Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN HASIL PENELITIAN

UJI MUL Tl LOKASI


PADA BUDIDAYA IKAN NILA DENGAN SISTIM AKUAPONIK

PROGRAM INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN


PENELITI DAN PEREKAVASA TAHUN 2010
PROGRAM INSENTIF RISET TERAPAN
Fokus Bidang Prioritas: KETAHANAN PANGAN
Kode Produk Target: 1.02. TEKNOLOGI PERTANIAN LAHAN SUB OPTIMAL
Kode Kegiatan: 1.02.03. PENGEMBANGAN TEKNOLOGI BUDIDAYA KOMODITAS
PANGAN (IKAN) YANG HEMAT AIR
Peneliti Utama : lr. Imam Taufik, M.Si

BADAN RISET KELAUTAN DAN PERIKANAN (BRKP)


Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar
Ala mat
Telp.
Fax
Hp
E-mail
Tanggal

: Jl. Sempur No.1 , Bogor 16514


: 0251 8313 200,
: 0251 8327 890
: 08128333142
: imam_opik67@yahoo.co.id
: 22 November 2010

...

;-.gl'\n

IPENG ESAHAN

OKASI PADA BUDIDAYA IKAN NILA


SISTlM AKUAPONIK
FOKUS BIDANG PRIORITAS: etananan Pangan
2 Teknologi Pertan ian Lahan Sub Optimal
KODE PRODUK TARGET
.02.03. Pengembangan Teknologi Budidaya
KODE KEGIATAN
Komoditas Pang an (lkan) Yang Hemat Air
Lokasi Penelitian
: Lapang an dan Lab
Penelitian Tahun Ke
: Pertama

JUDUL KEGIATAN

KETERANGAN LEMBAGA PELAKSANAANIPENGELOLA PENELITIAN


NAMA KOORDINATORI
PENELITI UTAMA
NAMA LEMBAGN
INSTANSI
UNITKERJA
ALAMATffLP

Jangka Waktu Kegiatan


Biaya Tahun 1
KEG lATAN(Baru/Lanjutan)
Rekapitulasi Biaya

: lr. Imam Taufik, M.Si


: BADAN RISET KELAUTAN DAN PERIKANAN/
PUSAT RISET PERIKANAN BUDIDAYA
: Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar
: Jl. SempurNo.1, Bogor 16154
0251 8313 200; Fax : 0251 8327 890
HP 08128333142
: 2 tahun
: Rp. 85.013.396
: Baru

Jumlah (Rp)

No. I Uraian
1.
2.
3.
4.

I Gaii dan Uoah


I Perialanan
I Bahan Habis Pakai
I Penaeluaran lain-lain
JUMLAH

29.400.000
18.450.000
32.497.000
4.666.396

85.013.396

MENYETUJUI
Boger, 22 November 201 0

.'
Kepala Pusat Riset Perikanan
Budidaya

Peneliti Utama,

DR.Ir. Enday Kusnendar, M.Sc


NIP. 195602041980031003

lr. Imam Taufik, M.Sc


NIP. 196707091994031005

11

RINGKASAN
Akuaponik merupakan kombinasi resirkulasi air yang terintegrasi dengan
kegiatan pertanian secara nyata mampu meningkatkan keuntungan bagi budidaya
perikanan. Penelitian diawali dengan membuat rancangan wadah yang akan dijadikan
prototipe kolam ikan sistim akuaponik dengan proporsi luas bak filter biologis dan bak
media tanam sayur masing-masing 25% dari luas kolam. Tanaman sayuran yang
digunakan adalah kangkung darat (Ipomea aqutica) yang terbukti efektif menyerap
kelebihan unsur hara dalam air. Pembuatan 9 unit kolam akuaponik dilakukan rnasingmasing 3 unit di tiga lokasi yang berbeda. sebagai per1akuan, yaitu: a) dataran tinggi; b)
dataran sedang; dan c) dataran rendah. lkan uji adalah nila Best berbobot rata-rata 1
g/ekor yang ditebar dengan kepadatan 100 ekor/m2 dan diberi pakan 5% dari be rat
biomas/hari dengan frekwensi pemberian 2 kali. Pemeliharaan ikan dilakukan selama 2
bulan, peubah yang diukur meliputi: sintasan dan laju pertumbuhan ikan, serta
produktivitas ikan dan sayuran. Data sintasan dan pertumbuhan dianalisis secara
statistik dengan uji jarak Duncan pada selang kepercayaan 95%.
Dalam penerapan akuaponik air yang mengandung sisa pakan dan buangan
ikan memiliki kualitas air yang mengandung unsur hara penting bagi tanaman. Oleh
sebab itu dinamika kualitas air kolam dan bak filter per1u diteliti. Sampel air diambil dari
kolam ikan secara reguler dan selama 24 jam pada periode tertentu dengan parameter
untuk suhu, kecerahan, pH, suspended solid, DO, C02, Amoniak, Nitrat, Nitrit,
alkalinitas, N- total, P-total, BODS dan TOM. Analisa dilakukan secara deskriptif.
Pengambilan sample plankton dilakukan secara reguler per 2 minggu dan
dengan selang waktu 3 hari dilakukan khusus pada periode tengah masa pemeliharaan
ikan nita. Sampel makrobentos diambil dari sedimenllumpur kolam ikan dan bak filter
setiap 2 minggu. Pengawetan sampel dilakukan menggunakan formalin 4% untuk
selanjutnya diidentifikasi di laboratorium. lndeks diversitas (H') dan keseragaman (E)
menurut Shannon-Weaner dianalisis untuk mengetahui keragaan .biota non ikan dari
~

setiap lokasi penelitian. Analisa dilakukan secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lokasi tidak berpengaruh nyata terhadap


budidaya dengan sistim akuaponik. Kualitas air kolam akuaponik pada semua lokasi
masih dalam kisaran yang dapat

d~lerir

oleh ikan nila. Kelimpahan plankton dalam air

kolam di dataran tinggi, sedang dan rendah tergolong sangat subur (eutropik).
Makrobentos yang hidup dikolam tersebut dimendominasi oleh Lemnaea sp.

111

PRAKATA
laporan ini merupakan laporan hasil riset dengan judul Uji multi lokasi pada
budidaya ikan nila dengan sistim akuaponik, yang rnerupakan pelaksanaan kegiatan
program insentif peningkatan kemampuan peneliti dan perekayasa tahun 2010.
Tujuan riset adalah menerapkan budidaya ikan nila dengan sistim akuaponik
secara multi lokasi untuk menghasilkan paket teknologi yang tangguh dan teruji
sehingga dapat diadopsi serta diaplikasikan oleh masyarakat disegala daerah. Selain itu
kajian ilmiah yang ingin diperoleh melalui riset ini adalah mengetahui dinamika kualitas
air dan keragaan biota non ikan sebagai upaya bagi peningkatan produktivitas dan
keseimbangan ekologis kolam guna pengelolaan budidaya ikan nila.
Hasil riset diharapkan dapat diterima dan diterapkan dengan mudah oleh semua
kalangan masyarakat di berbagai lokasi sebagai suatu altematif kegiatan produktif yang
dapat meningkatkan pendapatan.

Bogar, 22 November 201 0

Tim Peneliti

..
iv

DAFTAR lSI
Hal a man

LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN .. .......... .... .... .. ....... .. .. .. ... .......... .. ... ....

ii.

RINGKASAN ..... ... ... ...... .. ... .... .. .. .. ...... ... ............ ... ................ ... ..... ..... .. .. .... .... ..... ...

iii.

PRAKATA ............................................................................................................

iv.

DAFTAR lSI .........................................................................................................

v.

DAFTAR TABEL ...... ....... .... ....... .... .... ... ..... ... ............ ....... ....... ... ........... ...... .. .... . ...

vi.

DAFTAR GAMBAR ................... ............ .............. ........ ...................... ............... .....

vii.

BAB I.

BAB II.

BAB Ill.
BAB IV.

PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang .... ............................................................ .
1.2.
Perumusan Masalah ............................................... .
TJNJAUAN PUSTAKA
2.1.
Akuaponik ............................................................ .
2.2.
lkan nil a ............................................................... .
2.3.
Kualitas air ......................................................................... .
TUJUAN DAN MANFAAT ..... .................... ........... ...... .... ..... .
METODOLOGI
4.1.
Penerapan Sistim Akuaponik Pada Budidaya
lkan Nila BEST Di Beberapa Lokasi Yang Berbeda ......... .
4.2.
Dinamika Kualitas Air Dalam Budidaya lkan Nila
Dengan Sistim Akuaponik Pada Berbagai Lokasi ...... ....... .
4.3.

BABV.

Keragaan Biota Air Non lkan Dalam Budidaya lkan Nila


Dengan Penerapan Sistim Akuaponik Di Dataran Renda h.
Sedang dan Tinggi
.. .. .... .... ... ...... ....... ............ ..... ............ .

3.
4.
5.
6.

7.

8.

9.

HASIL DAN PEMBAHASAN


5.1.

Kondisi umum lokasi ......... .................. ...............................

5.2.

Penerapan Sistim Akuaponik Pada Budidaya lkan


Nila BEST Di Beberapa Lokasi Yang Berbeda....................
Dinamika Kualitas Air Dalam Budidaya lkan Nila
Dengan Sistim Akuaponik Pada Berbagai Lokasi... .............
Keragaan Biota Air Non lkan Dalam Budidaya lkan Nila
Dengan Penerapan Sistim Akuaponik Di Dataran Rendah,
Sedang dan Tinggi ................................... ... :. ............ ...... .....

5.3.
5.4

BAB VI.

1.
1.

10.
10.
15.

24.

KESIMPULAN DAN SARAN


6.1.

Kesimpulan .... ..................... .... ... .... ..... ...... ......... ......... ........

26.

6.2.

Saran ... ............. ............ ... ................ ............... ... .. ... .. ... ..... ..

26.

BAB VII. DAFTAR PUSTAKA ... ~.......................... . ...............................................

27.

LAMP IRAN

TABEL
Halaman
ia. dan biologi kualitas air ........... .

8.

Tabel1.

Pengukuran parameter fis

Tabel 2.

Sintasan ikan nila pada masing-masing lokasi penelitian


selama penelitian (nila1rata-rata + standar deviasi)
.. . .. . .. . .. . .

11.

Nilai rata-rata laju pertumbuhan harian individu (%) ikan nila Best
pad a setiap per1akuan selama penelitian. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

13.

Nilai rata-rata produktivitas (~/hari) ikan nila Best pada


setiap per1akuan selama penelitian. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . .

13.

Produksi (g/rumpun) kangkung pada setiap waktu panen dari


masing-masing kolam per1akuan ....................................................

14.

Kisaran dinamika parameter kualitas air pada kolam dan filter


akuaponik Data ran tinggi............ . . . . . . . . . . . . .. . .. .. .. .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. .

15.

Tabel 3.
Tabel4.
Tabel 5.
Tabel6.
Tabel 7.

Kisaran dinamika parameter kualitas air pada kolam dan fitter


akuaponik dataran sedang..............................................................
Tabel 8. Kisaran dinamika parameter kualitas air pada kolam dan filter
akuaponik data ran rendah .................................... ..... .................... .
Tabel 9. Komposisi jenis plankton dari ke 3 lokasi berbeda.........................
Tabel10. Kelimpahan (ind/1), keanekaragaman, keseragaman dan
dominanasi plankton.... ................ .. .................................................
Tabel 11. Jenis, Kelimpahan (indlm 2 ) dan Ukuran (mm) Makrobentos..........

16.

24.
24.
25.

...

Vl

DAFT AR ,GAM BAR


Halaman
Gambar 1.
Gambar 2.
Gambar 3.

Gambar 4.
Gambar 5.
Gambar 6.
Gambar 7.
Gambar 8.
Gambar 9.
Gambar 10.
Gambar 11.
Gambar 12.
Gambar 13.

Bobot rata-rata individu ikan (g/ekor) dari masing-masing


perfakuan pad a setiap walctu pengukuran (minggu) . . . . . . .. . . . . . . . . . . .
Kondisi suhu air selama 24 jam pada kolam dan filter dataran
tinggi kolam-filter sejalan fluktuasi suhu............. ................ ....... ... ...
Kondisi pH selama 24 jam dataran tinggi. Analisa pakai pH tetes
mengakibatkan rangenya terlalu kasar maka
sulit melihat perbedaan..... ...............................................................
Kondisi oksigen terlarut selama 24 jam pada kolam akuaponik
di data ran tinggi..... ..... ........... ..... ... ........................ ......... ... ...... .. .. .. .. .
Kondisi suhu air selama 24 jam pada kolam akuaponik di
dataran sedang. ................................................................................
Kondisi pH air selama 24 jam pada kolam akuaponik di data ran
sedang.. . ..........................................................................................
Kondisi oksigen terlarut dalam air selama 24 jam pada kolam
akuaponik di dataran sedang...........................................................
Kondisi suhu air selama 24 jam pada kolam akuaponik di data ran
rendah.............................................................................................
Kondisi pH air selama 24 jam pada kolam akuaponik
di data ran rendah..... .... ... .. .... .. .. ................ ... ..... .. ...... .... ............... ...
Kondisi oksigen terlarut dalam air selama 24 jam pada kolam
akuaponik di data ran rendah.... .................... ....... ...........................
Proses fotosintesa pada tanaman berklorofil dengan bantuan sinar
matahari............ ... . . . .. . . .. . .. .. . . .. .. . . .. .. . . . . . .. .. . . . .. . . . . . . .. .. . .. . . .. .. ..
Keterkaitan antara kondisi pH, DO dan suhu air selama 24 jam
pad a kolam akuaponik... . . .. . . . . . . . .. ... . . . . . . . . . . .. . .. . . . . . . . .. .. . . . . . .. . . . .. .
Grafik perkembangan kelimpahan plankton di dataran sedang.......

12.
18.

18.
19.
20.
20.
21.
21.
22.
22.
23.
23.
25.

...

Vll

BAS I. PE

1.1

ULUAN

Latar Belakang
Akuaponik (aquaphonic) merupakan salah satu teknologi budidaya yang

mengkombinasikan pemeliharaan ikan dengan tanaman (Nelson, 1998). Teknologi ini


merupakan teknologi terapan hemat lahan dan air dalam budidaya ikan sehingga dapat
dijadikan sebagai suatu model perikanan perkotaan dan pertamanan di kompleks
perumahan.
Sebagai salah satu teknologi baru dalam bidang perikanan, sistim budidaya
akuaponik perlu diuji kehandalannya sebagai suatu paket teknologi yang berlaku secara
multi lokasi yaitu paket teknologi yang dapat diterapkan pada berbagai lokasi yang
berbeda secara topografis seperti dataran tinggi, sedang dan rendah .
Penerapan sistim akuaponik pada budidaya ikan nila di lokasi-lokasi berbeda
diduga memiliki keanekaragaman hayati biota air non ikan yang berbeda. Plankton dan
makrobentos merupakan bagian penting dari rantai makanan (food chain) dalam
lingkungan budidaya ikan dan memiliki peranan penting pada kualitas air suatu perairan
(Pennak, 1978). Apabila perairan tersebut cukup unsur hara untuk pertumbuhan
plankton dan terdapat banyak jenis benthos hal tersebut mengindikasikan bahwa
kualitas air di perairan tersebut bag us (Macan, 1960). Oengan mengetahui komposisi
jenis dan kelimpahan plankton dan makrobentos pada kolam ikan nila dalam penerapan
sistim akuaponik akan diketahui kondisi ekologis kolam dan keseimbangannya guna
pengelolaan lingkungan budidaya .
1.2.

Perumusan Masalah
Di daerah perkotaan, usaha budidaya perikanan sering kali dianggap sudah tidak

layak lagi karena terbatasnya lahan dan sumber air akibat terdegradasi oleh laju
industrialisasi dan pemukiman, padahal kota merupakan pasar yang sangat potensil
bagi produk perikanan. Kondisi ini dapat diatasi dengan menerapka(l sistim budidaya
~

akuaponik yang terbukti hemat lahan dan air dengan produksi ganda berupa ikan dan
sayuran. Sejauh ini sistim budidaya akuaponik masih sebatas kajian riset yang terus
dikembangkan dan disempumakan, sehingga perlu diuji penerapannya diberbagai lokasi
yang berbeda seperti dataran tinggi, sedang dan rendah dengan jenis komoditas yang
~

berbeda pula. Oalam sistim akuaponik kualitas air, jenis dan komposisi biota air non ikan
merupakan suatu rangka ian yang akan meningkatkan produktivitas dari ikan dan

sayuran. Oari hasil kajian ini,

ya aruaponik diharapkan mampu men~di paket

teknologi budidaya yang tangg

dan teruJi vang dapat diadopsi serta diaplikasikan oleh

masyarakat disegala daerah.

PUSTAKA

2.1.

Akuaponlk
Berdasarkan serangk.a1an has1J penelitian Balai Riset Perikanan Budidaya Air

Tawar (BRPBAT), Bog or sistim akuaponik terbukti dapat diterapkan untuk budidaya
jenis-jenis ikan nila!Oreochromis niloticus (Kusdiarti, et.al., 2006),

mas (Cyprinus

carpio), lele dumbo/C/arias gariepinus (Widyastuti, et.al, 2008) dan ikan ekonomis
lainnya. Penerapan akuaponik merupakan jawaban dari efisiensi air dan penghematan
lahan budidaya serta tambahan pendapatan (income) dari hasil panen tanaman
(Widyastuti, et.al., 2008).
Dengan budidaya akuaponik nitrat

dan pospat yang merupakan limbah dari

budidaya ikan dapat diserap dan digunakan sebagai pupuk oleh tanaman akuatik
sehingga menurunkan konsentrasi cemaran (N dan P) serta meningkatkan kualitas air.
Sistim ini mengintegrasikan budidaya ikan secara tertutup (resirculating aquaculture)
yang dipadukan sistim tanam sayuran. Penggunaan biofilter diharapkan meningkatkan
kualitas air untuk digunakan kembali dalam pemeliharaan ikan. Dinamika kualitas air
dalam sistim akuaponik ini perlu dikaji guna peningkatan produktivitas kolam ikan nila.
Pemantauan kualitas air diantaranya untuk mengetahui gambaran kualitas air pada
suatu tempat secara umum parameter fisika, kimia dan biologi yang selanjutnya menilai
kelayakan untuk kepentingan budiadaya perikanan (Mason, 1993 dalam Efendi, 2003).
Untuk kegiatan budidaya perikanan kualitas air yang tepat dan berada dalam kisaran
layak berkaitan dengan sintasan dan pertumbuhan ikan (Boyd, 1982; Effendi, 2002).
Fray (1971) menyatakan bahwa suhu dan pH merupakan faktor kontrol, sedangkan
oksigen dan cahaya merupakan faktor pembatas terhadap organlsme (ikan).
Penerapan sistim akuaponik pada budidaya ikan nila di lokasi-lokasi berbeda
diduga memiliki keanekaragaman hayati biota air non ikan yang berbeda. Plankton dan
makrobentos merupakan bagian penting dari rantai makanan (food chain) dalam
lingkungan budidaya ikan dan memiliki peranan penting pada kuaUtas air suatu perairan

.'

(Pennak, 1978). Apabila perairan tersebut cukup unsur hara untuk pertumbuhan
plankton dan terdapat banyak jenis benthos hal tersebut mengindikasikan bahwa
kualitas air di perairan tersebut bagus (Macan, 1960). Dengan mengetahui komposisi

..

jenis dan kelimpahan plankton dan makrobentos pada kolam ikan nila dalam penerapan
sistim akuaponik akan diketahui kondisi ekologis kolam dan keseimbangannya guna
pengelolaan lingkungan budidaya.

2.2.

lkan nlla
lkan nila (Oreochromis ntlOtJCtiS)

pakan jenis ikan yang mempunyai nllai

ekonomis tinggi dan merupakan komoditas penting dalam bisnis ikan air tawar dunia.
Beberapa hal yang mendukung pentintnya komoditas nila adalah a) memiliki resistensi
yang relaitif tinggi terhadap kualitas air dan penyakit, b) memiliki toleransi yang luas
terhadap kondisi lingkungan, c) memilik:i kemampuan yang efisien dalam membentuk
protein kualitas tinggi dari bahan organik, limbah domestik, dan pertanian, d) memiliki
kemampuan tumbuh yang baik, serta e) mudah tumbuh dalam sistim budidaya intensif
(Carman dan Sucipto, 2009).
Kunggulan ikan nila dibanding komoditas air tawar lainnya semakin nyata
dengan ditemukannya strain baru lewat serangkaian penetitian pemuliaan dari BRPBAT,
yaitu nita BEST (Bogor Enhanced Strain Tilapia).

Hasil seleksi menunjukkan

peningkatan bobot tubuh sebesar 10.62% dibanding generasi tetua, peningkatan


panjang sebesar 2.7%, respon seleksi berdasar perbedaan rataan antara poputasi
seleksi dan populasi sebelumnya adalah 11.5 gram untuk bobot dan 4.1 mm untuk
panjang (Gustiano et.al., 2007).
Nila Best merupakan hasil program seteksi famili. Penggunaan seleksi famili
datam sebuah program pemuliaan ikan nita merupakan tangkah tepat yang harus
ditempuh mengingat performa nila sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Hasil
pengujian pada salinitas 5 ppt, nita BEST tetap merupakan strain terbaik dalam
pertumbuhan dibandingkan dengan strain lokal Kuningan, Red NIFI, nila merah, dan nita
hitam yang ada di masyarakat. Berdasarkan seleksi hasit famili dari beberapa strain nita
BEST pada karakter pertumbuhan, diharapkan bahwa keberadaannya dapat menjadi
obat penyembuh bagi perbudidaya yang berharap illemelihara ikan nita unggul.
Hingga saat ini budidaya pembesaran ikan nila masih sangat tayak untuk
dikembangkan datam suatu unit usaha karena harga jual ikan ini di pasar domestik
sangat menggiurkan, sementara itu beberapa pasar di daerah seperti Jawa Tengah,
Jawa Barat dan Padang masih kekurangan pasokan. Menurut data statistik hampir 80%
~

dari produk nita terserap untuk pasar tokat, belum tagi petuang pasar untuk eksport
(Carman dan Sucipto, 2009).

...
4

2.3. Kualltas air


Kualitas air memegang
kegiatan budidaya. Kualitas a

,.._, ..... slam bidang perikanan terutama untuk

Clde!".IL~n

sebagai faktor kelayakan suatu perairan


an organisme akuatik yang nitainya

untuk menunjang kehidupa


ditentukan dalam kisaran terten

g maupun tidak langsung terhadap faktorfaktor seperti aktivitas enzim. tmgkat metabolisme maupun kadar oksigen. Proses
penyerapan cahaya ber1angsung secara lebih intensif pada laplsan atas perairan
sehingga lapisan atas perairan memiliki suhu yang lebih tinggi (lebih panas) dan
densitas yang lebih kedl daripada lapisan bawah (Effendi, 2003). lkan nita merupakan
jenis ikan yang tinggi toleransinya terhadap perubahan suhu, suhu yang baik untuk ikan
nita berkisan 22 - 37C (Jangkaru eta I., 1991)
Bahan polutan cenderung lebih beracun pada air dengan tingkat kesadahan
rendah (soft) dengan nilai pH yang stabil, sedangkan kesadahan yang tinggi cenderung
menurunkan toksisitas dari polutan dalam tiap nilai pH (Mason, 1992). Kelarutan
phosphorus, calcium akan menurun tajam pada pH kurang dari 6 (James E et a/ .,
2006). Air yang digunakan untuk budidaya ikan pada kolam air tenang sebaiknya

mempunyai pH antara 6.7-8.2 (Zenoveld et.al., 1991) atau pH sekitar 7- 8.5 (Effendi,
2000).

Amonia dalam air merupakan produk hasit metabolisme ikan dan pembusukan
senyawa organik oleh

bakteri.

Keberadaan amenia dalam air mempengaruhi

pertumbuhan karena dapat mereduksi masukan oksigen yang disebabkan oleh


rusaknya insang, menambah energi untuk keper1uan detoksifikasi, mengganggu
osmoregulasi dan mengakibatkan kerusakan fisik pada jaringan (Boyd, 1990)
Kandungan nitrit (N-N02) dalam perairan dapat menghambat kemampuan darah
biota air dalam mengikat oksigen, sehingga biota ini akan terserang methaemoglobin
yang dapat menyebabkan kematian. Setelah nitrit terbentuk daf1 terakumulasi maka
nitrobakter akan tumbuh dengan mengkonsumsi nitrit tetsebut dan kemudian
menguraikannya menjadi nitrat (N-N0 3) (Purwakusuma, 2003). Nitrat umunya tidak
berbahaya/beracun bagi ikan tetapi menurut EPA (1986) nitrat dapat berbahaya apabila
pada kondisi tertentu nitrat tersebut berkurang dan berubah menjadi nitrit, namun pada
konsentrasi sekitar 90 mgll tidak al<'tn merugikan ikan.

BAS

FAAT

Posisi adu tawar berbaga. Ul UU'..lll.

sebenamya dapat diperbaiki apabila


men yang umumnya berada diperkotaan.

pembudidaya ikan mamp


Akan tetapi diperkotaan pada

etersediaan lahan dan sumber air sangat

terbatas disamping kua litasnya

ercemar sehingga tidak cukup layak bagi usaha

budidaya ikan. Kesenjanga

sebenamya dapat diatasi dengan menerapkan

teknik budidaya ikan secara he mat lahan dan air melalui sistim akuaponik.
Penelitian mengenai penerapan budidaya ikan nita dengan sistim akuaponik
secara multi lokasi diharapkan mampu memantapkan serta menghasilkan paket
teknologi yang tangguh dan teruji sehingga dapat diadopsi serta diaplikasikan oleh
masyarakat disegala daerah. Selain itu, mengetahui dinamika kualitas air dalam sistim
akuaponik secara multi lokasi merupakan hal yang cukup penting sebagi upaya
peningkatan produktivitas dalam kegiatan budidaya ikan nila.
Disamping dinamika kualitas air, mengetahui keragaan biota non ikan juga
merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dalam pengembangan sistim akuaponik
yang dapat diterapkan pada berbagai lokasi sehingga dapat tercipta keseimbangan
kondisi ekologis kolam guna pengelolaan budidaya ikan nila secara berkelanjutan.

...

OOOLOGI

4.1.

,p;

Penerapan Sistim Akua


Lokasl Yang Berbeda

Budidaya lkan Nlla BEST Di Beberapa

Wadah penelitian berupa lkola

aya yang dirancang dengan sistim

akuaponik, dilengkapi bak medta ta

sayuran yang bensi arang kayu dan

ditempatkan di luar kola m. Luas bak media tanam sayuran sebesar 25% dari luas kolam
ikan (Nugroho dan Sutrisno, 2008) dan untuk kebutuhan resirkulasi air digunakan
pompa celup dengan kapasitas aliran 70 ttr/menit yang mendistnbusikan air ke setiap
rumpun tanaman sayuran. Air yang ter1alukan dan bak media tanam sayuran akan
mengafir dan kemba fi masuk ke kolam ikan dengan kualitas yang lebih baik. Pembuatan
kofam akuaponik tersebut sebanyak 9 unit, dimana setiap 3 unit ditempatkan di tiga
lokasi yang berbeda sebagai per1akuan.
lkan nila BEST (Oreochromis niloticus) digunakan sebagai hewan uji berbobot
rata-rata 1 gr/ekor yang ditebar dengan kepadatan 100 ekor/M 2 (Nugroho dan Sutrisno,
2008). Selama penelitian ikan uji diben pakan berupa pellet

sebanyak 5%/ berat

biomaslhari dengan frekwesi pemberian 2 kali. Penyesuaian dosis pakan dilakukan


berdasarkan data berat rata-rata sample ikan yang diukur tiap 2 minggu.
Sayuran yang ditanam pada media filter adalah jenis kangkung air (Ipomea
aquatica) yang terbukti paling efektif dalam menyerap kandungan nitrogen (N) dan

pospat (P) dalam air yang perasal dari sisa pakan dan metabolisme ikan yang
dibudidayakan. Benih kangkung yang digunakan berukuran tinggi 7-10 em, ditanam 10
batang dalam 1 rumpun dengan jarak tanam 20 em. Dipanen setiap 2 minggu dengan
cara memangkas pada pangkal batang

be~arak

5 em dan akar, kemudian ditimbang

untuk mengetahui produktivitasnya.


Penelitian I pemeliharaan ikan dilakukan selama dua bulan dengan sasaran
produk berupa ikan nil a ukuran sangkal ( 10 g/ekor). Peubah y.ang diukur meliputi:
'
sintasan, laju pertumbuhan serta produktivitas ikan dan sayuran.
Pengukuran
pertambahan berat ikan dilakukan setiap 2 minggu dengan cara sampling. Data yang
terkumpul selanjutnya dianalisis secara statistik yang dilanjutkan dengan uji jarak

_.

Duncan pada tingkat kepercayaan 95%.


Derajat sintasan dihitung dengan rumus Effendi (1979): SR = Nt/No x 100%
[SR =Survival Rate(%) ; No= jumlah hewan uji pada awal penelitian; dan Nt = jumlah

hewan uji pada akhir penelitianl. La"


{1975), yaitu: G =[In

Wo

Wt- In

Wc,V&

harian diukur dengan rumus Ricker


(G

=Laju pertumbuhan harian individu {%);

=bobot rata-rata individu pada awal pengamatan (g); Wt =bobot rata-rata individu

pada akhir pengamatan (g); & = waktu pemeliharaan]. Produktivitas bioamas ikan dan
tanaman kangkung ditentukan dengan rumus: P
{g/hari); Wo

= M'f-

Wo)l& [P

= produktivitas

= bobot awal biomass (g); W1 = bobot akhir biomas (g); Lit = waktu

pemeliharaan]

4.2.

Dinamika Kualitas Air Dalam Budidaya lkan Nila Dengan Slstim Akuaponlk
Pada Berbagai lokasf
Pengukuran parameter kualitas air dilakukan setiap 2 minggu pada jam yang

sama, disamping itu dilakukan pengamatan suhu; DO; N total dan P Total untuk 24 jam
sebanyak 3 kali. Beberapa parameter kualitas air yang diukur serta metoda pengukuran
yang digunakan selama penelitian adalah seperti pada table di bawah ini.

Tabel1.
No

Pengukuran parameter fisika, kimla, dan biologl kualitas air


Parameter

Fisika:

1
2
3
4

Suhu
Kecerahan
Kekeruhan

TDS

AI at

Satuan

uc
M
NTU
mgll

Metode

Termometer Hg
Secchidisk
Turbidimeter
Penyaring milipxe,
timbangan analitik

In situ
Penetrasi cahaya, In situ
Nephallomebik, In situ
Gravimebik, L.atx>ratorium

pH meter
DO meter
Peralatan titrasi
Peralatan titrasi
Peralatan titrasi
Spektrofotometer

In situ
In situ
Titrasi, l.aboratorium

Kimia:

5
6

7
8
9
10
11
12
13
14

pH
DO
C02
BODs
COD
Nitrat (N03)
N total
p total
Alkalinitas
Bahan organik

mg!L
mgll
rng/L
mg!L
mg!L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L

S~otometer

Spektrofotometer
Peralatan titrasi
Peralatan titrasi

T~.Laboratorium
T~,Laboratorium

Spektrofotometrik, Laboratorium
Spektrofot~etrik, Laboratorium
Spektrofotometrik, Laboratorium
Titrasi, Laboratorium
T~. Laboratorium

4.3.

Keragaan Biota AJr Non Ibn O.Jam Budidaya lk.an Nila Dengan P.enerapan
Slstlm Akuaponlk 01 Dataran Rendah, Sedang Dan Tlnggl
1

menggunakan plankton net secara

Sample plankton akan


regular setiap 2 minggu pada

ambilan sample dengan periode setiap 3

hari guna melihat per1<emb

dltakukan pada periode tengah masa

pemeliharaan ikan nila. Pengaweta1

dilakukan menggunakan formalin 4% untuk

selanjutnya diidentifikasi di laborato


Makrobentos diambil menogunakan plastik core dengan cara menekan alat
sedalam 5 em kedalam sedimenllumpur kolam setiap 2 minggu di setiap kolam ikan nila.
Semua material yang terambil dikumpulkan dan ditempatkan dalam kantong plastik
sampel. Pengawetan sampel dilakukan menggunakan formalin 4%. Alkohol 70%
digunakan selama proses identifikasi. Sampel kemudian diayak menggunakan ayakan
bertingkat dengan diameter lobang ayakan 0,5; 1; 1,5 dan 2 mm. Proses pengayakan
termasuk penyeleksian, identifikasi dan penghitungan dilakukan di laboratorium.
ldentifikasi dilakukan dengan panduan Ward and Whipple (1966), Pennak
(1978) dan Fitter and Manuel (1986).

lndeks diversitas dan keseragaman spesies

(Dodds 2002) dijadikan indikator terjadinya suksesi yang mengarah ke kestabilan


kondisi sistem budidaya yang diterapkan. Rumus Shannon-Weaner berikut digunakan
untuk menghitung indeks diversitas dan keseragaman.

H' = - rPJ In PJ
dimana pj adalah proporsi spesies j, dan H' indeks diversitas
E = H'llnS
dimana S adalah jumlah spesies, dan E adalah indeks keseragaman
Komposisi dan kelimpahan jenis dari plankton dan makrobentos akan dianalisa.
Selanjutnya lndeks diversitas dan dominasi species dijadikan indikator terjadinya
suksesi yang mengarah ke kestabilan kondisi pada budidaya ikan nila dengan sistim
akuponik yang diterapkan. Penelitian dilakukan selama 2 bulan.
~

..,

PEIIBAHASAN

BAB V.

6.1. Kondlsl umum lokasl


Penelitian ini dilakukan pada oga ik)kasi dengan ketinggian tanah dari permukaan
laut (DPL) yang berbeda

sebag~

per1akuan. Adapun ketiga lokasi yang dipilih dan

dianggap mewakili daerah dengan ketinggian berbeda adalah:


Dataran tinggi (> 500 M DPL}: dilaku kan di Desa Cimacan, Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur yang ter1etak

pad a ketinggian

.:t

1008 M DPL. Meskipun

lokasi ini merupakan lembah dengan vegetasi tanaman yang rapat tetapi letak
petakan kolam terbebas dari naungan (terbuka) sehingga cukup mendapat
intensitas cahaya matahari. Kolam yang digunakan di lokasi ini terbuat dari
tembok, berukuran 6 M2 (3 x 2 M).
Pasi~aya,

Dataran sedang (100- 500 M DPL): dilakukan di Desa


Ciomas - Kodya Bogor yang ter1etak pada ketinggian

.:t 246

Kecamatan

M DPL. Lokasi ini

merupakan tempat dilakukannya riset perikanan sehingga sangat ideal sebagai


stasiun pengujian. Kolam yang digunakan di lokasi ini terbuat dari tembok,
dengan ukuran luas 10 M2 (5 x 2 M).
Data ran rendah (0 - 100 M DPL): dilakukan di Desa Cimaja, Kecamatan Cisolok
- Kabupaten Sukabumi yang ter1etak pada ketinggian .:!: 7 M DPL. Lokasi ini
merupakan tempat produksi berbagai benih ikan air tawar seperti nila, bawal,
patin dan mas sehingga cukup ideal sebagai tempat pengujian. Kolam yang
digunakan terbuat dari tembok berukuran luas 7.5 M2 (3 x 2.5 M}

5.2. Penerapan Sistim Akuaponik Pada Budidaya lkan Nila BEST Di Beberapa
Lokasi Yang Berbeda
a. Sintasan

Derajat sintasan atau kelangsungan hidup ikan merupakan nilai perbandingan


antara jumlah ikan yang ditebar pada awal penelitian dengan jumlah ikan yang hidup

pada akhir penelitian dan dinyatakan dalam bentuk prosen. Hasil dari pemeliharaan ikan
selama 8 minggu, temyata sintasan ikan nila pada setiap lokasi penelitian adalah seperti
pada table di bawah ini

10

label 2.

selama

Sintasan lkan n
penelitian (nllal rata~

No.

Slntasan ikan *(%)

70.11" :t 6.44

Sedang

:t 2.14

Renda

:t 4.71

Keterangan: )

Angka dalam kolom sama yang diikuti huruf superskrip sama menunjukkan
tidak beda nyata (P<0.05)

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa sintasan tertinggi dicapai oleh ikan nila pada
budidaya akuaponik di dataran sedang yaitu sebesar 74.80%, disusul oleh dataran
rendah (71.20%) dan yang paling rendah adalah sintasan ikan pada dataran tinggi

(70.11 %), tetapi dari hasil analisis staitistik sintasan ikan nila dari ketiga perfakuan
tersebut menunjukkan tidak berbeda nyata (P>O.OS). Hal ini berarti bahwa budidaya ikan
nila Best berukuran 1 g/ekor dengan sistim akuaponik pada pad at penebaran 100
ekor/M 2 selama 8 minggu pemeliharaan dapat dilakukan di daerah dataran tinggi,
sedang dan rendah akan menghasilkan derajat sintasan yang tidak berbeda.
Dari hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa mortalitas ikan mas
terutama terjadi pada minggu pertama pemeliharaan karena ikan masih beradaptasi
dengan kondisi lingkungan pemeliharaan. Secara umum kemampuan ikan nila Best
untuk beradaptasi dengan lingkungan perairan di dataran tinggi, sedang dan rendah
temyata cukup baik, terbukti dengan nilai sintasan > 70%.

b. Pertumbuhan
Pertumbuhan

adalah

istilah

sederhana yang

dapat dirumuskan sebagai

pertambahan ukuran panjang atau berat dalam suatu waktu. Definisi demikian
merupakan pertumbuhan individu atau pertambahan jaringan

aki~at

dari pembelahan

sel secara mitosis. Terjadinya proses tumbuh atau pertumbuh~an pada ikan dapat
dideteksi dari

meningkatnya

bobot

ikan

sejalan

dengan

bertambahnya

waktu

pemeliharaan.
Faktor utama yang memp,ngaruhi pertumbuhan ikan adalah faktor internal
(berasal dari ikan itu sendiri) dan faktor ekstemal (variabel lingkungan tempat hidup
ikan), namun dari kedua faktor tersebut belum diketahui faktor mana yang memegang

11

dilakukan setiap 2 minggu, rata-rata

peranan lebih dominan. Dari ha

da.pat digambarkan seperti grafik di bawah

bobot individu ikan mas dari setia


ini.
16.00
14.00
~

1200

I1:1 1o.oo

j
i
.z

8.00
6.00
4.00

Waktu pemellharaan (mlnggu)

[--+- D:lr. tilggi - - - Oat. sedang

D:lt. rendah ]

Gambar 1. Bobot rata-rata individu ikan (glekor) dari masing-masing perlakuan


pada setiap waktu pengukuran (minggu)

Dari gambar diatas terlihat bahwa pertumbuhan ikan nila secara sampling pada
dataran sedang dan rendah lebih cepat dibanding dataran tinggi. Hal ini tentu berkaitan
erat dengan temperatur air dan udara dimana semakin tinggi dataran dari permukaan
taut maka temperatumya akan semakin rendah.
Pertumbuhan dapat terjadi apabila ada kelebihan input energi dan asam amino
(protein) yang berasal dari makanan. Seperti diketahui, bahan yang berasal dari
makanan akan digunakan oleh tubuh untuk metabolisms dasar, pergerakan, produksi
organ seksual, perawatan bagian-bagian tubuh atau mengganti sel-sel yang tidak
terpakai lagi. Bahan-bahan yang tidak berguna akan dikeluarkan dari tubuh. Apabila
terdapat bahan berlebih dari keperluan tersebut di atas akan ~itilat sel baru sebagai
penambahan unit atau penggantian sel dari bagian tubuh. Secara keseluruhan
resultantenya merupakan perubahan ukuran atau pertumbuhan (Affandi dan Tang,
2002).
~

12

pada awal dan akhir penel~ian, maka

Berdasarkan hasil
diketahui pertumbuhan ikan mas

rn2C.Jno-masing per1akuan adalah seperti pada

Tabel3.

label 3.

Nilal rata-rata laju pertumbuhan harlan lndividu (%) lkan nlla Best pada
setlap pertakuan selama penerttian.

No

Pertakuan

Laju pertumbuhan harlan lndivldu


(%)
2.97A0.36

Dataran tinggi

Dataran sedang

3.2~0.27

Dataran rendah

3.13" 0.34

Keterangan:

Angka dalam kolom sama yang diikuti huruf sama menandakan tidak
beda nyata (P<O.OS)

Dari tabel di atas ter1ihat bahwa laju pertumbuhhan harian ikan nila paling tinggi
diperoleh pada budidaya akuaponik di dataran sedang yaitu sebesar 3.20%, disusul oleh
dataran rendah (3.13%) dan dataran tinggi (2.97%). Akan tetapi selisih nilai tersebut
secara statistik tidak berbeda nyata (P>0.05).

c.

Produktivitas
Produktivitas biomas diperoleh dari hasil korelasi antara sintasan dan laju

pertumbuhan ikan. Nilai tersebut merupakan pendekatan yang akurat untuk mengukur
pertambahan bobot biomas ikan setiap hari. Produktivitas ikan nila yang diperoleh pada
kolam budidaya akuaponik dari setiap per1akuan adalah seperti pada tabel dibawah ini.

label 4.

Nilal rata-rata produktivitas (g/M 2/harl) lkan nila Best pada setiap
perlakuan selama penelltlan.

No

Perlakuan

Dataran tinggi

Dataran sedang

Dataran

Keterangan:

renda~

Produktivitas (g/M2/hari)
8.41A 2.87
10.56A f 0.86
9.93Af 2.19

Angka dalam kolom sama yang diikuti huruf sama menandakan tidak
beda nyata (P<O.OS)

13

Dari hasil pengukuran

pada akhir penelitian diketahu! bahwa

produktivitas paling tinggi di~

dataran sedang sebesar 10.56

g/M /hari, disusul oleh dataran rendah


2

/han) dan yang terakhir pada dataran

ktifitas ikan nila dari ketiga perfakuan

tinggi (8.41 g/M /hari) . Secara

tersebut tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P>O.OS).


Selain mampu menghasilkan dag!ng ikan secara efisien per satuan luas kolam,
budidaya dengan sistim akuaponik juga dapat menghasilkan sayuran sebagai produk
tambahan yang sanggup mengkonpensasi biaya produksi daging ikan. Selama 8
minggu pemerfiharaan telah dilak:u kan panen kangkung sebanyak 4 kali dengan jumlah
produksi setiap kali panen seperti tercantum pada Tabel 5.

Tabel 5.

No

Produksi (glrumpun) kangkung pada setiap waktu panen dari masingmasing kolam perfakuan

Perfakuan
(data ran)

Produksi (g/rumpun) pada panen ke-

Tinggi

17.13

10.85

5.31

4.45

Sedang

24.44

21.66

5.21

6.5

Rendah

33.97

14.10

3.45

5.31

--

---

Dari hasil panen yang dilakukan setiap 2 minggu diketahui bahwa produktivitas
tanaman kangkung pada semua lokasi secara nyata berkurang pada panen ke-3 yaitu
dalam periode pemeliharaan 6 minggu. Hal ini disebabkan karena umur tanaman
kangkung yang sudah terfalu tua sehingga potensi untuk menumbuhkan tunas baru
telah menurun. Dengan demikian untuk mempertahankan produksi, sebaiknya setelah 2
kali panen (4 minggu pemeliharaan) tanaman kangkung dicabut dan diganti dengan bibit
yang baru.
~

14

5.3. Dlnamlka Kualitas Air Dalam Budidaya lkan Nila Dengan Slstim Akuaponlk
Pada Berbagal Lokasl
Untuk mengetahui kriteria kualttas air dalam setiap kolam akuaponik, dilakukan
pengukuran sifat fisika-kimia air secara berkala setiap 2 minggu. Sedangkan untuk
memantau dinamika kualitas air harian dnakukan pengamatan (sampling) kualitas air
selama 24 jam sebanyak 3 kali selama penelitian.

a. Pengukuran berkala
Dari hasil pengukuran secara berkala, diperoleh nilai kisaran beberapa
parameter kualitas air dari kolam akuaponik di data ran tinggi, sedang dan rendah seperti
pada tabel berikut:

label 6.

Kisaran dinamika parameter kualitas air pada kolam dan filter


akuaponlk Dataran tinggi
Tinggi

Awal

Kolam

Filter

27.2

25.2-28,5

26,0-26,9

Kecerahan (m)

0-0,02

TSS (mQ/l.)

<1

<1 - 21,8

<1- 16,2
7.84-7,87

Parameter
Suhu (C)

pH

8.1

7.9-7,94

DO (mQ/L)

4.47

3.63-4,27

3.01-3,9

C02 (mQ/L)

1.86

1.86

1.86

114,84

1,198- 198.76

194.35-203,2

168-189

180.6-201,6

180.6- 214,2

0.132- 0,531

0.814-0,985

0.86-0,987

T. POSPat (mQ/L)

0.294-0.641

1.056-1,118

1.021 -1,118

N-NH3 (mall)

0.082- 0,125

0.191-0,21

0.187-0,308

N-N02 (mg/L)

0.15-0,512

0.017- 0,059

Alkalinitas (mgll.)
Kesadahan (mgll.)

0 . pespat CmQ/U

N-N03 (mg/L)

0.056 - 0,068
~

2.976-3,8

0.524 - 0,642

T.Nitrogen (mgll)

3.495- 3,953

1.462-1,63

1.37-2,236

COD (mgll)

19.81- 20,55

5-63,57

3.57-5,14

BOD (mQ/L)

3.17-3,3

0.58-10,17

5.14-0,57

TBOT (mQ/L)

5.06-J.,1,37

8.3-9,75

9.75

0.502 - 0, 738

15

Tabel7.

Klsaran dinamik.a
akuaponlk dataran aedana

air pada kolam dan filter

:Sedal.g

Parameter

,A:waf

n .r::

Suhu ("C)
Kecerahan(m)

~J

TSS (mgll)

<1

pH

7.46-7.62

I
I
I
I
I

Kolam

Filter

26,2-28,4

28.5-28,7

0-0,02
<1- <42, 1

<1- 34,5

7,20-9,67

7.64-9,84

DO (mgll)

2.94- 5.12

1,78-6,47

1.2-2,72

CCh (mgll)

1.86

1.86

1.86

Alkalinitas (mgll)

92,82- 101,72

128,1 - 212,02

119.25- 212,02

Kesadahan {mgll)

50,4-54,6

113,4- 159,6

113.4-163,8

0. pospat (mgll)

0,962- 1,279

0,962-3,131

0.966- 3,225

T. pospat (mgll)

1,292-1,1,448

1,806- 3,321

1,062-3,6n

N-NH3 (mg/L}

0,257 - 0,859

0,024- 2,246

0.151-2,615

N-N02 (mgll}

0,002- 0,084

0,003-0,113

0.011-0,155

N-N03 (mg/L}

o,493-0,n8

0,5-0,702

0.5-0,751

T.Nitrogen (mgll}

1,643- 1,929

1,048- 5,896

1.452 - 6,508

COD (mgll.)

6,42-8,57

2,857- 51,31

3.143-54,2

BOD (mgll)

1,03-1,37

0,46-8,21

1.03-7,67

TBOT (mgll)

1,89-3,16

6,32-33,22

7.58-35,98

Sistem akuaponik menggunakan biofilter dengan pasir, kerikil, cangkang ataupun


variasi media plastik sebagai substrat. Biofilters akan optimal pada suhu 25C sampai
30C dengan range pH dari 7 sampai 9 Oksigen tersaturasi, nilai BOD yang rendah (<20
mg/l ) dan total alkalinitas lebih dari 100 mgll atau lebih. Selain itu kelarutan
phosphorus, calcium akan menurun tajam pada pH kurang dari 6 (James E et a/ .,
2006). Dari hasil pengamatan diperoleh bahwa pada dataran tinggi, sedang dan rendah
untuk parameter suhu, pH, DO, BOD, alkalinitas, kesadahan dan fosfor tertera pada
Tabel6, 7 dan 8 menunjukkan seseuai dengan kriteria di atas.

.:

...

16

Tabel 8.

air pada kolam dan filter

Kisaran dinamika pa~


akuaponlk dataran renda.h
Rendah
Kolam

Filter

30,1

I
I

28,3- 30,6

28,0-30,5

Kecerahan (m)

0-0,02

TSS (mgll)

<1

<1- 29,2

<1- 21,3

pH

7,34

7.41

9.41

DO _(mgll)

5,1 9

3.12

1.2

C02 (mall)

3,92

3,92

392

114,84

1,198- 198.76

194.35-203,2

Kesadahan (mgll}

113,4

130- 138.6

13,86-17,3

0. pospat (mQIL)

1,639

1.772-1,804

1.842 - 2,268

T. pospat (mgll)

1,717

1.925-2,313

2.295-2,331

N-NH3 (mgll)

0,193

0.707-0,746

0.743-0,852

N-N02 (mgll)

0,157

0.309 - 0,087

0.103- 0,325

N-N03 (mg/L)

1,241

0,57-0.754

0.62-0,743

T.Nitrogen (mg/L)

3,74

2.632 - 2,922

5,944 -2,972

COD (mg/L)

2-5.3

9.3- 17,3

BOD (mg/L)

0.32 -8,85

1,8-2,78

TBOT (mgll)

10,11

16.61 -16,6

9.~- 17.~-- . --

Parameter
Suhu ("C)

Alkalinitas (mgll)

Awal

Fitoplankton dapat mengubah zat anorganik menjadi zat organik

dengan

bantuan cahaya matahari melalui proses fotosintesis (yang hasilnya disebut produksi
primer) dan juga sebagai pemasok oksigen. Produktifrtas primer fitoplankton ini
merupakan salah satu dan sebagian besar sumber penting dalam pembentukan energi
di perairan. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi primer (laju fotosintesis) antara
lain : cahaya matahari, suhu, nutrient, serta struktur dan kelimpahan Fitoplankton yang
mampu beradaptasi di ekosistem perairan (habitatnya) (Baksir, 2004). Cahaya matahari
yang masuk ke perairan akan mengalami penyerapan. Proses penyerapan cahaya ini
berfangsung secara lebih intensif pada lapisan atas perairan SE?hirigga lapisan atas
perairan memiliki suhu yang lebih tinggi (lebih panas) dan densitas yang lebih kecil
daripada lapisan bawah (Effendi, 2003). Energi matahari yang masuk ke dalam perairan
akan ditransformasikan menjadi energi kimia melalui proses fotosintesis untuk
produktivitas di ekosistem. Proses p8fllanfaatan energi matahari dapat meningkatkan
produktivitas primer di perairan

te~adi

melalui proses perubahan energi organik yang

berfangsung dalam tubuh frtoplankton.

17

b.

Pengamatan 24 jam
Hasil pengukuran beberapa parar:ne

rtas air pada pengamatan 24 jam

dengan rentang waktu 6 jam pada setiap

uaponik adalah terganbar seperti

pada grafik berikut:

30.0

r-;::
I ~

~
~

15.0
~Kolam

(I)

-Filter

0.0 + - - - - . - - - . , - - - - - - . , - - - - - - , - - - - - - - ,
11 :00

17:00

23:00

5:00

11 :00

Waktu(jam)
--------------

--

--- -------------

--

Gambar 2. Kondisi suhu air selama 24 jam pada kolam dan filter dataran tinggi
kolam-filter sejalan fluktuasi suhu.
8.4
8.2
8.0
7.8

- ,..---

+---~--------------------I

"..

7.6 I
7.4
7.2
7.0

6.8

'...

r--r=
11:00

"""

~kolam

-Filter

17:00

23:00

5:00

11 :00

Wakru(jam)
-

Gam bar 3. Kondisi pH selama ft jam dataran tinggi. Analisa pakai pH tetes
mengakibatkan rangenya terlalu kasar maka sulit melihat perbedaan

18

7.0
6.0

E
8
_,

5.0

Q 4.0
3.0

's'\: 7:

2.0

-+-Kolam

--Filter

1.0
0.0
11 :00

17:00

23 :00

5:00

11:00

Waktu (jam)

J
------~-----------

Gambar 4.

Kondisi oksigen tertarut selama 24 jam pada kolam akuaponik di


dataran tinggl

Nilai DO pada kolam selalu relative lebih tinggi dari filter bisa disebabkan oleh
aktifitas fotosintesis oleh plankton yang menghasilkan 02 pada siang hari. Titik tertinggi
nilai DO ada pada pukul 11 :00 begitu juga dengan nilai suhu dimana hal ini dipengaruhi
oleh intensitas cahaya matahari .
Terjadi perbedaan titik kritis nilai DO pada filter dan kolam yang mana pada
kolam terjadi pada pukul 05:00 dan filter pada pukul 23:00 hal ini bisa terjadi karena
pada kolam terjadi perebutan suplai oksigen antara ikan dan plankton sehingga nilai DO
kritis pada pukul 05:00 dan baru naik kembali pada pukul 11 :00 yang mana plankton
dapat kembali berfotosintesis dengan adanya sinar matahari sehingga nilai DO kembali
naik.

19

45.0 - . - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

30.0

7.

(I)

-+-Kolam

15.0 -

-Filter

0.0 + - - - - - - - - - . . - - - - . - - - - - - - - , - - - - - - ,
17:00

23:00

5:00

11:00

17:00

Waktu(jam)

Gambar 5. Kondisi suhu air selama 24 jam pada kolam akuaponik di dataran
sedang

10.0
8.0

6.0

Q.

4 .0
2.0

t-I

-+-Kolam
-e-Filter

0.0
17:00

23:00

5:00

11 :00

17:00

Waktu(jam)

Gambar 6. Kondisi pH air selama 24 jam pada kolam akuaponik di dataran


sedang

..

20

7.00
6.00
5.00
::;
~

..

4.00
3.00

...,._Kolam

2.00

-Filter

1.00
0 .00

.-----------------------------~--------,----------.

17:00

23 :00

5:00

11 :00

17:00

WaktuOam)

Gambar 7. Kondisi oksigen terfarut dalam air selama 24 jam pada kolam
akuaponik di dataran sedang

Pada dataran sedang nilai DO suhu dan pH tertinggi adalah pada pukul 17.00
hal ini diakibatkan intensitas cahaya matahari

dan aktivitas fotosintesis yang mana

dapat mempengaruhi parameter-parameter tersebut.

45.0 [

u 3o.o I

C!...

=*

:::J
.J:.
:::J
Cl)

----
...,._Kolam

15.0

+------

-Filter

0.0
17:00

23:00

5:00

11 :00

--:'
17:00

WaktuOam)
-----

Gambar 8. Kondisi suhu air


rendah

se&~ma

24 jam pada kolam akuaponik di dataran

21

12.0 . - - - - - - - - -- - - - - - - - - -

9.0 1

=a

6.0

-.
_
_
_
_
___:~
+- .....

3.0 + - - - - - - - - - - - - - - - - -

...,._.Kolam
-Filter

0.0 + - - - - - - - , - - - - - . - - - - - - - - r - - - - - ,
17:00

23 :00

11:00

5:00

17:00

Waktu(jam)
--------

---------

Gam bar 9. Kondisi pH air selama 24 jam pada kolam akuaponik di dataran rendah

9.00
8.00
7.00
~

6.00

Cia 5.00

'

'"

0
0

4.00

...,._.Kolam

3.00

-Filter

2.00 -

tI

1.00
0.00

- A:

-------------,/---=~"!'!"!:~-"""""--

............

t----- .17:00

...,.

23:00

5:00

11:00

17:00

Waktu(jam)

Gam bar 10. Kondisi oksigen terlarut dalam air selama 24 jam pada kolam
,
akuaponik di dataran rendah

Pada ana lisa 24 jam nilai oksigen ter1arut paling tinggi pada pukul 11 :00 berbeda

dengan nilai oksigen ter1arut pada dataran sedang yang mana yang tertinggi adalah
pada pukul 17:00 berkaitan dengan nilai suhu di dataran rendah pada pukul17:00 suhu
dan pH mengalami penurunan jika dibandingkan dengan nilai suhu dan pH pada pukul

22

11:00 penurunan DO, pH dan


intensitas matahari pada pukul17.

dengan kemungkinan m8!lurunnya


~r::an

nilai DO yang ikut menurun ditti::a,._.,_.::w

rendah yang mana dapat mempengaruhi

aktifitas fotosintesis yang mulai menurun


engakibatkan nilai DO dan pH menurun

sehingga 0 2 hasil dari fotosintes1s


(C02 mempengaruhi nilai pH) C~ berpe

sebagai pemicu fotosintesis dengan reaksi

sebagaiberikut:
Chlorofil + C~ + matahari mengasilkan Karbohidrat dan 02

Gambar 11. Proses fotosintesa pada tanaman berklorofil dengan bantuan sinar
matahari
Kadar C02 rendah laju fotosintesis menurun karena dapat te~adi titik konpensasi
C02. L..aju fotosintesis sama besamya dengan laju respirasi, berarti produk fotosintesis
habis terpakai untuk keperfuan tumbuhan/plankton sendiri hal ini lah yang menyebabkan
te~adinya

titik kritis nilai oksigen terfarut.

35 .0 1
30.0 .
25.0

1
I

----

20.0

-+-pH

--DO

15.0

....,_ Suhu

10.0
5.0

OD

17:00

23:00

5:00

11:00

17:00

Gam bar 12. Keterkaitan antara kondisi pH, DO dan suhu air selama 24 jam pada
olam akuaponik

23

5.4.

ID ah- Budidaya lkan Nlla Dengan Pttnerapan


IR eodah, Sedang Dan Tlnggl
Dari hasil pengamatan

~~ , ~

iperoleh hasil untuk jenis plankton

relatif sama pad a ke tiga lokas' --.:~~

Komposisi jenis plankton tertera pada

Tabel 9 dibawah ini.


Komposisi jenis p

Tabel 9.

dari ke 3 lokasl berbeda


JENIS PLANKTON

No
1

Fltooiankton

I Chlorella

Zooplankton
Rotifera
I Brachionus
1

2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

I Hvdrodicton
I Pediastrum
I Oocvstis
I Scenedesmus
I Zvanema
I Ulothrix
I Closterium
I Microsoora
I Volvox
I Botrvococus

I Enteromostraca
I Daohnia

Kelimpahan plankton (ind/1) menunjukan katagori cukup subur atau mesotropik


dengan kelimpahan plankton 2000-5000 ind/1. (Tabel 10). Keanekaragaman plankton
termasuk rendah hingga sedang. Keseragaman dan dominansi dalam katagori rendah.
Tabel10.

Kelimpahan (ind/1), keanekaragaman, keseragaman dan domlnanasl


plankton.

Parameter

Keanekaraaaman
Index H'
Keseraaaman
Index E
Dominansi (0

Dataran rendah
2.750-19.125
cukup subur sangatsubur
rendah -sedang
1.16-1.57
rendah
0.81-0.84 ~

Dataran sedang
2.750-34.875
cukup subur sangat subur
rendah -sedang
0.75-1.53
rendah
0.42-0.84

Data ran tinggi


5.250-9.250
Cblkup subur saQS_at subur
rendah -sedan
1.01-1.16
rendah
0.62-0.76

24

Secara umum kalimpahan plankton meningkat secara nyata sejak mi~gu ka 4


satalah tabar ikan sehingga kotam nila pada sistim akuaponik mancapai katagori sangat
subur (autropik). Dalam penalitian akuaponik ini kapadatan plankton di kolam dataran
sedang cendarung memiliki kapadatan lebih tinggi dibanding kolam panalitian di daarah
lain (Gambar 13).

40000
35000
30000

~= t7 ~ v

,~

'

15000 - -q

Gambar 13.

-S2

10000
5000
0

-Sl

$3

Grafik perkambangan kelimpahan plankton di dataran sedang.

Hasil analisa makrobantos untuk jenis, kelimpahan (ind/m2) dan ukuran (mm)
tardapat dalam Tabal 11 dibawah ini.
Tabel 11. Janis, Kalimpahan (ind/m2 ) dan Ukuran (mm) Makrobentos
Makrobentos

Dataran rendah

Jenis

Lamnaea sp

I Dataran sedang

Dataran tinggi

Ukuran (mm)

2,5- 11

2-9

Lamnaea sp dan
Chironomous s
4-3 dan 2-14

Kelimpahan
(ind/m2)

1-2

1-6

1-5 dan 1-3

Lemnaea sp

Janis Lemnaea sp atau biasa disebut susuh, keong mandominansi makrobentos


di kolam akuaponik. Hanya kolam di daarah Cianjur ditemukan Chironomous sp.
Kalimpahan makrobnatos dari ke 3 lokasi terkatagori rendah.

25

BAS VI. KESI

6.1.

DAN SARAN

KESIMPULAN
Dari berbagai data hasil penelitian serta pembahasan, dapat diambil kesimpulan

sebagaiberikut:
a. Budidaya ikan nila Best dengan sistim akuaponik dapat diterapkan di daerah dataran
tinggi, sedang maupun rendah , karena:
Perbedaan ketinggian dataran tidak berpengaruh nyata terhadap sintasan, laju
pertumbuhan dan produktifrtas ikan nila.
Kriteria kualitas air dalam kolam akuaponik di dataran tinggi, sedang dan rendah
masih dalam kisaran yang layak bagi kehidupan ikan nila.
b. Kelimpahan plankton dalam air kolam dengan sistim akuaponik di dataran tinggi,
sedang dan rendah tergolong sangat subur (eutropik). Makrobentos yang hidup
dikolam tersebut dimendominasi oleh Lemnaea sp.

6.2.

SARAN
Per1u dilakukan sosislisasi ke masyarakat mengenai teknik budidaya ikan

dengan sistim akuapionik sehingga mampu meningkatkan produktifrtas lahan dan air
secara optimal.

..
26

BAS VII. DAFTAR PUSTAKA


Affandi, R., dan U.M. Tang. 2002. Fisiologi hewan air. Unri Press. Pekanbaru, Riau,
Indonesia. 217 h.
Baksir A. 2004. Hubungan antara produktivitas primer fitoplankton dan intensitas
cahaya di waduk drata kabupaten cianjur jawa barat. Makalah Falsafah
Sains Program Pasca Sa~ana IPB. 12 hal
Boyd, CE. 1982. Water quality management in aquaculture and fisheries science
Elsevier Scientific Publishing Company, Amsterdam. 312 hal.
Boyd, C.E. 1990. Water quality in pond for aquaculture, Brimingham Publishing Co.,
Alabama. 482 hal.
Carman, 0., dan A. Sucipto. 2009. Panen nila 2,5 bulan. Penebar Swadaya. 84 hal.
Dodds, W. K. 2002. Freshwater ecology. Concepts and environmental applications.
Academic Press. San Diego. 569 pp.
Effendi H. 2000. Telaah kualitas air bagi pengelola sumberdaya dan lingkungan
Perairan. Penerbit Kanisius. Jakarta. 258 hal
Effendi, H. 2003. Telaah kualitas air bagi pengelola sumberdaya dan lingkungan
perainan. Kanisius 258 hal
Effendi, I. 2002. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya.188 hal
Effendi, M.l. 1979. Metode biologi perikanan. Yayasan Dewi Sri, Bogor. 140 hal.
EPA. 1986. Quality criteria for water. Jumal EPA 440/5-86-001.U.S. Environmental
Protection Agency. Washington D.C.
Fitter R and R. Manuel, 1986. Field Guide to the Freshwater life of Britain and NorthWest Europe, Wiiliam CollinsSons & Co ltd, London, 382 hal.
Gustiano, R.,O.Z. Arifin, J. Subagja dan S. Asih, 2007. Peningkatan keragaan
pertumbuhan ikan nila dengan seleksi famili. Laporan hasil riset. BRPBAT,
Bogor: 72-75.
James A Rakocy, MP Masser dan TM Lasordo. 2006. Recirculating Aquaculture Tank
Production Systems: Aquaponics-lntegrating Fish and Pland Culture
(Revision). Sourthem Regional Aquaculture Center. 16 pp
Kusdiarti, T.Ahmad, Sutrisno dan Y.R.Widyastuti, 2006. Budidaya lkan Nila Hemat
Lahan dan Air dengan Sistim Akuaponik Laporan Hasil Penelitiaan, Balai
Riset Perikanan Budidaya Air Tawar, Bogor: 95-102.
Macan,T.T, 1960. A Guide to Freshwater invertebrate animals, Longmans, Green & Co
Ltd, London, 118 hal.
Mason, C.F. 1992. Biology of fresh water pollution. Long Man Inc. London. 250. hal.
Nelson, R.1998. Aquaponics Journal Voi.N No.5. Nelson/Pade Multimedia PO Box
1848, Mariposa, CA , USA, : 22-23
Nugroho. E., dan Sutrisno. 2008. Budidaya ikan dan sayuran dengan sistem akuaponik.
~
Penebar Swadaya, Jakarta. 67 hal.
Pennak, R.W. 1978. Freshwater invertebrates of the United States. New York: The
Ronald Press Company, 769 pp.
Ward, H.B and Whipple, G.C. 1966. Freshwater Biology (Edmondson, W.T, ed), 2nd
edition, New York&London: John Wiley, 1248 pp.
Widyastuti, Y.R., I. Taufik dan Kusdiarti, 2008. Peningkatan Produktivitas Air Tawar
melalui Budidaya lkM Sistim Akuaponik. Presiding Seminar Nasional
Limnologi IV, LIPI, Bogor: 62-73

27

Wldyastuti, Y.R., Nuryadi dan Kusdiarti 2008. Peningkatan produktivitas budidaya ikan
lela dumbo (Ciarias
gariepi1us) melalui penerapan sistim akuaponik.
Prosiding seminar Penl<anan Nasional. Sekolah linggi Perikanan, Jakarta.
Zonneveld, N., E.A. Huisman dan J.H Bonn 1991. Prinsip-prinsip budidaya ikan. PT
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 318 hal.

_.

28

"Ia Best dengan sistim akuaponik


ran tinggi (1008 M DPL); dataran
1rendah (7 M DPL)

Lampiran:

Gambar kegiatan b
yang dilakukan di da
sedang (246 M DPL) da

Gambar 1.

Bak media tanam berisi arang kayu yang berfungsi sebagai media
tanaman dan filter air, ditempatkan di atas kolam tembok. Bak media
tanam berukuran 25% dari luas kolam.

Gambar 2.

Petak persemaian benih kangkung darat yang akan ditanam pada bak

media tanaman pada kolam akuaponik

...

29

Gambar 3.

Jenis dan ukuran ikan uji (nila Best) yang akan dipelihara dalam kolam
sistim akuaponik.

Gam bar 4.

Pengukuran beberapa parameter kualitas air pada kolam sistim


akuaponik

Gambar 5.

Tanaman kangkung berumur 2 minggu setelah tanam yang siap panen


(kiri), teknik pemane.tan dengan cara memotong pada pangkal batang
sekitar 5 Cm dari akar (kanan).

Anda mungkin juga menyukai