan Asam (BTA).Sebagian besar kuman terdiri dari asam lemak dan
lipid, yang membuat lebih tahan asam.Bisa bertahan hidup bertahun-tahun.
Sifat lain adalah aerob, lebih menyukai jaringan kaya oksigen, terutama
bagian apical posterior. Secara khas kuman membentuk granula dalam
paru menimbulkan nekrosis atau kerusakan jaringan.Kuman TB cepat mati
dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam
ditempat gelap dan lembab.Dalam jaringan tubuh dapat dormant, tertidur
lama selama bertahun-tahun.
10
11
dewasa
ditegakan
dengan
TB
Paru
hanya
berdasarkan
12
a) Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang
jaringan (parenkim) paru.Tidak termasuk pleura (selaput paru)
dan kelenjar pada hilus.
b) Tuberkulosis Extra Paru
Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru,
misalkan plerua, selaput otak, selaput jantung (pericardium),
kelenjar lympe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran
kencing, alat kelamin dan lai-lain.
2) Klasifikasi berdasarkan pemeriksaan dahak mikroskopis
a) Tuberkulosis Paru BTA positif
Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya
BTA positif specimen dahak SPS hasilnya positif dan foto
rontgen dada menunjukan gambaran tuberkulosis aktif.
b) Tuberkulosis Paru BTA Negatif
Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya negatif dan foto
rontgen dada menunjukan gambaran tuberculosis aktif.
3) Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit
a) TB Paru BTA negatif foto toraks positif dibagi berdasarkan
tingkat keparahan penyakitnya, yaitu batuk berat dan ringan.
Batuk berat bila gambaran foto toraks memperlihatkan
gambaran kerusakan paru yang luas (misalnya proses far
advanced) dan atau keadaan umum pasien buruk.
b) TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan
penyakitnya, yaitu :
TB ekstra paru ringan, misalnya: TB kelenjar limfe,
pleuritis eksuditiva unilateral, tulang (kecuali tulang
13
14
15
2. Ventilasi Rumah
Ventilasi rumah yaitu usaha untuk memenuhi kondisi atmosfer
menyenangkan dan menyehatkan manusia (Lubis, 1989). Ventilasi pada
rumah memiliki banyak fungsi, selain menjaga agar aliran udara dalam
rumah tetap segar juga membebaskan udara ruangan dari bakteri-bakteri,
terutama bakteri pathogen, karena disitu selalu terjadi aliran udara yang
terus menerus. Fungsi lainnya adalah untuk menjaga agar ruangan rumah
selalu dalam kelembaban yang optimum. Ventilasi yang tidak mencukupi
akan menyebabkan peningkatan kelembaban ruangan karena terjadinya
proses penguapan dan penyerapan cairan dari kulit. Kelembaban ruangan
yang tinggi akan menjadi media yang baik untuk tumbuh dan
berkembangbiaknya bakteri-bakteri patogen termasuk kuman tuberkulosis
(Soekidjo, 2007).
Ventilasi yang baik pada ruang tidur adalah dapat berupa lubang
angin yang berseberangan sehingga pertukaran udara akan berjalan terus
dan ruangan menjadi segar, atau jendela yang dapat dibuka sehingga udara
segar dan sinar matahari dapat masuk. Cara praktis untuk memperoleh
ventilasi alami adalah jika dengan ventilasi tetap/lubang angin minimal
5%
dari
luas
lantai,
sedangkan
jika
menggunakan
ventilasi
16
ruangan
sangat
dipengaruhi
oleh
penghawaan
dan
17
18
19
malnutrisi,
vaksinasi,
kemiskinan
dan
kepadatan
20
lepra, pes, leptospirosis, mlaria, demam berdarah dangue, filariasis dan lainlain (Budiman Chandra, 2007:164).
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan
antara konsep-konsep yang akan diamati atau diukur melalui penelitianpenelitian. Robert dalam Notoatmodjo (2005).
Sesuai dengan tema yang diambil, maka kerangka konsep dalam penelitian
ini adalah untuk memperlihatkan hubungan antara lingkungan rumah
(pencahayaan,ventilasi, kelembaban,jenis lantai dan kepadatan hunian) dengan
kejadiantuberculosis (TB) paru di Kecamatan Curug Kota Serang Tahun 2014.
Bagan 3.1
Kerangka Konsep Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Tuberkulosis (TB) Paru
Variabel Independen
Variabel Dependen
Pencahayaan
Ventilasi
Kelembaban
Jenis Lantai
Kepadatan Hunian
Kejadian Tuberkulosis
(TB) Paru
21
B. Definisi Operasional
Variabe
Definisi
l
Variabel Dependen
Kejadia
Kondisi
n TB Paru
riwayat
sakit
atau
Cara
Ukur
Buku
kejadian Register
paru
Alat
Ukur
Kues
ioner
pada TB Paru
responden
Sk
Hasil
ala
1. Sakit TB
Or
Paru.
dinal
2. Tidak Sakit TB
yang
Paru
adalah
Wawa
Kues
1. Tida
kmemenuhi
syarat
ruangan
kesehatan,
rumah
adalah penerangan
jika
yang
matahari
bersumber
masuk
(alami),
tidak
yaitu
dinal
sinar
langsung
memungkinkan
kedalam
umtuk
masuknya
cahaya
matahari
ruangan.
2. Me
menuhi
alamiah, misalnya
melalui
Or
syarat
jendela
kesehatan,
jika
sinar
matahari
Notoatmodjo,2003
masuk
langsung
kedalam
Ventilas
Ventilasi
Wawa
Kues
ruangan
1. Tida
Or
22
adalah
kmemenuhi
syarat jika
untuk
ventilasi <
memenuhi
kondisi
atmosfer
10%
yang
dinal
luas
lantai.
2. Me
menyenangkan
menuhi
dan menyehatkan
syarat jika
manusia.
ventilasi >
(Lubis,1989).
Persyaratan
10%
sebagai
berikut :
Luas
lubang
ventilasi
tetap
luas
lantai.
minimal 5% dari
luas lantai ruangan
dari
luas
lantai.
Jumlah keduanya
10%
Kelemb
aban
dari
luas
lantai rumah.
Kelembaban
Wawa
Kues
1. Tida
kmemenuhi
dapat
syarat jika
Observasi
mempengaruhi
kelembaban
penurunan
daya
tubuh
>70%.
2. Me
tahan
seseorang
dan
meningkatkan
kerentanan tubuh
terhadap penyakit
terutama penyakit
infeksi.
menuhi
syarat jika
kelembaban
memenuhi
40-70%.
Or
dinal
23
Kelembaban juga
dapat
meningkatkan
daya tahan bakteri.
Menurut Suryanto
(2003),kelembaba
n dianggap baik
jika memenuhi 4070%
dan
buruk
atau
lebih
Higgins,2002).
Kontruksi
Wawa
kuesi
lantai
kmemenuhi
dominan
terbuat observasi
syarat
air
(Kepmenkes
dan
syarat
kedap air.
Wawa
Kues
1. Tida
jumlah
memenuhi
penghuni observasi
di
mana
persyaratan
minimal
m2/orang.
syarat bila
<3m2/orang
2. Me
menuhi
syarat bila
>3m2/orang
C. Hipotesis
dinal
menuhi
No.
829/1999).
Kepadat
Perbandingan
Or
kedap air.
2. Me
mudah dibersihkan
an Hunian
1. Tida
Or
dinal
24
Ha:
Ha:
Ha:
25
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain studi kasus control
untuk mencari hubungan seberapa jauh faktor-faktor lingkungan yang
mempengaruhi terjadinya penyakit TB Paru BTA positif (Sastroasmoro, 2002).
Yang menjadi faktor lingkungan adalah pencahayaan, ventilasiruangan,
kelembaban, jenis lantai dan kepadatan hunian.
Pada studi kasus kontrol sekelompok kasus (pasien yang menderita penyakit
atau efek yang sedang di teliti) dibandingkan dengan sekelompok control
(mereka yang tidak menderita efek atau penyakit). Pada penelitian ini kriteria
sebagai kasus adalah semua penderita TB Paru yang tercatat dalam buku
register TB Paru dari bulan Oktober 2013 sampai Februari tahun 2014, yang
datang berobat ke puskesmas dengan hasil pemeriksaan dengan BTA positif
dan bertempat tinggal di Wilayah Kecamatan Curug. Sedangkan kontrol
adalah tetangga terdekat dari penderita TB Paru positif yang bertempat tinggal
di Wilayah Kecamatan Curug, karena mereka mempunyai resiko untuk tertular
penyakit ini dari penderita.
Penelitian ini bersifat retrospektif dimana efek atau outcome ditelusuri
kebelakang (backward) untuk diidentifikasi penyebab atau faktor risikonya,
dengan membandingkan kelompok kasus dan kontrol.Efek yang ingin dilihat
adalah kejadian penyakit TB Paru yang diidentifikasi saat ini, sementara faktor
risiko berupa faktor karakteristik dan lingkungan yang diduga sebagai pemacu
(confounding) diidentifikasi pada masa lalu.
Secara sederhana, rancangan kasus control pada penelitian ini dapat dilihat
pada gambar berikut:
Lingkungan memenuhi syarat
Lingkungan tidak memenuhi syarat
Lingkungan memenuhi syarat
Sakit TB Paru
(kasus)
26
Tidak TB Paru
(kontrol)
4.1syarat
: Desain penelitian
Lingkungan tidak Gambar
memenuhi
B. Lokasi Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - Mei 2014, bertempat di
Kecamatan Curug dengan jumlah penduduk 47.308 jiwa. Pemilihan lokasi
penelitian karena berdasarkan Laporan Dinas Kota Serang, telah terjadi
penyakit TB Paru di Kecamatan Curug Kota Serang pada bulan Oktober 2013
- Februari 2014.
C. Populasi Dan Sampel
1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian adalah keseluruhan objek penelitian atau objek
yang diteliti (Notoatmodjo, 2005).Populasi dalam penelitian ini adalah di
Kecamatan Curug.
Populasi kasus adalah penderita pada kejadian penyakit TB Paru di
Kecamatan Curug pada bulanOktober 2013 Februari 2014.Populasi
kasus berjumlah 87 orang berdasarkan data yang diperoleh dari
Puskesmas Curug.
Sedangkan populasi control adalah bukan penderita pada kejadian
penyakit TB Paru di Kecamatan Curug pada bulanOktober 2013
Februari 2014. Populasi control berjumlah 47221 orang.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karateristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2007).Sampel pada penelitian ini dibedakan
menjadi sampel kasus dan sampel kontrol.
Sampel kasus adalah penderita yang telah didiagnosis petugas kesehatan
sesuai juknis yang berlaku sebagai penderita TB Paru dengan gejala dan
tanda klinis seperti dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, rasa
nyeri dada dan badan lemas dan bertempat tinggal di Kecamatan Curug
Kota Serang pada bulanOktober 2013- Februari 2014.
Sampel kontrol adalah orang yang tidak didiagnosis petugas kesehatan
sesuai juknis yang berlaku sebagai penderita dan tidak mengalami gejala
TB Paru serta dan bertempat tinggal di Kecamatan Curug Kota Serang
pada Oktober 2013- Februari 2014.Lokasi rumah sampel kontrol adalah
27
n=
{Z
1/ 2
[ 2 P ( 1P ) ]+ Z 1 [ P1 ( 1P1 ) + P2 ( 1P2 ) ] }
( P1 P2 )
Keterangan :
n : Jumlah sampel minimal
: Kesalahan tipe I, =0.05
: Kesalahan tipe II, =0,2
P2 : Proporsi terpajan pada kontrol
P1 : Proporsi terpajan pada kasus
P : (P+P)
Dari perumusan diatas dan berdasarkan pada perhitungan P dan OR
hasil penelitian terdahulu, dimana jumlah sampel setiap variabel
dengan =0.05 perbandingan satu kasus dan satu kontrol dapat
dihitung besar sampel minimal seperti tabel berikut.
Tabel 4.2 Jumlah Sampel Untuk Setiap Variabel Dengan Perbandingan
Satu Kasus Satu Kontrol
N
Variabel
Peneliti
Ventilasi
Dahlan,
Ruangan
Kepadat
o.
.
2001
Helda
N
3
,44
0
,27
3
,72
0
,58
0
.
an Hunian
Suarni, 2009
,50
,57
,78
,64
5
Contoh perhitungan dengan P = 0,50, OR= 3,57 dan n=45 (Helda suarni,
2009).
28
( ) P
P1 =
() P
+ ( 1P2 )
3,57 0,5
( 3,57 0,50 ) + ( 10,50 )
= 0,78
n=
{Z
1/ 2
[ 2 P ( 1P ) ]+ Z 1 [ P1 ( 1P1 ) + P2 ( 1P2 ) ] }
( P1 P2 )
= 45
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus diatas,
maka diperoleh hasil jumlah sampai minimal yang dapat diambil
adalah 45 orang, dengan perbandingan sampel antara kasus dan kontol
1:1, dimana 45 responden sebagai kelompok kasus dan 45 responden
sebagai
kelompok
kontrol,
sehingga
jumlah
sampel
secara
29
untuk
data,
yaitupengecekanisiandaftarpertanyaanataukuisionerdarisisikelengkapan,
kejelasan,
relevansidankonsistensijawaban.
Kegiataninilangsungdilakukanpadahari
samadenganpengisiankuesioner.
yang
Jikaditemukan
data
belumlengkap,
makamengambil
data
akandimintauntukmelengkapiataumemperbaikikuesionerdengarcaramene
muirespondenkembali.
2. Pemberiankode (Coding) data, yaitukodepadavariabeldenganjenis data
kategoriyaituvariabelkejadianpenyakit TB Paru, pencahayaan, ventilasi,
kelembaban,
jenis
lantai,
dan
kepadatan
hunian.
makauntukhasilpengukuran
tidakberisikodiberikodeyanglebihtinggi
berisikountukvariabel
yang
yang
(misalnya
terdirilebihdari
:1).
2
Yang
kategori,
30
padasaatdilakukananalisisbivariatakandirubahmenjadi
Pemrosesan
computer
data
dilakukandenganmenggunakan
yaituSofwareStatistik,padasaat
proses
program
pengolahan
data
dilakukancompudedata.
Fungsicompute digunakanpada :
Variabel pencahayaan ruangan diperoleh dari pengukuran dengan
menggunakan luxmeter.
Variabelventilasi
ruangandiperolehdaripengukurandenganmenggunakanrollmeter.
Variabel kelembaban ruangan diperoleh dari pengukuran dengan
menggunakan hygrometer.
Variabellantairumahdiperolehdariobservasi
yang
makadinyatakantidakmemenuhisyaratkedap air.
Variabelkepadatanhuniandiperolehdengancaramembagiluasrumahden
ganjumlahpenghunidalamsaturumah.
4. Membersihkan
(cleaning)
data,
merupakankegiatanpemeriksaankembalidata
yang
proses
entry
data
data
tersebutmempunyaiarti/makna
dapatbergunauntukmemecahkanmasalahpenelitian.
Analisia
yang
data
analisa
data
akandilakukanmeliputianalisisunivariatdananalisisbivariat.
1. AnalisisUnivariat
yang
31
Analisisunivariatdilakukanuntukmemperolehgambaran
data
mengenaidistribusifrekuensidanproporsidaritiapvariabeldalampenelitianin
i.Padapenelitianinidiperoleh
data
mengenaidistribusifrekuensivariabeldependenyaitu, kejadianpenyakit TB
Parudandistribusifrekuensivariabelindependenyaitufaktorlingkunganyang
disajikandalambentukproporsi (persentase).
2. AnalisisBivariat
DilakukandenganujiChi Square dengantingkatkemaknaan = 0,05untuk
melihathubunganantaravariabelindependendenganvariabeldependendanva
riabellainnya.
UjiChi
Square
bertujuanuntuk
menganalisisadaatautidaknyahubunganvariabelindependendanvariabellain
nyadenganvariabel
kejadian
semuanyamerupakan
statistic.
data
Jikanilai
TB
Paru
BTA
positif,
yang
kategorikuntukmelihatkebermaknaansecara
yang
didapat
lebihkecildarinilai
=0,05akandiinterpretasikanbahwavariabelvariabeltersebutmemilikihubungandengankejadian
TB
Penyajianananalisisbivariatdilakukandenganmembuat
Paru.
table
dandiinterpretasikandalambentuknarasi.Sedangkanuntukmelihatkejelasant
entangdinamikahubunganantarafaktorresikodanfaktorefekdilihatmelaluinil
ai
Odds
Ratio
(OR).OR
dalamhaliniuntukmengetahuikeeratanhubunganantaravariabelbebasdanvar
iabelterikatdanmenunjukanterjadinyapenyakitpadakelompok
yang
tidakterpapar.
Interval estimasi OR ditetapkanpadatingkatkepercayaansebesar 95% CI
(confident Interval).
P value , makauji statistic menunjukanadanya hubungan yang
bermakna.
P value , makauji statistic menunjukantidakadanyahubungan yang
bermakna.
yang
dihitunguntukmengetahuiperbandinganbenarresikoantarakelompokterpaj
andengankelompoktidakterpajan, denganketentuan :
32
Bila
dapatmencegahuntukterjadinyasuatupenyakit.
Bilanilai
OR
=
1
artinyafaktor
ditelitibukanmerupakanfaktorrisiko.
Bilanilai OR > 1 artinyafaktor yang ditelitimerupakanfaktorrisiko.
OR
<
artinyafaktorprotektif,
yaitufaktor
yang
yang
G. UjiValiditasdanReliabilitasInstrumen
1. UjiValiditas
Untuk mengetahui validitas suatu instrument (dalam hal ini kuesioner)
dilakukan dengan cara melakukan korelasi antara masing-masing variabel
dengan skor totalnya. Suatu variabel (Pertanyaan) dikatakan valid bila
skor variabel tersebut berkorelasi secara signifikan dengan skor totalnya
(Hastono, 2007 : 54)
n ( ) ( ) . ( )
r=
{ n . 2( )2 } . {n . 2 ( )2 }
Ket:
r
n
i
i
= Koefisien korelasi
= Jumlah responden
= Jumlah skor item
= Jumlah skor total
Keputusan uji:
Bila r hitung > r tabel
Bila r hitung < r tabel
2. UjiReliabilitas
Reliabilitasadalahsuatuukuran
yang
menunjukansejauhmanahasilpengukurantetapkonsistenbiladilakukanpeng
ukurandua kali ataulebihterhadapgejala yang samadenganalatukur yang
sama, (Hastono, 2007).
Ujireliabilitas
yang
digunakandalampenelitianiniadalahdenganmenggunakanone
shot/
skalaukur.
data,
Penelitiandilakukandenganperangkatlunakpengolahan
langkah-langkah
yang
digunakanantara
lain:
mengajukankuisionerkepadasejumlahresponden,
kemudiandihitungvaliditasmasing-masingpertanyaan. Suatu instrument
dikatakan reliable jika r alpha () lebihbesardari r tabel.
33
DAFTAR PUSTAKA
Adnani,H. 2011. Ilmu Kesehatan Masyarakat.(Yogyakarta):Nuha Medika.
Hal.57-75
Iskandar. J. 2010. Penyakit Paru Dan Saluran Napas.(Jakarta).BIP. Hal.143-153.
Adrial. 2005, Hubungan Faktor Lingkungan Fisik Rumah Terhadap kejadian
Tuberkulosis Paru BTA Positif di Kota Batam Provinsi Bengkulu
Kapulauan Riau Tahun 2005, Tesis, Program Pasca Sarjana Fakultas
Kesehatan Msyarakat, Universitas di Indonesia, Depok.
Amin, dkk, 2006, Tuberkulosis Paru dalam Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Ayunah, Yuyun. 2008, Hubungan Antara Faktor-faktor Kualitas Lingkungan
Fisik Rumah dengan Kejadian TB Paru BTA Positif di Kecamatan
Cilandak Jakarta Selatan tahun 2008, Skripsi, Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok
Dahlan. 2009, Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian
Kedokteran dan Kesehatan. Edisi 2
Helda. S, 2009, Faktor Resiko yang Berhubungan dengan Kejadian Penderita
Penyakit TB Paru BTA Positif di Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok
bulan Oktober Tahun 2008-April 2009, Skripsi, Program Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia, Depok.
Notoatmodjo, 2005.Metodologi Penelitian Kesehatan, Cetakan ke 3, September,
Jakarta.
Notoatmodjo, 2003.Prinsip-prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Msyarakat. Cet. Ke 2,
Mei. Jakarta.
Sugiono, 2007, Statistika untuk penelitian, Cetakan ke 10, Jakarta.
Anggie.M.R. 2012. HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK RUMAH
DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KEDUNGMUNDU KOTA SEMARANG | Rosiana | Unnes
Journal of Public Health (Online)
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph/article/view/960/992diakses30
2014
Mei
34
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK RUMAH (PENCAHAYAAN,
VENTILASI, KELEMBABAN, JENIS LANTAI, DAN KEPADATAN
HUNIAN) DENGAN KEJADIAN TB PARU DI KECAMATAN CURUG
Nama Pewawancara
Nama Responden
Umur Responden
Jenis Kelamin
Alamat
: 1. Pegawai Negeri
2. Pegawai Swasta
3. TNI/Polri
4. Petani
5. Nelayan
5. Tamat SMA
6. Akademi
7. Sarjana
8. Pasca Sarjana
6. Pedagang/ Wiraswasta
7. Ibu Rumah Tangga
8. Pelajar
9. Lainnya, sebutkan: ..
35
b) Tidak
7. Apakah ibu/bapak sering mengalami keringat saat malam hari?
a) Ya
b) Tidak
8. Apakah nafsu makan ibu/bapak berkurang?
a) Ya
b) Tidak
PENGUKURAN PENCAHAYAAN
1. Apakah dirumah anda cahaya matahari dapat masuk ke dalam ruangan rumah?
a) Ya
b) Tidak
2. Apakah disetiap ruangan rumah anda ada pencahayaan?
a) Ya
b) Tidak
3. Apakah setiap hari anda suka membuka jendela?
a) Ya
b) Tidak pernah sama sekali
c) Jarang
ruangan
rumah
anda?
C
3. Bagaimana kondisi kelembaban rumah anda?
(ukur
oleh
pewawancara)
36