Anda di halaman 1dari 19

BAB I

STUDI LITERATUR
I.1 Investasi
Investasi merupakan dana yang dikeluarkan untuk menghasilkan arus dana yang jumlahnya lebih
besar dari dana yang dikeluarkan pada saat investasi awal (initial investment). Investasi juga
dapat didefinisikan sebagai penanaman modal terhadap suatu aset dalam jangka waktu tertentu
untuk mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang. Selain dalam bentuk uang,
keuntungan yang diperoleh dari investasi dapat berupa tanah, bangunan, dan lain-lain. Investasi
dapat dilakukan dalam dua ringkup, yaitu investasi pada aktivita nyata (real asset) dan investasi
pada aktiva keuangan (financial assets).
Keberhasilan dari suatu proyek investasi bukan didasarkan dari besar atau kecilnya proyek
tersebut, namun bergantung pada keuntungan yang akan dihasilkan dari proyek. Oleh karena itu,
perlu adanya suatu analisis yang dilakukan untuk menilai apakah suatu investasi dikatakan layak
untuk dilakukan, yaitu studi kelayakan. Studi kelayakan dilakukan untuk memberikan penilaian
terhadap proyek yang direncanakan dan memberikan keyakinan kepada investor bahwa proyek
investasi memberikan keuntungan sebagaimana yang diharapkan.

I.2 Jenis Investasi


Menurut William F. Sharfe, investasi adalah menanamkan sejumlah dana dalam suatu usaha pada
waktu sekarang dengan mengharapkan pengembalian investasi disertai tingkat keuntungan yang
diharapkan di masa yang akan datang dalam periode investasi tertentu. Terdapat beberapa jenis
investasi, yaitu:

1. Investasi nyata (real investment)


Investasi nyata adalah investasi yang dibuat ke dalam aset tetap yang dimiliki, seperti tanah,
bangunan, dan peralatan atau mesin.

2. Investasi finansial (financial investment)


Investasi finansial merupakan investasi dalam bentuk kontrak kerja, pembelian saham atau
obligasi dan surat berharga lainnya, seperti deposito.
Investasi dapat juga diartikan sebagai penanaman modal dalam suatu kegiatan yang memiliki
jangka waktu panjang (long term) dalam berbagai bidang usaha. Penanaman modal yang
ditanamkan dapat berupa penanaman modal terhadap suatu proyek tertentu, baik bersifat fisik
ataupun non-fisik, seperti proyek pendirian pabrik, jalan, jembatan, pembangunan gedung, serta
proyek penelitian dan pada penelitian ini proyek yang dimaksud adalah proyek pembangunan
power

plant

teknologi

ORC

dan

Dual

Fuel.

Secara umum pengertian proyek adalah kegiatan yang melibatkan berbagai sumber daya yang
terhimpun dalam suatu organisasi tertentu dan dalam suatu periode tertentu untuk melakukan
kegiatan yang telah ditetapkan sebelumnya oleh perusahaan.
Kegiatan proyek dilakukan untuk berbagai bidang dan antara lain adalah sebagai berikut:
1. Pembangunan fasilitas baru.
Pembangunan fasilitas baru ini merupakan kegiatan yang benar-benar baru dan belum pernah ada
sebelumnya,

sehingga

ada

penambahan

usaha

baru

untuk

prusahaan.

2. Perbaikan fasilitas yang sudah ada


Merupakan kelanjutan dan usaha yang sudah ada sebelumnya. Artinya sudah ada kegiatan
sebelumnya,

namun

perlu

dilakukan

tambahan

atau

perbaikan

yang

diinginkan.

3. Penelitian dan pengembangan


Merupakan kegiatan penelitian yang dilakukan untuk suatu fenomena yang muncul di
masyarakat, lalu dikembangkan sedemikian rupa sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

I.3 Struktur Biaya Perusahaan


Pada laporan keuangan perusahaan, PT X memiliki struktur biaya untuk perusahaan jasa yang
biasa digunakan untuk menghitung kelayakan proyek-proyek yang dikerjakan, dalam hal ini
adalah jasa penyedia listrik akan ditampilkan pada gambar II.1.

Tax
Interest
Operation Margin
Material Cost
Outgoing Cost

Cos of Service (CoS)


Operating Cost

Direct Cost

Overhead Cost
Selling Cost
OPEX
Administrative & General Cost

Gambar II.1 Struktur Biaya Perusahaan

1. Operating Cost
Operating cost merupakan biaya yang diperlukan untuk menghasilkan produk dan biaya tersebut
masih termasuk biaya pajak dan bunga.

2. Outgoing Cost
Outgoing cost adalah seluruh biaya yang diperlukan untuk menghasilkan suatu produk setelah
dikurangi oleh biaya pajak dan bunga.
3. Operation Margin
Operation margin adalah harga jual yang diinginkan oleh perusahaan untuk menghasilkan profit
perusahaan.
4. Cost of Service (CoS)
Cost of service atau biaya pokok produksi merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
kegiatan operasi perusahaan sehari-hari. Biaya pokok produksi terdiri dari biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead.
a. Biaya bahan baku

Biaya bahan baku terdiri dari seluruh biaya yang dikeluarkan untuk pembelian bahan baku yang
diperlukan pada suatu proyek dan pada proyek ini adalah bahan baku untuk pembangunan power
plant dengan teknologi ORC dan teknologi Dual Fuel.
b. Biaya tenaga kerja langsung
Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya dari tenaga kerja di pabrik yang langsung berhubungan
dalam produksi pembuatan suatu produk dan pada proyek ini adalah tenaga kerja langsung untuk
pembangunan power plant dengan teknologi ORC dan teknologi Dual Fuel.
c. Biaya overhead
Biaya overhead merupakan biaya yang secara tidak langsung dibebankan ke produk yang
dihasilkan. Biaya overhead terdiri dari biaya asuransi, biaya perawatan, biaya lain-lain, dan biaya
depresiasi.
Pada tabel II.1 akan ditampilkan contoh pengelompokkan biaya pokok produksi atau CoS yang
digunakan oleh PT X untuk menghitung kelayakan investasi suatu proyek.
Tabel II.1 Contoh Pengelompokan CoS

5. Biaya Komersial (OPEX)


Biaya komersial atau OPEX merupakan pengeluaran yang dilakukan untuk melaksanakan
kegiatan pokok, namun tidak termasuk pengeluaran yang telah diperhitungkan dalam harga
pokok penjualan dan penyusutan. Biaya komersial terbagi menjadi dua, yaitu biaya penjualan,
dan biaya umum dan administrasi. Pada tabel II.2 akan diberikan contoh data-data biaya
komersial pada PT X.
Tabel II.2 Contoh Biaya Komersial

I.4 Pembangkit Listrik Teknologi ORC dan Teknologi Dual Fuel


I.4.1 Teknologi Organic Rankine Cycle (ORC)
Sistem pembangkit Organic Rankine Cycle (ORC) ini membangkitkan listrik dari sumber energi
terbaharukan dengan memanfaatkan sumber panas bertemperatur dan bertekanan rendah. Siklus
Rankine Konvensional dengan refrigeran digunakan sebagai fluida kerja untuk menghasilkan
listrik yang dimodifikasi menjadi Organic Rankine Cycle (ORC) dengan fluida organik sebagai
fluida kerja yang memiliki titik didih yang rendah.
Sistem pembangkit ORC memiliki 4 komponen utama, yaitu evaporator, turbin, kondensor, dan
pompa. Pada gambar II.2 akan ditampilkan siklus umum dari sistem teknologi ORC.

Gambar II.2 Siklus Organic Rankine Cycle (ORC)

1. Evaporator
Evaporator digunakan untuk menguapkan fluida organik dari fasa cair menjadi fasa uap panas,
sebelum dimasukan dan di di proses kedalam turbin.
2. Turbin
Turbin digunakan untuk mengekspansi dan menurunkan tekanan fluida organik. Turbin ini
disambungkan dengan generator yang akan menghasilkan listrik. Setelah melewati turbin, fluida
kerja akan dicairkan dalam
3. Kondensor
Selanjutnya, setelah melewati turbin fluida kerja akan dicairkan di dalam kondensor dan
selanjutnya akan dipompa menuju evaporator.
I.4.2 Teknologi Dual Fuel
Pembangkit listrik dengan teknologi Dual Fuel merupakan teknologi yang memanfaatkan dua
jenis bahan baku yang digunakan pada proses produksi listrik. Terdapat beberapa tahapan pada
proses pembangkit listrik dengan teknologi Dual Fuel, yaitu:
1. LNG dan diesel yang terdapat di dalam storage tank secara bersamaan di pompa. LNG akan
menuju Evaporator untuk mengubah fase LNG dari liquid menjadi gas, sedangkan diesel di
pompa menuju engine solar genset.
2. Selanjutnya, LNG yang telah menjadi gas masuk ke dalam engine solar genset dengan
bantuan converter kit.
Prinsip kerja dari converter kit ini adalah penghisapan gas LNG melalui ventury tube yang dilalui
oleh udara dan gas LNG untuk kemudian dicampur dengan solar atau diesel dan udara terbakar
diruang bakar sampai dengan RPM tertentu. Pada saat RPM dinaikkan maka kebutuhan udara
akan bertambah. Udara tambahan akan masuk melalui ventury yang menghisap gas LNG yang
berasal dai LNG fuel tank.
3. Setelah kedua bahan berada di dalam genset, mesin ini dinyalakan dan akan langsung
dihasilkan listrik.

I.5 Depresiasi
Menurut White (2010), depresiasi dapat didefinisikan sebagai penurunan nilai dari suatu aset
yang disebabkan oleh penggunaan atau kerusakan atas aset tersebut atau faktor usia dari aset
yang bersangkutan. Depresiasi dikategorikan sebagai pengeluaran walaupun tidak termasuk ke
dalam perhitungan cash flow. Berdasarkan jenis asetnya, depresiasi dibagi menjadi dua (White,
2010), yaitu:

Depreciation on Tangible Asset


Depresiasi ini terjadi pada aset yang dapat dilihat atau disentuh dan dikategorikan
menjadi aset personal dan real. Aset personal diantaranya mobil, truk, mesin, perabot,
peralatan, dan lain-lain. Sedangkan aset real adalah segala sesuatu yang berada dan
menempel di atas tanah. Walaupun begitu, tanah tidak termasuk kedalam aser reak.
Beberapa contoh dari aset real yaitu bangunan-bangunan pabrik, kantor, dan infrastruktur
lainnya.

Depreciation on Intangible Asset


Depresiasi ini terjadi pada aset yang tidak berwujud, tidak dapat dilihat dan tidak dapat
disentuh. Intangible asset dinataranya adalah merk dagang, hak paten, laporan hasil
eksplorasi, dan lain-lain. Depresiasi jenis ini disebut juga sebagai amortisasi.

Menurut Newnan (1990), terdapat enam metode perhitungan depresiasi, yaitu Straight Line
Depreciation, Sum-Of-Years Digits Depreciation, Declining Balance Depreciation, Declining
Balance with Conversion to Straight Line Depreciaton, Unit-Of-Production Depreciation, dan
Accelerated Cost Recovery System Depreciation. Berikut penjelasan dari masing-masing metode:
1. Straight Line Depreciation
Metode Straight Line Depreciation merupakan metode yang paling mudah dan paling sering
digunakan. Pada metode ini, depresiasi bernilai konstan setiap periodenya. Rumus dari
perhitungan Straight Line Depreciation adalah:
1
Annual DepreciationCharge= ( PS )
N
dimana:
N
= umur pakai
P
= harga aset
S
= nilai sisa

2. Sum-Of-Years Digits Depreciation


Metode Sum-Of-Years Digits (SOYD) Depreciation menghasilkan biaya depresiasi yang besar
pada periode-periode awal investasi dan mengecil pada periode-periode akhir investasi. Rumus
dari perhitungan Sum-Of-Years Digits (SOYD) Depreciation adalah:
Remaining Useful Life
SOYD Depreciation Charge=
x ( PS )
SOYD for Total Useful Life
dimana:
SOYD for Total Useful Life = 1 + 2 + ... + (n 1) + n
= n (n + 1) / 2
P
= harga aset
S
= nilai sisa
3. Declining Balance Depreciation
Metode Declining Balance Depreciation merupakan metode yang menggunakan rate depresiasi
tetap namun book value yang berubah-ubah dan semakin mengecil. Pada metode ini, nilai sisa
tidak diperhitungkan. Rumus dari perhitungan Declining Balance (DDB) Depreciation adalah:
DB DepreciationCharge :

dimana:
N
Book Value

2
( Book Value )
N

= umur pakai
= harga aset dikurangi biaya depresiasi yang telah terjadi

4. Declining Balance with Conversion to Straight Line Depreciation


Metode Declining Balance with Conversion to Straight Line Depreciaton merupakan
penggabungan dari metode Declining Balance Depreciation dan Straight Line Depreciation.
Metode depresiasi ini memperhitungkan nilai sisa, yang tidak diperhitungkan pada metode
Declining Balance Depreciation. Dalam metode ini, perhitungan dilakukan dengan
menggunakan Declining Balance Depreciation pada periode-periode awal dan menggunakan
Straight Line Depreciation pada periode-periode selanjutnya sampai dengan periode akhir.
Waktu pergantian metode dilakukan ketika nilai depresiasi yang dihasilkan oleh Declining
Balance Depreciation lebih kecil dari nilai yang dihasilkan oleh Straight Line Depreciation.
5. Unit-Of-Production Depreciation
Metode Unit-Of-Production Depreciation merupakan salah satu metode yang tidak dipengaruhi
oleh waktu. Hal ini dikarenakan biaya depresiasi yang dihasilkan bergantung pada banyaknya

unit of production / unit of activity yang dihasilkan / dilakukan tiap periode. Rumus dari
perhitungan Unit of Production (UOP) Depreciation adalah:
UOP DepreciationCharge=

Production for Year


x ( PS )
Total Lifetime Production

dimana:
P
= harga aset
S
= nilai sisa
6. Accelerated Cost Recovery System (ACRS) Depreciation
Metode Accelerated Cost Recovery System Depreciation merupakan sebuah sistem depresiasi
yang digunakan untuk menghitung pajak penghasilan di Amerika. Terdapat dua keuntungan
utama dari ACRS depreciation, yaitu:
1. Perhitungan yang dilakukan menggunakan property class-lives yang nilainya lebih kecil
dari umur pakai aktualnya
2. Nilai sisa diasumsikan bernilai 0.
Penentuan apakah perhitungan dilakukan dengan menggunakan beberapa metode depresiasi atau
tidak ditentukan oleh jenis aset yang akan dikenakan depresiasi.

I.6 Indikator Kelayakan Investasi


Studi kelayakan usaha dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan perusahaan
untuk menilai kelayakan usaha yang akan dijalankan dalam rangka pencapaian keuntungan yang
maksimal untuk perusahaan (Francis, 1991). Terdapat beberapa tahap yang perlu dilakukan
dalam pembuatan studi kelayakan, yaitu:
1. Menentukan ruang lingkup usaha atau bisnis.
2. Identifikasi kegiatan pada usaha atau bisnis.
3. Menentukan aspek-aspek yang akan di analisis.
4. Melakukan pengumpulan data yang relevan dengan tujuan penelitian.
5. Menentukan analisis aspek-aspek yang akan menentukan layak atau tidaknya suatu usaha
atau bisnis.

6. Menarik kesimpulan kelayakan usaha atau bisnis.


Menurut Malhotra (1996), terdapat beberapa jenis data yang dibutuhkan untuk melakukan studi
kelayakan, yaitu:
1. Data Primer
Data primer merupakan suatu data kualitatif ataupun data kuantitatif yang diperoleh secara
langsung di lapangan, melalui eksperimen dan survey (kuisioner, wawancara, dan observasi).
Pengumpulan data primer dapat dilakukan dengan cara melakukan pengumpulan data sendiri
atau menyerahkan proses penelitian kepada pihak lain. Data primer dapat disebut juga sebagai
data asli atau data baru yang memiliki sifat up-to-date. Data primer memiliki validitas yang lebih
tingi dibandingkan dengan data sekunder.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data-data yang sudah tersedia dan telah dikumpulkan bukan untuk
kepentingan studi yang dilakukan pada saat ini tetapi untuk tujuan lainnya. Data sekunder dapat
juga diperoleh dari sumber-sumber lain yang sudah ada seperti perpustakaan, Badan Pusat
Statistik (BPS), dan biasanya digunakan sebagai pendukung data primer. Pada umumnya, riset
diawali dengan data sekunder dan dilanjutkan dengan data primer. Riset dengan menggunakan
data primer dilakukan hanya ketika sumber data sekunder telah habis atau menunjukkan hasil
yang semakin menurun. Data sekunder dapat dipergunakan untuk beberapa hal sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.

Mengidentifikasi masalah.
Mendefinisikan masalah dengan lebih jelas.
Mengembangkan pendekatan terhadap masalah yang diteliti.
Memformulasikan desain riset yang sesuai dengan mengidentifikasi variabel-variabel

utama.
5. Menjawab rumusan masalah tertentu dan menguji beberapa hipotesis.
Dalam melakukan studi kelayakan usaha, dapat ditentukan apakah investasi yang akan
dikeluarkan untuk membuat suatu usaha dapat dikatakan layak atau tidak. Indikator kelayakan
investasi dapat dilihat berdasarkan nilai Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR),
Motified Internal Rate of Return (MIRR), Payback Period (PP), Discounted Payback Period
(DPBP), dan Break Enen Point (BEP).

I.6.1 Net Present Value (NPV)


Net Present Value (NPV) atau biasa disebut Present Worth atau Net Present Worth merupakan
salah satu indikator dalam mengukur kelayakan investasi. Metode NPV melihat kelayakan
investasi berdasarkan selisih antara present worth, yaitu pemasukan pada akhir periode investasi
dengan present worth, yaitu pengeluaran pada akhir periode investasi (White, 2010). Metode ini
dapat menunjukkan besarnya keuntungan atau kerugian investasi yang dapat diperoleh oleh
perusahaan selama periode investasi. Rumus yang digunakan untuk perhitungan NPV menurut
White (2010) adalah sebagai berikut:
n

NPV = Ct ( 1+i )

t =0

dimana:
NPV

= Net Present Value

Ct

= cash flow pada periode ke-t

= rate of return

= jumlah periode investasi

Hasil dari perhitungan NPV akan menentuka apakah proyek tersebut layak untuk dijalankan atau
tidak. Tabel 2.1 akan menunjukkan interpretasi dari perhitungan NPV.
Tabel II.3 Interpretasi NPV

I.6.2 Internal Rate of Return (IRR)


Menurut White (2010), Internal Rate of Return (IRR) adalah suku bunga yang membuat NPV
atau present worth sama dengan 0. nilai yang menunjukkan tingkat pengembalian yang dapat
diberikan oleh suatu investasi. Rumus yang digunakan untuk perhitungan IRR adalah:
n

nt

0= Ct ( 1+i j )
t =0

dimana:
Ct

= cash flow pada periode ke-t

i*j

= internal rate of return (IRR)

= jumlah periode investasi

Nilai IRR biasanya dibandingkan dengan suku bunga bank yang berlaku umum atau disebut
Minimum Attractive Rate of Return (MARR) yang sesuai dengan kebijakan perusahaan. Jika
nilai IRR yang didapat melalui hasil perhitungan lebih besar atau sama dengan MARR
(Minimum Attractive Rate of Return), maka proyek investasi dikatakan layak. Namun, metode
IRR hanya dapat membandingkan antar proyek investasi yang memiliki umur dan ukuran yang
sama.
I.6.3 Modified Internal Rate of Return (MIRR)
Modified Internal Rate of Return (MIRR) merupakan metode yang memperhitungkan
reinvestment rate yang besarnya sama dengan nilai MARR, pada metode MIRR ini juga
memperhitungkan cash flow negatif untuk didanai dari pinjaman atau dengan kata lain
memperhitungkan suku bunga pinjaman (White, 2010). Rumus untuk perhitungan MIRR
menurut White (2010) adalah :
n

Rt ( 1+r )
t=0

dimana :

nt

= C t ( 1+f ) ( 1+i m )
t=0

Rt

= cash flow positif pada periode ke-t

Ct

= cash flow negatif pada periode ke-t

= reinvestment rate (=MARR)

= finance rate (suku bunga pinjaman)

im

= modified internal rate of return (MIRR)

= jumlah periode investasi

I.6.4 Payback Period (PP)


Menurut White (2010), Payback Period adalah suatu titik waktu pada periode investasi dimana
kumulatif net cash flow yang dihasilkan sama dengan 0. Rumus untuk perhitungan PBP menurut
White (2010) adalah:
n

C t=0
t=0

dimana :
Ct

= cash flow pada periode ke-t

= payback period

Jika nilai dari PBP yang didapat melalui hasil perhitungan lebih kecil dari periode investasi yang
ditentukan, maka proyek investasi dikatakan layak.
I.6.5 Discounted Payback Period (DPBP)
Discounted Payback Period (DPBP) merupakan suatu indikator kelayakan investasi yang
memiliki konsep sama dengan Payback Period (PBP), yaitu mencari suatu titik periode yang
memberikan pengembalian investasi atau memberikan nilai cash flow sama dengan 0. DPBP
adalah suatu titik waktu pada periode investasi dimana kumulatif net present worth yang
dihasilkan sama dengan 0 (White, 2010). Rumus untuk perhitungan DPBP menurut White (2010)
adalah:

C t ( 1+ i)t =0
t=0

dimana:
Ct

= cash flow pada periode ke-t

= rate of return

= discounted payback period

Jika nilai DPBP yang didapat melalui hasil perhitungan lebih kecil dari periode investasi yang
ditentukan, maka proyek investasi dikatakan layak.
I.6.6 Break Even Point (BEP)
Break Even Point (BEP) merupakan suatu titik dimana perusahaan mengalami keadaan impas,
yaitu tidak mengalami keuntungan dan kerugian. BEP adalah suatu analisis yang dilakukan untuk
menentukan dan mencari jumlah barang atau jasa yang harus dijual kepada konsumen pada harga
tertentu untuk menutupi biaya-biaya yang timbul serta mendapatkan keuntungan atau profit.
Nilai BEP dapat dihitung dengan persamaan dibawah ini:
Rumus untuk perhitungan BEP menurut Horngren (2009) adalah:

Pendapatan=( P x Q ) ( VC x Q )FC
0=( P x Q )( VC x Q ) FC

( P x Q )( VC x Q )=FC
( PVC ) x Q=FC
Q=BEP=

FC
PVC per Unit

dimana :
Q

= jumlah unit

BEP

= break even point / titik impas

FC

= Fixed Cost / biaya tetap

VC

= Variable Cost / biaya variabel per unit

= Selling Price / harga jual per unit

Jika penjualan yang dilakukan perusahaan kurang dari BEP maka perusahaan akan mengalami
kerugian, jika penjualan yang dilakukan perusahaan sama dengan BEP maka perusahaan
mengalami break even, jika penjualan yang dilakukan perusahaan lebih besar dari BEP maka
perusahaan akan mengalami keuntungan.

I.7 Aliran Kas (Cash Flow)


Aliran kas atau cash flow merupakan gambaran mengenai kas yang masuk dan keluar dari suatu
perusahaan. Aliran kas masuk atau income cash flow memperlihatkan sumber pemasukan dari
suatu perusahaan yang berasal dari penjualan produk, pinjaman dana dari pihak lain, maupun
investasi yang didapatkan dari pihak lain. Aliran kas keluar adalah semua aliran kas keluar dari
suatu perusahaan untuk melakukan semua jenis kegiatan pembiayaan. Gambaran dari arus kas
masuk dan arus kas keluar suatu perusahaan dapat digunakan untuk mengetahui status finansial
perusahaan tersebut pada satu titik periode tertentu. Selain itu hasil dari gambaran aliran kas atau
cash flow dapat digunakan untuk melakukan proyeksi kas yang akan masuk dan dikeluarkan oleh
perusahaan di masa yang akan datang dalam waktu periode investasi yang diinginkan.
Menurut Salengke (2012), aliran kas atau cash flow dibagi berdasarkan tiga jenis yaitu:
1. Aliran Kas Operasional
Aliran kas operasional menggambarkan seluruh aliran kas masuk dan keluar akibat kegiatan
operasional yang dilakukan perusahaan. Kas masuk didapatkan dari penjualan produk maupun
layanan yang ditawarkan perusahaan. Aliran kas keluar didapatkan dari seluruh biaya yang harus
dibayar untuk menunjang kegiatan operasional perusahaan, seperti pembelian bahan baku,
pembayaran upah dan gaji, biaya pemasaran produk, biaya administrasi, dan sebagainya.

2. Aliran Kas Investasi

Aliran kas investasi menggambarkan seluruh aliran kas yang masuk dan keluar akibat dari
penjualan dan pembelian investasi yang dilakukan perusahaan. Kas masuk didapatkan dari
penjualan aset yang dimiliki oleh perusahaan, sedangkan kas keluar didapatkan dari pembelian
aset perusahaan.
3. Aliran Kas Pendanaan
Aliran kas pendanaan menggambarkan aliran kas akibat dari kegiatan pendanaan yang digunakan
perusahaan. Aliran kas masuk didapatkan dari kas yang diterima perusahaan dari hasil pinjaman
pihak lain, maupun penerimaan investasi dari pihak lain. Aliran kas keluar didapatkan dari
pembayaran dividen bagi investor perusahaan, maupun pembayaran pokok pinjaman dan bunga
pinjaman terhadap pihak lain.
Tabel II.4 Contoh Cash Flow

I.8 Analisis Sensitivitas


Analisis sensitivitas dilakukan terhadap parameter-parameter yang dianggap penting dan
berpengaruh secara signifikan terhadap masalah yang sedang dibahas (White, 2010). Analisis
sensitivitas bertujuan untuk menganalisis perubahan-perubahan yang mungkin terjadi pada input
data pada penelitian, kemudian dilakukan pengamatan apakah investasi masih layak untuk
dilakukan berdasarkan dampak dari perubahan yang dilakukan.
Analisis sensitivitas dilakukan dengan melakukan pengubahan terhadap komponen pada
parameter yang diuji dan melihat dampaknya terhadap kelayakan investasi. Kelayakan investasi
yang dimaksud yaitu NPV, IRR, dan PBP. Dari beberapa parameter yang telah diuji, dapat
ditentukan parameter manakah yang lebih sensitif dan yang kurang sensitif. Parameter yang lebih
sensitif akan lebih diperhatikan daripada parameter-parameter yang kurang sensitif.
Berikut ini akan diberikan ilustrasi tahapan dalam melakukan analisis sensitivitas yang akan
dijelaskan sebagai berikut:
1. Penentuan variabel yang dianggap berpengaruh besar terhadap hasil parameter kelayakan
finansial dan memiliki ketidak pastian harga yang cukup tinggi di masa depan. Sebagai
contoh, pada pembangunan suatu power plant dengan teknologi yang menggunakan bahan
baku solar, dipilih variabel harga solar yang akan dilihat tingkat sensitivitasnya terhadap
salah satu parameter kelayakan investasi, yaitu NPV. Pemilihan variabel harga solar
dikarenakan adanya fluktuasi harga solar yang dilihat dari tahun-tahun sebelumnya.
2. Perhitungan analisis sensitivitas
Perhitungan analisis sensitivitas dilakukan dengan melakukan perubahan terhadap variabel yang
akan di analisis. Perubahan variabel bisa dilakukan dengan melakukan penurunan atau kenaikan
terhadap variabel tersebut. Sebagai contoh, pada variabel harga solar, harga yang digunakan pada
perhitungan analisis kelayakan finansial adalah sebesar Rp 7.000 per liter, dengan nilai NPV
yang positif. Pada perhitungan analisis sensitivitas, dilakukan kenaikan terhadap harga solar
sampai nilai NPV menjadi negatif atau dengan kata lain kelayakan finansial proyek tersebut
menjadi tidak layak.
Misalkan, pada contoh di atas, nilai NPV menjadi negative ketika dilakukan kenaikan harga solar
sebesar 10%, sehingga harga solar menjadi Rp 7.700, sedangkan pada saat dilakukan kenaikan

solar sebesar 9%, yaitu Rp 7.630 nilai NPV masih positif. Dari hasil perhitungan analisis
sensitivitas tersebut dapat disimpulkan bahwa batas kelayakan proyek terdapat pada range
kenaikan harga solar sebesar 9% hingga 10%, dan apabila harga solar mengalami kenaikan sama
dengan atau di atas 10%, maka dapat dikatakan bahwa proyek tidak layak.

DAFTAR PUSTAKA
Bank Indonesia. (2012). Laporan Inflasi Berdasarkan Perhitungan Inflasi Tahunan. Retrieved Juli, 16,
2015, from http://www.bi.go.id/.
Horngren, C. T., et al. (2009). Cost Accounting: A Managerial Emphasis Thirteenth Edition. New Jersey:
Pearson Prentice Hall.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). (2012). Peraturan Menteri Energi dan Sumber
Daya Mineral Nomor 7 Tahun 2012 Tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan
Pengolahan dan Pemurnian Mineral. Retrieved Juli, 18, 2015, from http://www.esdm.go.id/.
Maulida, A. (2011). Analisis Kelayakan Investasi Pembangunan Area Eksploitasi dan Pabrik Pengolahan
Nikel PT X Menggunakan Teknologi Hidrometalurgi. Tugas Akhir Sarjana. Institut Teknologi Bandung.
Newnan, D. G. (1990). Engineering Economic Analysis Third Edition. Jakarta: Binarupa Aksara.
Republik Indonesia. (1999). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Tentang
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. Retrieved Agustus, 23, 2015, from
http://www.menlh.go.id/.
Republik Indonesia. (2001). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2001 Tentang
Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun. Retrieved Agustus, 23, 2015, from http://www.menlh.go.id/.
Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 Tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara. Retrieved Juli, 18, 2015, from http://www.esdm.go.id/.
White, J. A., Case, K. E., & Pratt, D. B. (2010). Principle of Engineering Economic Analysis Fifth
Edition. New Jersey: John Wiley and Sons, Inc.

Nama yang mengajukan teori, namun tidak ada di daftar pustaka adalah: (dihighlight merah)
1.
2.
3.
4.

William F. Sharfe
Francis
Malhotra
Salengke

Anda mungkin juga menyukai