PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Leukemia merupakan kanker yang paling sering dijumpai pada masa kanak-
kanak. Menyerang kurang lebih 2500 anak setiap tahun di Amerika Serikat.
Dengan metode diagnostik yang lebih akurat, pemberian terapi yang lebih efektif
pada uji klinis terkontrol, serta perawatan suportif yang lebih baik, hasil
pengobatan leukemia pada anak telah memperlihatkan kemajuan yang pesat.
Sekarang,
lebih dari
dua
per tiga
leukemia
Rumusan Masalah
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
C.
Tujuan
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Agar dapat menjelaskan terapi yang dapat dilakukan untuk penyakit LLA
D.
Manfaat
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Definisi
Leukemia atau kanker darah dalah sekelompok penyakit neoplastik yang beragam,
ditandai oleh perbanyakan secara tak normal atau transformasi maligna dari sel-sel
pembentuk darah di sumsum tulang dan jaringan limfoid. Sel-sel normal di dalam
sumsum tulang digantikan oleh sel tak normal atau abnormal. Sel abnormal ini keluar dari
sumsum dan dapat ditemukan di dalam darah perifer atau darah tepi. Sel leukemia
mempengaruhi hematopoiesis atau proses pembentukan sel darah normal dan imunitas
tubuh penderita. Kata leukemia berarti darah putih, karena pada penderita ditemukan
banyak sel darah putih sebelum diberi terapi. Sel darah putih yang tampak banyak
merupakan sel yang muda, misalnya promielosit. Jumlah yang semakin meninggi ini
dapat mengganggu fungsi normal dari sel lainnya. Sedangkan leukemia limfoblastik akut
adalah keganasan klonal dari sel-sel prekursor limfoid (Underwood, 2000).
B.
Klasifikasi
Kemajuan dalam klasifikasi
patofisiologi penyakit ini dan perkembangan metode terapi yang lebih spesifik. Dalam
istilah yang paling luas, leukemia pada anak dapat diklasifikasikan sebagai akut, kronik,
atau kongenital. Akut dan kronis sebenarnya menunjukkan durasi relatif ketahanan hidup,
tetapi dengan penemuan kemoterapi yang efektif, sekarang leukemia akut menunjukkan
proliferasi maligna sel immatur (yaitu blastik). Jika proliferasi itu sebagian besar
melibatkan jenis sel yang lebih matur (yaitu berdiferensiasi), leukemia itu diklasifikasikan
sebagai kronis. Tidak seperti leukemia pada orang dewasa, pada anak biasanya adalah
jenis akut dan limfoblastik. Leukemia limfositik atau limfoblastik akut (ALL) meliputi kirakira 80% leukemia akut pada anak, dan sisanya sebagian besar adalah leukemia mieloid
akut (non-limfoblastik) (AML). Leukemia kongenital atau neonatal adalah leukemia yang
terdiagnosis dalam 4 minggu pertama kehidupan bayi (Rudolph, 2006).
Adapun perbedaan antara leukemia akut dan leukemia kronis adalah:
Leukemia akut
Leukemia kronis
Umur
Semua umur
Dewasa
Onset penyakit
Tiba-tiba
Perlahan
Perjalanan penyakit
<6 bulan
26 tahun
Sel leukemia
Sel matang
Ringan
Jumlah leukosit
Bervariasi
Meningkat
Pembesaran kelenjar
Ringan
Jelas
Pembesaran limpa
Ringan
Jelas
(Staf IKA, 2007)
C.
Epidemiologi
Pada ALL, puncak usia timbulnya penyakit adalah antara umur 3 dan 4 tahun,
sedangkan pada anak dengan AML tampak tidak ada usia puncak. Insiden ALL lebih tinggi
pada anak kulit putih daripada anak kulit berwarna, tetapi prediksi rasial belum
diperlihatkan baik untuk AML maupun CML. Temuan baru-baru ini mengenai kelainan
genetik sel yang leukemia identik pada pasangan kembar monozigot menunjukkan
bahwa metastasis intrauterin menyebabkan leukemia yang sama. Suatu resiko yang lebih
tinggi dari normal untuk perkembangan leukemia telah dihubungkan dengan berbagai
macam kelainan (Rudolph, 2006).
D.
Etiologi
Penyebab LLA pada dewasa sebagian besar tidak diketahui. Faktor keturunan dan
sindroma predisposisi genetik lebih berhubungan dengan LLA yang terjadi pada anakanak. Beberapa faktor lingkungan dan kondisi klinis yang berhubungan dengan LLA
adalah: (Sudoyo, 2007)
1.
Radiasi ionik, orang yang selamat dari ledakan bom atom di Hiroshima dan
Nagasaki mempunyai resiko relatif keseluruhan 9,1 untuk berkembang menjadi LLA.
2.
Paparan benzene dengan kadar tinggi dapat menyebabkan aplasi sumsum tulang,
4.
Obat kemoterapi
5.
6.
E.
Patogenesis
Teori umum tentang patofisiologi leukemia adalah bahwa satu sel induk mutan,
perkembangan
uniseluler
dari
neoplasma
telah
diperlihatkan
dengan
menemukan satu jenis G6PD dalam sel ganas dari pasien heterozigot yang memiliki pola
enzim ganda dalam jaringan normal mereka. Penentuan pola metilasi dari polimorfisme
panjang-fragmen-restriksi
yang
heterozigot merupakan
metode sensitif lain dalam pada prinsip analisis yang sama. Akumulasi sel blas
menghambat
produksi
normal
granulosit,
eritrosit,
dan
trombosit,
sehingga
mengakibatkan infeksi, anemia, dan perdarahan. Sel leukemia dapat menginfiltrasi setiap
organ dan menyebabkan pembesaran dan gangguan fungsi organ tersebut (Rudolph,
2004).
F.
Manifestasi Klinis
Presentasi klinis LLA sangat bervariasi. Pada umumnya gejala klinis menggambarkan
kegagalan sumsum tulang atau keterlibatan ekstramedular oleh sel leukemia. Akumulasi
sel-sel limfoblas ganas di sumsum tulang menyebabkan kurangnya sel-sel normal di
darah perifer dan gejala klinis dapat berhubungan dengan anemia, infeksi, dan
perdarahan. Demam atau infeksi yang jelas dapat ditemukan pada separuh pasien LLA,
sedangkan gejala perdarahan yang berat jarang terjadi (Mansjoer, 2000).
Gejala dan tanda klinis yang dapat ditemukan, antara lain: (Sudoyo, 2007)
1.
2.
Anoreksia
3.
Nyeri tulang dan sendi (karena infiltrasi sumsum tulang oleh sel-sel leukemia)
4.
5.
Infeksi mulut, saluran napas atas dan bawah, selulitis, atau sepsis. Penyebab yang
paling sering adalah stafilokokus, streptokokus, dan bakteri gram negatif usus, serta
berbagai spesies jamur
6.
perdarahan otak
7.
Hepatomegali
8.
Splenomegali
9.
Limfadenopati
G.
Pemeriksaan Laboratorium
1.
Jumlah leukosit dapat normal, meningkat, atau rendah pada saat diagnosis.
Hiperleukositosis (>100.000/mm3) terjadi pada kira-kira 15% pasien dan dapat melebihi
200.000/mm3. Pada umumnya terjadi anemia dan trombositopenia. Proporsi sel blas pada
hitung leukosit bervariasi dari 0-100%. Kira-kira sepertiga pasien mempunyai hitung
trombosit kurang dari 25.000/mm3.
2.
Spesimen yang didapat harus diperiksa untuk analisis histologi, sitogenetik dan
immunophenotyping. Apus sumsum tulang tampak hiperseluler dengan limfoblas yang
sangat banyak, lebih dari 90% sel berinti pada LLA dewasa. Jika sumsum tulang
seluruhnya digantikan oleh sel-sel leukemia, maka aspirasi sumsum tulang dapat tidak
berhasil, sehingga touch imprint dari jarinngan biopsi penting untuk evaluasi gambaran
sitologi.
3.
Sitokimia
Pada LLA, pewarnaan Sudan black dan mieloperoksidase akan memberikan hasil yang
negatif. Mieloperoksidase adalah enzim sitoplasmik yang ditemukan pada granula primer
dari prekursor granulositik, yang dapat dideteksi pada sel blas LMA. Sitokimia juga
berguna untuk membedakan precursor B dan B-ALL dari T-ALL. Pewarnaan fosfatase asam
akan positif pada limfosit T yang ganas, sedangkan sel B dapat memberikan hasil yang
positif pada pewarnaan periodic acid Schiff (PAS). TdT yang diekspresikan oleh limfoblas
dapat dideteksi dengan pewarnaan imunoperoksidase atau flow cytometry.
4.
Pemeriksaan ini berguna dalam diagnosis dan klasifikasi LLA. Pada sekitar 15-54% LLA
dewasa didapatkan ekspresi antigen mieloid. Antigen mieloid yang biasa dideteksi adalah
CD13, CD15, dan CD33. Ekspresi yang bersamaan dari antigen limfoid dan mieloid dapat
ditemukan pada leukemia bifenotip akut. Kasus ini jarang, dan perjalanan penyakitnya
buruk.
5.
Sitogenetik
Biologi molekular
Teknik molekular dikerjakan bila analisis sitogenetik rutin gagal, dan untuk mendeteksi
yang tidak terdeteksi dengan sitogenetik standar. Teknik ini juga harus dilakukan untuk
mendeteksi gen BCR-ABL yang mempunyai prognosis buruk.
7.
Pemeriksaan lainnya
H.
Diagnosis Banding
Adapun diagnosis banding untuk penyakit LLA antara lain: (Sudoyo, 2007)
1.
I.
Anemia aplastik
Terapi
2.
3.
4.
leukemia
Sel leukemia dari anak dengan ALL biasanya cukup sensitif terhadap kemoterapi
pada
saat
diagnosis.
(deksametason
asparaginasse,
atau
Pengobatan
induksi
prednison),
alkaloid
semuanya
diberikan
secara
selama
tipikal
tumbuhan
4
meliputi
(vinkristin),
minggu.
Obat-obat
glukokortikoid
dan
enzim
ini
segera
menghancurkan sel leukemia, dengan toksisitas organ yang minimal dan gangguan
hematopoesis normal yang minnimal. Untuk leukemia resiko tinggi, sebagian besar
penelitian klinis menggunakan agen tambahan untuk induksi remisi. Dengan kemoterapi
modern dan perawatan suportif, 97-98% anak dapat mencapai remisi sempurna. Setelah
tercapai remisi sempurna tujuan terapi selanjutnya adalah meneruskan perusakan sisasisa limfoblas sampai kadar yang sesuai dengan keadaan sembuh. Pengurangan populasi
sel leukemik yang cepat ssebelum munculnya klon yang resisten, telah dicapai dengan
J.
Komplikasi
Komplikasi metabolik pada anak dengan ALL dapat disebabkan oleh lisis sel
leukemik akibat kemoterapi atau secara spontan dan komplikasi ini dapat mengancam
jiwa pasien yang memiliki beban sel leukemia yang besar. Terlepasnya komponen
intraseluler dapat menyebabkan hiperurisemia, hiperkalsemia, dan hiperfosfatemia
dengan hipokalsemia sekunder. Beberapa pasien dapat menderita nefropati asam urat.
Jarang sekali timbul urolitiasis dengan obstruksi ureter setelah pasien diobati untuk
leukemia. Infiltrasi leukemik yang difus pada ginjal juga dapat menimbulkan gagal ginjal
(Rudolph, 2006).
K.
Prognosis
Kebanyakan pasien LLA dewasa dapat mencapai remisi tapi tidak sembuh dengan
kemoterapi saja, dan hanya 30% yang bertahan hidup lama. Kebanyakan pasien yang
sembuh dengan kemoterapi adalah usia 15-20 tahun dengan faktor prognostik baik
lainnya. Harapan sembuh untuk pasien LLA dewasa lainnya tergantung dari terapi yang
lebih intensif dengan transplantasi sumsum tulang (Sudoyo, 2007).
BAB III
PEMBAHASAN
Pada skenario yang berjudul Mengapa Perut Anak Saya Membesar, Dok?
didapatkan beberapa masalah, diantaranya:
Nama
:X
Umur
: 4 tahun
Keluhan
ditemukan sel-sel muda dari seri limfosit, pemeriksaan urin dalam batas normal
Riwayat
Diagnosis
lemah dan kurus karena kurangnya asupan makanan (Staf IKA, 2007).
Pada pemeriksaan fisik, pada conjunctiva tampak pucat, yang mana gejala
tersebut merupakan manifestasi dari anemia. Anemia disebabkan karena sel
leukemia merusak produksi sel darah lain pada sumsum tulang termasuk sel
darah merah. Hal ini mengakibatkan berkurangnya jumlah sel darah merah, yang
dapat dilihat dari warna conjunctiva yang memucat (Mansjoer, 2000).
Pemeriksaan abdomen dapat mengungkapkan adanya hati atau limpa atau
hati dan limpa yang membesar, yang menduga adanya penyakit hati primer,
penyakit metastatik hati disertai anemia sekunder, atau apa yang dinamakan
hipersplenisme yang berkaitan dengan peningkatan penghancuran eritrosit.
Dalam kondisi normal, hepar tidak akan teraba. Tetapi dalam kasus ini, hepar
teraba disebabkan karena terjadi pembesaran. Adapun urutan pelaksanaan
palpasi pada hepar yaitu: (Delp, 1996)
1.
2.
3.
bawah, dengan ujung jari mendatar dan mengarah ke pinggir iga kanan
5.
Ulangi dengan hati-hati, sambil tangan bergerak ke pinggir iga pada setiap
inspirasi
7.
terdorong ke bawah dan batas bawah hati yang membesar dapat dirasa.
Pada palpasi limpa normal, seharusnya tidak teraba. Tetapi dalam skenario limpa
dapat teraba pada Schuffner 2. Schuffner merupakan satuan dalam pengukuran
limpa, dengan cara menarik garis diagonal ke umbilikus. Splenomegali atau
pembesaran limpa disebabkan oleh kongesti atau akumulasi cairan yang yang
berlebihan dan dapat dikatakan abnormal. Palpasi untuk limpa hampir sama
dengan hepar. Urutannya yaitu: (Delp, 1996)
1.
2.
Berdiri pada sisi kanan penderita, letakkan tangan kanan secara datar pada
dinding perut tepat pada pinggir bawah iga, pada garis midklavikularis
3.
Letakkan tangan kiri di bawah pinggang kiri dan angkat dengan hati-hati ke
atas
4.
Limpa mudah diraba bila berbaring miring ke kanan dengan kedua tungkai
bawah difleksikan
6.
Jika limpa membesar, akan menyentuh ujung jari tangan kanan, selain itu
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Leukemia merupakan proliferatif dari prekursor sel darah putih. Proliferasi ini
memberikan berbagai keadaan yaitu penggantian difus sumsum tulang normal
oleh sel leukemia dengan akumulasi sel abnormal pada darah tepi dan infiltrasi
organ. Leukemia dibagi 2 yaitu akut dan kronis. Untuk leukemia akut terdiri dari
leukemia limfoblastika akut dan leukemia mieloblastik akut. Sedangkan untuk
leukemia kronis terdiri dari leukemia granulositik (mieloid) kronis dan leukemia
limfositik kronis.Pada sebagian besar kasus penyebabnya tidak diketahui.
Beberapa faktor tertentu diketahui menginisiasi perubahan leukemik yaitu radiasi,
obat-obatan, bahan kimia, virus, dan faktor genetik.
B.Saran
Adapun saran yang dapat diberikan dalam skenario ini antara lain:
1.
anak-anak
2.
Berikan cukup vitamin dan mineral untuk anak yang mengalami anemia
3.