...
;-.gl'\n
IPENG ESAHAN
JUDUL KEGIATAN
Jumlah (Rp)
No. I Uraian
1.
2.
3.
4.
29.400.000
18.450.000
32.497.000
4.666.396
85.013.396
MENYETUJUI
Boger, 22 November 201 0
.'
Kepala Pusat Riset Perikanan
Budidaya
Peneliti Utama,
11
RINGKASAN
Akuaponik merupakan kombinasi resirkulasi air yang terintegrasi dengan
kegiatan pertanian secara nyata mampu meningkatkan keuntungan bagi budidaya
perikanan. Penelitian diawali dengan membuat rancangan wadah yang akan dijadikan
prototipe kolam ikan sistim akuaponik dengan proporsi luas bak filter biologis dan bak
media tanam sayur masing-masing 25% dari luas kolam. Tanaman sayuran yang
digunakan adalah kangkung darat (Ipomea aqutica) yang terbukti efektif menyerap
kelebihan unsur hara dalam air. Pembuatan 9 unit kolam akuaponik dilakukan rnasingmasing 3 unit di tiga lokasi yang berbeda. sebagai per1akuan, yaitu: a) dataran tinggi; b)
dataran sedang; dan c) dataran rendah. lkan uji adalah nila Best berbobot rata-rata 1
g/ekor yang ditebar dengan kepadatan 100 ekor/m2 dan diberi pakan 5% dari be rat
biomas/hari dengan frekwensi pemberian 2 kali. Pemeliharaan ikan dilakukan selama 2
bulan, peubah yang diukur meliputi: sintasan dan laju pertumbuhan ikan, serta
produktivitas ikan dan sayuran. Data sintasan dan pertumbuhan dianalisis secara
statistik dengan uji jarak Duncan pada selang kepercayaan 95%.
Dalam penerapan akuaponik air yang mengandung sisa pakan dan buangan
ikan memiliki kualitas air yang mengandung unsur hara penting bagi tanaman. Oleh
sebab itu dinamika kualitas air kolam dan bak filter per1u diteliti. Sampel air diambil dari
kolam ikan secara reguler dan selama 24 jam pada periode tertentu dengan parameter
untuk suhu, kecerahan, pH, suspended solid, DO, C02, Amoniak, Nitrat, Nitrit,
alkalinitas, N- total, P-total, BODS dan TOM. Analisa dilakukan secara deskriptif.
Pengambilan sample plankton dilakukan secara reguler per 2 minggu dan
dengan selang waktu 3 hari dilakukan khusus pada periode tengah masa pemeliharaan
ikan nita. Sampel makrobentos diambil dari sedimenllumpur kolam ikan dan bak filter
setiap 2 minggu. Pengawetan sampel dilakukan menggunakan formalin 4% untuk
selanjutnya diidentifikasi di laboratorium. lndeks diversitas (H') dan keseragaman (E)
menurut Shannon-Weaner dianalisis untuk mengetahui keragaan .biota non ikan dari
~
d~lerir
kolam di dataran tinggi, sedang dan rendah tergolong sangat subur (eutropik).
Makrobentos yang hidup dikolam tersebut dimendominasi oleh Lemnaea sp.
111
PRAKATA
laporan ini merupakan laporan hasil riset dengan judul Uji multi lokasi pada
budidaya ikan nila dengan sistim akuaponik, yang rnerupakan pelaksanaan kegiatan
program insentif peningkatan kemampuan peneliti dan perekayasa tahun 2010.
Tujuan riset adalah menerapkan budidaya ikan nila dengan sistim akuaponik
secara multi lokasi untuk menghasilkan paket teknologi yang tangguh dan teruji
sehingga dapat diadopsi serta diaplikasikan oleh masyarakat disegala daerah. Selain itu
kajian ilmiah yang ingin diperoleh melalui riset ini adalah mengetahui dinamika kualitas
air dan keragaan biota non ikan sebagai upaya bagi peningkatan produktivitas dan
keseimbangan ekologis kolam guna pengelolaan budidaya ikan nila.
Hasil riset diharapkan dapat diterima dan diterapkan dengan mudah oleh semua
kalangan masyarakat di berbagai lokasi sebagai suatu altematif kegiatan produktif yang
dapat meningkatkan pendapatan.
Tim Peneliti
..
iv
DAFTAR lSI
Hal a man
LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN .. .......... .... .... .. ....... .. .. .. ... .......... .. ... ....
ii.
RINGKASAN ..... ... ... ...... .. ... .... .. .. .. ...... ... ............ ... ................ ... ..... ..... .. .. .... .... ..... ...
iii.
PRAKATA ............................................................................................................
iv.
v.
DAFTAR TABEL ...... ....... .... ....... .... .... ... ..... ... ............ ....... ....... ... ........... ...... .. .... . ...
vi.
vii.
BAB I.
BAB II.
BAB Ill.
BAB IV.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang .... ............................................................ .
1.2.
Perumusan Masalah ............................................... .
TJNJAUAN PUSTAKA
2.1.
Akuaponik ............................................................ .
2.2.
lkan nil a ............................................................... .
2.3.
Kualitas air ......................................................................... .
TUJUAN DAN MANFAAT ..... .................... ........... ...... .... ..... .
METODOLOGI
4.1.
Penerapan Sistim Akuaponik Pada Budidaya
lkan Nila BEST Di Beberapa Lokasi Yang Berbeda ......... .
4.2.
Dinamika Kualitas Air Dalam Budidaya lkan Nila
Dengan Sistim Akuaponik Pada Berbagai Lokasi ...... ....... .
4.3.
BABV.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
5.2.
5.3.
5.4
BAB VI.
1.
1.
10.
10.
15.
24.
Kesimpulan .... ..................... .... ... .... ..... ...... ......... ......... ........
26.
6.2.
Saran ... ............. ............ ... ................ ............... ... .. ... .. ... ..... ..
26.
27.
LAMP IRAN
TABEL
Halaman
ia. dan biologi kualitas air ........... .
8.
Tabel1.
Tabel 2.
11.
Nilai rata-rata laju pertumbuhan harian individu (%) ikan nila Best
pad a setiap per1akuan selama penelitian. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
13.
13.
14.
15.
Tabel 3.
Tabel4.
Tabel 5.
Tabel6.
Tabel 7.
16.
24.
24.
25.
...
Vl
Gambar 4.
Gambar 5.
Gambar 6.
Gambar 7.
Gambar 8.
Gambar 9.
Gambar 10.
Gambar 11.
Gambar 12.
Gambar 13.
12.
18.
18.
19.
20.
20.
21.
21.
22.
22.
23.
23.
25.
...
Vll
BAS I. PE
1.1
ULUAN
Latar Belakang
Akuaponik (aquaphonic) merupakan salah satu teknologi budidaya yang
Perumusan Masalah
Di daerah perkotaan, usaha budidaya perikanan sering kali dianggap sudah tidak
layak lagi karena terbatasnya lahan dan sumber air akibat terdegradasi oleh laju
industrialisasi dan pemukiman, padahal kota merupakan pasar yang sangat potensil
bagi produk perikanan. Kondisi ini dapat diatasi dengan menerapka(l sistim budidaya
~
akuaponik yang terbukti hemat lahan dan air dengan produksi ganda berupa ikan dan
sayuran. Sejauh ini sistim budidaya akuaponik masih sebatas kajian riset yang terus
dikembangkan dan disempumakan, sehingga perlu diuji penerapannya diberbagai lokasi
yang berbeda seperti dataran tinggi, sedang dan rendah dengan jenis komoditas yang
~
berbeda pula. Oalam sistim akuaponik kualitas air, jenis dan komposisi biota air non ikan
merupakan suatu rangka ian yang akan meningkatkan produktivitas dari ikan dan
PUSTAKA
2.1.
Akuaponlk
Berdasarkan serangk.a1an has1J penelitian Balai Riset Perikanan Budidaya Air
Tawar (BRPBAT), Bog or sistim akuaponik terbukti dapat diterapkan untuk budidaya
jenis-jenis ikan nila!Oreochromis niloticus (Kusdiarti, et.al., 2006),
mas (Cyprinus
carpio), lele dumbo/C/arias gariepinus (Widyastuti, et.al, 2008) dan ikan ekonomis
lainnya. Penerapan akuaponik merupakan jawaban dari efisiensi air dan penghematan
lahan budidaya serta tambahan pendapatan (income) dari hasil panen tanaman
(Widyastuti, et.al., 2008).
Dengan budidaya akuaponik nitrat
budidaya ikan dapat diserap dan digunakan sebagai pupuk oleh tanaman akuatik
sehingga menurunkan konsentrasi cemaran (N dan P) serta meningkatkan kualitas air.
Sistim ini mengintegrasikan budidaya ikan secara tertutup (resirculating aquaculture)
yang dipadukan sistim tanam sayuran. Penggunaan biofilter diharapkan meningkatkan
kualitas air untuk digunakan kembali dalam pemeliharaan ikan. Dinamika kualitas air
dalam sistim akuaponik ini perlu dikaji guna peningkatan produktivitas kolam ikan nila.
Pemantauan kualitas air diantaranya untuk mengetahui gambaran kualitas air pada
suatu tempat secara umum parameter fisika, kimia dan biologi yang selanjutnya menilai
kelayakan untuk kepentingan budiadaya perikanan (Mason, 1993 dalam Efendi, 2003).
Untuk kegiatan budidaya perikanan kualitas air yang tepat dan berada dalam kisaran
layak berkaitan dengan sintasan dan pertumbuhan ikan (Boyd, 1982; Effendi, 2002).
Fray (1971) menyatakan bahwa suhu dan pH merupakan faktor kontrol, sedangkan
oksigen dan cahaya merupakan faktor pembatas terhadap organlsme (ikan).
Penerapan sistim akuaponik pada budidaya ikan nila di lokasi-lokasi berbeda
diduga memiliki keanekaragaman hayati biota air non ikan yang berbeda. Plankton dan
makrobentos merupakan bagian penting dari rantai makanan (food chain) dalam
lingkungan budidaya ikan dan memiliki peranan penting pada kuaUtas air suatu perairan
.'
(Pennak, 1978). Apabila perairan tersebut cukup unsur hara untuk pertumbuhan
plankton dan terdapat banyak jenis benthos hal tersebut mengindikasikan bahwa
kualitas air di perairan tersebut bagus (Macan, 1960). Dengan mengetahui komposisi
..
jenis dan kelimpahan plankton dan makrobentos pada kolam ikan nila dalam penerapan
sistim akuaponik akan diketahui kondisi ekologis kolam dan keseimbangannya guna
pengelolaan lingkungan budidaya.
2.2.
lkan nlla
lkan nila (Oreochromis ntlOtJCtiS)
ekonomis tinggi dan merupakan komoditas penting dalam bisnis ikan air tawar dunia.
Beberapa hal yang mendukung pentintnya komoditas nila adalah a) memiliki resistensi
yang relaitif tinggi terhadap kualitas air dan penyakit, b) memiliki toleransi yang luas
terhadap kondisi lingkungan, c) memilik:i kemampuan yang efisien dalam membentuk
protein kualitas tinggi dari bahan organik, limbah domestik, dan pertanian, d) memiliki
kemampuan tumbuh yang baik, serta e) mudah tumbuh dalam sistim budidaya intensif
(Carman dan Sucipto, 2009).
Kunggulan ikan nila dibanding komoditas air tawar lainnya semakin nyata
dengan ditemukannya strain baru lewat serangkaian penetitian pemuliaan dari BRPBAT,
yaitu nita BEST (Bogor Enhanced Strain Tilapia).
dari produk nita terserap untuk pasar tokat, belum tagi petuang pasar untuk eksport
(Carman dan Sucipto, 2009).
...
4
Clde!".IL~n
g maupun tidak langsung terhadap faktorfaktor seperti aktivitas enzim. tmgkat metabolisme maupun kadar oksigen. Proses
penyerapan cahaya ber1angsung secara lebih intensif pada laplsan atas perairan
sehingga lapisan atas perairan memiliki suhu yang lebih tinggi (lebih panas) dan
densitas yang lebih kedl daripada lapisan bawah (Effendi, 2003). lkan nita merupakan
jenis ikan yang tinggi toleransinya terhadap perubahan suhu, suhu yang baik untuk ikan
nita berkisan 22 - 37C (Jangkaru eta I., 1991)
Bahan polutan cenderung lebih beracun pada air dengan tingkat kesadahan
rendah (soft) dengan nilai pH yang stabil, sedangkan kesadahan yang tinggi cenderung
menurunkan toksisitas dari polutan dalam tiap nilai pH (Mason, 1992). Kelarutan
phosphorus, calcium akan menurun tajam pada pH kurang dari 6 (James E et a/ .,
2006). Air yang digunakan untuk budidaya ikan pada kolam air tenang sebaiknya
mempunyai pH antara 6.7-8.2 (Zenoveld et.al., 1991) atau pH sekitar 7- 8.5 (Effendi,
2000).
Amonia dalam air merupakan produk hasit metabolisme ikan dan pembusukan
senyawa organik oleh
bakteri.
BAS
FAAT
teknik budidaya ikan secara he mat lahan dan air melalui sistim akuaponik.
Penelitian mengenai penerapan budidaya ikan nita dengan sistim akuaponik
secara multi lokasi diharapkan mampu memantapkan serta menghasilkan paket
teknologi yang tangguh dan teruji sehingga dapat diadopsi serta diaplikasikan oleh
masyarakat disegala daerah. Selain itu, mengetahui dinamika kualitas air dalam sistim
akuaponik secara multi lokasi merupakan hal yang cukup penting sebagi upaya
peningkatan produktivitas dalam kegiatan budidaya ikan nila.
Disamping dinamika kualitas air, mengetahui keragaan biota non ikan juga
merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dalam pengembangan sistim akuaponik
yang dapat diterapkan pada berbagai lokasi sehingga dapat tercipta keseimbangan
kondisi ekologis kolam guna pengelolaan budidaya ikan nila secara berkelanjutan.
...
OOOLOGI
4.1.
,p;
ditempatkan di luar kola m. Luas bak media tanam sayuran sebesar 25% dari luas kolam
ikan (Nugroho dan Sutrisno, 2008) dan untuk kebutuhan resirkulasi air digunakan
pompa celup dengan kapasitas aliran 70 ttr/menit yang mendistnbusikan air ke setiap
rumpun tanaman sayuran. Air yang ter1alukan dan bak media tanam sayuran akan
mengafir dan kemba fi masuk ke kolam ikan dengan kualitas yang lebih baik. Pembuatan
kofam akuaponik tersebut sebanyak 9 unit, dimana setiap 3 unit ditempatkan di tiga
lokasi yang berbeda sebagai per1akuan.
lkan nila BEST (Oreochromis niloticus) digunakan sebagai hewan uji berbobot
rata-rata 1 gr/ekor yang ditebar dengan kepadatan 100 ekor/M 2 (Nugroho dan Sutrisno,
2008). Selama penelitian ikan uji diben pakan berupa pellet
pospat (P) dalam air yang perasal dari sisa pakan dan metabolisme ikan yang
dibudidayakan. Benih kangkung yang digunakan berukuran tinggi 7-10 em, ditanam 10
batang dalam 1 rumpun dengan jarak tanam 20 em. Dipanen setiap 2 minggu dengan
cara memangkas pada pangkal batang
be~arak
_.
Wo
Wt- In
Wc,V&
=bobot rata-rata individu pada awal pengamatan (g); Wt =bobot rata-rata individu
pada akhir pengamatan (g); & = waktu pemeliharaan]. Produktivitas bioamas ikan dan
tanaman kangkung ditentukan dengan rumus: P
{g/hari); Wo
= M'f-
Wo)l& [P
= produktivitas
= bobot awal biomass (g); W1 = bobot akhir biomas (g); Lit = waktu
pemeliharaan]
4.2.
Dinamika Kualitas Air Dalam Budidaya lkan Nila Dengan Slstim Akuaponlk
Pada Berbagai lokasf
Pengukuran parameter kualitas air dilakukan setiap 2 minggu pada jam yang
sama, disamping itu dilakukan pengamatan suhu; DO; N total dan P Total untuk 24 jam
sebanyak 3 kali. Beberapa parameter kualitas air yang diukur serta metoda pengukuran
yang digunakan selama penelitian adalah seperti pada table di bawah ini.
Tabel1.
No
Fisika:
1
2
3
4
Suhu
Kecerahan
Kekeruhan
TDS
AI at
Satuan
uc
M
NTU
mgll
Metode
Termometer Hg
Secchidisk
Turbidimeter
Penyaring milipxe,
timbangan analitik
In situ
Penetrasi cahaya, In situ
Nephallomebik, In situ
Gravimebik, L.atx>ratorium
pH meter
DO meter
Peralatan titrasi
Peralatan titrasi
Peralatan titrasi
Spektrofotometer
In situ
In situ
Titrasi, l.aboratorium
Kimia:
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
pH
DO
C02
BODs
COD
Nitrat (N03)
N total
p total
Alkalinitas
Bahan organik
mg!L
mgll
rng/L
mg!L
mg!L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
S~otometer
Spektrofotometer
Peralatan titrasi
Peralatan titrasi
T~.Laboratorium
T~,Laboratorium
Spektrofotometrik, Laboratorium
Spektrofot~etrik, Laboratorium
Spektrofotometrik, Laboratorium
Titrasi, Laboratorium
T~. Laboratorium
4.3.
Keragaan Biota AJr Non Ibn O.Jam Budidaya lk.an Nila Dengan P.enerapan
Slstlm Akuaponlk 01 Dataran Rendah, Sedang Dan Tlnggl
1
H' = - rPJ In PJ
dimana pj adalah proporsi spesies j, dan H' indeks diversitas
E = H'llnS
dimana S adalah jumlah spesies, dan E adalah indeks keseragaman
Komposisi dan kelimpahan jenis dari plankton dan makrobentos akan dianalisa.
Selanjutnya lndeks diversitas dan dominasi species dijadikan indikator terjadinya
suksesi yang mengarah ke kestabilan kondisi pada budidaya ikan nila dengan sistim
akuponik yang diterapkan. Penelitian dilakukan selama 2 bulan.
~
..,
PEIIBAHASAN
BAB V.
sebag~
pad a ketinggian
.:t
lokasi ini merupakan lembah dengan vegetasi tanaman yang rapat tetapi letak
petakan kolam terbebas dari naungan (terbuka) sehingga cukup mendapat
intensitas cahaya matahari. Kolam yang digunakan di lokasi ini terbuat dari
tembok, berukuran 6 M2 (3 x 2 M).
Pasi~aya,
.:t 246
Kecamatan
5.2. Penerapan Sistim Akuaponik Pada Budidaya lkan Nila BEST Di Beberapa
Lokasi Yang Berbeda
a. Sintasan
pada akhir penelitian dan dinyatakan dalam bentuk prosen. Hasil dari pemeliharaan ikan
selama 8 minggu, temyata sintasan ikan nila pada setiap lokasi penelitian adalah seperti
pada table di bawah ini
10
label 2.
selama
Sintasan lkan n
penelitian (nllal rata~
No.
70.11" :t 6.44
Sedang
:t 2.14
Renda
:t 4.71
Keterangan: )
Angka dalam kolom sama yang diikuti huruf superskrip sama menunjukkan
tidak beda nyata (P<0.05)
Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa sintasan tertinggi dicapai oleh ikan nila pada
budidaya akuaponik di dataran sedang yaitu sebesar 74.80%, disusul oleh dataran
rendah (71.20%) dan yang paling rendah adalah sintasan ikan pada dataran tinggi
(70.11 %), tetapi dari hasil analisis staitistik sintasan ikan nila dari ketiga perfakuan
tersebut menunjukkan tidak berbeda nyata (P>O.OS). Hal ini berarti bahwa budidaya ikan
nila Best berukuran 1 g/ekor dengan sistim akuaponik pada pad at penebaran 100
ekor/M 2 selama 8 minggu pemeliharaan dapat dilakukan di daerah dataran tinggi,
sedang dan rendah akan menghasilkan derajat sintasan yang tidak berbeda.
Dari hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa mortalitas ikan mas
terutama terjadi pada minggu pertama pemeliharaan karena ikan masih beradaptasi
dengan kondisi lingkungan pemeliharaan. Secara umum kemampuan ikan nila Best
untuk beradaptasi dengan lingkungan perairan di dataran tinggi, sedang dan rendah
temyata cukup baik, terbukti dengan nilai sintasan > 70%.
b. Pertumbuhan
Pertumbuhan
adalah
istilah
sederhana yang
pertambahan ukuran panjang atau berat dalam suatu waktu. Definisi demikian
merupakan pertumbuhan individu atau pertambahan jaringan
aki~at
dari pembelahan
sel secara mitosis. Terjadinya proses tumbuh atau pertumbuh~an pada ikan dapat
dideteksi dari
meningkatnya
bobot
ikan
sejalan
dengan
bertambahnya
waktu
pemeliharaan.
Faktor utama yang memp,ngaruhi pertumbuhan ikan adalah faktor internal
(berasal dari ikan itu sendiri) dan faktor ekstemal (variabel lingkungan tempat hidup
ikan), namun dari kedua faktor tersebut belum diketahui faktor mana yang memegang
11
1200
I1:1 1o.oo
j
i
.z
8.00
6.00
4.00
D:lt. rendah ]
Dari gambar diatas terlihat bahwa pertumbuhan ikan nila secara sampling pada
dataran sedang dan rendah lebih cepat dibanding dataran tinggi. Hal ini tentu berkaitan
erat dengan temperatur air dan udara dimana semakin tinggi dataran dari permukaan
taut maka temperatumya akan semakin rendah.
Pertumbuhan dapat terjadi apabila ada kelebihan input energi dan asam amino
(protein) yang berasal dari makanan. Seperti diketahui, bahan yang berasal dari
makanan akan digunakan oleh tubuh untuk metabolisms dasar, pergerakan, produksi
organ seksual, perawatan bagian-bagian tubuh atau mengganti sel-sel yang tidak
terpakai lagi. Bahan-bahan yang tidak berguna akan dikeluarkan dari tubuh. Apabila
terdapat bahan berlebih dari keperluan tersebut di atas akan ~itilat sel baru sebagai
penambahan unit atau penggantian sel dari bagian tubuh. Secara keseluruhan
resultantenya merupakan perubahan ukuran atau pertumbuhan (Affandi dan Tang,
2002).
~
12
Berdasarkan hasil
diketahui pertumbuhan ikan mas
Tabel3.
label 3.
Nilal rata-rata laju pertumbuhan harlan lndividu (%) lkan nlla Best pada
setlap pertakuan selama penerttian.
No
Pertakuan
Dataran tinggi
Dataran sedang
3.2~0.27
Dataran rendah
3.13" 0.34
Keterangan:
Angka dalam kolom sama yang diikuti huruf sama menandakan tidak
beda nyata (P<O.OS)
Dari tabel di atas ter1ihat bahwa laju pertumbuhhan harian ikan nila paling tinggi
diperoleh pada budidaya akuaponik di dataran sedang yaitu sebesar 3.20%, disusul oleh
dataran rendah (3.13%) dan dataran tinggi (2.97%). Akan tetapi selisih nilai tersebut
secara statistik tidak berbeda nyata (P>0.05).
c.
Produktivitas
Produktivitas biomas diperoleh dari hasil korelasi antara sintasan dan laju
pertumbuhan ikan. Nilai tersebut merupakan pendekatan yang akurat untuk mengukur
pertambahan bobot biomas ikan setiap hari. Produktivitas ikan nila yang diperoleh pada
kolam budidaya akuaponik dari setiap per1akuan adalah seperti pada tabel dibawah ini.
label 4.
Nilal rata-rata produktivitas (g/M 2/harl) lkan nila Best pada setiap
perlakuan selama penelltlan.
No
Perlakuan
Dataran tinggi
Dataran sedang
Dataran
Keterangan:
renda~
Produktivitas (g/M2/hari)
8.41A 2.87
10.56A f 0.86
9.93Af 2.19
Angka dalam kolom sama yang diikuti huruf sama menandakan tidak
beda nyata (P<O.OS)
13
Tabel 5.
No
Produksi (glrumpun) kangkung pada setiap waktu panen dari masingmasing kolam perfakuan
Perfakuan
(data ran)
Tinggi
17.13
10.85
5.31
4.45
Sedang
24.44
21.66
5.21
6.5
Rendah
33.97
14.10
3.45
5.31
--
---
Dari hasil panen yang dilakukan setiap 2 minggu diketahui bahwa produktivitas
tanaman kangkung pada semua lokasi secara nyata berkurang pada panen ke-3 yaitu
dalam periode pemeliharaan 6 minggu. Hal ini disebabkan karena umur tanaman
kangkung yang sudah terfalu tua sehingga potensi untuk menumbuhkan tunas baru
telah menurun. Dengan demikian untuk mempertahankan produksi, sebaiknya setelah 2
kali panen (4 minggu pemeliharaan) tanaman kangkung dicabut dan diganti dengan bibit
yang baru.
~
14
5.3. Dlnamlka Kualitas Air Dalam Budidaya lkan Nila Dengan Slstim Akuaponlk
Pada Berbagal Lokasl
Untuk mengetahui kriteria kualttas air dalam setiap kolam akuaponik, dilakukan
pengukuran sifat fisika-kimia air secara berkala setiap 2 minggu. Sedangkan untuk
memantau dinamika kualitas air harian dnakukan pengamatan (sampling) kualitas air
selama 24 jam sebanyak 3 kali selama penelitian.
a. Pengukuran berkala
Dari hasil pengukuran secara berkala, diperoleh nilai kisaran beberapa
parameter kualitas air dari kolam akuaponik di data ran tinggi, sedang dan rendah seperti
pada tabel berikut:
label 6.
Awal
Kolam
Filter
27.2
25.2-28,5
26,0-26,9
Kecerahan (m)
0-0,02
TSS (mQ/l.)
<1
<1 - 21,8
<1- 16,2
7.84-7,87
Parameter
Suhu (C)
pH
8.1
7.9-7,94
DO (mQ/L)
4.47
3.63-4,27
3.01-3,9
C02 (mQ/L)
1.86
1.86
1.86
114,84
1,198- 198.76
194.35-203,2
168-189
180.6-201,6
180.6- 214,2
0.132- 0,531
0.814-0,985
0.86-0,987
T. POSPat (mQ/L)
0.294-0.641
1.056-1,118
1.021 -1,118
N-NH3 (mall)
0.082- 0,125
0.191-0,21
0.187-0,308
N-N02 (mg/L)
0.15-0,512
0.017- 0,059
Alkalinitas (mgll.)
Kesadahan (mgll.)
0 . pespat CmQ/U
N-N03 (mg/L)
0.056 - 0,068
~
2.976-3,8
0.524 - 0,642
T.Nitrogen (mgll)
3.495- 3,953
1.462-1,63
1.37-2,236
COD (mgll)
19.81- 20,55
5-63,57
3.57-5,14
BOD (mQ/L)
3.17-3,3
0.58-10,17
5.14-0,57
TBOT (mQ/L)
5.06-J.,1,37
8.3-9,75
9.75
0.502 - 0, 738
15
Tabel7.
Klsaran dinamik.a
akuaponlk dataran aedana
:Sedal.g
Parameter
,A:waf
n .r::
Suhu ("C)
Kecerahan(m)
~J
TSS (mgll)
<1
pH
7.46-7.62
I
I
I
I
I
Kolam
Filter
26,2-28,4
28.5-28,7
0-0,02
<1- <42, 1
<1- 34,5
7,20-9,67
7.64-9,84
DO (mgll)
2.94- 5.12
1,78-6,47
1.2-2,72
CCh (mgll)
1.86
1.86
1.86
Alkalinitas (mgll)
92,82- 101,72
128,1 - 212,02
119.25- 212,02
Kesadahan {mgll)
50,4-54,6
113,4- 159,6
113.4-163,8
0. pospat (mgll)
0,962- 1,279
0,962-3,131
0.966- 3,225
T. pospat (mgll)
1,292-1,1,448
1,806- 3,321
1,062-3,6n
N-NH3 (mg/L}
0,257 - 0,859
0,024- 2,246
0.151-2,615
N-N02 (mgll}
0,002- 0,084
0,003-0,113
0.011-0,155
N-N03 (mg/L}
o,493-0,n8
0,5-0,702
0.5-0,751
T.Nitrogen (mgll}
1,643- 1,929
1,048- 5,896
1.452 - 6,508
COD (mgll.)
6,42-8,57
2,857- 51,31
3.143-54,2
BOD (mgll)
1,03-1,37
0,46-8,21
1.03-7,67
TBOT (mgll)
1,89-3,16
6,32-33,22
7.58-35,98
.:
...
16
Tabel 8.
Filter
30,1
I
I
28,3- 30,6
28,0-30,5
Kecerahan (m)
0-0,02
TSS (mgll)
<1
<1- 29,2
<1- 21,3
pH
7,34
7.41
9.41
DO _(mgll)
5,1 9
3.12
1.2
C02 (mall)
3,92
3,92
392
114,84
1,198- 198.76
194.35-203,2
Kesadahan (mgll}
113,4
130- 138.6
13,86-17,3
0. pospat (mQIL)
1,639
1.772-1,804
1.842 - 2,268
T. pospat (mgll)
1,717
1.925-2,313
2.295-2,331
N-NH3 (mgll)
0,193
0.707-0,746
0.743-0,852
N-N02 (mgll)
0,157
0.309 - 0,087
0.103- 0,325
N-N03 (mg/L)
1,241
0,57-0.754
0.62-0,743
T.Nitrogen (mg/L)
3,74
2.632 - 2,922
5,944 -2,972
COD (mg/L)
2-5.3
9.3- 17,3
BOD (mg/L)
0.32 -8,85
1,8-2,78
TBOT (mgll)
10,11
16.61 -16,6
9.~- 17.~-- . --
Parameter
Suhu ("C)
Alkalinitas (mgll)
Awal
dengan
bantuan cahaya matahari melalui proses fotosintesis (yang hasilnya disebut produksi
primer) dan juga sebagai pemasok oksigen. Produktifrtas primer fitoplankton ini
merupakan salah satu dan sebagian besar sumber penting dalam pembentukan energi
di perairan. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi primer (laju fotosintesis) antara
lain : cahaya matahari, suhu, nutrient, serta struktur dan kelimpahan Fitoplankton yang
mampu beradaptasi di ekosistem perairan (habitatnya) (Baksir, 2004). Cahaya matahari
yang masuk ke perairan akan mengalami penyerapan. Proses penyerapan cahaya ini
berfangsung secara lebih intensif pada lapisan atas perairan SE?hirigga lapisan atas
perairan memiliki suhu yang lebih tinggi (lebih panas) dan densitas yang lebih kecil
daripada lapisan bawah (Effendi, 2003). Energi matahari yang masuk ke dalam perairan
akan ditransformasikan menjadi energi kimia melalui proses fotosintesis untuk
produktivitas di ekosistem. Proses p8fllanfaatan energi matahari dapat meningkatkan
produktivitas primer di perairan
te~adi
17
b.
Pengamatan 24 jam
Hasil pengukuran beberapa parar:ne
30.0
r-;::
I ~
~
~
15.0
~Kolam
(I)
-Filter
0.0 + - - - - . - - - . , - - - - - - . , - - - - - - , - - - - - - - ,
11 :00
17:00
23:00
5:00
11 :00
Waktu(jam)
--------------
--
--- -------------
--
Gambar 2. Kondisi suhu air selama 24 jam pada kolam dan filter dataran tinggi
kolam-filter sejalan fluktuasi suhu.
8.4
8.2
8.0
7.8
- ,..---
+---~--------------------I
"..
7.6 I
7.4
7.2
7.0
6.8
'...
r--r=
11:00
"""
~kolam
-Filter
17:00
23:00
5:00
11 :00
Wakru(jam)
-
Gam bar 3. Kondisi pH selama ft jam dataran tinggi. Analisa pakai pH tetes
mengakibatkan rangenya terlalu kasar maka sulit melihat perbedaan
18
7.0
6.0
E
8
_,
5.0
Q 4.0
3.0
's'\: 7:
2.0
-+-Kolam
--Filter
1.0
0.0
11 :00
17:00
23 :00
5:00
11:00
Waktu (jam)
J
------~-----------
Gambar 4.
Nilai DO pada kolam selalu relative lebih tinggi dari filter bisa disebabkan oleh
aktifitas fotosintesis oleh plankton yang menghasilkan 02 pada siang hari. Titik tertinggi
nilai DO ada pada pukul 11 :00 begitu juga dengan nilai suhu dimana hal ini dipengaruhi
oleh intensitas cahaya matahari .
Terjadi perbedaan titik kritis nilai DO pada filter dan kolam yang mana pada
kolam terjadi pada pukul 05:00 dan filter pada pukul 23:00 hal ini bisa terjadi karena
pada kolam terjadi perebutan suplai oksigen antara ikan dan plankton sehingga nilai DO
kritis pada pukul 05:00 dan baru naik kembali pada pukul 11 :00 yang mana plankton
dapat kembali berfotosintesis dengan adanya sinar matahari sehingga nilai DO kembali
naik.
19
45.0 - . - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
30.0
7.
(I)
-+-Kolam
15.0 -
-Filter
0.0 + - - - - - - - - - . . - - - - . - - - - - - - - , - - - - - - ,
17:00
23:00
5:00
11:00
17:00
Waktu(jam)
Gambar 5. Kondisi suhu air selama 24 jam pada kolam akuaponik di dataran
sedang
10.0
8.0
6.0
Q.
4 .0
2.0
t-I
-+-Kolam
-e-Filter
0.0
17:00
23:00
5:00
11 :00
17:00
Waktu(jam)
..
20
7.00
6.00
5.00
::;
~
..
4.00
3.00
...,._Kolam
2.00
-Filter
1.00
0 .00
.-----------------------------~--------,----------.
17:00
23 :00
5:00
11 :00
17:00
WaktuOam)
Gambar 7. Kondisi oksigen terfarut dalam air selama 24 jam pada kolam
akuaponik di dataran sedang
Pada dataran sedang nilai DO suhu dan pH tertinggi adalah pada pukul 17.00
hal ini diakibatkan intensitas cahaya matahari
45.0 [
u 3o.o I
C!...
=*
:::J
.J:.
:::J
Cl)
----
...,._Kolam
15.0
+------
-Filter
0.0
17:00
23:00
5:00
11 :00
--:'
17:00
WaktuOam)
-----
se&~ma
21
12.0 . - - - - - - - - -- - - - - - - - - -
9.0 1
=a
6.0
-.
_
_
_
_
___:~
+- .....
3.0 + - - - - - - - - - - - - - - - - -
...,._.Kolam
-Filter
0.0 + - - - - - - - , - - - - - . - - - - - - - - r - - - - - ,
17:00
23 :00
11:00
5:00
17:00
Waktu(jam)
--------
---------
Gam bar 9. Kondisi pH air selama 24 jam pada kolam akuaponik di dataran rendah
9.00
8.00
7.00
~
6.00
Cia 5.00
'
'"
0
0
4.00
...,._.Kolam
3.00
-Filter
2.00 -
tI
1.00
0.00
- A:
-------------,/---=~"!'!"!:~-"""""--
............
t----- .17:00
...,.
23:00
5:00
11:00
17:00
Waktu(jam)
Gam bar 10. Kondisi oksigen terlarut dalam air selama 24 jam pada kolam
,
akuaponik di dataran rendah
Pada ana lisa 24 jam nilai oksigen ter1arut paling tinggi pada pukul 11 :00 berbeda
dengan nilai oksigen ter1arut pada dataran sedang yang mana yang tertinggi adalah
pada pukul 17:00 berkaitan dengan nilai suhu di dataran rendah pada pukul17:00 suhu
dan pH mengalami penurunan jika dibandingkan dengan nilai suhu dan pH pada pukul
22
sebagaiberikut:
Chlorofil + C~ + matahari mengasilkan Karbohidrat dan 02
Gambar 11. Proses fotosintesa pada tanaman berklorofil dengan bantuan sinar
matahari
Kadar C02 rendah laju fotosintesis menurun karena dapat te~adi titik konpensasi
C02. L..aju fotosintesis sama besamya dengan laju respirasi, berarti produk fotosintesis
habis terpakai untuk keperfuan tumbuhan/plankton sendiri hal ini lah yang menyebabkan
te~adinya
35 .0 1
30.0 .
25.0
1
I
----
20.0
-+-pH
--DO
15.0
....,_ Suhu
10.0
5.0
OD
17:00
23:00
5:00
11:00
17:00
Gam bar 12. Keterkaitan antara kondisi pH, DO dan suhu air selama 24 jam pada
olam akuaponik
23
5.4.
~~ , ~
Tabel 9.
No
1
Fltooiankton
I Chlorella
Zooplankton
Rotifera
I Brachionus
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
I Hvdrodicton
I Pediastrum
I Oocvstis
I Scenedesmus
I Zvanema
I Ulothrix
I Closterium
I Microsoora
I Volvox
I Botrvococus
I Enteromostraca
I Daohnia
Parameter
Keanekaraaaman
Index H'
Keseraaaman
Index E
Dominansi (0
Dataran rendah
2.750-19.125
cukup subur sangatsubur
rendah -sedang
1.16-1.57
rendah
0.81-0.84 ~
Dataran sedang
2.750-34.875
cukup subur sangat subur
rendah -sedang
0.75-1.53
rendah
0.42-0.84
24
40000
35000
30000
~= t7 ~ v
,~
'
15000 - -q
Gambar 13.
-S2
10000
5000
0
-Sl
$3
Hasil analisa makrobantos untuk jenis, kelimpahan (ind/m2) dan ukuran (mm)
tardapat dalam Tabal 11 dibawah ini.
Tabel 11. Janis, Kalimpahan (ind/m2 ) dan Ukuran (mm) Makrobentos
Makrobentos
Dataran rendah
Jenis
Lamnaea sp
I Dataran sedang
Dataran tinggi
Ukuran (mm)
2,5- 11
2-9
Lamnaea sp dan
Chironomous s
4-3 dan 2-14
Kelimpahan
(ind/m2)
1-2
1-6
Lemnaea sp
25
6.1.
DAN SARAN
KESIMPULAN
Dari berbagai data hasil penelitian serta pembahasan, dapat diambil kesimpulan
sebagaiberikut:
a. Budidaya ikan nila Best dengan sistim akuaponik dapat diterapkan di daerah dataran
tinggi, sedang maupun rendah , karena:
Perbedaan ketinggian dataran tidak berpengaruh nyata terhadap sintasan, laju
pertumbuhan dan produktifrtas ikan nila.
Kriteria kualitas air dalam kolam akuaponik di dataran tinggi, sedang dan rendah
masih dalam kisaran yang layak bagi kehidupan ikan nila.
b. Kelimpahan plankton dalam air kolam dengan sistim akuaponik di dataran tinggi,
sedang dan rendah tergolong sangat subur (eutropik). Makrobentos yang hidup
dikolam tersebut dimendominasi oleh Lemnaea sp.
6.2.
SARAN
Per1u dilakukan sosislisasi ke masyarakat mengenai teknik budidaya ikan
dengan sistim akuapionik sehingga mampu meningkatkan produktifrtas lahan dan air
secara optimal.
..
26
27
Wldyastuti, Y.R., Nuryadi dan Kusdiarti 2008. Peningkatan produktivitas budidaya ikan
lela dumbo (Ciarias
gariepi1us) melalui penerapan sistim akuaponik.
Prosiding seminar Penl<anan Nasional. Sekolah linggi Perikanan, Jakarta.
Zonneveld, N., E.A. Huisman dan J.H Bonn 1991. Prinsip-prinsip budidaya ikan. PT
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 318 hal.
_.
28
Lampiran:
Gambar kegiatan b
yang dilakukan di da
sedang (246 M DPL) da
Gambar 1.
Bak media tanam berisi arang kayu yang berfungsi sebagai media
tanaman dan filter air, ditempatkan di atas kolam tembok. Bak media
tanam berukuran 25% dari luas kolam.
Gambar 2.
Petak persemaian benih kangkung darat yang akan ditanam pada bak
media tanaman pada kolam akuaponik
...
29
Gambar 3.
Jenis dan ukuran ikan uji (nila Best) yang akan dipelihara dalam kolam
sistim akuaponik.
Gam bar 4.
Gambar 5.