Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS TELAAH PENGOPERASIAN ANGKUTAN OJEK

(STUDI KASUS : KABUPATEN SEMARANG)


Iwan Wahyudi
Mahasiswa Jur. Teknik Sipil
Unika Soegijapranata
Jl. Pawiyatan Luhur IV/1
Bendan Duwur Semarang
Telp. (024) 441555 - 316142
Faks. (024) 415429

Dini Artanti
Mahasiswa Jur. Teknik Sipil
Unika Soegijapranata
Jl. Pawiyatan Luhur IV/1
Bendan Duwur Semarang
Telp. (024) 441555 316142
Faks. (024) 415429

Ir.Drs.Djoko Setijowarno, MT
Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil
Universitas Katolik Soegijapranata
Jl. Pawiyatan Luhur IV/1
Bendan Duwur Semarang
Telp. (024) 441555 - 316142
Faks. (024) 415429
E-mail : unika@semarang.wasantara.net.id

ABSTRAK
Angkutan ojek adalah salah satu sarana angkutan umum yang mempunyai arti angkutan berupa kendaraan
bermotor yang disediakan untuk digunakan oleh umum dengan dipungut sejumlah uang tertentu sebagai bayaran
terhadap layanan jasanya. Munculnya angkutan ojek sebagai akibat dari pertumbuhan penduduk yang tinggi di
daerah perkotaan dan kemudian bergesernya daerah pemukiman ke daerah pinggiran kota. Perkembangan daerah
pemukiman tersebut ternyata meningkatkan kebutuhan akan jasa pelayanan transportasi. Tingginya kebutuhan
terhadap pelayanan transportasi tersebut tidak diimbangi dengan penyediaan sarana angkutan umum yang dapat
menjangkau masuk ke dalam lokasi perumahan atau pemukiman. Tujuan dari penelitian ini untuk menemukenali
karakteristik, pengaturan, operasional, biaya operasi kendaraan, legalitas, jaminan keamanan dan keselamatan
serta daerah pelayanan.
Penelitian dilakukan di lima lokasi wilayah Kabupaten Semarang dengan responden yang terdiri dari pengemudi
ojek dan pengguna ojek. Metode penelitian yang dilakukan menggunakan metode kuesioner langsung bertipe
pilihan. Selain menyebarkan kuesioner juga dilakukan wawancara, diskusi dan pengumpulan data sekunder serta
pengamatan langsung di lapangan.
Hasil dari penelitian ini didapat bahwa karakteristik angkutan ojek yaitu mampu melayani pada saat diperlukan
khususnya pada malam hari, karena sifat pelayanannya sebagai pengganti terhadap kendaraan resmi yang waktu
beroperasinya sudah selesai, efisien, menggunakan teknologi yang sederhana, investasi murah, perawatan
mudah, cara pengoperasiannya sederhana, daya jelajah cukup tinggi dan daya angkut rendah. Untuk pengaturan
dan operasional, sebagian besar angkutan ojek mempunyai waktu operasi tak tentu dengan menggunakan sistem
antre dan tarif yang ditetapkan antara Rp. 1.000,00 sampai dengan Rp. 1. 500,00 tergantung dari jauh dekatnya
lokasi, banyaknya bawaan yang dibawa dan berlangganan. Biaya operasi kendaraan sebelum krisis moner
sebesar Rp. 410,626/km, sedangkan sesudahnya sebesar Rp. 489,862/km. Berdasarkan daerah pelayanan,
angkutan ojek dapat dibedakan menjadi 4 (empat) yaitu angkutan ojek yang hidup berdampingan dengan
angkutan pedesaan, angkutan ojek yang hidup berdampingan dengan angkutan antar kota dan angkutan ojek
yang hanya melayani daerah hunian baru serta angkutan ojek yang hanya melayani daerah pemukiman
penduduk. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam menetapkan
langkah kebijaksanaan lebih lanjut oleh instansi pembina dengan memperhatikan kondisi lingkungan serta
perkembangan sosial ekonomi.
Kata kunci : angkutan ojek, pelayanan, biaya operasi kendaraan

1 PENDAHULUAN
Angkutan ojek merupakan salah satu sarana angkutan umum dengan sistem paratransit.
Apabila dilihat dari pengertiannya, ada beberapa makna mengenai angkutan tersebut. Menurut
Kamus Umum Bahasa Indonesia (1994) karangan Yus Badudu dan Zain, mengartikan ojek
sebagai sepeda motor yang dibuat menjadi kendaraan umum yang diboncengi penumpang ke
tempat yang ditujunya. Tetapi menurut Kamus Bahasa Indonesia (1991) karangan Drs. Peter
Salim dan Yenny Salim, menyebutkan bahwa ojek adalah sepeda atau sepeda motor yang
disewakan dengan cara memboncengkan penyewanya. Dalam artian secara umum dapat
disimpulkan, bahwa ojek merupakan sebuah sepeda motor sebagai kendaraan bermotor roda
dua atau tiga tanpa rumah-rumah baik dengan atau tanpa kereta samping yang dipergunakan
sebagai sarana angkutan umum.
1

Simposium III FSTPT, ISBN no. 979-96241-0-X

Menurut sejarahnya ojek sebagai angkutan alternatif penduduk di daerah pedalaman yang
belum terjangkau oleh sarana angkutan umum. Untuk itu angkutan ojek mempunyai
karakteristik sebagai berikut :
a) mampu melayani pada saat diperlukan khususnya pada malam hari, karena sifat
pelayanannya sebagai pengganti terhadap kendaraan resmi yang waktu beroperasinya
sudah selesai;
b) efisien, jenis kendaraan ini menggunakan tekologi sederhana, investasi murah, perawatan
mudah dan cara pengoperasiannya sederhana;
c) daya jelajahnya cukup tinggi;
d) daya angkut rendah, yakni konstruksi jenis kendaraan ini dirancang sedemikian rupa
sehingga hanya dapat mengangkut muatan yang sangat terbatas yaitu satu orang saja atau
barang yang tidak begitu berat.
Angkutan ojek merupakan angkutan umum ilegal, karena secara nyata angkutan ini tidak
termasuk sebagai bagian dari sarana angkutan umum yang diakui keberadaannya oleh
peraturan perundang-undangan. Hal ini dapat dilihat dengan jelas pada PP No. 41 tahun 1993
pasal 4 dikatakan bahwa pengangkutan orang dengan kendaraan umum dilakukan dengan
menggunakan mobil bus atau mobil penumpang, jadi legalitas hanya diberikan kepada mobil
bus atau mobil penumpang.
Jaminan keamanan dan keselamatan sampai dengan saat ini untuk angkutan ojek juga belum
ada kepastiannya. Lain halnya dengan angkutan umum jenis lainnya yang sudah dapat
legalitas hukum, sehingga bila mendapat kecelakaan, maka jaminan berupa santunan asuransi
kecelakaan dapat segera diterima.
1.1 Latar belakang penelitian
Keberadaan angkutan ojek di wilayah Kabupaten Semarang sangatlah mudah dikenali, hal ini
dapat dilihat dari banyaknya pos-pos ojek atau sepeda motor yang diparkir secara
berkelompok di pinggir-pinggir jalan raya yang berada pada pintu masuk ke wilayah
pedesaan. Munculnya angkutan ojek tersebut sebagai akibat dari pertumbuhan penduduk yang
tinggi di daerah perkotaan dan kemudian bergesernya daerah pemukiman ke daerah pinggiran
kota. Dengan berkembangnya daerah pemukiman tersebut, ternyata meningkatkan pula
kebutuhan akan jasa layanan transportasi. Terlebih bila penghuni pemukiman tersebut tidak
memiliki kendaraan pribadi, maka dengan sendirinya ketergantungan terhadap angkutan
umum sangatlah tinggi. Tingginya kebutuhan terhadap angkutan umum tersebut tidak
diimbangi dengan penyediaan sarana angkutan umum yang dapat menjangkau masuk ke
dalam lokasi perumahan atau pemukiman. Disamping itu, angkutan ojek dapat membuktikan
kepada masyarakat sebagai angkutan umum alternatif yang dapat mempertahankan
eksistensinya di masa krisis.
1.2 Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukenali karakteristik, pengaturan, operasional, biaya
operasi kendaraan, legalitas, jaminan keamanan dan keselamatan serta daerah pelayanan.
1.3 Metodologi penelitian
Penelitian ini dilakukan pada lima lokasi penelitian yang terbagi dalam tiga kecamatan yaitu
Kecamatan Ungaran, Kecamatan Bawen dan Kecamatan Tengaran di wilayah Kabupaten
Semarang. Responden dalam penelitian ini berjumlah 225 responden terdiri dari 125
responden pengemudi angkutan ojek dan 100 responden pengguna angkutan ojek. Penelitian
ini menggunakan metode kuesioner langsung bertipe pilihan untuk pengumpulan data dan
2

Simposium III FSTPT, ISBN no. 979-96241-0-X

random sample bagi para responden. Selain dengan menyebarkan kuesioner juga dilakukan
wawancara, diskusi, pengamatan langsung di lapangan dan mencari data sekunder di instansi
terkait.
2 ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Penelitian yang dilakukan ini menggunakan lima analisis yaitu :
1) analisis pengemudi ojek;
2) analisis pengguna ojek;
3) analisis SWOT (keunggulan dan kelemahan);
4) analisis biaya operasi kendaraan;
5) analisis daerah pelayanan dan operasi.
2.1 Analisis pengemudi ojek
Hasil survei yang dilakukan kepada pengemudi ojek di lima lokasi di wilayah Kabupaten
Semarang yang memuat 10 pertanyaan, dan jumlah responden yang memberi tanggapan dapat
dilihat pada tabel 1. Berdasarkan data 125 responden pengemudi ojek dengan 10 pertanyaan
dapat dianalisis sebagai berikut :
a. Pekerjaan
Dari hasil jawaban diketahui bahwa pengemudi ojek adalah merupakan pekerjaan
mereka yang utama/sehari-hari berjumlah 67 responden (53,6 %), sebagai kerja
sampingan 52 responden (41,6 %) dan yang tidak memberi tanggapan 6 responden
(4,8 %). Hal ini berarti mengemudi ojek merupakan pekerjaan yang sangat penting
untuk mereka.
b. Waktu operasi
Dari hasil survei, terlihat bahwa waktu operasi responden bervariasi terdiri dari 7
pembagian waktu. Dari 7 pembagian waktu tersebut sebagian besar menyatakan
bahwa mereka beroperasi pada waktu tak tentu sebanyak 33 responden (26,4 %), 29
responden (23,2 %) menyatakan pagi/siang antara pukul 06.00 WIB sampai dengan
pukul 18.00 WIB, 21 responden (16,8 %) menyatakan waktu operasinya pagi/sore
antara pukul 06.00 WIB sampai dengan pukul 24.00 WIB, 20 responden (16 %)
menyatakan malam hari antara pukul 24.00 WIB sampai dengan pukul 06.00 WIB, 14
responden (11,2 %) menyatakan pagi hari antara pukul 06.00 WIB sampai dengan
pukul 12.00 WIB, 5 responden (4 %) menyatakan siang/sore hari antara pukul 12.00
WIB sampai dengan pukul 24.00 WIB dan 4 responden (3,2 %) tidak memberi
tanggapan. Banyaknya jawaban yang menyatakan waktu operasi tak tentu dikarenakan
mereka beroperasi pada jam-jam sibuk seperti pada waktu orang-orang ke kantor,
sekolah atau ke pasar.
c. Kepemilikan
Dari hasil survei diketahui sebagian besar pengemudi ojek menyatakan memperoleh
sepeda motor dengan cara kredit sebanyak 63 responden (50,4 %), 34 responden (27,2
%) menyatakan menyewa sebesar rata-rata Rp. 5.000,00 perhari atau tergantung
pendapatan ojek saat itu, 23 responden (18,4 %) menyatakan milik sendiri yang dibeli
kontan dan 2 responden (1,6 %) menjawab operan serta 3 responden (2,4 %) tidak
memberi tanggapan. Operan dalam hal ini mempunyai arti sama dengan dipinjamkan
karena pemilik sepeda motor tidak dapat beroperasi sementara waktu dan kendaraan
itu dapat dipergunakan dengan cara dioperkan atau dipinjamkan kepada anggota
keluarga atau teman dekat.
d. Penetapan tarif bagi penumpang
3

Simposium III FSTPT, ISBN no. 979-96241-0-X

Dari hasil survei diketahui ongkos/tarif yang diberlakukan kepada penumpang sangat
berveriasi. Ongkos yang dikenakan kepada penumpang antara Rp. 1.000,00 s/d Rp.
1.500,00 sebanyak 49 responden (39,2 %), 29 responden (23,2 %) menyatakan ongkos
antara Rp. 500,00 s/d Rp. 1.000,00, 25 responden (20 %) menyatakan ongkos > Rp.
2.000,00, 12 responden (9,6 %) menyatakan antara Rp. 1.500,00 s/d Rp. 2.000,00 dan
9 responden (7,2 %) menyatakan ongkos yang dikenakan berkisar Rp. 500,00 serta 1
responden (0,8 %) tidak memberi tanggapan. Tarif/ongkos dari hasil survei bervariasi
dikarenakan tidak ada ketetapan resmi dari pemerintah mengenai tarif/ongkos
angkutan ojek.
e. Dasar penetapan ongkos/tarif
Dasar penetapan ongkos/tarif kepada penumpang ojek menurut hasil survei adalah
sebagian besar menjawab berdasarkan jauh dekatnya lokasi yaitu sebanyak 102
responden (67,11 %), 25 responden (16,45 %) menyatakan bahwa berdasarkan dengan
banyaknya bawaan yang dibawa, 13 responden (8,56 %) menyatakan berdasarkan
berlangganan dan 5 responden (3,3 %) menyatakan berdasarkan lain-lain yaitu
tergantung penumpang atau secara sukarela karena memang sudah mengenal tukang
ojek serta 7 responden (4,6 %) tidak memberi tanggapan.
f. Tujuan penumpang
Lokasi yang ingin dituju penumpang melalui jasa pelayanan ojek yaitu lokasi
pemukiman sebanyak 69 responden (34,8 %), 53 responden (26,7 %) menyatakan
tujuannya adalah pusat perdagangan/pasar, 21 responden (10,6 %) menyatakan untuk
pergi ke kampus, 20 responden (10,1 %) menyatakan untuk digunakan menuju ke
sekolah, 15 responden (7,6 %) menyatakan digunakan untuk tujuan ke rumah sakit,
pabrik, terminal dan lokasi hiburan. Dari hasil data dapat dilihat bahwa angkutan ojek
dapat dipergunakan ke mana saja dan langsung diantar ke tujuan tanpa berpindah ke
transportasi lain serta mempunyai daya jelajah yang tinggi walaupun daerahnya
mempunyai topografi perbukitan dengan jalan yang tidak diaspal.
g. Penghasilan bersih yang diperoleh
Penghasilan bersih rata-rata yang diperoleh pengojek menurut hasil survei adalh 74
responden (59,2 %) menjawab antara Rp. 5.000,00 s/d 10.000,00, 47 responden (37,6
%) menjawab antara Rp. 10.000,00 s/d Rp. 20.000,00 dan 2 responden (1,6 %)
menjawab > Rp. 20.000,00 serta 1 responden (0,8 %) tidak memberi tanggapan.
h. Organisasi yang mengatur
Responden yang menyatakan organisasi yang mengatur pengoperasian ojek adalah
koperasi berjumlah 15 responden (12 %), 10 responden (8 %) menyatakan mereka
dilindungi polisi, 32 responden (25,6 %) menyatakan mereka termasuk paguyuban, 29
responden (23,2 %) menyatakan dibawah SPTI (Serikat Pekerja Transportasi
Indonesia), dan 32 responden (25,6 %) menyatakan dibawah SPSI (Serikat Pekerja
Seluruh Indonesia). Untuk koperasi, hampir semuanya ada di lokasi penelitian ini.
Koperasi yang berkembang pada organisasi ojek adalah koperasi simpan pinjam. Akan
tetapi, pada saat ini koperasi banyak yang sudah tidak berjalan lagi. Ini disebabkan
para anggota masih kurang menyadari akan artinya koperasi. Kurangnya kesadaran
tersebut antara lain banyaknya anggota yang meminjam uang tanpa dapat
mengembalikannya ke koperasi. Dan juga kekurang tegasan para pengurus koperasi.
Disamping koperasi, peran kepolisian sangatlah besar. Ini dikarenakan kepolisian di
bawah divisi Binmas merupakan pembina, pengatur, pengarah dan juga pengayom
4

Simposium III FSTPT, ISBN no. 979-96241-0-X

bagi angkutan ojek setempat. Untuk itu kepolisian mengeluarkan kartu tanda anggota
angkutan ojek. Untuk paguyuban SPSI dan SPTI hanya sedikit sekali yang ikut karena
terbetur oleh besarnya iuran sebesar Rp. 10.000,00/bulan, sedangkan penghasilan
mereka hanya dapat digunakan untuk kebutuhan mereka sehari-hari.
i. Minat untuk beralih pekerjaan
Pada dasarnya pengemudi ojek ingin mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, ini dapat
dilihat dari hasil survei yaitu dengan 91 responden (72,8 %) berminat ke pekerjaan lain
dan 34 responden (27,2 %) tidak berminat bila ada pekerjaan lain. Mereka berminat ke
pekerjaan lain karena ingin memperbaiki kesejahteraan hidupnya menjadi lebih baik
lagi dari saat ini terutama untuk mencukupi kebutuhan mereka. Sedangkan tidak
berminatnya pindah ke pekerjaan lain karena mereka beranggapan tidak mempunyai
ketrampilan atau keahlian tertentu bahkan untuk membaca dan menulis mereka
sangatlah pas-pasan.
j. Harapan pengojek
Harapan yang diinginkan oleh pengojek adalah 69 responden (37,7 %) mempunyai
harapan yaitu kalau dapat diberi kredit motor oleh pemerintah, 53 responden (28,9 %)
menyatakan angkutan ojek jangan dihapus, perlu dilestarikan, 21 responden (11,5 %)
menginginkan ada organisasi yang mengatur, 20 responden (10,9 %) menyatakan ada
jaminan (asuransi) kecelakaan, 13 responden (7,1 %) menyatakan perlu diberi
perlindungan hukum dan 7 responden (3,8 %) menyatakan menginginkan ojek
mendapat penghargaan, adanya dukungan dari pemerintah.
2.2 Analisis pengguna ojek
Data pengguna ojek memuat 6 pertanyaan, dan jumlah responden yang memberi jawaban
dapat dilihat pada tabel 2.
a. Kebiasaan menggunakan ojek
Responden yang menyatakan menggunakan ojek setiap hari sebanyak 66 responden
(66 %), 34 responden (34 %) menyatakan tidak setiap hari menggunakan ojek. Dalam
hal ini dapat diketahui mereka menggunakan ojek setiap hari karena tidak ada
angkutan umum yang lain selain ojek.
b. Frekuensi menggunakan ojek setiap hari
Responden yang menyatakan menggunakan ojek sehari sekali sebanyak 50 responden
(50 %) dan 2 kali sehari menggunakan ojek sebanyak 41 responden (41 %) sedang 9
responden (9 %) menyatakan menggunakan ojek lebih dari 2 kali. Dari data tersebut
sebagian besar responden hanya sekali sehari menggunakan ojek, itupun hanya untuk
keperluan yang mendesak misalnya berangkat ke sekolah, kampus, dll.
c. Alasan menggunakan ojek
61 responden (41,5 %) menyatakan menggunakan ojek karena tidak adanya alternatif
angkutan umum yang lain, 61 responden (41,5 %) menyatakan mereka menggunakan
ojek karena lebih cepat dan fleksibel dibandingkan jenis angkutan umum yang lain, 9
responden (6,1 %) menyatakan mereka menggunakan ojek karena ongkosnya relatif
lebih murah, 13 responden (8,8 %) menyatakan mereka menggunakan ojek karena
lebih bersifat personal dan 3 responden (2 %) menyatakan lain-lain.
d. Ongkos yang dibayar
5

Simposium III FSTPT, ISBN no. 979-96241-0-X

11 responden (11 %) menyatakan dikenakan tarif sebesar Rp. 500,00, 18 responden


(18 %) menyatakan dikenakan tarif sebesar Rp. 1.000,00 s/d Rp. 1.500,00, 12
responden (12 %) menyatakan dikenakan tarif lebih dari Rp. 2.000,00.
e. Menggunakan angkutan lain selain ojek
44 responden (44 %) menyatakan menggunakan angkutan lain, 35 responden (35 %)
menyatakan tidak menggunakan angkutan lain selain ojek dan 21 responden (21 %)
menjawab ya/tidak. Ternyata menggunakan angkutan lain selain ojek banyak dipilih
responden. Hal ini disebabkan ongkos angkutan lain lebuh murah bila dibandingkan
dengan ojek.
f. Saran
32 responden (22,5 %) memberi saran pengemudi ojek perlu dibina dan diatur agar
tidak mengganggu lalu lintas, 54 responden (38 %) memberi saran lebih ditingkatkan
pelayanannya dan perlu ada organisasi pengemudi ojek, 44 responden (30,9 %)
memberi saran pengemudi ojek sangat membantu masyarakat umum untuk kelancaran
transportasi, 8 responden (5,6 %) memberi saran dapat membantu korban PHK atau
krismon, dan 4 responden (2,8 %) memberi saran lain-lain. Sebagian responden
menyatakan lebih ditingkatkan pelayanannyadan perlu ada organisasi pengemudi ojek
karena dengan adanya organisasi maka pengemudi ojek lebih teratur dan disiplin
dalammenjalankan tugasnya sebagai pengemudi ojek.
2.3 Analisis SWOT (keunggulan dan kelemahan)
Keunggulan/peluang (strengths/opportunities) :
1) tidak terpenuhinya permintaan angkutan oleh jumlah dan frekuensi armada yang ada,
khususnya pada jam-jam sibuk saat penumpang tidak terlayani karena jumlah kendaraan
khususnya pada sore dan malam hari;
2) rute angkutan umum yang ada, kurang memenuhi asal tujuan perjalanan dalam arti
aksesibilitasnya kurang, sehingga pengguna jasa angkutan lebih tertarik dengan angkutan
ojek. Hal ini dimungkinkanuntuk mencapai tujuan harus berpindah-pindah kendaraan
sehingga menambah ongkos dan kehilangan nilai waktu yang produktif;
3) angkutan ojek mempunyai daya jelajah yang tinggi dengan medan jalan yang masih
bebatuan atau belum diaspal (jalur pedesaan) dan dapat diandalakan dalam medan
perbukitan/pegunungan;
4) angkutan ojek mempunyai kelebihan dalam privacy penumpang dan kenyamanan
penumpang dibandingkan angkutan umum lainnya;
5) dengan kondisi tingkat ekonomi tidak merata dan sebagian kesejahteraan masyarakat
masih rendah maka untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari selalu mencari peluang
atau pekerjaan yang memberi tambahan penghasilan. Masyarakat kecil dengan
penghasilan rendah akan berupaya mencari peluangdengan berbagai cara antara lain
dengan mengemudi ojek;
6) tumbuhnya kawasan pemukiman dan kawasan pendukung di Kabupaten Semarang yang
kurang dilengkapi dengan sistem jaringan jalanyang terstuktur sehingga tidak tersedia
angkutan umum dan memberi peluang munculnya ojek sepeda motor;
7) daerah pelayanan operasi sangat luas dan fleksibel dibandingkan dengan angkutan umum,
karena angkutan umum mempunyai rute;
8) waktu tempuh yang dicapai oleh kendaraan bermotor roda dua lebih cepat dibandingkan
dengan angkutan umum yang lain karena ojek tidak mempunyai tempat pemberhentian;

Simposium III FSTPT, ISBN no. 979-96241-0-X

9) waktu operasi ojek sangatlah beragam tergantung pada pengojeknya itu sendiri bahkan
terkadang waktu operasinya tak tentu sedangkan angkutan umum mempunyai waktu
operasi yang telah ditetapkan.
Kelemahan/ancaman (weakness/threats) :
1) pengoperasian sepeda motor sebagai angkutan penumpang tidak mempunyai dasar
hukum, sehingga sulit untuk menentukan lembaga yang bertanggung jawab terhadap
keberadaanya;
2) tidak terpenuhinya persyaratan kelaikan sebagai kendaraan umum;
3) bagi pengemudi ojek beroperasi malam hari sering mengalami nasib naas adanya
perampasan atau perampokan sepeda motor. Ini adalah sebuah ancaman yang harus
dihadapi, salah satu cara untuk menghindarinya yaitu dengan menjaga kekompakan dari
anggota ojek tersebut;
4) dibandingkan tarif angkutan umum, ojek mempunyai tarif lebih tinggi daripada angkutan
umum;
5) daya angkut yang sangat terbatas dibandingkan angkutan umum yang lain.
2.4 Analisis biaya operasi kendaraan (BOK)
Berdasarkan hasil survei dan menggunakan dasar perhitungan biaya operasi kendaraan roda
dua menurut metode dari Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Umum, Departemen
Perhubungan (1996) didapat bahwa pada saat sebelum kondisi krisis moneter, rekapitulasi
biaya langsung pengojek adalah Rp. 410,626/km. Sedangkan untuk saat kondisi sekarang
(pada waktu penelitian dilakukan tahun 1999), rekapitulasi biaya langsung pengojek adalah
Rp. 489,862/km. Adanya perbedaan ini cukup memberikan arti bagi sebagian besar
pengemudi ojek dalam hal mendapatkan penghasilan.
2.5 Analisis daerah pelayanan dan operasi
Berdasarkan hasil survei, angkutan ojek dapat diklasifikasikan menurut daerah pelayanan dan
operasi sebagai berikut :
1) angkutan ojek yang hidup berdampingan dengan angkutan pedesaan;
2) angkutan ojek yang hidup berdampingan dengan angkutan antar kota;
3) angkutan ojek yang hanya melayani daerah hunian baru;
4) angkutan ojek yang hanya melayani daerah pemukiman penduduk.
3 KESIMPULAN
Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) angkutan ojek mempunyai karakteristik yang berbeda dengan angkutan umum lainnya
termasuk didalamnya mengenai jaminan keamanan dan keselamatan, legalitas serta biaya
operasi kendaraan;
2) dari aspek sosial, pengaturan sarana angkutan ojek akan memberikan peluang untuk
pemberdayaan tenaga kerja yang menganggur untuk mendapatkan jaminan sebagai tenaga
kerja yang memiliki lisensi khusus dalam mengoperasikan sarana angkutan umum dan
memberikan kepastian jaminan untuk memperoleh pendapatan yang pasti;
3) dari aspek sosial ekonomi, pengemudi angkutan ojek tidak harus memiliki sendiri sepeda
motor yang akan digunakan sebagai sarana angkutan umum, tetapi sarana angkutan ojek
tersebut dapat disediakan dari badan usaha berbentuk koperasi yang mendapatkan izin
angkutan;
4) dari aspek transportasi juga menambah jumlah pilihan moda yang akan digunakan
sebagian warga masyarakat untuk memenuhi kebutuhan transportasi dalam mencapai
tujuan perjalanan.
7

Simposium III FSTPT, ISBN no. 979-96241-0-X

UCAPAN TERIMA KASIH


Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang ikut berperan dalam penelitian ini, yaitu :
1. BAPPEDA Kabupaten Semarang,
2. Kepolisian Sektor Ungaran,
3. Kepolisian Sektor Bawen,
4. Kepolisian Sektor Salatiga wilayah Tengaran,
5. Kepala Kelurahan Genuk beserta staf,
6. Kepala Desa Harjosari beserta staf,
7. Kepala Desa Klero beserta staf,
8. Kepala Desa Tegalrejo beserta staf,
9. Kepala Desa Sruwen beserta staf,
10. Organisasi ojek Kampus, Kelurahan Genuk, Kecamatan Ungaran,
11. Organisasi ojek Lemiharjo, Desa Harjosari, Kecamatan Bawen,
12. Organisasi ojek Karya Roda I, Desa Klero, Kecamatan Tengaran,
13. Organisasi ojek Lintas Merbabu, Desa Tegalrejo, Kecamatan Tengaran,
14. Organisasi ojek Anjas, Desa Sruwen, Kecamatan Tengaran,
15. Bapak ibu, teman dan semua pihak yang tidak kami sebutkan satu persatu.

DAFTAR PUSTAKA
Artanti, D dan Wahyudi, I., (2000), Kinerja Operasional Angkutan Ojek (Studi Kasus :
Kabupaten Dati II Semarang), Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil Universitas Katolik
Soegijapranata (tidak dipublikasikan)
Badudu, Yus dan Zain, (1994), Kamus Umum Bahasa Indonesia, PT. Intergraphic, Jakarta
Djaswarti, (1998), Telaahan Peranan Ojek Sepeda Motor dalam Rangka Pelayanan
Transportasi dari Pintu ke Pintu di Wilayah DKI Jakarta, Warta Penelitian No. 7, 8/Oktober,
Nopember/Tahun X/1998
Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Umum, (1996), Departemen Perhubungan RI
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan
Rencana Umum Tata Ruang, 1997, Kabupaten Semarang
Setijowarno, D., (1997), Ojek antara Pelayanan, Kebutuhan dan Legalitas, Harian Kompas,
10 Mei
Setijowarno, D., (1999), Makalah Angkutan Ojek Sarana Transportasi Tidak Resmi;
Pemberdayaan apa yang mesti dilakukan?, Makalah Diskusi Bulanan Lembaga Pengabdian
Masyarakat Unika Soegijapranata, 27 Maret, Semarang
Salim, Peter dan Salim, Yenny, (1991), Kamus Bahasa Indonesia, Edisi I, Jakarta
Undang-Undang No. 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Simposium III FSTPT, ISBN no. 979-96241-0-X

LAMPIRAN
Tabel 1. Hasil survei pengemudi ojek
No.

Pertanyaan

1.

Pekerjaan
a. Tetap
b. Sampingan
c. Tidak menjawab
Waktu operasi
a. pagi (06.00-12.00)
b. siang (12.00-19.00)
c. malam (24.00-06.00)
d. pagi/siang (06.00-18.00)
e. siang/sore (12.00-24.00)
f. pagi/sore (06.00-24.00)
g. tak tentu
h. tidak menjawab
Kepemilikan
a. beli/kontan
b. kredit
c. sewa
d. operan
e. tidak menjawab
Tarif/ongkos
a. 500
b. 500 1.000
c. 1.000 1.500
d. 1.500 2.000
e. > 2.000
f. tidak menjawab
Dasar penetapan tarif
a. jauh dekatnya lokasi
b. langganan
c. banyaknya bawaan
d. lain-lain
e. tidak menjawab
Tujuan penumpang
a. daerah pemukiman
b. kantor
c. kampus
d. pusat perdagangan/pasar
e. sekolah
f. hiburan
g. lain-lain
Penghasilan yang diperoleh
a. 5.000 10.000
b. 10.000 20.000
c. > 20.000
d. tidak menjawab
Organisasi
a. koperasi
b. polisi
c. paguyuban
d. SPTI
e. SPSI
Minat beralih pekerjaan
a. berminat
b. tidak berminat

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

Pang.
Kampus

Pang.
Lemiharjo

Pang.
Karya Roda I

Pang.
Lintas Merbabu

Pang.
Anjas

16
8
1

22
3
0

14
10
1

6
18
1

9
13
3

1
0
0
7
2
4
11
1

9
0
0
9
0
1
4
2

2
0
0
7
3
1
12
0

2
0
0
6
0
15
2
0

0
0
20
0
0
0
4
1

3
21
1
0
0

4
15
4
1
1

3
14
8
0
0

6
5
11
1
2

7
8
10
0
0

1
17
7
0
0
0

8
11
6
0
0
0

0
0
14
6
5
0

0
1
18
6
0
0

0
0
4
0
20
1

24
1
6
0
0

18
1
6
0
3

21
1
2
1
1

18
2
6
4
1

21
8
5
0
2

23
11
20
11
11
1
1

16
1
0
7
2
0
2

7
0
0
11
6
4
6

1
1
1
23
1
1
3

22
0
0
1
0
1
3

7
17
1
0

18
6
0
1

13
12
0
0

20
5
0
0

16
7
1
1

10
0
15
0
0

5
1
1
17
1

0
9
16
0
0

0
0
1
1
23

0
0
5
11
9

24
1

19
6

18
7

11
14

19
6

Simposium III FSTPT, ISBN no. 979-96241-0-X

Tabel 1. Hasil survei pengemudi ojek (lanjutan)


No.
10.

Pertanyaan
Harapan pengojek
a. Kredit motor pemerintah
b. perlindungan umum
c. organisasi mengatur
d. jangan dihapus
e. jaminan kecelakaan
f. lain-lain

Pang.
Kampus

Pang.
Lemiharjo

Pang.
Karya Roda I

Pang.
Lintas Merbabu

Pang.
Anjas

15
16
14
14
11
1

5
12
10
8
3
0

12
14
9
12
2
1

2
1
14
4
8
2

18
13
13
9
9
3

Sumber : Hasil survei angkutan ojek tahun 1999

Tabel 2. Hasil survei pengguna ojek


No.

Pertanyaan

1.

Kebiasaan menggunakan
ojek
a. setiap hari
b. tidak setiap hari
Frekuensi menggunakan
ojek
a. 1x
b. 2x
c. 3x
Alasan memakai ojek
a. Tidak ada angkutan umum
b. Lebih cepat, fleksibel
c. Ongkos murah
d. Personal
e. Lain-lain
Ongkos
a. 500
b. 500 1.000
c. 1.000 2.000
d. 1.500 2.000
e. > 2.000
Menggunakan angkutan
lain
a. ya
b. tidak
c. ya/tidak
Saran
a. Ojek perlu dibina & diatur
b. Tingkatkan pelayanan
c. Kelancaran transportasi
d. membantu korban PHK
e. lain-lain

2.

3.

4.

5.

6.

Pang.
Kampus

Pang.
Lemiharjo

Pang.
Karya Roda I

Pang.
Lintas Merbabu

Pang.
Anjas

13
7

18
2

14
6

13
7

8
12

9
11
0

8
11
1

7
8
5

10
7
3

16
4
0

14
12
2
2
1

10
12
3
1
1

9
11
1
3
0

13
12
3
1
1

15
14
0
6
0

3
7
10
0
0

7
3
10
0
0

0
4
11
4
1

1
4
11
2
2

0
0
5
6
9

10
3
7

10
3
7

10
5
5

5
13
2

9
11
0

4
12
9
2
1

10
9
9
0
0

8
9
10
1
3

3
9
8
2
0

7
15
8
3
0

Sumber : Hasil survei angkutan ojek tahun 1999

10

Anda mungkin juga menyukai