PENYAKIT GOUT/PIRAI
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Farmakoterapi dan
Terminologi Medik
Disusun oleh:
Kelompok 3 A
RATNAFIKA WINDA AYU LESTARI
HADRIANI AHMAD
NUR LAILI
FHALIPNASI MARAMIS
RUDI SUHERMAN
INTAN TOMY P.S
WIDYA SOLIHATRI
ATIN SUFRI HARTINI
( 33551141435 )
( 33551141437 )
( 33551141438 )
( 33551141439 )
( 33551141442 )
( 33551141443 )
( 33551141444 )
( 33551141446 )
KATA PENGANTAR
Wassalammualaikum wr.wb
Cimahi, April 2015
Penyusun
A. Pengertian
Pirai atau gout adalah suatu penyakit yang ditandai dengan serangan
mendadak dan berulang dari artritis yang terasa sangat nyeri karena
kerusakan
C. Patofisiologi
Perjalanan penyakit gout sangat khas dan mempunyai 3 tahapan. Tahap
pertama disebut tahap artritis gout akut. Pada tahap ini penderita akan
mengalami serangan artritis yang khas dan serangan tersebut akan
menghilang tanpa pengobatan dalam waktu 5 7 hari. Karena cepat
menghilang, maka sering penderita menduga kakinya keseleo atau kena
- asam urat
b. Penatalaksanaan Medis
>1
Fase akut.
Obat yang digunakan :
1. Colchicine (0,6 mg)
Kolkisin adalah suatu agen anti radang yang biasanya dipakai untuk mengobati
serangangout akut, dan unluk mencegah serangan gout Akut di kemudian hari.
Obat ini jugadapat digunakan sebagai sarana diagnosis.Pengobatan serangan akut
biasanya tablet 0,5mg setiap jam, sampai gejala-gejala serangan Akut dapat
dikurangi atau kalau ternyata dari berat pasien bersangkutan. Beberapa pasien
mengalami rasa mual yang hebat,muntah-muntah dan diarhea, dan pada keadaan
ini pemberian obat harus dihentikan.
2. Fenilbutazon.
Fenilbutazon, suatu agen anti radang, dapat juga digunakan unluk mengobati
artritis gout akut. Tetapi, karena fenilbutazon menimbulkan efek samping, maka
kolkisin digunakan sebagai terapi pencegahan. Indometasin juga cukup efektif.
3. Indometasin ( 50 mg 3 X sehari selama 4-7 hari)
Pengobatan jangka panjang terhadap hyperuricemia untuk mencegah komplikasi.
1. Golongan urikosurik
- Probenasid, adalah jenis obat yang berfungsi menurunkan asam urat dalam
serum.
- Sulfinpirazon, merupakan dirivat pirazolon dosis 200-400 mg perhari.
- Azapropazon, dosisi sehari 4 X 300 mg.
- Benzbromaron.
2. Inhibitor xantin (alopurinol).
Adalah suatu inhibitor oksidase poten, bekerja mencegah konversi hipoxantin
menjadi xantin, dan konversi xantin menjadi asam urat.
Dilakukan pembedahan
jika ada tofi yang sudah mengganggu gerakan sendi,karena tofi tersebut sudah
terlalu besar.
Obat lain yang berguna untuk terapi penunjang atau terapi pencegahan seperti:
Alopurinol dapat mengurangi pembentukan asamb urat. Dosis 100-400 mg per
hari dapat menurunkan kadar asam urat serum. Probenesid dan Sulfinpirazin
merupakan agen urikosurik, artinya mereka dapat menghambat proses reabsorpsi
urat oleh tubulus ginjal dan dengan dernikian meningkatkan ekskresi asam urat.
Pemeriksaan kadar asam urat serum berguna untuk menentukan etektivitas suatu
terapi.
c. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Diet rendah purin.
Hindarkan alkohol dan makanan tinggi purin (hati, ginjal, ikan sarden, daging
kambing) serta banyak minum.
b. Tirah baring.
Merupakan suatu keharusan dan di teruskan sampai 24 jam setelah serangan
menghilang. Gout dapat kambuh bila terlalu cepat bergerak.
d. Komplikasi
menyebabkan gagal ginjal akut. Penumpukan jangka panjang dari kristal pada
ginjal dapat menyebabkan gangguan ginjal kronik.
D. Diagnosa
Pemeriksaan laboratorium
Seseorang dikatakan menderita asam urat jika pemeriksaan laboratorium
menunjukkan kadar asam urat dalam darah diatas 7 mg/dL bagi pria dan 6
mg/dL bagi wanita.
Pemeriksaan cairan sendi
Pemeriksaan cairan sendi dilakukan di bawah mikroskop. Tujuannya untuk
melihat adanya kristal urat atau monosodium urat dalam cairan sendi
Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan radiologis digunakan untuk melihat proses yang terjadi dalam
sendi dan tulang serta untuk melihat proses pengapuran di dalam tofus.
E. Manifestasi Klinik
Serangan sering kali terjadi pd malam hari, dg gejala panas, kemerahan
dan pembengkakan pada sendi, nyeri pd saat disentuh. umumnya pada
persendian ibu jari kaki, atau pada persendian lain seperti pada
pergelangan kaki, lutut, pergelangan tangan, jari tangan, dan siku.
F. Terapi Pengobatan
Terapi Non Farmakologi
a. Mengurangi makanan yang mempunyai kandungan purin tinggi (contoh
:daging-daging organ).
b. Menghindari konsumsi alkohol
c. Mengurangi stress
d. Mengurangi berat badan sehingga berat badan normal atau bahkan lebih
rendah 10-15% dari berat badan normal.
e. Minum dalam jumlah normal
f. Mengurangi konsumsi lemakmenjadi sekitar 15% dari total energi yang
pada orang sehat sekitar 25%. Jika konsumsi lemak tidak dikurangi,
pembakaran lemak menjadi energi akan menghasilkan keton yang akan
menghambat ekskresi asam urat.
Terapi Propilaksis
Pada pasien yang kadar asam uratnya sedikit diatas normal dan ekskresi >
1000 mg/haripadapasien diet normal.
Pada pasien yang jika terjadi serangan kondisinya berat dan kadar asam
urat >10 mg/dL atau ekskresi asam urat > 1000 mg/hari.
Jika serangan artritis gout lebih dari 3 kali per tahun.
Terapi Farmakologi
a. Antiinflamasi Nonsteroid (AINS)
Mekanisme kerja
Dalam dosis tunggal AINS mempunyai aktifitas analgesik yang setara
dengan paracetamol, tetapi paracetamol lebih disukai terutama untuk
pasien lanjut usia.
dalam dosis penuh yang lazim AINS sekaligus memperlihatkan efek
analgesik yang bertahan lama yang membuatnya sangat berguna bagi
pengobatan nyeri berlanjut atau nyeri berulang akibat radang. oleh karena
itu, walaupun paracetamol sering mengatasi nyeri dengan baik pada
osteoartritis, AINS lebih tepat daripada paracetamol atau analgesik opioid
dalam artritis meradang (yaitu artritis rematoid) dan pada beberapa kasus
osteoartritis lanjut.
Indikasi
- rematoid artritis
(kecuali
ketorolak,
asam
mefenamat,
dan
meredakan gejala
Nyeri
ringan
hingga
sedang
(diklofenak
natrium,
Kontraindikasi
Ains dikontraindikasikan untuk pasien dengan riwayat hipersensitif
terhadap asetosal atau AINS lainnya, termasuk mereka yang serangan
asma, angiodema, urtikaria, atau rinitisnya dipicu oleh asetosal atau AINS
lainnya.AINS sebaiknya tidak diberikan kepada pasien yang mengidap
hidrokortison i.v.
Asma bronkial lebih baik diobati topikal, tetapi pada keadaan darurat
Kontraindikasi
Infeksi sitemik, kecuali bila diberikan antibiotik sistemik; hindari
vaksinasi dengan virus aktif pada pasien yang menerima dosis
imunosupresif.
Peringatan
Supresi adrenal dapat terjadi pada pnggunaan jangka lama dan bertahan
beberapa tahun setelah pengobatan dihentikan. Penguranagan dosis yang
tiba-tiba setelah penggunaan lama (lebih dari 7 hari) dapat menyebabkan
insufisiensi adrenal akut, hipotensi dan kematian. oleh karena itu
penghentian harus bertahap.
Efek supresi adrenal ini paling kecil bila obat diberikan pagi hari. Untuk
mengurangi efek ini lebih lanjut, dosis total 2 hari sebaiknya diberikan
sebagai dosis tunggal berselang satu hari. Cara ini cocok untuk terapi
artritis rheumatoid, tetapi tidak cocok untuk terapi asma bronkial. Efek
supresi ini juga dapat dikurangi dengan pemberian intermitten.
Efek samping
Penggunaan kortikosteroid jangka lama akan menimbulkan efek samping
akibat khasiat glukokortikoid maupun khasiat mineralokortikoid. Efek
samping glukokortikoid meliputi diabetes dan osteoporosis yang terutama
berbahaya bagi usia lanjut. Pemberian dosis tinggi dapat menyebabkan
nekrosis avaskular dan sindrom chusing yang sifatnya reversible.
Dapat juga terjadi gangguan mental, euphoria dan miopati. Hubungan
penggunaan kortikosteroid dengan timbulnya tukak peptic tidak begitu
jelas.
Pada
anak,
kortikosteroid
dapat
menimbulkan
gangguan
kortison,
hidrokortison,
kortikotropin.
Sementara
itu,
efek
Bukan pngobatan untuk gout akut tetapi truskan jika terjadi serangan
ketika sudah memakai allopurinol, dan atasi serangan secara khusus.
Peringatan
Berikan kolkisin profilaktik atau AINS (bukan asetosal atau salisilat)
hingga setidaknya 1 bulan setelah hiperurisemia dikoreksi; pastikan
asupan cairan yang memadai (2 L sehari); gagal hati dan ginjal. Dalam
kondisi neoplastik, pengobatan dengan alopurinol (bila perlu) harus
dimulai sebelum pemberian obat sitotoksik.
Efek samping
Ruam (hentikan terapi ; jika ruam ringan, gunakan kmebali dengan
hati-hati namun hentikan segera apabila muncul kembali reaksi kulit
dikaitkan dengan pengelupasan kulit, demam, limfadenopati, artralgia,
dan eosinofilia, sindrom mirip sindrom Stevens-Johnson atau Lyell,
jarang terjadi); gangguan saluran cerna; jarang malaise; sakit kepala,
vertigo, mengantuk, gangguan pengecapan, hipertensi, deposit xantin
di otot tanpa gejala, alopesia, hepatotoksisitas, para-estasia dan
neuropati.
3. Probenesid
Mekanisme kerja
Probenesid merupakan agen pemblok tubulus ginjal. Obat ini secara
kompetitif menghambat reabsorpsi asam urat pada tubulus proksimal
sehingga
meningkatkan
ekskresi
asam
urat
dan
mengurangi
Efek Samping
Tidak sering; kadang mual dan muntah, sering buang air kecil, sakit
kepala, muka merah, pusing, ruam; jarang hipersensitivitas, sindrom
nefrotik, nekrosis hati, anemia aplastik.
4. Sulfinpirazon
Indikasi
Profilaksis gout, hiperurisemia
Kontraindikasi & Peringatan
Lihat probenesid; dianjurkan secara rutn melakukan hitung darah,
hindari pada hipersensitivitas terhadap AINS; penyakit jantung (bisa
menyebabkan retensi garam dan air).
Efek Samping
Gangguan saluran cerna, kadang timbul reaksi alergi kulit, retensi
garam dan air ; jarang gangguan darah, tukak dan pendarahan di
saluran cerna, gagal ginjal akut, enzim-enzim hati meningkat, ikteru
dan hepatitis.
G. Interaksi Obat
Obat
AINS
Interaksi
Inhibitor ACE
Keterangan
Antagonis
efek
hipotesis;
dan
Analgetik lain
atau
lebih
asetosal
Resin penukar-anion
Antasida
indometasin
AINS,
termasuk
(menambah
samping).
Kolestiramin
efek
menurunkan
absorpsi fenilbutazon
dan Antasida menurunkan absorpsi
adsorben
Antibakteri
diflunisal
AINS
dengan
4-kuinolon
seizure
Meningkatkan
risiko
semua
antikoagulan
Antidiabetika
lainnya.
Efek feniton ditingkatkan oleh
azapropazon dan fenilbutazon
Antiepileptik
Antihipertensi
Beta bloker
Bifosfonat
Glikosida jantung
ditingkatkan
indometasin
AINS
dapat
kambuh
menyebabkan
gagal
menurunkan
glomerulus,
oleh
jantung,
laju
dan
filtrasi
menaikkan
Kortikosteroid
Siklosporin
siklosporin
kadar
plasma
diklofenak separuhnya)
Ekskresi metotreksat diturunkan
oleh
asetosal,
diklofenak,
azapropazon,
indometasin,
ketoprofen,
naproksen,
fenilbutazon,
dan
mungkin
toksisitas)
Efek
dipotensiasi
Diuretika
indometasin
Resiko nefrotoksisitas
oleh
AINS
ditingkatkan;
AINS
indometasin
melawan
efek
indometasin
dan
diuretik;
terutama
hiperkalsemia
dengan
ginjeksial
jika
triamteren
Ekskresi litium diturunkan oleh
azapropazon,
diklofenak,
ibuprofen,
ketorolak,
indometasin,
asam
mefenamat,
naproksen,
fenilbutazon,
Relaksan otot
8-12
hari
setelah
pemberian mifepriston.
Ibuprofen dan mungkin AINS
lain
menurunkan
ekskresi
toksisitas)
Kadar total plasma
tiroksin
rendah
dengan
palsu
Obat-obat
fenilbutazon
tuak Kadar plasma
lambung
Urikosurik
azapropazon
ketoprofen,
ketorolak,
Vasodilator
dan
naproksen
Kortikosteroid
Analgetik
ketorolak
Antibakteri
Antidiabetika
Antiepileptika
(menurunkan efek)
Antagonisme efek hipotensif
Karbamazepin,
fenobarbiton,
fenitoin,
Glikosida jantung
dan
primidon
mempercepat
metabolisme
kortikosteroid
(menurunkan
efek)
Meningkatkan
terjadi
Siklosporin
kortikosteroid
toksisitas
hipokalemia
kortikosteroid
Kadar
plasma
jika
dengan
siklosporin
Diuretik
tinggi;
siklosporin
meningkatkan
kadar
prednisolon
Antagonisme
efek
plasma
diuretik;
meningkatkan
risiko
hipokalemia
Aminoglutetimid mempercepat
metabolisme
kortikosteroid
Alopurinol
Obat-obat antiulkus
(menurunkan efek)
Karbenoksolon meningkatkan
Inhibitor ACE
risiko hipokalemia
Kaptropil
akan
menaikkan
gangguan ginjeksial.
Kerja nikumalon dan warfarin
Siklosporin
mungkin ditingkatkan
Kemungkinan kadar
plasma
nefrotoksisitas)
Efek dari azatioprin
merkaptopurin
Probenesid
Inhibitor ACE
Analgetik
dipertinggi
Antibakteri
dan
ketoprofen,
dan
naproksen
(menaikkan
plasma)
Mengurangi
kadar
ekskresi
Antivirus
norfloksasin,
dan
penisilin,
(menaikkan
kadar
plasma)
dan
mungkin
toksisitas)
Menurunkan
mototreksat
Sulfinpirazon
Analgetik
ekskresi
(meningkatkan
resiko toksisitas)
Asetosal
melawan
urikosurik
efek
Antibakteri
Antikoagulan
Antidiabetika
Antipikleptika
Teofilin
H. Studi Kasus
Kasus 1
AG (45 tahun) seorang pria dengan jabatan tinggi di PLN datang ke
rumah sakit dengan keluhan nyeri hebat di pangkal ibu jari kaki kirinya.
Nyeri tersebut mulai dirasakannya sejak 2 malam yang lalu, setelah pagi
harinya dia menghadiri acara reuni angkatan teman-teman kuliah di
fakultas. Dia datang ke RS tanpa alas kaki.Dia hidup sendiri dan sejak 10
tahun yang lalu dia merokok 2 bungkus setiap hari. Tahun ini sudah 3 kali
dia mencoba berhenti merokok, tetapi gagal, karena tiap berhenti merokok
dia mengalami cemas, insomnia, lapar, depresi dan merasa ketagihan
terhadap rokok. Dia juga kadangkala minum alkohol.
Data Lab
Riwayat penyakit
Hipertensi sejak 5 tahun yang lalu, hiperlipidemia sejak 6 tahun yang lalu,
dan alergi rhinitis karena dingin.
Riwayat pengobatan
HCTZ 25 mg p.o QD, aspirin 325 mg p.o QD, atorvastatin 20 mg p.o QD,
loratadine 10 mg p.o QD prn
Hasil Pemeriksaan Fisik
Tanda vital
: TD = 134/85, HR = 90, RR = 22, T = 37,9 o C, Wt = 100
kg, TB = 175 cm
Ekstremitas : pangkal ibu jari radang, eritema, dan nyeri
Hasil Tes Laboratorium
Asam urat
: 11,7 mg/dl
Total kolesterol
: 174 mg/dl
Analisis kasus
g.
h.
i.
j.
k.
mengurangi nyeri
l. penggunaan bidai akan mengurangi nyeri pada hari-hari pertama
m. istirahat di tempat tidur saat nyeri di hari-hari pertama
membatasi makanan yang manis dan berlemak.
Kasus 2
Seorang pria bernama Tono mengeluh nyeri pada sendi kaki kiri dan siku
kiri 2 hari yang lalu nyeri dirasakan berdenyut dan tidak hilang walau
istirahat dan tidak mempengaruhi aktivitas. Satu hari kemudian timbul
bengkak dan kemerahan pada sendi ibu jari tersebut dan timbul sakit di
sikut. Pasien mengeluh tidak enak badan dan demam ringan. Pasien
diketahui sebelumnya menghadiri undangan dan banyak makan udang.
Pola makan pasien tidak terjaga dan suka makan daging jeroan dan
seafood. Pasien pernah mengalami penyakit serupa dan berkurang setelah
minum obat antinyeri dari dokter. Beberapa bulan kemudian kambuh lagi
dan minum obat antinyeri. Keluhan ini 4 kalinya sejak 3 tahun terakhir.
Pemeriksaan klinis:
Tekanan darah: 130/85 mmHg
Denyut nadi: 88x /menit
Suhu tubuh: 37,7 subfebris
Diagnosis
Kadar usam urat tinggi yaitu 12 mg/ dL sedangkan normalnya 7mg/dL
untuk pria. Suhu tubuh pasien di atas normal menandakan pasien terserang
demam ringan. Laju endap darah tinggi yg menunjukkan bahwa pasien
menderita penyakit kronis.
Terapi
1. Diet rendah purin.
2. Rest ice compress elevation untuk meringankan sakut dan melenturkan
bagian sendi yamg kaku.
3. Banyak minum air putih 2,5 L sehari atau 10 gelas.
4. Dianjurkan konsumsi makanan yang banyak mengandung karbohidrat
kompleks seperti nasi, singkong, kentang, diatas 100 gram perhari untuk
membantu pembuangan asam urin melalui urin.
5. Konsumsi buah-buahan yang banyak air air.
6. Diberi resep AINS Indometasin untuk mengurangi sakit dengan dosis
150-200 mg selama 2-3 hari kemudian dosis diturunkan 75-100 mg/hari
sampai minggu berikutnya atau nyeri berkurang.
DAFTAR PUSTAKA
Pertanyaan :
1. Bagaimna dosis pengobatan gout pada pasien dengan penyakit jantung ?
Jawab :
Yang diketahui tidak ada pengobatan gout untuk obat jantung , hanya saja
sesuai dengan interaksi obat. Ada kaitanya dengan pengobatan obat
jantung bila digunakan secara bersamaan. Sehingga untuk mengatasinya
obat jantung digunakan selang 2 jam stelah pemberian obat gout. Dimana
sesuai t1/2 obat pertama.
2. Bagaimana mekanisme antara obat dengan kristal asam urat ?
Jawab :
bekerja dengan meningkatkan eliminasi asam urat melalui ginjal dengan
menghambat reabsorpsi pada tubulus proksimal. Sehingga sedikit demi
sedikit kristal asam urat dilarutkan dan diekskresikan melalui urine.
3. Bagaimana penggunaan obat gout buat pasien gagal ginjal ?
jawab :
pasien dengan gagal ginjal berarti memiliki metabolisme asam urat
abnormal . dimana ekskresi asam urat menurun yang menyebabkan
penumpukan asam urat . sehingga untuk dosis yang digunakan dalam
pasien asam urat dosisnya diatur atau dosisnya diturunkan dalam
penggunaanya sehingga ginjal tidak akan berkerja terlalu berat. Dan
dimonitoring pada fungsi ginjalnya.