Anda di halaman 1dari 40

HEALTH TECHNOLOGY ASSESSMENT INDONESIA

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


2008
PERAWATAN
BAYI BERAT
LAHIR RENDAH
(BBLR) DENGAN
METODE
KANGURU

PANEL AHLI
Prof. dr. Rulina Suradi, SpA (K)
Divisi Perinatologi, IKA, FK UI/ RSUPN
Jakarta
dr. Rina Rohsiswatmo, Sp.A (K)
Divisi Perinatologi, IKA, FK UI/ RSUPN
Jakarta
dr. Rosalina Dewi, Sp.A
Divisi Perinatologi, IKA, FK UI/ RSUPN
Jakarta
dr. Bernie Endyarni, Sp.A
Divisi Perinatologi, IKA, FK UI/ RSUPN
Jakarta
Ns. Yeni Rustina, S.Kep, MappSc.,PhD
RSUPN Cipto Mangunkusumo
Jakarta
UNIT PENGKAJIAN TEKNOLOGI KESEHATAN
Prof.Dr. dr. Eddy Rahardjo, SpAn, KIC
Ketua
dr.Santoso Soeroso, SpA (K), MARS
Anggota
dr. Mulya A. Hasjmy, Sp. B. M. Kes
Anggota
dr. K. Mohammad Akib, Sp.Rad, MARS
Anggota
dr.Suginarti, Mkes
Anggota
dr.Diar Wahyu Indriarti, MARS
Anggota
dr. Titiek Resmisari
Anggota

Cipto Mangunkusumo
Cipto Mangunkusumo
Cipto Mangunkusumo
Cipto Mangunkusumo

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap tahun di dunia diperkirakan lahir sekitar 20 juta bayi berat lahir rendah
(BBLR).1 Kelahiran BBLR sebagian disebabkan oleh lahir sebelum waktunya
(prematur), dan sebagian oleh karena mengalami gangguan pertumbuhan selama
masih dalam kandungan PJT (Pertumbuhan Janin Terhambat). Di negara
berkembang, BBLR banyak dikaitkan dengan tingkat kemiskinan.2,3 BBLR
merupakan penyumbang utama angka kematian pada neonatus. Menurut perkiraan
World Health Organization (WHO), terdapat 5 juta kematian neonatus setiap tahun
dengan angka mortalitas neonatus (kematian dalam 28 hari pertama kehidupan)
adalah 34 per 1000 kelahiran hidup, dan 98% kematian tersebut berasal dari negar
a
berkembang.4 Secara khusus angka kematian neonatus di Asia Tenggara adalah 39
per 1000 kelahiran hidup.5 Dalam laporan WHO yang dikutip dari State of the worl
d s
mother 2007 (data tahun 2000-2003) dikemukakan bahwa 27% kematian neonatus
disebabkan oleh Bayi Berat Lahir Rendah. Namun demikian, sebenarnya jumlah ini
diperkirakan lebih tinggi karena sebenarnya kematian yang disebabkan oleh sepsis
,
asfiksia dan kelainan kongenital sebagian juga adalah BBLR.6 Di Indonesia, menur
ut
survey ekonomi nasional (SUSENAS) 2005, kematian neonatus yang disebabkan
oleh BBLR saja sebesar 38,85%.7
Perawatan BBLR merupakan hal yang kompleks dan membutuhkan
infrastruktur yang mahal serta staf yang memiliki keahlian tinggi sehingga serin
gkali
menjadi pengalaman yang sangat mengganggu bagi keluarga.8 Oleh karena itu,
perawatan terhadap bayi tersebut menjadi beban sosial dan kesehatan di negara
manapun.1 Analisis terkini menunjukkan bahwa sekitar 3 juta kematian bayi baru l
ahir
(BBL) dapat dicegah per tahun menggunakan intervensi yang tidak mahal dan tepat
guna.9 Salah satu intervensi tersebut adalah perawatan metode kanguru (PMK).
Perawatan dengan metode kanguru merupakan cara yang efektif untuk
memenuhi kebutuhan bayi yang paling mendasar yaitu kehangatan, air susu ibu,
perlindungan dari infeksi, stimulasi, keselamatan dan kasih sayang.1 Metode ini
merupakan salah satu teknologi tepat guna yang sederhana, murah dan sangat
dianjurkan untuk perawatan BBLR. Metode kanguru tidak hanya sekedar
menggantikan peran inkubator, namun juga memberikan berbagai keuntungan yang
tidak dapat diberikan inkubator.10 Dibandingkan dengan perawatan konvensional,
PMK terbukti dapat menurunkan kejadian infeksi, penyakit berat, masalah menyusui
dan ketidakpuasan ibu serta meningkatkan hubungan antara ibu dengan bayi.11

1.2 Permasalahan
Permasalahan yang dihadapi di Indonesia salah satunya adalah masih
tingginya angka kejadian BBLR yang menjadi penyumbang utama angka kematian
pada neonatus. Sebagian besar BBLR terjadi akibat gangguan pada pertumbuhan
intrauterin. Adanya intervensi diharapkan akan dapat menurunkan angka kejadian
BBLR meskipun secara perlahan. Akan tetapi karena faktor penyebabnya sangat
beraneka ragam dan masih banyak yang belum diketahui, intervensi yang efektif
masih sangat terbatas sehingga intervensi pada BBLR menjadi sangat penting.
Di Indonesia, perawatan BBLR masih memprioritaskan pada penggunaan
inkubator tetapi keberadaannya masih sangat terbatas. Hal ini menyebabkan
morbiditas dan mortalitas BBLR menjadi sangat tinggi, bukan hanya akibat kondisi
prematuritasnya, tetapi juga diperberat oleh hipotermia dan infeksi nosokomial.
Di
sisi lain, penggunaan inkubator memiliki banyak keterbatasan. Selain jumlahnya
yang terbatas, inkubator membutuhkan biaya perawatan yang tinggi, serta
memerlukan tenaga terampil yang mampu mengoperasikannya. Selain itu, dengan
menggunakan inkubator, bayi dipisahkan dari ibunya, hal ini akan menghalangi
kontak kulit langsung antara ibu dan bayi yang sangat diperlukan bagi tumbuh
kembang bayi.
Oleh karena itu diperlukan suatu metode praktis sebagai alternatif pengganti
inkubator yang secara ekonomis cukup efisien dan efektif. Dengan ditemukannya
metode kanguru telah terjadi revolusi pada perawatan BBLR. Metode ini bermanfaat
bagi BBLR untuk membantu pertumbuhannya dan menjadikan orang tua lebih
percaya diri serta dapat berperan aktif dalam merawat bayinya.12
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Menurunkan angka mortalitas dan morbiditas BBLR.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Terwujudnya kajian ilmiah berdasarkan Kedokteran berbasis-bukti (Evidencebased medicine) tentang manfaat perawatan metode kanguru pada
perawatan BBLR.
2. Terwujudnya rekomendasi pemerintah dalam menetapkan kebijakan program
yang berkenaan dengan kesehatan bayi khususnya tentang perawatan
metode kanguru.

BAB II
METODOLOGI PENILAIAN
2.1. Strategi Penelusuran Kepustakaan
Penelusuran artikel dilakukan secara manual dan melalui kepustakaan
elektronik: WHO, American Academy of Pediatrics, Petunjuk Praktis Perawatan Bayi
Berat Lahir Rendah dengan Metode Kanguru, dan Lancet dalam dua puluh tahun
terakhir (1988-2008). Kata kunci yang digunakan adalah kangaroo mother care,
preterm infants, low birth weight, pschycological impact, dan perawatan metode
kanguru.
2.2. Level of evidence dan Tingkat Rekomendasi
Setiap literatur yang diperoleh dilakukan penilaian kritis (critical appraisal)
berdasarkan kaidah evidence-based medicine, kemudian ditentukan levelnya.
Rekomendasi yang ditetapkan akan ditentukan tingkat rekomendasinya. Level of
evidence dan tingkat rekomendasi diklasifikasikan berdasarkan definisi dari Scot
tish
Intercollegiate Guidelines Network, sesuai dengan kriteria yang ditetapkan US
Agency for Health Care Policy and Research.
Level of evidence
Ia. Meta-analisis randomized controlled trials
Ib. Minimal satu randomized controlled trials
IIa. Minimal satu non-randomized controlled trials
IIb. Studi kohort dan/atau studi kasus kontrol
IIIa. Studi cross-sectional
IIIb. Seri kasus dan laporan kasus
IV. Konsensus dan pendapat ahli
Tingkat Rekomendasi
A. Evidence yang termasuk dalam level Ia atau Ib
B. Evidence yang termasuk dalam level IIa atau IIb
C. Evidence yang termasuk dalam level IIIa, IIIb, atau IV

BAB III
PERAWATAN METODE KANGURU
3.1 Perawatan Metode Kanguru
Perawatan metode kanguru (PMK) adalah perawatan untuk BBLR dengan
melakukan kontak langsung antara kulit bayi dengan kulit ibu (skin-to-skin conta
ct).
Metode ini sangat tepat dan mudah dilakukan guna mendukung kesehatan dan
keselamatan BBLR. Esensinya adalah:1
. Kontak badan langsung (kulit ke kulit) antara ibu dengan bayinya secara
berkelanjutan, terus-menerus dan dilakukan sejak dini.
. Pemberian ASI eksklusif (idealnya).
. Dimulai dilakukan di RS, kemudian dapat dilanjutkan di rumah.
. Bayi kecil dapat dipulangkan lebih dini.
. Setelah di rumah ibu perlu dukungan dan tindak lanjut yang memadai.
. Metode ini merupakan metode yang sederhana dan manusiawi, namun efektif
untuk menghindari berbagai stres yang dialami oleh BBLR selama perawatan di
ruang perawatan intensif.

Gambar 1. Perawatan Metode Kanguru1


3.2 Sejarah
Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh Rey dan Martinez di Bogota,
sebagai salah satu alternatif bagi perawatan BBLR yang telah melewati masa krisi
s,
tetapi masih memerlukan perawatan khusus untuk pemberian makanan untuk
pertumbuhannya.13 Dari penemuan tersebut akhirnya diketahui bahwa cara skin to
skin contact (kontak kulit bayi langsung kepada ibu/pengganti ibu) dapat
meningkatkan kelangsungan hidup BBLR. Cara ini sebenarnya meniru binatang
berkantung kanguru yang lahirnya memang sangat imatur karena tidak memiliki
plasenta sehingga setelah lahir bayi kanguru disimpan di kantung perut ibunya un
tuk

mencegah kedinginan. Dengan demikian, terjadi aliran panas dari tubuh induk
kepada bayi kanguru sehingga bayi kanguru dapat tetap hidup terhindar dari bahay
a
hipotermi. Karena salah satu penyebab kematian BBLR adalah masalah pengaturan
suhu, maka prinsip tersebut digunakan dalam masalah ini.14
3.3 Hasil Penelitian
Selama hampir dua dekade dilakukan penerapan dan penelitian yang
berkaitan dengan metode ini untuk membuktikan bahwa PMK lebih dari hanya
sekedar alternatif untuk perawatan dengan inkubator. Hasil penelitian dan penera
pan
tersebut menunjukkan bahwa metode ini sangat efektif untuk mengontrol suhu tubuh
,
pemberian ASI dan terjalinnya hubungan batin yang kuat antara ibu dan bayi
(bonding), tanpa memperhatikan tempat, berat badan, usia kehamilan, dan kondisi
klinisnya.15,16
Kebanyakan laporan penelitian maupun pengalaman mengenai PMK berasal
dari fasilitas-fasilitas kesehatan yang ditangani oleh tenaga kesehatan yang ter
ampil.
Diharapkan setelah ibu merasa yakin dengan perawatan yang ia lakukan saat masih
berada di Rumah Sakit, akan dilanjutkan setelah pulang ke rumah. Untuk itu perlu
bimbingan serta pengawasan oleh petugas melalui kunjungan rumah, disamping
tentunya melakukan tindak lanjut khusus.1
Terdapat tiga penelitian yang berdasarkan pada metodologi Pengujian
Terkontrol secara Random (PTR)/Random Clinical Trial (RCT) yang membandingkan
PMK dengan perawatan konvensional (inkubator) dilakukan di negara
berpenghasilan rendah.17,18,19 Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa tidak
terdapat perbedaan yang bermakna pada kelangsungan hidup diantara kedua
kelompok tersebut. Hampir semua kematian pada ketiga studi tersebut terjadi
sebelum bayi dimasukkan ke dalam kriteria sampel (eligibility) yaitu sebelum bay
i
stabil.
Penelitian yang dilakukan di Ekuador oleh Sloan dkk, menunjukkan derajat
kesakitan yang rendah pada bayi yang dilakukan PMK (5%) bila dibandingkan
kelompok kontrol (18%).17 Sebuah penelitian observasional menunjukkan bahwa
PMK dapat menurunkan mortalitas dan morbiditas BBLR.13 Penelitian kasus kontrol
yang dilakukan Charpak dkk (1994) yang dilakukan di Bogota, Kolombia,
menunjukkan bahwa angka kematian kasar pada kelompok PMK lebih tinggi
daripada kelompok kontrol (RR= 1,9; 95%CI: 0,6-5,8). Namun, hasilnya berbalik
mendukung PMK setelah dilakukan penyesuaian terhadap berat badan lahir dan usia
kehamilan (RR = 0,5; 95%CI: 0,2-1,2). Walapun, secara statistik perbedaan terseb
ut
tidak begitu signifikan.20

Pada penelitian lain (Conde-Agudelo, Diaz-Rosello & Belizan, 2003)


menyatakan bahwa dengan melakukan PMK akan meningkatkan angka
kelangsungan hidup pada BBLR dan bayi prematur serta menurunkan risiko infeksi
nosokomial, penyakit berat dan penyakit saluran pernapasan bawah.21 PMK juga
meningkatkan aktivitas menyusui dan meningkatkan kepercayaan serta kepuasan
ibu (Charpak dkk, 2005).22
3.4 Manfaat PMK
Untuk mempelajari manfaat dan penerapan PMK sebaiknya diketahui tentang
proses kehilangan panas pada bayi baru lahir. Pada intinya ada 4 cara kehilangan
panas pada bayi baru lahir yaitu: 1) Evaporasi merupakan proses kehilangan panas
melalui proses penguapan dari kulit yang basah. 2) Radiasi meliputi kehilangan
panas melalui pemancaran panas dari tubuh bayi ke lingkungan sekitar yang lebih
dingin. Hal ini terjadi misalnya bayi yang baru lahir segera diletakkan di ruang
ber AC
yang dingin maka suhu tubuh bayi akan berkurang karena panasnya terpancar ke
sekitarnya yang bersuhu lebih rendah. 3) Konduksi yaitu cara kehilangan panas
melalui persinggungan dengan benda yang lebih dingin misalnya ditimbang pada ala
t
timbangan logam tanpa alas. 4) Konveksi yaitu kehilangan panas melalui aliran
udara. Hal ini misalnya terjadi pada bayi baru lahir diletakkan di dekat jendela
atau
pintu yang terbuka maka akan ada aliran udara luar (yang mungkin lebih dingin)
yang akan berpengaruh pada suhu bayi.14 Atau bisa juga kehilangan panas secara
konveksi apabila bayi dibiarkan telanjang. Udara sekitar bayi lebih panas dari u
dara
jauh dari bayi. Udara panas lebih ringan dan naik ke atas digantikan oleh udara
dingin sehimgga terjadi juga aliran udara yang mengambil suhu bayi. (hukum Boyle
)
Pada penelitian yang dilakukan oleh Usman dkk (1996) menyatakan bahwa
kemampuan mempertahankan suhu serta kenaikan berat badan pada BBLR yang
dilakukan PMK menunjukkan hasil yang lebih baik. Oleh karena itu, PMK sangat
berguna dalam pencegahan hipotermia pada perawatan BBLR di rumah.23
Secara garis besar, manfaat PMK adalah sebagai berikut :
. Manfaat PMK bagi bayi
Dari berbagai penelitian menyebutkan bahwa manfaat PMK pada bayi adalah
sebagai berikut : 24
1. Suhu tubuh bayi, denyut jantung dan frekuensi pernapasan relatif terdapat
dalam batas normal.25
2. BBLR lebih cepat mencapai suhu yang 36,5 C terutama dalam waktu 1 jam
pertama.10

3. ASI selalu tersedia dan mudah didapatkan sehingga memperkuat sistem


imun bayi karena meningkatnya produksi ASI.
4. Kontak dengan ibu menyebabkan efek yang menenangkan sehingga
menurunkan stres ditandai dengan kadar kortisol yang rendah.22
5. Menurunkan respon nyeri fisiologis dan perilaku yang ditandai dengan waktu
pemulihan yang lebih singkat pada uji tusuk tumit.26
6. Meningkatkan berat badan dengan lebih cepat.22
7. Meningkatkan ikatan bayi-ibu.
8. Memiliki pengaruh positif dalam meningkatkan perkembangan kognitif yang
dilihat dari lebih tingginya skor Indeks Perkembangan Mental Bayley.
9. Waktu tidur menjadi lebih lama yang antara lain ditandai dengan jumlah
waktu terbangun yang lebih rendah.27
10. Menurunkan infeksi nosokomial, penyakit berat, atau infeksi saluran
pernapasan bawah.11
11. Memperpendek masa rawat.28
12. Menurunkan risiko kematian dini pada bayi.
13. Memperbaiki pertumbuhan pada bayi prematur.22
14. Dapat menjadi intervensi yang baik dalam mengangani kolik.
15. Mungkin memiliki pengaruh positif dalam perkembangan motorik bayi.
16. Kelangsungan hidup pada bayi BBLR lebih cepat membaik pada kelompok
PMK daripada bayi dengan metode konvensional pada 12 jam pertama dan
seterusnya.29
17. Bayi yang sangat prematur tampaknya memiliki mekanisme endogen yang
diakibatkan oleh kontak antara kulit ibu dan bayi dalam menurunkan respon
nyeri.26
18. Waktu pemulihan yang lebih singkat pada PMK secara klinis penting dalam
mempertahankan homeostasis.22
. Manfaat PMK bagi Ibu
Dari beberapa penelitian dilaporkan bahwa PMK mempermudah pemberian ASI, ibu
lebih percaya diri dalam merawat bayi, hubungan lekat bayi-ibu lebih baik, ibu
sayang kepada bayinya, pengaruh psikologis ketenangan bagi ibu dan keluarga (ibu
lebih puas, kurang merasa stres) (Anderson 1991, Tessier dkk 1998, CondeAgudelo, Diaz-Rosello & Belizan 2003, Kirsten, Bergman & Hann 2001). Pada
penelitian lain juga melaporkan adanya peningkatan produksi ASI, peningkatan lam
a
menyusui dan kesuksesan dalam menyusui (Suradi dan Yanuarso 2000, Mohrbacher
& Stock 2003). Selain itu, bila perlu merujuk bayi ke fasilitas kesehatan maupun

antar rumah sakit tidak memerlukan alat khusus karena dapat menggunakan cara
PMK (Cattaneo, Davanco, Bergman dkk, 1998).14,24
. Manfaat PMK bagi Ayah30
1. Ayah memainkan peranan yang lebih besar dalam perawatan bayinya.
2. Meningkatkan hubungan antara ayah-bayinya, terutama berperan penting di
negara dengan tingkat kekerasan pada anak yang tinggi.
. Manfaat PMK bagi petugas kesehatan
Bagi petugas kesehatan paling sedikit akan bermanfaat dari segi efisiensi tenaga
karena ibu lebih banyak merawat bayinya sendiri. Dengan demikian beban kerja
petugas akan berkurang. Bahkan petugas justru dapat melakukan tugas lain yang
memerlukan perhatian petugas misalnya pemeriksaan lain atau kegawatan pada
bayi maupun memberikan dukungan kepada ibu dalam menerapkan PMK (Cattaneo,
Davanco, Bergman dkk, 1998).
. Manfaat PMK bagi institusi kesehatan, klinik, RS
Sedikitnya ada 3 manfaat bagi fasilitas pelayanan dengan penerapan PMK yaitu
lama perawatan lebih pendek sehingga cepat pulang dari fasilitas kesehatan.
Dengan demikian, tempat tersebut dapat digunakan bagi klien lain yang memerlukan
(turn over meningkat). Manfaat lain yang dikemukakan adalah pengurangan
penggunaan fasilitas (listrik, inkubator, alat canggih lain) sehingga dapat memb
antu
efisiensi anggaran (Cattaneo, Davanco, Bergman dkk, 1998). Dengan naiknya turn
over serta efisiensi anggaran diharapkan adanya kemungkinan kenaikan
penghasilan (revenue).
. Manfaat PMK bagi Negara
Karena penggunaan ASI meningkat, dan bila hal ini dapat dilakukan dalam skala
makro maka dapat menghemat devisa (import susu formula). Demikian pula dengan
peningkatan pemanfaatan ASI kemungkinan bayi sakit lebih kecil dan ini tentunya
menghemat biaya perawatan kesehatan yang dilakukan di fasilitas kesehatan
pemerintah maupun swasta.14
3.5 Kriteria Pelaksanaan PMK
Pada umumnya bayi yang memenuhi kriteria untuk dilakukan PMK adalah
bayi BBLR , berat lahir =1800 gram, tidak ada kegawatan pernapasan dan sirkulasi
,
tidak ada kelainan kongenital yang berat, dan mampu bernapas sendiri. Apabila
BBLR tersebut masih memerlukan pemantauan kardiopulmonal, oksimetri,
pemberian oksigen tambahan atau pemberian ventilasi dengan tekanan positif
(CPAP), infus intravena, dan pemantauan lain, hal tersebut tidak mencegah

pelaksanaan PMK. Bahkan pada kenyataannya, bayi dengan PMK cenderung jarang
mengalami apnea dan bradikardia serta kebutuhan terhadap oksigen relatif stabil.
28,31
Pada saat bayi BBLR lahir berbagai komplikasi dapat terjadi. Semakin muda
usia kehamilannya dan semakin kecil bayi, akan semakin banyak masalah yang
akan timbul. Perawatan dini bagi bayi yang memiliki komplikasi harus disesuaikan
dengan pedoman nasional. PMK dapat ditunda hingga kondisi kesehatan bayi stabil.
Kapan tepatnya PMK dimulai, sangat bergantung pada penampilan individual,
dengan sepenuhnya memperhitungkan kondisi ibu dan bayi. Namun, ibu yang
memiliki bayi yang kecil hendaknya didorong untuk segera melakukan PMK.1
Sebagai arahan dapat dipergunakan petunjuk dibawah ini yang melakukan
penggolongan bayi berdasarkan berat lahir. Bayi dengan berat lahir = 1.800 gram
(usia kehamilan =34 minggu atau lebih) umumnya lebih stabil dan sedikit mengalam
i
masalah pemantauan misalnya henti napas. Permasalahan tersebut dapat
meningkat hingga menjadi permasalahan serius pada sekelompok kecil bayi
sehingga memerlukan perawatan di unit khusus. Meskipun demikian, pada sebagian
besar kasus PMK dapat segera dilakukan setelah bayi lahir.1
Bayi dengan berat lahir antara 1.200-1.799 gram (usia kehamilan 28-32
minggu), berbagai permasalahan prematuritas sering terjadi, misalnya sindrom
gangguan pernapasan atau permasalahan lain. Oleh karena itu, pada kasus ini
diperlukan perawatan khusus sedini mungkin. Persalinan sebaiknya dilakukan di
fasilitas dengan penataan yang baik yang dapat menyediakan perawatan yang
dibutuhkan. Bila persalinan terjadi pada tempat selain diatas, bayi harus diruju
k
segera setelah bayi lahir, dan sebaiknya tetap bersama ibunya. Salah satu cara
terbaik merujuk bayi kecil adalah dengan menjaga mereka (ibu dan bayi) agar sela
lu
dalam keadaan kontak kulit langsung. Sebelum dilakukan PMK, pernapasan dan
sirkulasi bayi distabilkan terlebih dahulu. Diperlukan kira-kira seminggu sebelu
m
PMK dapat dilakukan. Meskipun mortalitas pada saar kelahiran di kelompok ini
sangat tinggi, kebanyakan karena komplikasi, banyak pula bayi yang bertahan dan
ibu dapat diberikan motivasi untuk memberikan ASI.1
Bayi dengan berat lahir <1.200 gram (usia kehamilan <30 minggu) seringkali
mengalami permasalahan serius akibat prematur, dimana tingkat kematian sangat
tinggi dan hanya sebagian kecil yang mampu bertahan terhadap berbagai
permasalahan akibat prematuritas. Bayi tersebut sangat beruntung bila dirujuk
sebelum kelahiran ke institusi dengan fasilitas perawatan intensif untuk neonatu
s.
Mungkin akan diperlukan waktu sekitar dua minggu sebelum kondisi bayi tersebut
diperbolehkan untuk PMK.1

PMK dapat diimplementasikan di berbagai berbagai tingkatan fasilitas


kesehatan.32 PMK merupakan pilihan terbaik jika NICU tidak tersedia.33 Jika NICU
tersedia namun tidak sesuai dengan kebutuhan, PMK memberikan rasionalisasi
sumber daya dengan memberikan inkubator bagi bayi yang lebih sakit.34
3.6 Persyaratan PMK
Sumber daya yang paling penting dipersiapkan untuk penerapan PMK adalah
para ibu, petugas yang mempunyai keahlian khusus di bidang ini, dan lingkungan
yang mendukung. Beberapa persyaratan yang tercantum dalam pembahasan ini
meliputi:1
. Formulasi dari kebijakan
Penerapan PMK dan berbagai petunjuk pelaksanaannya harus difasilitasi oleh
pembuat kebijakan kesehatan yang mendukung di semua tingkat pelayanan.
Adapun kebijakan nasional diperlukan untuk menjamin integrasi yang efektif dari
sistem kesehatan, pendidikan serta pelatihan yang ada.
. Organisasi pelayanan dan tindak lanjut
Setiap fasilitas kesehatan yang menerapkan PMK harus memiliki kebijakan dan
petunjuk tertulis yang disesuaikan dengan kondisi dan budaya lokal. Kebijakan
semacam ini akan lebih efektif kalau dibuat suatu juklak lokal dengan tetap
mengacu pada petunjuk nasional maupun internasional. Juklak ini melibatkan
seluruh staf dan kemudian dapat disetujui secara konsensus. Juklak ini harus
mencakup PMK serta tindak lanjut. Tindak lanjut dilakukan oleh petugas
kesehatan terlatih yang tinggal berdekatan dengan tempat tinggal ibu. Frekuensi
kunjungan dapat bervariasi. Semakin baik tindak lanjutnya, semakin cepat ibu
dan bayi dapat dipulangkan dari suatu fasilitas kesehatan.
. Peralatan dan perlengkapan untuk ibu dan bayi
PMK tidak memerlukan fasilitas khusus. Pengaturan yang sederhana dapat
membuat ibu lebih nyaman tinggal di RS.
. Petugas kesehatan yang terlatih
PMK tidak memerlukan tambahan tenaga yang melebihi dari perawatan dengan
menggunakan metode konvensional. Petugas kesehatan yang ada seperti dokter
dan perawat harus memiliki pelatihan dasar tentang pemberian ASI dan juga
pelatihan yang memadai di semua aspek PMK, antara lain:
1.
2.
3.
4.

Kapan dan
Bagaimana
Pemberian
Pemberian

bagaimana memulai penerapan PMK


mengatur posisi bayi selama dan diantara pemberian minum
minum untuk BBLR
ASI

5. Metode pemberian minum alternatif sampai memungkinkan untuk dilakukan


pemberian ASI.
6. Melibatkan ibu di segala aspek perawatan bayinya, termasuk mengawasi
tanda vital dan mengenali tanda bahaya.
7. Melakukan tindakan yang tepat dan efektif bila mendeteksi adanya masalah
yang berkaitan dengan si ibu.
8. Menentukan waktu pemulangan.
9. Berkemampuan untuk mendorong dan mendukung ibu dan keluarganya.

3.7 Komponen PMK

Terdapat empat komponen PMK yaitu :


1.
2.
3.
4.

Kangaroo
Kangaroo
Kangaroo
Kangaroo

position (posisi)
nutrition (nutrisi)
support (dukungan)
discharge (pemulangan)

3.7.1 Kangaroo position (posisi)

Letakkan bayi diantara payudara dengan posisi tegak, dada bayi menempel
ke dada ibu. Posisi kanguru ini disebut juga dengan kontak kulit-ke-kulit, karen
a kulit
bayi mengalami kontak langsung dengan kulit ibu.1,23
Gambar 2. Memposisikan bayi untuk PMK1
Posisi bayi diamankan dengan kain panjang atau pengikat lainnya. Kepala
bayi dipalingkan ke sisi kanan atau kiri, dengan posisi sedikit tengadah (eksten
si).
Tepi pengikat tepat berada di bawah kuping bayi. Posisi kepala seperti ini bertu
juan
untuk menjaga agar saluran napas tetap terbuka dan memberi peluang agar terjadi
kontak mata antara ibu dan bayi. Hindari posisi kepala terlalu fleksi atau ekste
nsi.
Tungkai bayi haruslah dalam posisi kodok ; tangan harus dalam posisi fleksi.1
Ikatkan kain dengan kuat agar saat ibu bangun dari duduk, bayi tidak
tergelincir. Pastikan juga bahwa ikatan yang kuat dari kain berada di setinggi d
ada

bayi. Perut bayi jangan sampai tertekan dan sebaiknya berada di sekitar epigastr
ium
ibu. Dengan cara ini bayi dapat melakukan pernapasan perut. Napas ibu akan
merangsang bayi. Berikut adalah cara memasukkan dan mengeluarkan bayi dari
baju kanguru:1
a. Pegang bayi dengan satu tangan diletakkan di belakang leher sampai punggung
bayi.
b. Topang bagian bawah rahang bayi dengan ibu jari dan jari-jari lainnya agar
kepala bayi tidak tertekuk dan tak menutupi saluran napas ketika bayi berada
pada posisi tegak;
c. Tempatkan tangan lainnya di bawah pantat bayi.

Gambar 3. Mengeluarkan bayi dari baju kanguru


Didalam Acta Pediatrica (2004), posisi bayi dalam posisi kanguru diuraikan
sebagai berikut. Bayi didekap erat ke dada ibu dengan dibalut handuk katun lembu
t
yang dilipat 2 berukuran 1 meter persegi. Balutan handuk menutupi sampai telinga
bayi dan dibawah ketiak ibu sedemikian rupa untuk memfikasasi kepala dan dada
bayi dalam posisi mendongak di dada ibu, memberikan jalur udara terbuka optimal
dan mencegah apnea obstruktif. Panggul diposisikan fleksi dan ditempatkan dalam
posisi kodok (frog position), lengan juga dalam posisi fleksi. Sepotong kain pan
jang
yang melingkari pinggang ibu menjaga/ menopang bayi dari sisi bawah.
Bayi dapat memperoleh sebagian besar perawatan yang diperlukan,
termasuk minum selama dalam posisi kanguru. Mereka dibebaskan dari kontak kulit
langsung hanya pada saat :
- Mengganti popok, dibersihkan, dan perawatan tali pusat.
- Pemeriksaan klinis, berdasarkan jadwal rumah sakit, atau jika diperlukan.
Memandikan bayi setiap hari tidak diperlukan dan tidak disarankan. Jika kebiasaa
nkebiasaan setempat memerlukan mandi setiap hari, dan hal itu tidak dapat dihinda
ri
maka sebaiknya dilakukan sebentar dan dengan air yang cukup hangat (sekitar 37
C). Bayi harus segera dikeringkan, diberikan pakaian minimal, lalu ditempatkan
kembali pada posisi kanguru secepat mungkin.

Perawatan bayi dengan kontak kulit langsung dari dada ibu ke bayi memiliki
dampak fisiologis dan stabilitas yang lebih baik daripada bayi yang dirawat di
inkubator.35
3.7.1.1 Memulai PMK
Hampir setiap bayi kecil dapat dirawat dengan PMK. PMK pada bayi kecil
dapat dilakukan dalam dua cara :
1. PMK intermiten : PMK tidak diberikan sepanjang waktu tetapi hanya dilakukan
jika ibu mengunjungi bayinya yang masih berada dalam perawatan di inkubator
dengan durasi minimal satu jam secara terus-menerus dalam satu hari. Metode
ini dilakukan di fasilitas Unit Perawatan Khusus (level II) dan Intensif (level
III).
2. PMK kontinu : PMK yang diberikan sepanjang waktu yang dapat dilakukan di unit
rawat gabung atau ruangan yang dipergunakan untuk perawatan metode
kanguru.

Bayi-bayi dengan penyakit yang berat atau membutuhkan perawatan khusus


dapat menunggu sampai sembuh sebelum dilaksanakan PMK terus-menerus
(kontinu). PMK dengan jangka waktu yang pendek (intermiten) dapat dimulai pada
bayi yang dalam proses penyembuhan tetapi masih memerlukan pengobatan medis
(misalnya infus, tambahan oksigen dengan konsentrasi rendah). Namun, untuk PMK
yang kontinu, kondisi bayi harus dalam keadaan stabil; bayi harus dapat bernapas
secara alami tanpa bantuan oksigen. Kemampuan untuk minum (seperti menghisap
dan menelan) bukan merupakan persyaratan utama, karena PMK sudah dapat
dimulai meskipun pemberian minumnya dengan menggunakan pipa lambung.
Ketika bayi telah siap untuk PMK, atur waktu yang tepat bagi ibu dan bayi.
Sesi pertama ini merupakan sesuatu yang penting dan perlu waktu serta penuh
perhatian. Sarankan pada ibu agar menggunakan pakaian yang longgar dan ringan.
Gunakan ruang khusus yang cukup hangat untuk si bayi. Anjurkan ibu untuk
membawa suami atau seorang teman pilihannya. Ini akan memberikan semangat
dan rasa aman.
Kontak kulit langsung sebaiknya dimulai secara bertahap, perlahan-lahan dari
perawatan konvensional ke PMK yang terus-menerus. Kontak yang berlangsung
kurang dari 60 menit sebaiknya dihindari, karena pergantian yang sering akan
membuat bayi menjadi stres. Lamanya kontak kulit langsung ditingkatkan secara
bertahap sampai kalau mungkin dilakukan terus-menerus siang dan malam dan
hanya ditunda untuk mengganti popok, sambil mengontrol suhu tubuh bayi.
Ketika ibu harus meninggalkan bayinya, bayi tersebut dapat dibungkus
dengan baik dan ditempatkan di tempat yang hangat jauh dari hembusan angin,

diselimuti dengan selimut hangat atau jika tersedia ditempatkan dalam alat
penghangat. Selama perpisahan antara ibu dan bayi, anggota keluarga (ayah atau
suami, nenek, dll), atau teman dekat dapat juga menolong melakukan kontak kulit
langsung ibu dengan bayi dalam posisi kanguru.
Gambar 4. Ayah bergilir melakukan PMK1
Semua bayi memerlukan kasih sayang dan perawatan untuk
pertumbuhannya, akan tetapi BBLR lebih memerlukan perhatian agar dapat
berkembang normal disebabkan mereka telah kehilangan atau belum sempat
mendapatkan lingkungan intrauterin yang ideal selama berminggu-minggu atau
bahkan berbulan-bulan. Mereka bahkan sangat sensitif terhadap sinar, suara dan
tindakan yang menyakitkan selama perawatan awal. PMK adalah metode ideal
sebab bayi diayun-ayun, dipeluk, dan mendengarkan suara ibunya saat ibu
melakukan aktivitas sehari-hari. Seorang ayah pun dapat menciptakan suasana
seperti itu. Para petugas kesehatan memiliki peranan penting guna mendorong ibu
dan ayah agar mau menunjukkan perasaan dan cinta mereka pada bayinya.
3.7.2 Kangaroo nutrition (nutrisi)

Posisi kanguru sangat ideal bagi proses menyusui. Dengan melakukan PMK,
proses menyusui menjadi lebih berhasil dan sebagian besar bayi yang dipulangkan
memperoleh ASI. Dengan PMK, proses menyusui menjadi lebih lama. PMK dapat
meningkatkan volume ASI yang dihasilkan ibu. Bayi dengan usia kehamilan 30
minggu dapat memulai proses menyusui. Segera setelah bayi menunjukkan tanda
kesiapan untuk menyusu, dengan menggerakkan lidah dan mulut, dan keinginan
untuk menghisap (seperti menghisap jari atau kulit ibunya), bantu ibu menempatka
n
bayi pada posisi melekat yang dirasa cukup baik.1,23
Waktu yang optimal bagi bayi untuk memulai menyusui, seperti menghisap
adalah pada saat dua jam setelah lahir, ketika bayi bersifat sangat responsif
terhadap rangsangan taktil, suhu dan bau yang berasal dari ibunya.36,37 Untuk
memulai proses menyusui pilihlah waktu yang tepat saat bayi bangun dari tidur,

atau pada saat sadar atau terbangun. Bantu ibu untuk duduk dengan nyaman di
kursi tidak berlengan dengan bayi dalam posisi kontak kulit. Untuk pertama kali
menyusui, ambil bayi tersebut dari baju kanguru lalu bungkus atau diberi pakaian
,
tunjukkan pada ibu cara ini. Lalu letakkan bayi dalam posisi kanguru dan beritah
u ibu
agar bayi berada dalam posisi melekat yang benar.1
Biarkan bayi menghisap selama ia mau. Bayi yang kecil perlu menyusu lebih
sering, yaitu sekitar 2-3 jam. Meskipun bayi belum dapat menghisap dengan baik
dan lama, anjurkan menyusui terlebih dahulu, lalu gunakan metode minum yang lain
.
Lakukan apapun yang merupakan pilihan terbaik di tempat Anda: biarkan ibu
memberikan ASI pada bayi dengan cara langsung atau dengan menggunakan alat
(melalui gelas atau pipa).1
Gambar 5. Menyusui dalam PMK1
Meskipun pada beberapa penelitian RCT, PMK dikaitkan dengan lebih
lamanya menyusui, namun bagaimana sebenarnya pengaruh PMK dalam aspek
hubungan menyusui antara bayi dan ibu masih relatif sedikit yang diketahui.38 Pa
da
studi RCT terbaru yang membandingkan antara ibu yang melakukan PMK segera
setelah lahir selama sedikitnya 45 menit dengan ibu yang membedong bayinya
didapatkan kesimpulan bahwa pengalaman menyusui untuk pertama kalinya lebih
berhasil pada ibu yang melakukan PMK.39
Memberi minum BBLR adalah satu tantangan khusus. Untuk bayi dengan
berat lahir di bawah 1.250 gram beberapa hari pertama belum dapat minum per oral
dan cairan diberikan melalui infus. Pada saat itu, bayi mendapat perawatan
konvensional. Pemberian minum melalui mulut hendaknya dilakukan segera bila
kondisinya memungkinkan dan bayi mampu melakukannya. Ini biasanya terjadi pada
saat bayi mulai mendapat PMK. Hal ini membantu ibu untuk memproduksi ASI, dan
meningkatan pemberian ASI.
Bayi pada kehamilan kurang dari 30-32 minggu biasanya perlu diberi minum
melalui pipa lambung, untuk ASI yang diperas (expressed breast milk). Ibu dapat
melatih bayi untuk menghisap dengan membiarkan bayi menghisap jarinya ketika

bayi masih minum melalui pipa lambung. Pemberian minum melalui pipa dapat
dilakukan saat bayi berada dalam posisi kanguru.
Pada umumnya bayi dengan masa kehamilan 32-34 minggu dapat diberi
minum melalui gelas kecil. Pemberian minum dapat diberikan satu atau dua kali
sehari saat bayi masih diberi minum melalui pipa nasogastrik. Jika bayi dapat mi
num
melalui gelas dengan baik, maka pemberian minum melalui pipa dapat dikurangi.
Pada saat pemberian minum melalui gelas maka bayi dikeluarkan dari posisi
kanguru, dibungkus dengan selimut hangat dan dikembalikan pada posisi kanguru
setelah proses pemberian minum.
Pada umumnya bayi dengan usia kehamilan sekitar 32 minggu atau lebih,
sudah dapat mulai menyusu pada ibu. Mula-mula bayi hanya akan mencari puting
dan menjilatnya atau dia sudah mulai menghisap sedikit. Lanjutkan pemberian ASI
yang diperas melalui gelas atau pipa untuk meyakinkan bahwa bayi mendapat
semua yang dibutuhkan. Bayi dengan usia kehamilan 32 minggu sudah bisa
menelan, tetapi belum bisa menghisap sehingga diberikan suplementasi tetesan ASI
.
Bayi-bayi dengan usia kehamilan 34-36 minggu atau lebih, dapat memenuhi
semua kebutuhannya langsung dari ASI. Berdasarkan hasil penelitian refleks hisap
dengan EMG (electromyogram), diketahui bahwa refleks hisap yang efektif baru
timbul pada bayi dengan usia kehamilan 34 minggu. Meskipun demikian, sesekali
tambahan minum ASI perah melalui gelas tetap diperlukan.
Pengobatan pencegahan
Bayi BBLR yang lahir dengan mikronutrisi yang tidak cukup, sebaiknya mendapat za
t
besi dan suplemen asam folat yang dimulai dari dua minggu setelah kelahiran
sampai setahun usia kronologis.
3.7.3 Kangaroo support (dukungan)

Bentuk dukungan pada PMK dapat berupa dukungan fisik maupun


emosional. Dukungan dapat diperoleh dari petugas kesehatan, seluruh anggota
keluarga, ibu dan masyarakat. Tanpa adanya dukungan, akan sangat sulit bagi ibu
untuk dapat melakukan PMK dengan berhasil. Wanita hamil sebaiknya sudah
diberikan informasi dan edukasi tentang PMK sejak kunjungan antenatal pertama.
Saat bayi telah lahir, ibu memerlukan dukungan dari berbagai pihak, diantaranya
berupa : 23
1. Dukungan emosional : Ibu memerlukan dukungan untuk melakukan PMK.
Banyak ibu muda yang mengalami keraguan yang sangat besar untuk memenuhi
kebutuhan bayi pertamanya sehingga membutuhkan dukungan dari keluarga,

teman serta petugas kesehatan. PMK membuat ibu dapat memenuhi semua
kebutuhan bayi.
2. Dukungan fisik : Selama beberapa minggu pertama PMK, merawat bayi akan
sangat menyita waktu ibu. Istirahat dan tidur yang cukup sangat penting
peranannya pada PMK. Oleh karena itu, ibu memerlukan dukungan untuk
membantu menyelesaikan tugas-tugas rumah.
3. Dukungan edukasi : Sangat penting memberikan informasi yang ibu butuhkan
agar ia dapat memahami seluruh proses PMK dan megerti bahwa PMK memang
sangat penting. Ibu harus mengetahui manfaat PMK. Hal ini membuat PMK
menjadi lebih bermakna dan akan meningkatkan kemungkinan bahwa ibu akan
berhasil menjalankan PMK baik di rumah sakit ataupun saat di rumah.
Semua ibu dapat melakukan PMK terlepas dari usia, paritas, pendidikan,
budaya, maupun agama. Beberapa hal berikut harus dijadikan bahan pertimbangan
ketika berkonsultasi mengenai PMK, seperti: posisi kanguru, makanan bayi,
perawatan di institusi dan di rumah, apa yang boleh dilakukan untuk bayi yang
didekapnya dan apa yang harus dihindarinya. Dalam melakukan konseling pada
PMK, petugas kesehatan menjelaskan keuntungan dan manfaat serta implikasi dari
PMK bagi ibu dan bayinya, dan selalu memberi alasan untuk setiap rekomendasi
yang diberikan. Melaksanakan PMK sebaiknya adalah keputusan sendiri setelah
memahami PMK, dan bukan dianggap suatu kewajiban.
Beberapa hal berikut harus dijadikan bahan pertimbangan ketika
berkonsultasi mengenai PMK:
1. Kemauan : ibu harus mempunyai kemauan untuk melaksanakan PMK
2. Harus tersedia waktu yang penuh untuk memberikan perawatan : anggota
keluarga yang lain dapat menawarkan kontak kulit yang intermitten, tetapi tidak
dapat menyusui.
3. Kesehatan umum : jika ibu sakit/menderita komplikasi selama persalinan, dia
harus sehat terlebih dahulu sebelum melaksanakan PMK.
4. Berada dekat dengan bayi: ibu dianjurkan agar segera kembali ke rumah sakit
pada saat bayinya siap untuk PMK.
5. Dukungan keluarga : seorang ibu perlu mendapat dukungan untuk mengerjakan
tugasnya yang lain di rumah dan sebagai pengganti ibu untuk PMK apabila ibu
berhalangan.
6. Dukungan masyarakat : ini sangat penting, kalau terdapat hambatan sosial,
ekonomi atau keluarga.
7. Pemantauan terhadap tanda bahaya

Selama melakukan PMK, ibu diajarkan juga untuk mengawasi tanda bahaya
pada bayi. Bayi yang minumnya baik dan berada dalam dekapan ibu secara
terus-menerus, biasanya mampu dengan mudah mempertahankan suhu
tubuhnya dalam batas normal (antara 36,5-37,5C suhu aksila), jika suhu
ruangan tidak lebih rendah dari yang direkomendasikan. Hipotermia jarang terjadi
pada bayi PMK. Pengukuran suhu tubuh bayi masih diperlukan, tetapi tidak
sesering bayi yang dirawat dengan metode konvensional. Ketika PMK dimulai,
pengukuran suhu ketiak dilakukan setiap 6 jam sampai stabil, terus-menerus
sampai tiga hari. Selanjutnya pengukuran hanya diperlukan dua kali sehari. Bayi
dalam PMK jarang akan mengalami hipotermia (suhu <36,5oC) karena suhu
tubuh ibu akan naik secara otomatis untuk menghangatkan bayinya. Jika bayi
kepanasan, ibu juga dapat menurunkan suhunya untuk mendinginkan bayi. Jadi,
tubuh ibu berfungsi seperti inkubator otomatis.
Frekuensi pernapasan normal pada BBLR berkisar antara 40 dan 60 kali per
menit. Kadang-kadang napasnya diselingi dengan periode apnea (tidak
bernapas). Akan tetapi jika durasinya menjadi terlalu lama (20 detik atau lebih)
dan bibir bayi menjadi biru (sianosis), denyut nadi menurun (bradikardia) dan di
a
tidak dapat bernapas secara spontan, segeralah mengeluarkan bayi dari posisi
kanguru dan berikan rangsangan pernapasan. Semakin kecil atau semakin
prematur bayi tersebut, semakin lama dan semakin sering periode apnea terjadi.
Saat bayi mendekati cukup bulan, apnea semakin jarang terjadi. Penelitian
membuktikan bahwa kontak kulit dapat membuat pernapasan semakin teratur
pada bayi-bayi muda dan dapat menurunkan risiko apnea. Bila terjadi apnea, ibu
dapat memberikan rangsangan dengan cara menggosok secara lembut
punggung atau kepalanya,sampai bayi mulai bernapas kembali. Jika tetap tidak
bernapas, ibu dapat memanggil petugas kesehatan. Apabila apnea seringkali
terjadi sebaiknya cari pertolongan petugas kesehatan. Ajari ibu untuk mengenali
tanda-tanda bahaya. Berikut ini beberapa tanda bahaya:
- Kesulitan bernapas : dada tertarik ke dalam, merintih
- Bernapas sangat cepat atau sangat lambat
- Serangan apnea sering dan lama
- Bayi terasa dingin : suhu bayi di bawah normal walaupun telah dilakukan
penghangatan
- Sulit minum: bayi tidak lagi terbangun untuk minum, berhenti minum atau
muntah
- Kejang
- Diare

- Kulit menjadi kuning


Yakinkan ibu bahwa tidaklah berbahaya bila :
- Bersin atau cegukan
- Buang air tiap diberi minum
- Tidak buang air besar selama 2-3 hari

3.7.4 Kangaroo discharge (pemulangan)

Pemulangan berarti ibu dan bayinya boleh pulang ke rumah dengan tetap
menjalani PMK di rumahnya. Namun, lingkungan tempat tinggal mereka dapat
sangat berbeda dengan fasilitas unit PMK di institusi kesehatan yang selalu dike
lilingi
oleh para petugas yang mendukung. Mereka akan tetap memerlukan dukungan
meskipun tidak sesering dan seintensif seperti sebelumnya. Lingkungan keluarga
sangat penting untuk kesuksesan PMK. Ibu sebaiknya kembali ke rumah yang
hangat, bebas rokok, dan mendapat dukungan dalam melaksanakan tugas seharihari. Jika tidak ada layanan tindak lanjut atau lokasi RS letaknya jauh, pemulan
gan
dapat ditunda. Oleh karena itu, waktu pemulangan berbeda tergantung pada
besarnya bayi, tempat tidur yang tersedia, kondisi rumah dan kemudahan untuk
follow-up. Biasanya bayi PMK dapat dipulangkan dari rumah sakit ketika telah
memenuhi kriteria dibawah ini:1
Ibu dan bayi :
. Kesehatan bayi secara keseluruhan dalam kondisi baik dan tidak ada apnea atau
infeksi
. Bayi minum dengan baik
. Berat bayi selalu bertambah (sekurang-kurangnya 15g/kg/hari) untuk sekurangkurangnya tiga hari berturut-turut
. Ibu mampu merawat bayi dan dapat datang secara teratur untuk melakukan
follow-up
Di Malawi, bayi dipulangkan jika berat badan telah naik minimum 10g/hari
selama tiga hari, dapat minum dengan baik (minum melalui gelas atau dari ASI) da
n
jika kondisi umum telah stabil. Terdapat batasan berat badan minimum yakni 1.500
g. Bayi yang dipulangkan dengan berat badan < 1.800 gram dipantau setiap minggu
dan bayi dengan berat badan >1.800 gram setiap dua minggu.
Tujuan tindak lanjut dan pemantauan:
1. Memberikan pelayanan pada bayi berat lahir rendah/ prematur pasca rawat inap
yang telah menjalani Perawatan Metode Kanguru
2. Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan bayi yang menjalani PMK

3. Skrining gangguan pertumbuhan dan perkembangan bayi yang menjalani PMK di


rumah
4. Memotivasi ibu agar tetap melanjutkan perawatan metode kanguru kontinu
5. Untuk mempromosikan pemberian ASI eksklusif
6. Mempromosikan dan melakukan imunisasi
7. Meningkatkan angka kesintasan BBLR

Tempat Pemantauan
Pemantauan pasca rawat dapat dilakukan di Poliklinik Anak RS atau di sarana
kesehatan memenuhi syarat.
Waktu Pemantauan
Semakin kecil bayi pada saat pemulangan, semakin awal dan sering
pemantauan yang diperlukan. Jika bayi dilepas sesuai dengan kriteria diatas, anj
uran
berikut ini dapat berlaku pada keadaan seperti :
1. Dua kali kunjungan ulang per minggu sampai dengan 37 minggu usia pasca
menstruasi
2. Satu kali kunjungan ulang per minggu setelah 37 minggu
Pemeriksaan pada kunjungan dapat bervariasi, sesuai dengan kebutuhan ibu
dan bayi. Periksalah hal-hal berikut setelah setiap kunjungan:
1. PMK
Lama kontak langsung kulit ibu-bayi, posisi, pakaian, suhu badan, dukungan
untuk ibu dan bayi. Apakah bayi menunjukkan tanda-tanda intoleransi? Apakah
saatnya untuk menyapih bayi dari PMK (biasanya sekitar 40 minggu dari usia
pasca menstruasi, atau sebelumnya) Jika belum, dorong ibu dan keluarganya
untuk melanjutkan PMK selama mungkin.
2. Pemberian ASI
Apakah memberikan ASI eksklusif? Jika ya, pujilah si ibu dan dorong ibu untuk
meneruskan. Jika tidak, anjurkan ibu untuk meningkatkan pemberian ASI dan
kurangi pemberian makanan atau cairan lain. Tanyakan dan lihat apakah ada
permasalahan dan berikan dukungan. Jika bayi mengkonsumsi tambahan
formula atau makanan lain, periksa keamanan dan kecukupannya; pastikan
bahwa keluarganya mempunyai persediaannya yang cukup.
3. Pertumbuhan
Timbang bayi dan periksa pertambahan berat badannya selama periode terakhir.
Jika tambahan berat badan mencukupi, misalnya rata-rata 15 g/kg/hari, pujilah

ibu. Jika tidak mencukupi, tanya dan cari permasalahan, penyebab dan solusi.
Semua ini umumnya berhubungan dengan pemberian minum dan penyakit.
4. Penyakit
Tanya dan cari tanda-tanda apapun yang mengindikasikan adanya penyakit, baik
yang dilaporkan atau tidak oleh ibu. Tangani setiap penyakit berdasarkan standar
operasional prosedur dan juklak lokal. Pada kasus dimana menyusui tidak
eksklusif, cari tanda-tanda permasalahan nutrisi atau pencernaan.
5. Obat-obatan
Berikan persedian obat-obatan yang cukup, jika perlu cukup sampai kunjungan
ulang berikutnya.
6. Imunisasi
Pastikan ibu mengikuti jadwal imunisasi setempat.
7. Yang menjadi perhatian ibu
Tanyakan pada ibu permasalahan yang lain, termasuk soal pribadi, rumah
tangga, dan sosial. Cobalah bantu menemukan solusi terbaik untuk semuanya.
8. Kunjungan ulang berikutnya
Selalu jadwalkan atau pastikan kunjungan berikutnya. Jika waktu memungkinkan
jangan hilangkan kesempatan untuk memeriksa dan nasehati tentang higiene ibu
dan meningkatkan kewaspadaan ibu terhadap tanda-tanda bahaya yang
memerlukan perawatan segera.
9. Kunjungan ulang khusus
Dorong ibu untuk melakukan kunjungan ini jika hal ini diperlukan untuk mengatasi
permasalahan somatis atau medis lainnya.
10. Perawatan bayi secara biasa
Anjurkan para ibu untuk melakukan perawatan bayi secara biasa (menyapih dari
PMK) setelah berat bayi mencapai 2.500 g atau 40 minggu dari usia pasca
menstruasi.
Waktu pemantauan dan beberapa pemeriksaan yang dilakukan saat pemantauan
mengacu pada Perinatal Education Programme, 2004.
1. Pemantauan awal: Kontak awal bertujuan untuk menilai pertumbuhan (berat
badan, panjang dan lingkar kepala bayi) dan kondisi umum, serta membuat ibu
mengenal penyedia perawatan neonatal terdekat.
Bayi dengan berat:

. < 1.500 gram : diperlukan pemeriksaan setiap hari di poli rawat jalan
RS/sarana kesehatan yang memenuhi syarat

. >1.500 gram: paling lambat dalam 2 hari setelah dipulangkan harus datang
untuk pemeriksaan di RS/sarana kesehatan yang memenuhi syarat. Perlu
dilakukan pemeriksaan 3-4 kali / minggu sampai BB 1.800 gram, kemudian
1x/minggu sampai BB 2.500 gram. Rekomendasi ini hanya sebagai pedoman
dan harus disesuaikan dengan keadaan bayi, ibu dan keluarga serta sarana
kesehatan. Tindak lanjut lebih sering diperlukan pada daerah yang dingin.
2. Pemantauan perkembangan dapat dimulai pada usia koreksi 0 minggu (40
minggu dari HPHT), bertujuan untuk mendeteksi gangguan perkembangan dan
memberikan intervensi lebih awal, sehingga angka keberhasilannya pun akan
lebih besar.
3. Anak kembar selalu dijadwalkan untuk dilakukan pemantauan di poliklinik yang
sama dalam hari yang sama.
4. Beberapa kondisi bayi:
Bila ditemukan sindrom/abnormalitas neurologis pada 1 minggu pertama
kehidupan: segera jadwalkan untuk klinik spesialis yang sesuai dengan
diagnosis. Bayi yang lebih besar dengan masalah minum atau masalah lain yang
bermakna (misalnya HIE perbaikan, abnormalitas jantung) sebaiknya juga dilihat
lebih awal di RS oleh dokter.
Pemeriksaan saat kunjungan ulang
. Melakukan skrining gangguan pertumbuhan:
- Berat badan dan panjang badan harus ditimbang secara rutin. Kenaikan BB
minimal 15 gram/kg/ hari. Sebaiknya BB dan PB di plot di kurva
pertumbuhan yang sesuai dengan usia gestasi.
- Lingkar kepala dan panjang badan diukur minimal 1 bulan sekali dan diplot di
kurva pertumbuhan lingkar kepala yang sesuai usia gestasi.
- Pemberian asupan nutrisi harus disesuaikan
. Melakukan skrining gangguan perkembangan:
- Melakukan skrining perkembangan dengan menggunakan Kuesioner Pra
Skrining Perkembangan (KPSP) dan dilanjutkan dengan Denver II (pada
sarana yang memiliki fasilitas) saat usia koreksi 0 hari
- Melakukan dan mengajarkan ibu stimulasi dini perkembangan
- Melakukan intervensi pada bayi dengan gangguan perkembangan
. Melakukan pemberian imunisasi
. Melakukan pemantauan yang lain:
- Edukasi ibu pasien mengenai pemberian ASI dan tanda kegawatan pada
bayi
- Pada sarana yang sudah lengkap dilakukan:

o Pemantauan ROP (Retinopathy of prematurity)


o USG kepala pada usia 1, 3, 7,dan 28 hari, kemudian dilanjutkan setiap 4
minggu sampai usia 3 bulan
o Fungsi pendengaran setelah keadaan klinis stabil.
o Ostepenia of prematurity ( dilakukan pemeriksaan kadar alkali fosfatase,
kalsium dan fosfat secara berkala setiap 2 minggu)
o Pemeriksaan penunjang lain disesuaikan dengan keadaan bayi.
Saat merencanakan untuk mengikuti jejak, implementasi monitoring dan evaluasi
PMK memiliki dua fokus, yaitu fokus jangka pendek dan jangka panjang. Fokus
jangka pendek menanyakan apakah PMK telah berhasil diimplementasikan.
Fokus jangka panjang memerhatikan apakah PMK dapat dipertahankan dan
berlangsung. Berikut ini adalah sejumlah aspek yang diperlukan bagi Menteri
kesehatan dalam merencanakan tindak lanjut dengan intervensi baru :
. Di akhir periode tertentu, diperlukan kunjungan ke RS daerah oleh pelatih
nasional dan jika memungkinkan dengan penilai independen
menggunakan instrumen monitoring untuk menilai kemajuan
implementasi dan kelangsungan PMK.
. Sejumlah sampel pusat layanan kesehatan dikunjungi untuk menilai
kualitas layanan PMK dan menilai beberapa rekam medis.
. Sebaiknya ada sertifikat bagi RS dan layanan kesehatan yang telah
sukses mengimplementasikan PMK dan menunjukkan sustainabilitas.
. Perencanaan harus dibuat di tingkat sistem kesehatan memasukkan PMK
sebagai bagian mekanisme penilaian kualitas perawatan neonatus.
3.8 Penerapan PMK

PMK terutama digunakan pada perawatan BBLR/prematur di beberapa rumah sakit


dengan kategori sebagai berikut:
a. RS yang tidak memiliki fasilitas untuk merawat bayi BBLR. Pada keadaan ini,
PMK merupakan satu-satunya pilihan perawatan karena jumlah inkubator dan
perawat tidak memadai.
b. RS yang memiliki tenaga dan fasilitas tetapi terbatas, dan tidak mampu merawa
t
semua bayi BBLR. PMK menjadi pilihan jika dibandingkan dengan perawatan
konvensional dengan menggunakan inkubator.
c. RS yang memiliki tenaga dan fasilitas yang memadai. Disini, PMK bermanfaat
untuk meningkatkan ikatan antara ibu dan bayi, mengurangi risiko infeksi,
meningkatkan ASI dan mempersingkat lama perawatan di rumah sakit.

3.9 Fasilitas dan peralatan yang diperlukan dalam PMK

Berikut ini adalah beberapa fasilitas dan peralatan yang diperlukan untuk
melakukan PMK :
1. Bangsal dengan dua atau empat tempat tidur dengan ukuran yang sesuai bagi
ibu untuk tinggal seharian dengan si bayi. Di bangsal ini para ibu dapat berbagi
pengalaman, memperoleh dukungan serta kerjasama, dan pada saat yang
bersamaan si ibu dan bayinya dapat menerima kunjungan pribadi tanpa
mengganggu yang lain. Kamar tersebut harus dipertahankan kehangatannya
untuk si bayi (24-26C).
2. Kamar mandi dengan fasilitas air bersih, sabun, dan handuk serta wastafel unt
uk
tempat cuci tangan.
3. Ruangan lain yang berukuran lebih kecil yang dapat digunakan para petugas
untuk konseling dengan ibu. Ruangan ini dapat juga dipergunakan untuk
melakukan evaluasi keadaan si bayi.
4. Support Binder (Ikatan/pembalut penahan bayi agar dapat terus berada di posis
i
PMK). Alat ini adalah satu-satunya alat khusus yang digunakan untuk PMK. Alat
ini membantu para ibu untuk menahan bayinya agar dengan aman terus berada
dekat dengan dada ibu. Untuk memulainya, gunakan secarik bahan kain yang
halus, kira-kira sekitar satu meter, lipatlah secara diagonal, lalu buatlah simp
ul
pengaman, atau dapat juga dikaitkan ke ketiak ibu. Selanjutnya, baju kanguru
dari pilihan ibu dapat menggantikan kain ini. Semua ini untuk memungkinkan
para ibu dapat menggunakan dengan bebas tangan mereka dan agar mereka
dapat bergerak dengan bebas selama melakukan kontak kulit langsung ibu
dengan bayi.1 Namun demikian, pemakaian baju kanguru ini sebaiknya
disesuaikan dengan kondisi budaya setempat.

Gambar 6. Kantong untuk menggendong bayi PMK1

5. Pakaian Bayi
Jika bayi menerima PMK secara terus-menerus, bayi tersebut cukup dipakaikan
popok atau diapers sampai dibawah pusat. Pada saat bayi tidak dalam posisi
kanguru, bayi dapat ditempatkan di tempat tidur yang hangat dan diberi selimut.
Jika suhu ruangannya adalah 24-26C, bayi pada posisi kanguru hanya memakai
popok, topi yang hangat, dan kaus kaki. Namun, jika suhu turun di bawah 22C,
bayi tersebut harus memakai baju tanpa lengan yang terbuat dari kain katun yang
terbuka bagian depannya sehingga memungkinkan tetap terjadinya kontak kulit
dengan dada dan perut ibu. Ibu kemudian mengenakan bajunya yang biasa
untuk menghangatkan dirinya dan si bayi.
Gambar 7. Pakaian bayi untuk PMK1
6. Peralatan dan keperluan lain
. Sebuah termometer yang dapat membaca suhu rendah (low reading
thermometer) yang cocok digunakan untuk mengukur suhu badan di bawah
35C.1
. Timbangan. Idealnya menggunakan timbangan neonatus dengan interval 10
gram.1
. Peralatan resusitasi dasar dan oksigen, jika mungkin harus tersedia disetiap
ruangan BBLR dirawat.1
. Obat-obatan untuk mencegah dan mengobati berbagai masalah BBLR boleh
ditambahkan sesuai petunjuk pelaksanaan lokal. Obat-obatan khusus kadang
diperlukan tetapi tidak dianjurkan.1
. Alat pengukur panjang badan dan alat pengukur lingkar kepala.

BAB IV
DISKUSI
Perawatan Metode Kanguru (PMK) merupakan salah satu pendekatan yang
cukup menarik yang dapat digunakan dalam meningkatkan perawatan pada
neonatus, meningkatkan ikatan antara ibu-bayi, serta dapat menurunkan beban
biaya perawatan bayi BBLR. Namun, efektivitas PMK sebagai pengganti terapi
konvensional (inkubator) dalam terapi bayi BBLR masih dipertanyakan. Hal ini
karena sebagian besar kematian neonatus pada BBLR terjadi pada saat periode
stabilisasi sehingga pada saat itu PMK belum dapat dilakukan. Saat ini, masih be
lum
ada bukti yang mendukung penggunaan PMK sebagai alternatif perawatan pada bayi
BBLR yang belum stabil. Bahkan hasil analisis Cochrane 2002 menyimpulkan bahwa
masih belum terdapat bukti yang cukup dari penelitian RCT yang dapat
merekomendasikan penggunaan rutin PMK sebagai terapi bayi BBLR. Namun
demikian, beberapa penelitian terbaru lainnya menunjukkan hasil sebaliknya.
Berikut ini adalah beberapa komponen yang dinilai didalam berbagai
penelitian yang membandingkan antara perawatan bayi BBLR yang mendapat PMK
dengan yang mendapat terapi konvensional (inkubator):
1. Mortalitas :
. Hampir bisa dikatakan tidak ada efek samping dari penggunaan PMK. Dari
satu penelitian menyatakan bahwa PMK tidak berkaitan dengan peningkatan
risiko kematian. Oleh karena itu, PMK merupakan pendekatan yang aman
digunakan pada perawatan bayi BBLR yang secara klinis stabil.18
. Penelitian lain menyatakan bahwa tidak ada perbedaan dalam angka
mortalitas.14-16
. Persentase kematian pada bayi yang dilakukan PMK secara dini lebih rendah
daripada bayi yang dirawat di NICU. Sebagian besar kematian terjadi dalam
12 jam pertama kehidupan. Angka kelangsungan hidup pada bayi PMK lebih
baik daripada yang mendapat terapi konvensional (inkubator).29
2. Infeksi
. PMK berkaitan dengan menurunnya risiko infeksi nosokomial, penyakit berat,
dan infeksi saluran pernapasan bawah.14-16
. Kejadian sepsis secara signifikan lebih tinggi pada bayi yang dirawat dengan
inkubator.37
3. Menyusui
. PMK meningkatkan pemakaian ASI eksklusif.14-16

. Pada bayi PMK menyusui menjadi lebih sering dan lebih lama. Peranan dari
ASI ini sangat banyak diantaranya akan menignkatkan imunitas, sehingga
dapat mengurangi risiko infeksi yang pada akhirnya akan mengurangi masa
rawat di RS.40
. Pendekatan PMK yang dilakukan secara dini akan meningkatkan kesuksesan
dalam menyusui. Tetapi jika PMK baru dilakukan setelah satu bulan,
perbedaannya secara klinis tidak terlalu bermakna.41
4. Kunjungan kembali ke RS
. Tidak ada perbedaan dalam hal kunjungan kembali ke RS.14-16
5. Pertumbuhan
. Bayi dengan PMK, berat badannya naik lebih banyak per harinya dan
memiliki lingkar kepala yang lebih besar, meskipun perbedaannya secara
klinis tidak terlalu bermakna.15-16,42,43
6. Perkembangan psikomotor
. Tidak ada perbedaan dalam perkembangan psikomotor.14-16
7. Ketidakpuasan orangtua
. PMK mengurangi ketidakpuasan orangtua dalam perawatan bayinya.14-16
. Lebih dari 95% ibu bahagia dalam merawat bayinya.29
. Metode PMK merupakan metode pilihan yang paling diterima oleh ibu dan
keluarganya di rumah.
8. Perilaku ikatan ibu
. Kompetensi ibu pada bayi dengan PMK lebih baik daripada bayi yang dirawat
di inkubator. Namun persepsi ibu mengenai dukungan sosial pada bayi yang
dirawat di NICU lebih baik daripada bayi PMK.15
9. Hasil Lain
. Episode hipotermia dan hipertermia lebih signifikan terjadi pada bayi yang
dirawat dengan inkubator daripada bayi yang dilakukan PMK.16,36 Pada
penelitian lain, PMK terbukti sama efektifnya dengan inkubator dalam
menghangatkan neonatus yang mengalami risiko hipotermia. Pada bayi yang
cukup bulan, bayi PMK mendapat panas dari suhu ibu saat suhunya kurang
dari 36,3C, tetapi akan kehilangan panas jika suhunya mencapai 37C. Oleh
karena itu, mungkin tidak ada risiko heat stress pada neonatus selama
PMK.44
. Rata-rata kardiovaskular dan suhu pada bayi dengan PMK terdapat dalam
batas normal. Episode apnea, bradikardia, dan napas periodik tidak
ditemukan pada bayi PMK. Pernapasan yang teratur meningkat pada bayi

dengan PMK bila dibandingkan yang mendapat terapi konvensional


(inkubator).45
. Kejadian hipoglikemia secara signifikan lebih tinggi pada bayi yang dirawat
dengan inkubator.36
. Neonatus yang sangat prematur yang menjalani PMK tampaknya memiliki
mekanisme endogen dalam menurunkan respons nyeri, tetapi tidak sekuat
pada neonatus yang lebih matur. Waktu pemulihan yang pendek pada PMK
secara klinis bermakna dalam mempertahankan homeostasis.22
. Rerata masa rawat pada bayi PMK sekitar 4,5 hari dan pada kelompok
kontrol 6,5 hari.15 Pada penelitian lain, rerata masa rawat pada bayi PMK
sekitar 11 hari dan pada kelompok kontrol 13 hari.16 Rata-rata masa rawat
pada bayi PMK dua hari lebih singkat daripada kelompok kontrol.14
. Biaya perawatan secara keseluruhan pada bayi PMK berkurang hingga
50%.16
. PMK yang dilakukan segera setelah persalinan secara klinis bermanfaat
mengurangi stress yang berkaitan dengan kelahiran dan meningkatkan
kemampuan pengaturan diri neonatus dalam menghadapi lingkungan
ekstrauterin dari berbagai rangsangan yang berasal dari lingkungan.46

Dari penjelasan diatas, meskipun masih belum terdapat hubungan yang


sangat jelas apakah PMK secara langsung dapat menggantikan peranan inkubator,
namun dari berbagai hasil penelitian yang ada saat ini terlihat bahwa manfaat PM
K
sangat banyak. Oleh karena itu, peranan PMK sebagai terapi alternatif pemakaian
inkubator dapat saja dipertimbangkan.
Indikasi PMK di setiap fasilitas pelayanan dapat saja berbeda. Ada penelitian
yang menggunakan kriteria sebagai berikut : bayi prematur, berat lahir <1500 gra
m,
dan mampu bernapas sendiri.47,48 Sedangkan pedoman WHO membuat
penggolongan berat badan sebagai arahan dalam melaksanakan PMK. Di Indonesia,
bayi BBLR <1.800 g, tidak boleh dilakukan PMK di Puskesmas tetapi harus dirujuk
ke Rumah Sakit. Bayi BBLR >1.800 g yang lahir di Puskesmas, dianjurkan untuk
perawatan di Puskesmas dan dilakukan PMK.
Untuk mempersiapkan penerapan PMK diperlukan beberapa persyaratan
seperti berikut ini :
1.
2.
3.
4.

Formulasi dari kebijakan


Organisasi pelayanan dan tindak lanjut
Peralatan dan perlengkapan untuk ibu dan bayi
Petugas kesehatan yang terlatih

Jika dilihat dari hasil-hasil penelitian diatas, sebagian besar penelitian


dilakukan di negara berkembang. Jika dilihat secara geografis, kondisinya dengan
di
Indonesia tidaklah jauh berbeda, namun untuk hal-hal tertentu yang spesifik tert
entu
ada beberapa perbedaan. Misalnya mengenai suhu ruangan di fasilitas PMK. Suhu
ruangan sangat dipengaruhi oleh kondisi/iklim di negara masing-masing. WHO
mencantumkan rentang suhu ruangan sebesar 22-24C. Sedangkan di Indonesia,
rentang suhu ruangan berkisar 25-27C. Apakah pada suhu ruangan yang lebih
panas, PMK secara efektif bisa dilakukan masih menjadi pertanyaan. Sayangnya,
berbagai literatur tidak ada yang mencantumkan secara spesifik mengenai
rentang/batas suhu ruangan ini.
Biasanya bayi PMK dapat dipulangkan dari rumah sakit ketika telah
memenuhi kriteria dibawah ini :
Ibu dan bayi :
. Terdapat batasan berat badan bayi minimum yakni 1.500 g.
. Kesehatan bayi secara keseluruhan dalam kondisi baik dan tidak ada apnea atau
infeksi
. Bayi minum dengan baik
. Berat bayi selalu bertambah (sekurang-kurangnya 15g/kg/hari) untuk sekurangkurangnya tiga hari berturut-turut
. Ibu mampu merawat bayi dan dapat datang secara teratur untuk melakukan
pemantauan
. Bayi yang dipulangkan dengan berat badan < 1.800 gram dipantau setiap minggu
dan dilakukan minimal di RS Umum daerah, sedangkan bayi dengan berat badan
>1.800 gram dipantau setiap dua minggu boleh dilakukan di Puskesmas.

BAB V
ANALISIS BIAYA
Dari berbagai penelitian, tidak ada yang mencantumkan analisis biaya secara
detail mengenai perbandingan antara perawatan bayi BBLR yang menggunakan
PMK dengan perawatan konvensional (inkubator). Namun, ada salah satu penelitian
yang secara kasar membandingkan antara pemakaian inkubator dengan PMK
seperti berikut ini:49
. Di negara berkembang, biaya untuk perawatan bayi BBLR (berat 1.000 gram)
dengan menggunakan inkubator adalah sebesar US$ 800 per hari.
. Di Bogota, biaya untuk perawatan bayi BBLR (berat 1.000 gram) dengan
menggunakan inkubator adalah sebesar US$ 89 per hari.
. Sedangkan bayi BBLR dengan PMK hanya membutuhkan biaya US$ 2 per hari.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa metode PMK merupakan
cara yang efektif dengan rasio biaya-manfaat yang sangat menguntungkan.
Di Indonesia, penelitian yang dilakukan Haksari dkk. (2002) melakukan
analisis biaya dengan membagi dua komponen yaitu : biaya penghasilan dan biaya
pengeluaran yang terdiri dari biaya makanan untuk ibu dan bayi, obat dan alat
kesehatan, pemeriksaan lab dan sinar X, listrik dan bahan bakar, dan perawatan
alat. Untuk ketenagaan RS, waktu bekerja berkurang hingga 40% dan layanan gawat
darurat berkurang sampai 50% pada PMK daripada metode konvensional. Oleh
karena itu, biaya staf PMK lebih rendah. Penggunaan oksigen, obat dan alat juga
lebih rendah pada kelompok PMK. Pada metode konvensional, memerlukan
perawatan pada sistem peringatan, peralatan oksigen, listrik dan bahan bakar, se
rta
susu formula. Biaya keseluruhan pada PMK berkurang hingga 30%. Pada PMK
membutuhkan biaya total Rp. 31.584.000, dan pada metode konvensional Rp.
45.120.000.50

BAB VI
REKOMENDASI
Bayi berat lahir rendah masih menjadi masalah besar di dunia maupun di
Indonesia khususnya, selain sebagai penyumbang terbesar kematian anak yaitu 27
% di dunia pada tahun 2000 dan 38,8 % di Indonesia pada tahun 2005.
Penatalaksanaan BBLR ini memerlukan sarana dan prasarana yang memadai
secara kuantitas dan kualitas, seperti rasio perawat yang baik adalah 1 perawat
berbanding 2-4 pasien atau alat kesehatan berteknologi tinggi seperti ventilator
,
Continous Positive Air Pressure (CPAP), inkubator dan lain-lain. Sejak
ditemukannya Perawatan Metode Kanguru (PMK) oleh dr Martinez dkk., banyak
manfaat yang dapat diperoleh semua pihak terutama BBLR dengan perawatan
metode kanguru ini. Penelitian-penelitian selanjutnya di luar negeri maupun
Indonesia telah membuktikan manfaat yang diperoleh dari PMK ini, sehingga yang
dapat direkomendasikan adalah sebagai berikut :
1. PMK dapat digunakan sebagai alternatif pengganti inkubator, karena perawatan
metode ini terbukti dapat menstabilkan suhu bayi dengan menggunakan panas
badan ibu dan sama efektifnya bahkan lebih baik dari inkubator. [Rekomendasi
A]
2. PMK memberikan ibu kepercayaan diri dalam merawat bayinya yang
mempunyai berat lahir rendah, sehingga bila PMK kontinu dilakukan di Rumah
Sakit (RS) maka keperluan tenaga kesehatan khususnya perawat dapat lebih
efesien karena ibu yang merawat bayinya sendiri dan perawat dapat dipanggil
bila diperlukan. Bagi bayi yang belum dapat dilakukan PMK kontinu, dianjurkan
untuk melakukan PMK intermiten untuk membiasakan ibu merawat bayi dengan
PMK. [Rekomendasi A]
3. PMK dapat mengurangi infeksi nosokomial, menstabilkan laju nadi, mengurangi
apnea prematur, menstabilkan saturasi, meningkatkan produksi dan keberhasilan
menyusui, meningkatkan berat badan, meningkatkan ikatan batin antara bayi-ibu
maupun anggota keluarga lainnya, mengurangi angka kematian dan morbiditas
BBLR. Berdasarkan fakta yang tersebut diatas maka PMK sangat
direkomendasikan untuk BBLR di Indonesia terutama apabila bayi tersebut stabil
keadaan klinisnya dan hanya memerlukan inkubator untuk perawatannnya. Pusat
pelayanan primer seperti puskesmas dapat meneruskan perawatan BBLR yang
telah dipulangkan dari pusat pelayanan sekunder atau tersier. Pusat pelayanan
kesehatan sekunder dapat melakukan PMK kontinu untuk BBLR yang masih
menggunakan alat kesehatan minimal misalnya minum masih menggunakan

selang. PMK dapat dilakukan disemua level pelayanan kesehatan di Indonesia


sesuai dengan sarana dan prasarana yang tersedia. [Rekomendasi C]
4. Membentuk dan meningkatkan jejaring pelayanan PMK agar dapat mengurangi
lama perawatan sehingga tidak terjadi stagnasi pasien di pusat pelayanan tersier
maupun level pelayanan kesehatan lainnya dan biaya perawatan menjadi lebih
murah. [Rekomendasi C]
5. Keberhasilan PMK memerlukan dukungan dari pemerintah, tenaga kesehatan,
keluarga dan masyarakat. [Rekomendasi C]
6. PMK berkembang dengan pesat dan mulai dilakukan di negara maju yang telah
mempunyai fasilitas yang baik karena dari penelitian bayi dan ibu yang
melakukan PMK mempunyai kadar stress hormone (kortisol) yang lebih rendah
sehingga diasumsikan ibu dan bayi lebih tenang/tidak stres. [Rekomendasi A]
7. Kriteria definitif pemulangan terdiri dari : [Rekomendasi C]
- Bayi mencapai berat badan minimum yakni 1.500 g.
- Kesehatan bayi secara keseluruhan dalam kondisi baik dan tidak ada apnea
atau infeksi
- Bayi minum dengan baik
- Berat bayi selalu bertambah (sekurang-kurangnya 15g/kg/hari) untuk
sekurang-kurangnya tiga hari berturut-turut
- Ibu mampu merawat bayi dan dapat datang secara teratur untuk melakukan
follow-up
- Bayi yang dipulangkan dengan berat badan < 1.800 gram dipantau setiap
minggu dan dilakukan minimal di RS Umum Daerah, sedangkan dan bayi
dengan berat badan >1.800 gram dipantau setiap dua minggu boleh
dilakukan di puskesmas.
8. Rekomendasi waktu pemantauan: [Rekomendasi C]
- Dua kali kunjungan follow up per minggu sampai dengan 37 minggu usia pasca
menstruasi. - Kunjungan pertama paling lambat dalam 48 jam setelah
pemulangan.
- Satu kali kunjungan follow up per minggu setelah 37 minggu
9. Setiap fasilitas kesehatan harus mempunyai alat pemantauan dan melakukan
pencatatan serta pelaporan pasca pemulangan. [Rekomendasi C]

1 Department of Reproductive Health and Research, World Health Organization.


Kangaroo mother care.A practical guide. 1st ed. Geneva : WHO; 2003.
2 World Health Organization. Low birth weight A tabulation of available informat
ion.
Geneva: WHO; 1992 (WHO/MCH/92.2).
3 de Onis M, Blossner M, Villar J. Levels and patterns of intrauterine growth
retardation in developing countries. European Journal of Clinical Nutrition. 199
8;
52(Suppl.1):S5-S15.
4 WHO. Perinatal mortality. Report No.: WHO/FRH/MSM/967. Geneva: WHO,
1996.
5 Darmstadt GL, Bhutta ZA, Cousens S, Adam T, Walker N, Bernis L. Evidencebased, cost-effective interventions: how many newborn babies can we safe?.
Lancet. 2005; 365: 977-88.
6 WHO, Departement of Child and Adolescent Health and Development. Diunduh
dari: http://www.who.int/child-adolescenthealth/OVERVIEW/CHILD_HEALTH/map_00-03_ world.jpg.
7 Badan Pusat Statistik. Survei Sosial dan Ekonomi Nasional. Jakarta: BPS; 2005.
8 Mew AM, Holditch-Davis D, Belyea M, Miles MS, Fishel A. Correlates of
depressive symptoms in mothers of preterm infants. Neonatal Netw. 2003; 22(5):
51-60.[Medline]
9 The Executive Summary of The Lancet Neonatal Survival Series. Diunduh dari:
http://www.thelancet.com/journal/vol365/iss9465/full/llan.365.9465.neonatal_surv
ival_series.32704.1
10 Suradi R, Yanuarso PB. Metode kanguru sebagai pengganti inkubator bagi bayi
berat lahir rendah. Sari Pediatri 2000;2(1):29-35.
11 Conde-Aguedelo A. Diaz-Rosello JL, Belizan JM. Kangaroo mother care toreduce
morbidity and mortality in low birth weight infant. Cochrane Library. 2003; 2.
12 Ludington-Hoe SM, Golant SK. Kangaroo care, the best you can do to help your
preterm infant. New York: Bantam Books; 1993:3-30.
13 Rey ES, Martinez HG. Manejo racional del nino prematuro. In: Universidad
Nacional, Curso de Medicina Fetal, Bogota, Universidad Nacional; 1983.
14 Pratomo H. Manfaat Perawatan Metode Kanguru (PMK) dan Penerapannya
dalam Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah dengan Metode Kanguru. Dalam:
Chair I, Marnoto WB, Rifai RFB, editor. Buku Panduan Resusitasi neonatus Edisi
ke-5. Jakarta: PERINASIA; 2006.
DAFTAR PUSTAKA

15 Thermal control of the newborn: A practical guide. Maternal Health and Safe
Motherhood Programme. Geneva: World Health Organization, 1993
(WHO/FHE/MSM/93.2).
16 Shiau SH, Anderson GC. Randomized controlled trial of kangaroo care with
fullterm infants: effects on maternal anxiety, breastmilk maturation, breast
engorgement, and breast-feeding status. Proceeding of the International
Breastfeeding Conference. Sydney: Australia s Breastfeeding Association, 1997.
17 Sloan NL, et al. Kangaroo mother method: randomised controlled trial of an
alternative method of care for stabilised low-birthweight infants. The Lancet.
1994; 344:782-785.
18 Charpak N, et al. Kangaroo mother versus traditional care for newborn infants
:
2000 grams:a randomized controlled trial. Pediatrics. 1997; 100:682-688.
19 Cattaneo A, et al. Kangaroo mother care for low birthweight infants: a
randomised controlled trial in different settings. Acta Paediatrica. 1998; 87:97
6985.
20 Charpak N, et al. Kangaroo-mother programme: an alternative way of caring for
low birth weight infants? One year mortality in a two-cohort study.
1994, 94:804-810.
21 Conde-Agudelo, A., Diaz-Rossello, J., & Belizan. Kangaroo mother
reduce morbidity and mortality in low birthweight infants. Cochrane
Syst Rev. 2003; (2), CD002771.
22 Charpak, N., Ruiz-Pelaz, J., & Figueroa, Z. Influence of feeding

Pediatrics,
care to
Database
patterns and

other factors on early somatic growth of healthy, preterm infants in home-based


kangaroo mother care: A cohort study. Journal of Pediatric Gastroenterol
Nutrition. 2005; 41 (4), 430-437.
23 Usman A, Irawaty S, Triyanti A, Alisjahbana A. Pencegahan Hipotermia pada
Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Rumah dengan Metoda Kanguru.
Unit Penelitian FK Unpad/RSHS. Bandung: FK Unpad; 1996.
24 Anonymous. Kangaroo care. Diunduh dari
http://en.wikipedia.org/wiki/kangaroo_care. tanggal 3-11-2008.
25 Ludington-Hoe SM, Anderson GC, Swinth JY, Thompson C, et al. Randomized
controlled trial of kangaroo care : cardiorespiratory and thermal effects on
healthy preterm infants. Neonatal Netw. 2004; 23 (3):39-48.
26 Johnston CC, Filion F, Yeo MC, Goulet C. Kangaroo mother care diminishes pain
from heel lance in very preterm neonates: A crossover trial. BMC Pediatrics.
2008.

27 Ludington-Hoe SM, Johnson MW, Morgan K, Lewis T, et al.Neurophysiologic


Assessment of Neonatal Sleep Organization: Preliminary Results of a
Randomized, Controlled Trial of Skin Contact With Preterm Infants. Pediatrics.
2006; 117; 909-923.
28 London, M., Ladewig, P., Ball, J., & Bindler, R. Maternal and child nursing c
are
(2nd ed.). Upper Saddle River, NJ: Pearson Prentice Hall.; 2006: p. 573, 791 793).
29 Worku B, Kassie A. Kangaroo Mother Care: A Randomized Controlled Trial on
Effectiveness of Early Kangaroo Mother Care for the Low Birthweight Infants in
Addis Ababa, Ethiopia. Journal of Tropical Pediatrics. 2005;51:2.
30 Anonymous. Principles of kangaroo mother care. Perinatal Education
Programme. Mother and Baby Friendly Care: Unit 43-44:6/2004.
31 Robles, M. Kangaroo care: The human incubator for the premature infant.
University of Manitoba, Women s Hospital in the Health Sciences Centre:
Winnipeg, MN; 1995.
32 Ruiz-Pelez JG, Charpak N, Cuervo LG. Kangaroo Mother Care, an example to
follow from developing countries. BMJ 2004; 329:1179-1181
doi:10.1136/bmj.329.7475. 1179.
33 Lincetto O, Nazir AI, Cattaneo A. Kangaroo mother care with limited resources
. J
Trop Pediatr. 2000;46: 293-5.
34 Charpak N, Ruiz-Pelaez JG, Figueroa de CZ. Current knowledge of kangaroo
mother intervention. Curr Opin Pediatr. 1996;8: 108-12.
35 NJ Bergman, LL Linley, SR Fawcus. Randomized controlled trial of skin-to-skin
contact from birth versus conventional incubator for physiological stabilization
in
1200- to2199-gram newborns. Acta Paediatr. 93:779-785. 2004.
36 Gomez P, Baiges N, Batiste F, Marca G, Nieto J, Closa M. Kangaroo method in
delivery room for full-term babies. (in Spanish) An Esp Pediatr. 1998;48:631-633
37 Moore ER, Anderson GC. Randomized controlled trial of very early mother-infan
t
skin-to-skin contact and brestfeeding status. Journal of Midwifery & women s
health.medscape. 2007.
38 Anderson GC, Moore ER, Hepworth J, Bergman N. Early skin-to-skin contact for
mothers and their healthy newborn infants (Cochrane review). In: The Cochrane
Library, Issue 2. Chichester, UK: John Wiley & Sons, 2003.
39 Carfoot S, Williamson P, Dickson R. A randomized controlled trial in the nort
h of
England examining the effects of skin-to-skin care on breastfeeding. Midwifery.
2005;21:71-79.

40 Charpak N, Ruiz-Pelaez JG, Charpak Y. Rey-Martinez Kangaroo Mother


Program: An Alternative Way of Caring for Low Birth Weight Infants? One year
Mortality in a Two Cohort Study. Pediatrics. 1994;94:6.
41 Moore ER, Anderson GC. Randomized Controlled Trial of Very Early MotherInfant Skin-to-Skin Contact and Breastfeeding. Journal of Midwifery & Women s
Health. 2007.
42 Rao SPN, Udani R, Nanavati R. Kangaroo Mother Care for Low Birth Weight
Infants: A Randomized Controlled Trial. Indian Pediatrics. 2008;45.
43 Charpak N, Ruiz-Pelaez JG, Figuerora Z, Charpak Y. A Randomized Controlled
Trial of Kangaroo Mother Care : Results of Follow Up at 1 Year of Corrected Age.
Alternative Way of Caring for Low Birth Weight Infants? One year Mortality in a
Two Cohort Study. Pediatrics. 2001;108:5.
44 Christensson K, Bhat GJ, Amadi BC, Eriksson B, et al. Randomised study of ski
nto-skin versus incubator care for rewarmingh low-risk hypothermic neonates. The
Lancet. 1998;352.
45 Ludington-Hoe SM, Anderson GC, Swinth JY, Thompson C, et al. Randomized
controlled trial of kangaroo care : cardiorespiratory and thermal effects on hea
lthy
preterm infants. Neonatal Netw. 2004; 23 (3):39-48.
46 Goldstein S, Makhoul IR. The Effect of Skin-to-Skin Contact (Kangaroo Care)
Shortly After Birth on the Neurobehavioural Responses of the Term Newborn : A
Randomized Controlled Trial. Pediatrics. 2004;113(4): 858-865.
47 London, M., Ladewig, P., Ball, J., & Bindler, R. Maternal and child nursing c
are
(2nd ed.). Upper Saddle River, NJ: Pearson Prentice Hall. 2006; 573, 791 - 793)
48 Robles, M. (1995). Kangaroo care: The human incubator for the premature infan
t.
University of Manitoba, Women s Hospital in the Health Sciences Centre:
Winnipeg, MN.
49 Kangaroo Mother Care. Diunduh dari http://www.bndes.gov.br/english/
studies/KangarooMother.pdf. 2008.
50 Haksari EL, Surjono A, Setyowireni D.Kangaroo mother care in low birth weight
infant: a randomized controlled trial. Pediatrica Indonesiana. 2002;42:3-4.

Anda mungkin juga menyukai