Anda di halaman 1dari 4

LANGKAH PERSIAPAN PENDIRIAN

BADAN USAHA MILIK DESA


BADAN USAHA
Oleh Ahmad Sofyan 15 September 2015
Tujuan awal pembentukan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dimaksudkan
untuk mendorong atau menampung seluruh kegiatan peningkatan pendapatan
masyarakat, baik yang berkembang menurut adat Istiadat dan budaya setempat,
maupun kegiatan perekonomian yang diserahkan untuk di kelola oleh
masyarakat melalui program atau proyek Pemerintah pusat dan Pemerintah
Daerah. Sebagai sebuah usaha desa, pembentukan BUMDes adalah benarbenar untuk memaksimalisasi potensi masyarakat desa baik itu potensi ekonomi,
sumber daya alam, ataupun sumber daya manusianya. Secara spesifik,
pendirian Bumdes adalah untuk menyerap tenaga kerja desa meningkatkan
kreatifitas dan peluang usaha ekonomi produktif mereka yang berpenghasilan
rendah.
Sasaran pemberdayaan ekonomi masyarakat desa melalui BUMDes ini adalah
untuk melayani masyarakat desa dalam mengembangkan usaha produktif.
Tujuan lainnya adalah untuk menyediakan media beragam usaha dalam
menunjang perekonomian masyarakat desa sesuai dengan potensi desa dan
kebutuhan masyarakat.
Untuk mendirikan BUMDes, ada tahapan-tahapan yang dilakukan oleh perangkat
desa (terutama kepala desa) sebagai komisaris BUMDes nantinya. Tahapan
Pendirian BUMDes harus dilakukan melalui inisiatif desa yang dirumuskan
secara partisipatif oleh seluruh komponen masyarakat desa. Pendirian BUMDes
juga dimungkinkan atas inisiatif Pemerintah Kabupaten sebagai bentuk intervensi
pembangunan pedesaan untuk mendukung pembangunan daerah Secara umum
berdasarkan pengamatan saya, ada tiga tahapan yang bisa dilalui oleh kepala
desa bersama pihak panitia pembentukan BUMDes untuk proses pembentukan
BUMDes secara ideal. Tahapan-tahapan tersebut adalah :
Tahap I : Membangun kesepakan antar masyarakat desa dan pemerintah desa
untuk pendirian BUMDes yang dilakukan melalui musyawarah desa atau rembug
desa. Dalam hal ini Kepala Desa mengadakan musyawarah desa dengan

mengundang Panitia pembentukan BUMDes, anggota BPD dan pemuka


masyarakat serta lembaga kemasyarakatan yang ada didesa. Tujuan dalam
pertemuan tahap I ini adalah merumuskan hal-hal berikut:
1.

Nama, kedudukan, dan wilayah kerja BUMDes

2.

Maksud dan tujuan pendirian BUMDes

3.

Bentuk badan hukum BUMDes

4.

Sumber permodalan BUMDes

5.

Unit-Unit usaha BUMDes

6.

Organisasi BUMDes

7.

Pengawasan BUMDes

8.

Pertanggungjawaban BUMDes

9.

Jika dipandang perlu membetuk Panitia Ad-hoc perumusan Peraturan Desa tentang
Pembentukan BUMDes.

Secara umum dapat di simpulkan bahwa tujuan dari pertemuan tahap I ini adalah
untuk mendesain struktur organisasi. BUMDes merupakan sebuah organisasi,
maka diperlukan adanya
struktur organisasi yang menggambarkan bidang pekerjaan apa saja yang harus
tercakup di dalam organisasi tersebut. Bentuk hubungan kerja (instruksi,
konsultatif, dan pertanggunganjawab) antar personil atau pengelola BUMDes.
Tahap II Pengaturan organisasi BUMDes yang mengacu kepada rumusan
Musyawarah Desa pada Tahap I oleh Penitia Ad-hoc, dengan menyusun dan
pengajuan pengesahan terhadap hal-hal berikut:
1.

Peraturan Desa tentang Pembentukan BUMDes yang mengacu pada Peraturan


Daerah dan ketentuan hukum lainnya yang berlaku :

2.

Pengesahan Peraturan Desa tentang Pembentukan BUMDes

3.

Anggaran Dasar BUMDes

4.

Struktur Organisasi dan aturan kelembagaan BUMDes

5.

Tugas dan fungsi pengelola BUMDes

6.

Aturan kerjasama dengan pihak lain

7.

Rencana usaha dan pengembangan usaha BUMDes

Pada tahap ke dua ini point-point yang dibahas juga sekaligus memperjelas
kepada semua anggota BUMDes dan pihak-pihak yang berkepentingan untuk

memahami aturan kerja organisasi. Maka diperlukan untuk menyusun AD/ART


BUMDes yang dijadikan rujukan pengelola dan sesuai dengan prinsip-prinsip tata
kelola BUMDes. Melalui penetapan sistem koordinasi yang baik memungkinkan
terbentuknya kerja sama antar unit usaha dan lintas desa berjalan efektif.
Penyusunan job deskripsi bagi setiap pengelola BUMDes sangat diperlukan
untuk dapat memperjelas peran dari masing-masing orang. Dengan demikian,
tugas, tanggungjawab, dan wewenang pemegang jabatan tidak memiliki duplikasi
yang memungkinkan setiap jabatan/pekerjaan yang terdapat di dalam BUMDes
diisi oleh orang-orang yang kompeten di bidangnya.
Tahap selanjutnya yang dilakukan adalah Tahap III : Pengembangan dan
Pengelolaan BUMDes, dengan aktivitas:
1.

Merumuskan dan menetapkan sistem penggajian dan pengupahan pengelola


BUMDes,

2.

Pemilihan pengurus dan pengelola BUMDes

3.

Menyusun sistem informasi pengelolaan BUMDes

4.

Menyusun sistem administrasi dan pembukuan BUMDes

5.

Penyusunan rencana kerja BUMDes.

Di terakhir banyak point-point yang dibahas, yaitu menyusun bentuk aturan


kerjasama dengan pihak ketiga, yakni kerja sama dengan pihak ketiga apakah
menyangkut transaksi jual beli atau simpan pinjam penting diatur ke dalam suatu
aturan yang jelas dan saling menguntungkan. Penyusunan bentuk kerjasama
dengan pihak ketiga diatur secara bersama dengan Dewan Komisaris BUMDes.
Selain itu juga dibahas mengenai Menyusun rencana usaha (business plan),
yakni Penyusunan rencana usaha penting untuk dibuat dalam periode 1 sampai
dengan 3 tahun. Sehingga para pengelola BUMDes memiliki pedoman yang jelas
apa yang harus dikerjakan dan dihasilkan dalam upaya mencapai tujuan yang
ditetapkan dan kinerjanya menjadi terukur. Penyusunan rencana usaha dibuat
bersama dengan Dewan Komisaris BUMDes.
Point lain yang juga dibahas adalah Melakukan proses rekruitmen dan sistem
penggajian dan pengupahan. Untuk menetapkan orang-orang yang bakal
menjadi pengelola BUMDes dapat dilakukan secara musyawarah. Namun
pemilihannya harus didasarkan pada kriteria tertentu. Kriteria itu dimaksudkan
agar pemegang jabatan di BUMDes mampu menjalankan tugas-tugasnya
dengan baik. Untuk itu, persyaratan bagi pemegang jabatan di dalam BUMDes

penting dibuat oleh Dewan Komisaris. Selanjutnya dibawa ke dalam forum


rembug desa untuk disosialisasikan dan ditawarkan kepada masyarakat. Proses
selanjutnya adalah melakukan seleksi terhadap pelamar dan memilih serta
menetapkan orang-orang yang paling sesuai dengan kriteria yang dibuat.
Selain itu pemberian insentif jika pengelola mampu mencapai target yang
ditetapkan selama periode tertentu. Besar kecilnya jumlah uang yang dapat
dibayarkan kepada pengelola BUMDes juga harus didasarkan pada tingkat
keuntungan yang kemungkinan dapat dicapai. Pemberian imbalan kepada
pengelola BUMDes harus semenjak awal disampaikan agar mereka memiliki
tanggungjawab dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Sebab pemberian imbalan
merupakan ikatan bagi setiap orang untuk memenuhi kinerja yang diminta.
Demikian resume yang saya simpulkan dari berbagai sumber yang menjadi
bahan referensi saya dalam menganalisa langkah persiapan pendirian Badan
Usaha Milik Desa (BUMDes).

Anda mungkin juga menyukai