Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh :
Winfried Adinata
Yudha Kartiko Aji
Gilang Ardi Sabian
Bayu Insan Nurhikmah
Hana Utami
Ghafar Farros
135040100111076
135040100111078
135040100111086
135040100111125
135040100111129
135040100111137
Kelas : M
Kelompok : 1
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Tahap Persiapan Survei Tanah
Tahap persiapan merupakan tahap studi pustaka yaitu meneliti dan mengkaji pustaka
yang telah ada tentang keadaan tanah didaerah tersebut. Dengan demikian gambaran kasar
tentang daerah yang akan diteliti telah di dapat. Sebagai landasan untuk dapat melaksanakan
survei tanah dan agar tidak terhambat dalam kerja lapang, seorang petugas survei tanah
sebelumnya harus memahami segala sesuatu mengenai klasifikasi dan survei tanah.
Salah satu sarana yang sangat penting untuk dipersiapkan dalam tahap ini adalah Peta
Dasar. Peta dasar adalah suatu peta yang dipergunakan sebagai dasar untuk melakukan
pengamatan tanah dilapang. Pata dasar yang baik, adalah yang di samping dapat
menunjukkan lokasi lokasi geografis secara tepat juga dapat memberi petunjuk
kemungkinan penyebaran berbagai jenis tanah di daerah tersebut.
Untuk tujuan ini maka potret udara atau peta topografi dengan skala yang sesuai telah
digunakan. Potret udara atau peta topografi yang diperlukan pada dasarnya harus mempunyai
skala yang lebih besar daripada peta tanah yang di buat. Apabila potret udara tidak tersedia
maka di perlukan peta topografi yang baik sebagai peta dasar. Peta ini harus lengkap dengan
garis kontur sesuai dengan skalanya, sehingga mudah dibedakan bentuk bentuk wilayah di
daerah tersebut. Berdasar atas penyebaran bentuk wilayah ini pulalah maka rencana
pengamatan lapang akan di buat.
2.1.1 Tujuan Diadakannya Survei Tanah
Tujuan survei tanah adalah mengklasifikasikan, menganalisis dan memetakan tanah
dengan mengelompokkan tanah-tanah dan sifatnya kedalam satuan peta tanah tertentu. Sifat
dari satuan peta secara singkat dicantumkan dalam legenda, sedang uraian lebih detail
dicantumkan dalam laporan survei tanah yang selalu menyertai peta tanah tersebut. Menurut
Dent dan young ( 1981 ) ada dua strategi dalam melakukan survey tanah, yaitu survei tanah
untuk tujuan umum dan untuk tujuan khusus.
Survei tanah bertujuan umum, ditujukan untuk memberikan data sebagai dasar
interprestasi untuk berbagai penggunaan lahan yang berbeda, bahkan beberapa dari
penggunaan lahan tersebut belum diketahui. Survei tanah bertujuan umum meliputi
pembuatan peta pedologi yang menyajiakan sebaran satuan-satuan tanah yang ditentukan
menurut morfologi serta data sifat fisik,kimia dan biologi yang dikumpulkaan di laboraturium
dan di lapangan. Contohnya yaitu : pembuatan peta pedologi, dan sebagai dasar untuk
melakukan riset yang berkaitan dengan hubungan tanah tanaman.
Kelebihan survei tanah untuk tujuan umum dapat diterapkan pada wilayah yang masih
belum berkembang, yang faktor fisik lingkungan belum diketahui, kisaran pengguanaan lahan
sangat luas. Sedangkan survei tanah untuk tujuan khusus pencantuman informasi tentang
daerah dan pengguanaan lahan yang berpotensi sangat bermanfaat.
Kelemahan survei tanah untuk tujuan umum informasi dasar tentang tanah harus
dikumpulkan terlebih dahulu sebelum keputusan penggunaan lahan yang menguntungkan.
Sedangkan survei tanah untuk tujuan khusus kurangnya kemampuan dalam memenuhi tujuan
atau keperluan (untuk tujuan tertentu saja)
Survei tanah bertujuan khusus, merupakan survei tanah yang sudah memiliki tujuan
dalam penggunaan lahan yang disurvei. Survei ini menghimpun informasi sesuai dengan
yang dibutuhkan dalam tujuan tersebut. Biasanya survei ini dilakukan pada wilayah yang
telah berkembang dan padat penduduk. Contoh : Survei daerah aliran sungai untuk
pengembangan irigasi.
Kelebihan dari survei tanah tujuan khusus sangat bermanfaat apabila mencantumkan
informasi tentang daerah tersebut berikut dengan penggunaan lahan yang berpotensi untuk di
kembangkan telah di ketahui , sehingga penggunaan khusus dapat di gunakan.
Kelemahan survei tanah bertujuan khusus adalah ketidakmampuannnya dalam memenuhi
semua tujuan atau keperluan, tidak berisi informasi keseluruhan mengenai survei tanah, hasil
survei hanya dapat digunakan untuk keperluan yang telah ditentukan sebelumnya.
2.1.2 Estimasi Biaya Survei
Estimasi biaya merupakan perkiraan pengeluaran yang akan digunakan dalam survey
tanah dan evaluasi lahan. Untuk persiapan pra survey diluar perlengkapan, maka biaya yang
diperlukan adalah biaya transportasi, dan konsumsi serta biaya perizinan jika memerlukan.
Biaya transportasi tergantung pada jenis kendaraan yang digunakan, jarak tempuh dari titik
kumpul ke lokasi survey dan jumlah penumpang. Begitu pula biaya konsumsi yang
ditentukan juga oleh waktu pelaksanaan survey hingga selesai, misal dari pagi hingga sore
atau membutuhkan waktu lebih dari 1 hari.
2.1.3 Pengumpulan Data, Foto Udara/Citra Satelit dan Peta
a) Pengumpulan Data
Pengumpulan data (laporan dan peta) sekunder yang berisikan data-data yang diperlukan
dalam kegiatan survei. Data yang diperlukan terkait dengan survei tanah yang diperlukan,
geologi dan bahan induk, penggunaan lahan, topografi (bentuk wilayah dan lereng) dan
relief, data iklim (curah hujan, temperatur, dll) dan hidrologi, buku BPS (provinsi,
kabupaten, kecamatan dalam angka), RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah), keadaan tanah
dan keadaan sosial ekonomi (terkait penduduk : kepadatan, mata pencaharian, kepemilikan
tanah dll). Laporan-laporan tersebut penting sebagai bahan pertimbangan dalam
memperkirakan bentuklahan, tanah yang akan dijumpai, kesesuaian lahan, arahan
penggunaan lahan.
b) Foto Udara
Foto Udara adalah hasil pemotretan suatu daerah dari ketinggian tertentu, dalam ruang
lingkup atmosfer menggunakan kamera. Misalnya pemotretan menggunakan pesawat
terbang, heikopter, balon udara, drone/UAV, dan wahana lainnnya. Keuntungannya dari
penggunaan foto udara menghasilkan gambar/citra yang lebih detail (resolusi sekitar 15cm),
tidak terkendala awan, karena pengoperasiaannya pada ketinggian di bawah awan.
Kelemahannya, foto udara terdiri dari kumpulan scene kecil yang banyak, terlebih lagi untuk
pemotretan dengan area yang sangat luas. Pengoperasian foto udara juga sangat tergantung
dari cuaca, seperti faktor angin. Misalnya untuk penggunaan UAV, hasil foto udara kurang
bagus jika tiupan angin terlalu kencang, karena hasil pemotretan kurang stabil. Kelemahan
yang lain, foto udara harus dibarengi dengan pengambilan GCP (Ground Control Point di
Lapangan) untuk melakukan korekasi geometrik (orthorectification), karena kalau tidak, bisa
dipastikan keakuratan geometrik akan sangat rendah. Dari segi biaya, foto udara jauh lebih
mahal jika dibandingkan dengan citra satelit, karena banyak hal yang diperlukan, seperti
biaya operasional pesawat, izin penerbangan (misal untuk pesawat terbang, helikopter),
biaya personil ke lapangan (pengambilan titik koordiant GCP ataupun pengoperasion
pesawat), dan lain-lain.
c) Foto Udara/ Citra Satelit
Citra Satelit merupakan pemotretan suatu daerah menggunakan wahana satelit yang
dioperasikan dari ruang angkasa. Saat, ini citra satelit resolusi tinggi memiliki resolusi
spasial 50 cm (hasil resampling), seperti citra GeoEye-1, WordView-2, WorldView-1, dan
Pleiades. Hasil foto satelit tidak sedetail jika dibandingkan dengan foto udara. Keuntungan
dari citra satelit, biaya secara umum jauh lebih murah dibandingkan dengan foto udara,
tingkat akurasi geometrik lebih baik, meskipun tanpa menggunakan titik ikat dari lapangan
(GCP). Untuk area yang luas, citra satelit tidak memerlukan scene yang banyak, karena
ukuran scene pada citra satelit sangat luas, sehingga tidak perlu melakukan mosaicking yang
ribet. Band yang dihasilkan dari foto satelit sangat bervariasi. Sebagai contoh WorldView-2
memiliki 8 band. Hal ini sangat memudahkan pemakaian untuk interpretasi lebih lanjut,
seperti membedakan vegetasi, palm counting, dan lain-lain. Kekurangan dari penggunaan
citra satelit adalah penggunaannya sangat tergantung cuaca, seperti hujan, awan, dan kabut.
Karena pengoperasian dari luar angkasa, pemotretan masih belum bisa menembus awan.
Senhingga, untuk daerah yang intensitas hujannya tinggi, atau selalu diliputi kabut, akan
susah untuk mendapatkan data citra satelitnya.
d) Peta
Peta yang diperlukan dalam kegiatan dan pra-survey adalah:
i.
Peta dasar :
Peta dasar adalah suatu gambaran dari berbagai komponen yang terpilih
didalam suatu daerah pemetaan. Komponen - komponen tersebut harus memiliki
hubungan dengan topografi, sehingga jika komponen - komponen tersebut tidak
memiliki hubungan, maka menjadi tidak bermanfaat dan informasi yang
dipetakan tersebut menjadi tidak berguna karena tidak dapat dilokalisasi (diplot)
dan dievaluasi terhadap kondisi - kondisi yang diharapkan dan akhirnya hanya
digunakan sebagai dasar perbandingan pada suatu daerah saja.
Peta topografi atau peta rupa bumi Indonesia, skala hendaknya 2 kali lebih
besar dari peta yang akan dihasilkan ( untuk pulau Jawa tersedia 1:25.000, luar
jawa umumnya 1:50.000, bahkan masih ada yang bersekala kecil 1:250.000).
Diutamakan untuk peta digital, jika tidak bisa berupa peta cetak. Peta ini
ii.
iii.
variasi
dan
persebaran berbagai jenis tanah atau sifat-sifat tanah (seperti pH, tekstur, kadar
organik, kedalaman, dan sebagainya) di suatu area. Peta tanah merupakan hasil
dari survey tanah dan digunakan untuk evaluasi sumber daya lahan, pemetaan
ruang, perluasan lahan pertanian, konservasi, dan sebagainya.
Skala terbesar yang telah dilakukan survei (sebagian besar wilayah
Indonesia tersedia skala 1:250.000, beberapa lokasi tersedia 1:50.000) sebagai
iv.
survei (untuk pulau Jawa 1:250.000, luar jawa umumnya 1:50.000, bahkan ada
yang masih bersekala 1:250.000)
2.1.4 Interpretasi Foto Udara
a) Rona dan Warna
Rona (tone/color tone/grey tone) adalah tingkat kegelapan atau tingkat kecerahan obyek
pada citra yang menggunakan sprektrum lebar 0,4 0,7 m (hitam-putih) . Berkaitan dengan
penginderaan jauh, spektrum demikian disebut spektrum lebar, jadi rona merupakan tingkatan
dari hitam ke putih atau sebaliknya.
Warna merupakan wujud yang tampak oleh mata dengan menggunakan spektrum
sempit, lebih sempit dari spektrum tampak. Sebagai contoh, obyek tampak biru, hijau, atau
merah bila hanya memantulkan spektrum dengan panjang gelombang (0,4 0,5) m, (0,5
0,6) m, atau (0,6 0,7) m. Sebaliknya, bila objek menyerap sinar biru maka ia akan
memantulkan warna hijau dan merah. Sebagai akibatnya maka obyek akan tampak dengan
warna kuning.
Berbeda dengan rona yang hanya menyajikan tingkat kegelapan, warna menunjukkan
tingkat
kegelapan
yang
lebih
beraneka.
Ada
tingkat
kegelapan
di
dalam
warna biru, hijau, merah, kuning, jingga, dan warna lainnya. Estes et al. (1983) mengutarakan
bahwa mata manusia dapat membedakan 200 rona dan 20.000 warna. Pernyataan ini
mengisyaratkan bahwa pembedaan obyek pada foto berwarna lebih mudah bila dibanding
dengan pembedaan objek pada foto hitam putih. Contoh permukaan atap gudang yang terbuat
dari seng akan terlihat lebih cerah.
Rona dan warna disebut unsur dasar. Tiap obyek tampak pertama pada citra
berdasarkan rona atau warnanya. Setelah rona atau warna yang sama dikelompokkan dan
diberi garis batas untuk memisahkannya dari rona atau warna yang berlainan, barulah tampak
bentuk, tekstur, pola, ukuran dan bayangannya.
b) Bentuk
Bentuk merupakan konfigurasi atau kerangka suatu objek, sehingga dapat mencirikan
suatu penampakan yang ada pada citra dapat di identifikasi dan dapat dibedakan antar objek.
Dari penampakan pada foto udara dapat di identifikasi bentuk massa bangunan, maupun
bentuk dasar fisik alam lainnya seperti jalan, sungai, hutan dll. Contoh: 1) Gedung sekolah
pada umumnya berbentuk huruf I, L, U atau empat persegi panjang. 2) Gunung api, biasanya
berbentuk kerucut.
Ada
dua
istilah
di
dalam bahasa
Inggris yang
artinya
bentuk,
yaitu shape dan form. Shape ialah bentuk luar atau bentuk umum, sedangkan form merupakan
susunan atau struktur yang bentuknya lebih rinci. Contohshape atau bentuk luar adalah
bentuk bumi bulat. Sedangkan contoh form atau bentuk rinci adalah Ppada bumi yang
bentuknya bulat terdapat berbagai bentuk relief atau bentuk lahan seperti gunung berapi,
dataran pantai, tanggul alam, dsb.
c) Ukuran
Ukuran ialah atribut obyek berupa jarak, luas, tinggi, lereng, dan volume. Karena
ukuran obyek pada citra merupakan fungsi skala, maka di dalam memanfaatkan ukuran
sebagai unsur interpretasi citra harus selalu diingat skalanya. Dengan kata lain ukuran
merupakan perbandingan yang nyata dari objek-objek dalam citra maupun foto udara, yang
menggambarkan kondisi lapangan. Contohnya perbedaan ukuran lapangan sepak bola dengan
stadion. Contoh: Lapangan olah raga sepakbola dicirikan oleh bentuk (segi empat) dan
ukuran yang tetap, yakni sekitar (80 m 100 m).
d) Teksktur
Tekstur adalah frekuensi perubahan rona pada citra (Lillesand dan Kiefer, 1979) atau
pengulangan rona kelompok obyek yang terlalu kecil untuk dibedakan secara individual
(Estes dan Simonett, 1975). Tekstur merupakan hasil gabungan dari bentuk, ukuran, pola,
bayangan serta rona. Tekstur sering dinyatakan dengan kasar, halus, dan belang-belang.
Misalnya tekstur sawah akan kelihatan halus berbeda dengan kebun ataupun hutan, hutan
bertekstur kasar, belukar bertekstur sedang dan semak bertekstur halus.
e) Pola
Pola atau susunan keruangan merupakan ciri yang menandai bagi banyak obyek
bentukan manusia dan bagi beberapa obyek alamiah. Pengulangan bentuk tertentu dalam
hubungan merupakan karakteristik bagi objek alamiah maupun bagunan akan memberikan
suatu pola dalam mengenali objek. Misalnya pola perumahan yang teratur menunjukkan
obyek tersebut merupakan perumahan yang dibangun oleh developper.
f) Bayangan
Bayangan bersifat menyembunyikan detail atau obyek yang berada di daerah gelap.
Obyek atau gejala yang terletak di daerah bayangan pada umumnya tidak tampak sama sekali
atau kadang-kadang tampak samar-samar. Meskipun demikian, bayangan sering merupakan
kunci pengenalan yang penting bagi beberapa obyek yang justru lebih tampak dari
bayangannya. Dengan bantuan unsur bayangan dapat menentukan arah mata angin serta
pengenalan terhadap suatu obyek. Contoh: Pola aliran sungai menandai struktur geologis.
Pola aliran trelis menandai struktur lipatan. Permukiman transmigrasi dikenali dengan pola
yang teratur, yaitu ukuran rumah dan jaraknya seragam, dan selalu menghadap ke jalan.
Kebun karet, kebun kelapa, kebun kopi mudah dibedakan dari hutan atau vegetasi lainnya
dengan polanya yang teratur, yaitu dari pola serta jarak tanamnya.
g) Situs
Situs atau lokasi suatu obyek dalam hubungannya dengan obyek lain dapat membantu
dalam menginterpretasi foto udara ataupun citra ikonos. Situs ini berupa unit terkecil dalam
suatu sistem wilayah morfologi yang dipengaruhi oleh beberapa faktor situs, seperti beda
tinggi, kecuraman lereng, keterbukaan terhadap sinar, keterbukaan terhadap angin dan
ketersediaan air di permukaan dan air tanah.
Situs ini sering dikaitkan antara obyek dengan melihat obyek lain. Misalnya situs
pemukiman memanjang pada umumnya terletak disepanjang tepi jalan. ontoh: Lereng terjal
tampak lebih jelas dengan adanya bayangan, begitu juga cerobong asap dan menara, tampak
lebih jelas dengan adanya bayangan. Foto-foto yang sangat condong biasanya
memperlihatkan bayangan objek yang tergambar dengan jelas, sedangkan pada foto tegak hal
ini tidak terlalu mencolok, terutama jika pengambilan gambarnya dilakukan pada tengah hari
h) Asosiasi
Asosiasi dapat diartikan sebagai keterkaitan antara obyek yang satu dengan obyek lain.
Adanya keterkaitan ini maka terlihatnya suatu obyek pada citra sering merupakan petunjuk
bagi adanya obyek lain. Misalnya stasiun kereta api sering berasosiasi dengan jalan kereta
apai yang bercabang.
i) Konvergensi Bukti
Konvergensi Bukti adalah bukti-bukti yang mengarah kepada kebenaran, artinya
semakin banyak unsur interpretasi yang diguna kan dalam menginterpretasi suatu citra maka
semakin besar kemung kinan kebenaran interpretasi yang dilakukan. Tahapan-tahapan
kegiatan dalam interpretasi citra, yaitu deteksi, identifikasi, dan analisis.
-
Deteksi adalah usaha penyadapan data secara global baik yang tampak maupun yang
tidak tampak. Di dalam deteksi ditentukan ada tidaknya suatu objek. Misalnya, objek
berupa savana.
Identifikasi adalah kegiatan untuk mengenali objek yang tergambar pada citra yang
dapat dikenali berdasarkan ciri yang terekam oleh sensor dengan alat stereoskop.
Analisis adalah kegiatan penelaahan dan penguraian data hasil identifikasi sehingga
dapat dihasilkan dalam bentuk tabel, grafik, atau peta tematik.
permukaan bumi. Adapun bahan dan alat yang digunakan dalam pembuatan peta
landform adalah stereoskop cermin, platik seukuran foto udara, spidol ohp, foto uadara
daerah survey, peta rupa bumi sebagai referensi, Penyusunan peta ini dapat dilakukan
dengan langkah-langkah:
1.
2.
3.
4.
5.
Membuat peta dasar berdasarkan pada peta topografi daerah yang dipilih
Pemilihan foto udara berdasarkan pilihan lokasi
Membuat mosaic foto
Deliniasi foto udara dengan stereoskop cermin
Dijitasi peta dan memasukkan informasi bentukkan lahan hasil deliniasi berdasar
yang akan disurvei. Dalam penentuan titik observasi tersebut perlu disesuaikan dengan
beberapa hal, diantaranya adalah:
1. Pendekatan yang digunakan
Pada penyusunan peta kerja terdapat dua metode pendekatan yang dapat digunakan,
yaitu sintetik maupun analitik. Pendekatan sintetik merupakan suatu pendekatan yang
membagi permukaan tanah sebagai suatus atuan peta tanah dengan cara mengamati,
mendeskripsikan, dan mengklasifikasikan profil tanah sesuai dengan taksonomi yang
digunakan sebagai acuan member batasaan pada peta tanah yang ada. Pendekatan sintetik
dialakuakn dengan cara:
a. Interpretasi foto udara yang didapat dari citra satelit
b. Beri batas-batas permukaan tanah yang memiliki sifat tanah yang dianggap
berbeda
c. Mengkarakterisasi satuan-satuan yang diahsilkan dari pengamatan dan
pengambilan contoh tanah di lapang
Pendekatan analitik membagi peta tanah berdasarkan pada pengamatan sifat-sifat
tanah yang dapat diketahui secara eksternal seperti tekstur, struktur, konsistensi, hingga
topgrafi, bahan induk, dan jenis vegetasi. Jika pada pelaksanaan menggunakan peta udara
maka dari sifat-sifat tersebut dapat ditentukan kontinum yang akan dibagi sebagai
pembeda setiap titiknya.
2. Tujuan pemetaan
Pada pembuatan peta rencana kerja ini memiliki tujuan diantaranya adalah membantu
dalam pelaksanaan survey lahan sesuai kebutuhan, membantu proses hasil analisis data,
menyimpan informasi titik survey, dan dapat digunakan dalam komunikasi info ruang.
3. Ketersediaan peta/foto udara/citra satelit
Ketersediaan peta dasar atau foto udara merupakan kunci penting dalam kegiatan
penyusunan peta rencana kerja. Hal tersebut dikarenakan foto udara atau citra satelit
digunakan dalam salah satu pendekatan yang digunakan dalam penyusunan peta rencana
kerja. Apa bila dalam proses survey digunakan foto udara maka metode pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan sintetik. Apa bila tidak ada foto udara maka pendekatan
yang dipergunakan adalah pendekatan analitik.
4. Pengalaman tim survey
Pengalaman tim survey memegang kunci penting dalam keberhasilan survey lahan.
Apabila tim survey memiliki pengalaman yang banyak maka kemungkinan keberhasilan
dan kevalidan data hasil survey akan menjadi lebih tinggi. Disamping itu pengalaman
tim survey juga memengaruhi jenis metode pendekatan yang akan dipergunakan dalam
pelaksanaan survey. Apabila tim kurang pengalamannya, maka akan menggunakan
pendekatan analitik. Sedangkan apabila tim telah memiliki pengalaman maka mampu
menginterpretasi foto udara dengan baik, maka digunakan pendekatan yang digunakan
dalam kasus ini adalah pendekatan analitik.
5. Skala pemetaan yang akan dihasilakan
Pada wilayah yang memiliki luasan yang sama bisa saja memiliki skala pemetaan
yang beragam. Seperti ada wilayah yang memiliki sekala besar,ada pula yang memiliki
skala kecil. apa bila suatu wilayah memiliki skala besar maka titk observasi yang
dipergunakan lebih banyak dibandingkan skala kecil. Untuk lebih lengkapnya dapat
dilihat pada gambar berikut ini:
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Zainal. 2013. Foto Udara dan Citra Satelit. http://terra-image.com/foto-udara-dancitra-satelit/. Diakses 08 Oktober 2015
Dent, D. and Young, A. 1981. Soil survey and land evaluation. George Allen & Unwin: London.
Supli.
2014.
Pengertian
dan
Jenis-Jenis
Survei.
Online:
Term
of
Reference
(TOR).