TINJAUAN PUSTAKA
2.1
2.1.1
Definisi
Diabetes adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan terjadinya
resistensi insulin, sekresi insulin yang tidak memadai, atau gabungan keduanya.
Manifestasi klinis gangguan tersebut adalah hiperglikemia. Pasien diabetes
diklasifikasikan ke dalam 2 kelompok, yaitu diabetes tipe 1 yang disebabkan oleh
defisiensi absolut insulin, dan diabetes tipe 2 didefinisikan adanya resistensi insulin
dengan meningkatnya kompensasi sekresi insulin yang tidak memadai. Wanita yang
mengalami diabetes selama masa kehamilan dikelompokkan sebagai diabetes
gestasional.
Diabetes melitus (DM) adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan
hiperglikemia yang dikaitkan dengan masalah metabolisme karbohidrat, lemak dan
protein dan dapat menimbulkan komplikasi kronik seperti gangguan mikrovaskular,
makrovaskular, dan neuropati (Dipiro, 2007)
2.1.2
Etiologi
DM tipe 2 merupakan tipe diabetes yang lebih umum, lebih banyak
penderitanya dibandingkan dengan DM tipe 1. Penderita DM tipe 2 mencapai 90-95%
dari keseluruhan populasi penderita DM. Umumnya berusia diatas 45 tahun. Faktor
genetik dan pengaruh lingkungan cukup besar dalam menyebabkan DM tipe 2, antara
lain obesitas, diet tinggi lemak dan rendah serat, serta kurang gerak badan.
Berbeda dengan DM tipe 1, pada penderita DM tipe 2, terutama yang berada
pada tahap awal, umumnya dapat dideteksi jumlah insulin yang cukup didalam
darahnya. Disamping kadar glukosa yang juga tinggi. DM tipe 2 bukan disebabkan
oleh kurangnya sekresi insulin, tetapi karena sel-sel sasaran insulin gagal atau tidak
mampu merespon insulin secara normal.
2.1.3
Manifestasi Klinis
Insulin merupakan hormon yang penting untuk kehidupan. Hormon ini
mempengaruhi baik metabolisme karbohidrat maupun protein dan lemak. Pada
diabetes tipe II ini, pankreas masih mempunyai beberapa fungsi sel yang
menyebabkan kadar insulin bervariasi yang tidak cukup untuk memelihara
homeostasis glukosa. Pasien dengan diabetes tipe II ini seringkali gemuk dan sering
dihubungkan dengan organ target yang membatasi respon insulin endogen dan
eksogen. Pada beberapa kasus, resistensi insulin disebabkan oleh penurunan jumlah
reseptor insulin (Mycek, 2001).
Resistensi insulin ditandai dengan peningkatan lipolisis dan produksi asam
lemak bebas, peningkatan produksi glukosa hepatik dan penurunan pengambilan
glukosa pada otot skelet. Disfungsi sel mengakibatkan gangguan pada pengontrolan
glukosa darah.
atau
kegemukan.
Kombinasi
dari
penyakit-penyakit
komplikasi
gizi seimbang, berolah raga secara teratur, tidak merokok, mengurangi stress dan
lain sebagainya (Depkes RI, 2005).
2. Komplikasi Mikrovaskeler
Komplikasi mikrovaskular terutama terjadi pada penderita diabetes tipe 1.
Hiperglikemia yang persisten dan pembentukan protein yang terglikasi (termasuk
HbA1c) menyebabkan dinding pembuluh darah menjadi makin lemah dan rapuh
dan terjadi penyumbatan pada pembuluh-pembuluh darah kecil. Hal inilah yang
mendorong
timbulnya
komplikasi-komplikasi
mikrovaskuler,
antara
lain
Diagnosis
Diagnosis klinis diabetes melitus umumnya akan diperkirakan bila ada
keluhan khas gejala hiperglikemia berupa poliuria, polidipsia dan penurunan berat
badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya (Scobie, 2007; Soegondo dkk, 2004).
Jika keluhan khas ada maka sebaiknya dilakukan pemeriksaan glukosa darah.
Pemeriksaan glukosa darah sewaktu 11, 1 mmol/l (200 mg/dl) dan pemeriksaan
kadar glukosa darah puasa (tidak adanya asupan kalori yang masuk selama minimal
8 jam) 7,0 mmol/l (126 mg/dl) (Holt and Kumar, 2010; Scobie, 2007; Soegondo
dkk, 2004). Diperlukan pemeriksaan kembali kadar glukosa darah melalui hasil tes
toleransi glukosa oral. Diberikan 75 gram glukosa yang dilarutkan dalam 250-350
ml air, setelah 2 jam baru diukur kadar glukosa darahnya (Holt and Kumar, 2010).
Bila didapatkan kadar glukosa darah setelah 2jam pemberian larutan glukosa 11,1
mmol/l (200 mg/dl), maka dapat dikatakan seseorang menderita diabetes melitus
(Holt and Kumar, 2010; Scobie, 2007; Soegondo dkk, 2004).
Tabel 2.1 Kriteria penegakan diagnosis
Glukosa Plasma Puasa Glukosa Plasma 2
Pra-diabetes
IFT atau IGT
Diabetes
Keterangan:
<100 mg/dL
100 125 mg/dL
126 mg/dL
Penatalaksanaan
Tindakan yang dapat dilakukan dalam menangani kadar gula darah adalah:
a. Diet
Karena diet merupakan langkah awal dari usaha untuk penanganan diabetes.
b. Gerak badan
hati,
insulin
menghambat
produksi
glukosa,
menurunkan
Mencapai puncak dalam serum dalam waktu 0,5 sampai 1,5 jam dan
berlansung selama 2 sampai 5 jam (Gilman, 2007). Contoh insulin analog
kerja cepat adalah Insulin Aspart (NovoRapid), Insulin Lispro (Humalog),
Insulin Glulisine (Apidra) (Holt and Kumar, 2010).
b) Insulin yang bekerja sedang
Dapat dibagi menjadi:
2.2
2.2.1
Definisi
Coronary artery disease (CAD) merupakan penyakit yang ditandai dengan
berkembangnya plak aterosklerotik (fibro-fatty deposits) di arteri koroner. Penyebab
utama penyakit ini adalah adanya aterosklerosis yang terdapat pada pembuluh darah
epicardial sehingga bisa menyebabkan terjadinya blokade aliran darah. (Dipiro,2007).
Arteri koroner merupakan pembuluh arteri yang mensuplai darah yang
mengangkut oksigen dan nutrisi ke miokardium (otot jantung). Terdapat suatu
keseimbangan kritis antara suplai dan kebutuhan oksigen miokardium, suplai oksigen
harus sesuai dengan kebutuhan akan oksigen tersebut. Pengurangan suplai oksigen
atau peningkatan kebutuhan oksigen dapat mengganggu keseimbangan ini dan
membahayakan fungsi miokardium (Price dan Wilson, 2005).
Bila kebutuhan oksigen miokardium meningkat, maka suplai oksigen juga
harus meningkat. Untuk meningkatkan suplai oksigen dalam jumlah yang
memadai,aliran pembuluh koroner haruslah ditingkatkan, karena ekstraksi oksigen
miokardium dari daerah arteri hampir maksimal pada keadaan istirahat. Rangsangan
yang paling kuat untuk mendilatasi arteri koroner dan meningkatkan aliran pembuluh
darah adalah hipoksia jaringan local. Pembuluh koroner dapat melebar dan
meningkatkan aliran darah sekitar lima sampai enam kali di atas tingkat istirahat.
Tetapi, pembuluh darah yang mengalami stenosis atau gangguan, tidak dapat melebar
dengan sempurna sehingga terjadi kekurangan oksigen bila kebutuhan oksigen
meningkat (Price dan Wilson, 2005).
2.2.2
Etiologi
Hasil penelitian pada hewan percobaan dan manusia menunjukkan bahwa
adanya lapisan lemak merupakan awal terjadinya aterosklerosis. Adanya lesi awal ini
sangat sering muncul dari peningkatan focal yang mengandung lipoprotein pada
daerah intima. Adanya hiperkolesterolemia dapat meningkatkan akumulasi lipoprotein
terutama low density lipoprotein (LDL) di intima. Partikel lipoprotein sering
berhubungan dengan konstituen dari matriks ekstraseluler, khususnya proteoglikan.
Sekuestrasi (penyerapan) di dalam intima memisahkan lipoprotein dari antioksidan
plasma dan menyebabkan terjadinya modifikasi oksidatif. Partikel lipoprotein yang
termodifikasi dapat memicu respon inflamasi lokal yang memberikan sinyal untuk
tahap selanjutnya pada pembentukan lesi. Tanda-tanda yang lain dari berbagai adhesi
molekul leukosit adalah adanya monosit yang mulai timbul di lesi arteri (Dipiro,
2007).
Pada waktu berlekatan, beberapa sel darah putih bermigrasi ke dalam intima.
Migrasi ini terjadi karena adanya faktor chemoatractant, meliputi partikel lipoprotein
yang termodifikasi dan sitokin. Adanya mononuklear fagosit akan mencerna lipid dan
membentuk foam cells, yang ditunjukkan oleh pengisian sitoplasma dengan droplet
lipid. Lapisan lemak tersebut akan memperparah lesi aterosklerotik, sel otot polos
akan bermigrasi dari media melalui membrane internal dan terakumulasi di dalam
intima dan akan membentuk lesi yang semakin memburuk (Dipiro, 2007).
2.2.3
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari CAD yang terpenting adalah nyeri di dada karena
adanya iskemia miokard. Nyeri dada juga bisa disertai sulit bernafas (dyspnea)
(Dipiro, 2007)
2.2.4
Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis CAD, perlu dilakuklan beberapa tes diagnosis,
diantanya adalah:
a. Elektrokardiografi (EKG)
Terjadi perubahan pada gelombang ST-T, inverse gelombang T dan elevasi
segmen ST.
b.
c.
Pencitraan jantung
Radionuclide angiocardiography digunakan untuk mengukur fraksi ejeksi,
performa ventrikel, keluaran jantung, volume ventrikel, regurgitasi katup, dan
abnormalitas dinding jantung.
d.
Echocardiography
Echocardiography berguna jika pasien mempunya riwayat penyakit katup
pericardial atau disfungsi ventrikel.
e.
2.2.5
Penatalaksanaan
Menurut American College of Cardiology (ACC) dan American Heart
Association (AHA), terapi awal untuk pasien CAD adalah dengan pemberian oksigen
intranasal (jika saturasi oksigen <90%), nitrogliserin sublingual, asprin, beta blocker
oral, dan antikoagulan dan agen fibrinolitik. Sedangkan terapi untuk pasien CAD
yang pernah mengalami infark miokard sebelumnya (CAD Old Myocardial
Infarction/CAD OMI) adalah beta blocker, ACEIs, aspirin, lipid-lowering agents,
antagonis aldosteron, dan antikoagulan (Dipiro, 2007).
a. Beta Blocker
Pada pasien CAD, manfaat pemberian beta blocker diperoleh dari
kemampuannya menginhibisi secara kompetitif reseptor beta-1 yang terletak di
miokardium. Inhibisi tersebut menyebabkan pengurangan denyut jantung,
kontraktilitas miokardium, tekanan darah, dan penurunan kebutuhan oksigen
miokardial. Selain itu, pengurangan denyut jantung akan meningkatkan diastolic
time, yang akan memperbaiki pengisian ventrikel dan perfusi arteri koroner.
Akibatnya, beta blocker akan mengurangi resiko kekambuhan iskemia, infarct
ataupun reinfarct dan juga aritmia ventrikuler (Dipiro, 2007).
b. Angiotensin Converting Enzyme Inhibitors (ACEIs)
Pemberian ACEIs didasarkan pada kemampuannya untuk mencegah
remodeling jantung. Mechanisme lainnya adalah kemapuan ACEIs untuk
memperbaiki fungsi endothelial, mengurangi aritmia atrium dan ventrikel,
meningkatkan angiogenesis, dan mengurangi kejadian iskemia (Dipiro, 2007).
2.3
Stroke
2.3.1 Definisi
CVA (Cardiovaskular Action) atau CVD (Cardiovaskular Disorder)
Gangguan fungsi neurologi yang disebabkan gangguan aliran darah ke otak
yang dapat timbul secara mendadak (dalam beberapa menit) atau secara cepat
(dalam beberapa jam) dengan gejala yang sesuai dengan daerah otak yang
terganggu.
2.3.2 Etiologi
Sesuai penyebabnya stroke dibagi menjadi 2 yaitu stroke iskemik dan stroke
2.3.3 Epidemiologi
Stroke merupakan penyakit penyebab kematian ketiga setelah penyakit
kardiovaskular dan kanker. Stroke terjadi pada lebih dari 700.000 individu per tahun
dengan angka kematian sebesar 150.000.
2.3.4
Faktor Resiko
Faktor resiko terkena stroke dibagi menjadi 2 yaitu:
Tidak dapat dimodifikasi :
usia, jenis kelamin, ras, etnik, keturunan (riwayat keluarga : hipertensi, diabetes)
Dapat dimodifikasi :
a
Karena penyakit : diabetes, atrial fibrilasi, hipertensi, penyakit jantung,
b
2.3.5
Patofisiologi
Gangguan aliran darah ke otak dapat terjadi oleh beberapa sebab. Pada carotid
atherosclerosis terjadi akumulasi lemak dan sel-sel mengalami inflamasi pada bagian
intima arteri, bila diikuti dengan hipertropi sel otot polos arterial menghasilkan
pembentukan plak. Pada keadaan stress plak akan pecah sehingga terjadi pemejanan
kolagen, agregasi platelet dan pembentukan klot Klot ini akan masuk dalam
pembuluh darah sehingga menyebabkan penyumbatan dan gangguan aliran darah.
Pada kasus cardiogenic embolism, pembentukan thrombus dan emboli
mengakibatkan cerebral blood flow sehingga terjadilah iskemik.
Catatan:
Aliran darah menuju otak 50ml/100g per menit dan keadaan ini dipelihara oleh ratarata
tekanan
arteri
50-150mmHg
melalui
proses
cerebral
autoregulation.
Jika aliran darah otak menurun dibawah 20ml/100g per menit maka terjadi iskemi
jika penurunan terus terjadi sampai dibawah 12ml/100g per menit maka terjadi
kerusakan otak yang irreversible yang disebut infarction.
2.3.6
Kelemahan atau mati rasa tiba-tiba pada wajah, lengan, kaki pada satu sisi tubuh
anterior.
TIA (Transient Ischemic Attack) : dapat terjadi beberapa hari, minggu, bulan
sebelum stroke mayor. TIA terjadi pada saat klot menyumbat secara cepat dalam
2.3.7
2.3.8
Tujuan Terapi
Menurunkan neurologi injury (trauma) & menurunkan mortalitas & disability
2.3.9
jangka panjang.
Mencegah komplikasi sekunder dr imobilitas dan disfungsi neurologi.
Mencegah stroke berulang.
Sasaran Terapi
Stroke Akut
Perlu penanganan segera, cepat & tepat, Pada stroke iskhemik, daerah
penumbra (daerah iskemik di sekeliling jaringan otak yg infark, akan mengalami
infark dlm 3-6 jam kemudian. Apabila pengobatan dilakukan pd jam ini akan
Obat parenteral untuk terapi emergensi hipertensi pada stroke akut (PERDOSSI,
2004)
Obat Dosis
- Labetalol 20-80 mg iv bolus setiap 10 menit atau 2mg/menit infus kontinyu
- Nikardipin 5-15mg/jam infus kontinyu.
iv.
Obat oral tunggal untuk terapi emergensi hipertensi pada stroke akut (PERDOSSI,
2004)
Obat Dosis dan frekuensi
- Nifedipin 10mg setiap 6 jam
- Kaptopril 6,25-25 mg /8 jam
- Clonidin 0,1-0,2/12 jam
- Prazosin 1-2mg/8 jam
- Minoxidil 5-20mg/12 jam
- Labetalol 20-80mg/12 jam
Anti Platelet
Aspirin
Aspirin bekerja sebagai anti platelet dengan menghambat secara irreversibel
siklooksigenase sehingga mencegah konversi asam arakhidonat menjadi tromboxan
A2 yang merupakan vasokonstriktor kuat dan stimulator agregasi platelet.
Aspirin juga menghambat aktifitas prostasiklin (PGI2) pada otot polos dinding
vaskular. Dosis efektif aspirin sebagai anti platelet masih diperdebatkan, terutama
karena efeknya pada gastrointestinal, sehingga dosis rendah lebih baik.
Ada beberapa range dosis yang disepakati para ahli, yaitu 75 - 150mg sehari
(Alter et al., 2006), 160-325mg sehari (Adams et al., 2005).
Diberikan pada 48 jam setelah serangan. Aspirin harus diminum terus, kecuali
terjadi reaksi merugikan pada pasien, Efek samping yang sering muncul adalah rasa
tidak enak pada gastrointestinal, perdarahan dan alergi.
Dipiridamol
Digunakan sebagai terapi tambahan atau kombinasi dengan aspirin dalam
bentuk extended release, Bekerja menghambat agregasi platelet pada dosis tinggi,
dengan menghambat fosfodiesterase yang menyebabkan akumulasi cyclic adenosine
monophosphate (cAMP) dan cyclic guanosine monophosphate (cGMP) intrasel, yang
mencegah aktivasi platelet. Dipiridamol juga menaikkan potensial antitrombotik
dinding vaskular.
Dosis oral 300 - 600mg sehari dalam 3 - 4 dosis terbagi sebelum makan
Efek samping yang kadang menyebabkan obat harus dihentikan adalah efek pada
gastrointestinal dan sakit kepala (AHFS, 2005; Fagan et al., 2005)
Tiklopidin
Tiklopidin adalah produk tienopiridin, Cara kerjanya menghambat jalan
adenosin difosfat (ADP) pada agregasi platelet dan menghambat faktor-faktor yang
diketahui merupakan stimuli agregasi platelet, Efek ini menyebabkan perubahan
membran platelet dan interaksi membran-fibrinogenik menyebabkan penghambatan
reseptor platelet glikoprotein IIb/IIIa.
Dosis 250mg 2 x sehari dapat digunakan sebagai alternatif antiplatelet pada
pasien yang mengalami intoleransi aspirin.
Efek sampingnya lebih besar daripada klopidogrel, yaitu menekan sumsum
tulang yang menyebabkan neutropenia, rash, diare, dan kenaikan serum kolesterol.
Yang lebih menjadi persoalan adalah resiko anemia aplastik dan trombotik
trombositopenik purpura. Pasien perlu dimonitor hitung darah lengkap setiap 2
minggu dalam 3 bulan.
Klopidogrel
Golongan tienopiridin seperti tiklopidin dengan efek samping yang lebih
rendah, Dosis lazim 75mg/hari memiliki efikasi yang sama dengan aspirin 325mg
dengan efek perdarahan GIT yang lebih sedikit. Klopidrogel memerlukan
biotransformasi oleh hati menjadi metabolit aktif menggunakan enzim sitokrom P450
3A4 (CYP3A4). Efek samping klopidogrel adalah diare dan rash, dan tidak
menyebabkan neutropenia.
Anti Koagulan
Fungsi Antikoagulan yaitu :
Antikoagulan
digunakan
untuk
mencegah
perluasan
trombus
yang
Stroke Hemorage
Saat ini belum ada study yang jelas mengenai standar strategi farmakologi
untuk penanganan stroke hemoragik intracerebral hemorrhage (ICH). Penggunaan
agen hemostatic (ex : faktor VII) pada tahap akut (<4 jam onset) dapat mengurangi
pergerakan hematoma, tetapi tidak menunjukkan peningkatan outcome terapeutik.
Penanganan dapat dilakukan dengan mengatasi hipertensi pada pasien, dengan
menggunakan Nifedipine.
2.3.10 Penatalaksanaan Stroke Akut di Unit Gawat Darurat
Waktu adalah otak merupakan ungkapan yang menunjukkan betapa
pentingnya pengobatan strok sedini mungkin, karena jendela terapi dari strok hanya
3-6 jam. Penatalaksanaan yang cepat, tepat, dan cermat memegang peranan besar
dalam menentukan hasil akhir pengobatan. Hal yang harus dilakukan yaitu:
Stabilisasi pasien dengan tindakan. Pertimbangkan intubasi bila kesadaran atau koma
atau gagal napas, Pasang jalur infuse intravena dengan larutan salin normal 0,9 %
dengan kecepatan 20 ml/jam, jangan memakai cairan hipotonis seperti dekstrosa 5 %
dalam air dan salin 0,45 %, karena dapat memperhebat edema otak. Berikan oksigen
2-4 liter/menit melalui kanul hidung. Jangan memberikan makanan atau minuman
lewat mulut.
2.3.11 Pencegahan Penyakit Stroke
Pencegahan Primer
- Memasyarakatkan gaya hidup sehat bebas strok :
- Menghindari : rokok, stress mental, alcohol, kegemukan, konsumsi garam
-
2.3.12 Monitoring
-
Efektivitas terapi.
Efek samping potensial terapi farmakologi yang diberikan.
Kondisi klinis.
Outcome terapeutik.
pemburukan
neurologi
(perluasan
atau
kambuh),
komplikasi
Hypertensive darurat.
Infeksi/peradangan (berhubung pernapasan dan air kencing paling umum).
Thromboembolism pembuluh darah (trombosa pembuluh darah mendalam dan
intracranial
2.3.14 Konseling
Informasi Nama obat yang jelas disertai dosis dan cara pakai, agar pasien
patuh dalam mengkonsumsi obat, jika perlu disampaikan ke keluarga dekat pasien
untuk menghindari medication error.
Efek samping obat yang perlu diketahui oleh pasien disampaikan.
Disarankan ke pasien agar memperbaiki Lifestyle untuk mencegah kekambuhan atau
keparahan penyakit.
2.4
KOLESTEROL (CHOLESTEROL)
2.4.3
2.4.4
100 mg/dl.
Kolesterol HDL > 40 mg/dl
Trigliserida 60 - 150 mg/dl
Merupakan Triester dari gliserol (triasil gliserol)
Terdapat hampir di seluruh bagian tubuh terutama di jaringan adipose
Kadarnya dipengaruhi usia, obesitas, dan jenis kelamin
Enzim
yang
berpengaruh
terhadap
metabolisme
lemak
4
2.4.5
menjadi asam lemak dan gliserol > Hormon Sensitif lipase Interseluler
Terapat dalam jaringan lemak.
Kolesterol Total < 200 mg/dl
kolesterol
yang
ada
dalam
darah
dan
mengeluarkannya
dari
tubuh.
Konsumsi antioksidan
Antioksidan banyak terdapat dalam buah-buahan seperti jeruk, strawbery,
pepaya, wortel, atau labu. Mengkonsumsi bawang putih secara teratur juga dapat
menurunkan kadar kolesterol.
Olahraga
Berolahraga secara teratur sesuai dengan umur dan kemampuan. Jaga agar
Hubungan
a.
Kolesterol
dengan
Penyakit
Jantung
dan
Stroke
ini
akan
mengendap
pada
dinding
pembuluh
darah.
2.4.7
baik (HDL).
Lemak tak jenuh
Seperti yang terdapat dalam minyak canola, minyak zaitun (olive oil), dan
minyak safflower, menurunkan kolesterol jahat (LDL) dan dapat membantu