Anda di halaman 1dari 3

ROTI

Di dalam Proyek Kemitraan Terpadu ini akan dibahas sebuah contoh Model 1 yakni perusahaan industri roti
dengan skala usaha kecil yang memiliki unit produksi, serta 1 unit mobil tox untuk penghantaran produk roti.
Kemudian model ini dikembangkan dengan menambah unit penjualan berupa rombong dorong, model ini
disebut Model 2.
Selanjutnya pada usaha pendistribusian produk roti di kembangkan 4 contoh model masing-masing
menggunakan rombong sepeda/becak ( Model 3 ), rombong seperda motor (Model 4), mobil-toko ( Model
5 ) dan Gerai Roti (Model 6) pendistribusian tersebut di kelola oleh Agen yang diikat dalam suatu bentuk
kemitraan usaha.
Secara ringkas, spesifikasi kegiatan masing-masing model adalah sebagai berikut :
Model 1 : - Industri kecil roti; 1 unit rangkaian produksi
Model 2 : - Industri kecil roti; 1 unit rangkaian produksi; unit penjualan dengan 1 unit box, dengan 10 unit
rombong/gerobak dorong
Produk utama perusahaan berupa roti berbagai macam bentuk dan jenis.
Produk standar dengan target pasar untuk semua golongan ekonomi. Kegiatan produksi memerlukan
keahlian tersendiri dan dapat dilaksanakan oleh siapapun, melalui pelatihan dan pembinaan yang cukup.

A. Bahan Baku
Bahan baku utama adalah tepung terigu, gula pasir dan telor di beli oleh perusahaan di pasar umum,
distributor/agen atau asosiasi yang berada di sekitar lokasi pabrik atau dari koperasi yang mewadahi para
produsen roti. Dalam kondisi normal, tidak ada masalah dalam pengadaan bahan bakuini, sehingga
kontiunitas pengadaan bahan baku selalu terjamin. Pembelian bahan baku sebagian besar di lakukan
dengan cara tunai. Harga bahan baku dari pengalaman sebelumnya selalu berfluktuasi. Untuk kepentingan
analia, di asumsikan kenaikan bahan baku rata-rata 10% per tahun. Sebagian tolak ukur dipakai harga
dasar tahun 1999 sebagai berikut : Tepung terigu Rp. 62.500/bal (25kg); gula pasir Rp.2.500/kg; dan Telur
Ayam Rp.400 butir. Mengingat kenaikan harga masing-masing bahan setiap tahun bervariasi maka untuk
memudahkan analisa keuangan di asumsikan kenaikan harga bahan baku secara merata sebesar
10%/tahun.
B. Sarana Dan Fasilitas Usaha
Pada Model 1 dan Model 2, sarana dan fasilitas produksi yang diperlukan adalah :
Tanah, minimal 150 M2 Untuk Model 1 dan 200 M2 untuk Model 2
Bangunan, masing-masing seluas 100 dan 150 M2
Mesin Pengaduk Adonan = 1 unit
Mesin Pembagi Adonan = 1 unit
Oven Pembakaran = 1 unit
Moulder = 1 unit
Alat/Pisau Pemotong = 1 unit
Peralatan lain = 1 set
Untuk unit pemasaran atau penjualan diperlukan oleh
Model 1 : - Mobil Box = 1 unit
Model 2 : - Mobil Box
- Kereta/Rombong Dorong = 1 unit
Selanjutnya dapat disebutkan dengan fasilitas produksi tersebut, setiap hari secara normal mampu
mengolah sekitar 3 bal tepung terigu menjadikan roti dalam frekuensi 10 kali pembakaran dengan jumlah
mencapai 2.000 unit roti berbagai jenis.
Mesin-mesin produksi buatan luar negeri yang dapat di pesan dari distributor di Jakarta, Bandung,
Semarang, Surabaya dan seterusnya. Sementara itu oven buatan dalam negeri dapat dipesan kepada
bengkel las atau industri permesinan di kota-kota besar di Indonesia. Juga untuk sarana penjualan dapat di
pesan secara lokal.
C. Proses Produksi
Secara umum pembuatan roti yang dilakukan terdiri dari peracikan bahan, pembuatan adonan, pencetakan
dan pemasakan dengan oven.

Proses peracikan bahan, dilakukan dengan komposisi bahan yang tepat sesuai jenis roti yang dihasilkan.
Kesalahan dalam penentuan jumlah masing-masing bahan akan berakibat gagalnya produk yang
dihasilkan. Adapun pembuatan adonan, dilakukan sedemikian rupa dengan alat mixer atau secara manual.
Apabila cara pengolahan yang tidak tepat, waktu juga kurang atau berlebih maka hasil produknya juga
kurang baik.
Semua proses produksi dilaksanakan oleh karyawan dengan pengawasan langsung oleh pemilik
perusahaan. Selanjutnya proses produksi pembuatan roti secara umum dapat dilihat pada Gambar.7

Gambar.7 Alur Proses Produksi Roti

D. Tenaga Kerja
Tenaga Kerja dalam industri ini memerlukan keterampilan khusus. Dengan pengarahan dan pelatihan dari
pemilik, mereka di harapkan mampu melaksanankan tugasnya masing-masing. Oleh karena itu jika
diperlukan tambahan tenaga kerja tidak akan mengalami kesulitan
Untuk setiap model memerlukan tenaga kerja sebagai berikut :
Model 1: - 5 orang di bidang produksi & pembungkusan 1 orang pengemudi dan 1 orang
salesman/wiraniaga.
Model 2: - 5 orang di bidang produksi & pembungkusan 1 orang pengemudi dan 1 orang salesman; 10
orang untuk wiraniaga/pedagang keliling.

Sistem imbalan dalam pemanfaatan tenaga kerja tersebut berdasarkan Upah Harian Tetap untuk tenaga
produksi. Berarti setiap karyawan yang tidak bekerja upahnya akan di potong sejumlah hari tidak bekerja.
Untuk pengemudi di berikan Upah Bulanan Tetap, tenaga salesman selain di beri upah harian tetap juga
persentase tertentu dari jumlah produk terjual. Selanjutnya untuk tenaga wiraniaga/pedagang keliling yang
memlilki rombong atau mobil-toko mendapatkan imbalan dari margin penjualan roti sekitar 24%.Sementara
untuk agen yang memiliki gerai roti marjin yang diperoleh yaitu 21%.
Kemudian baik untuk tenaga produksi, pengemudi dan salesman juga diberi makan 2 kali/hari. Pembayaran
upah dilakukan setiap bulan.
Mengingat bakery (roti) yang di jual hanya mempumyai expire date maksimum 5 (lima) hari, maka untuk
menghindari BS (Barang Sisa) yang cukup tinggi, pihak agen/koperasi dan produsen mengatur estimasi
produksi serta berdasarkan rencana pemasaran dari wiraniaga sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
e.

Masing-masing wiraniaga wajib membuat daftar permintaan roti dua hari sebelum produksi sesuai
estimasi dari pesanan konsumen atau pelanggan serta rata-rata penjualan atau pembawaan
perhari
Pesanan tersebut oleh masing-masing wiraniaga di serahkan kepada Kepala Wilayah yang
menangani.
Kepala Wilayah mengevaluasi permintaan wiraniaga sesuai dengan penilaian kemampuan dari
masing-masing wiraniaga.
Kepala Wilayah membuat rekapitulasi permintaan (dari seluruh wiraniaga yang dibawahnya).
Rekapitulasi tersebut oleh Kepala Wilayah di serahkan kepada Unit Kemitraan Koperasi.
Unit Kemitraan Koperasi membuat rekapitulasi seluruh permintaan Kepala Wilayah di Jawa Timur.
Hasil rekapitulasi tersebut merupakan jumlah pesanan yang wajib di penuhi oleh produsen dua hari
kemudian. Ketentuan tersebut berlaku untuk segala jenis rombong sedangkan untuk gerai roti
(counter), pemesanan dilaksanakan secara langsung oleh counter ke Unit Kemitraan Koperasi

Catatan :

Perubahan pesanan dari wiraniaga kepada Kepala Wilayah dan Kepala Wilayah kepada Unit
Kemitraan Koperasi serta selanjutnya kepada pihak Produsen hanya dapat di revisi sat u hari
sebelum produksi
Wiraniaga juga diberikan kebebasan untuk menangani pesanan-pesanan besar dari konsumen 1
pelanggan (misal : untuk khitanan, perkawinan, ulang tahun dll ), dimana hasil komisi menjadi hak
wiraniaga yang bersangkutan

Anda mungkin juga menyukai