Anda di halaman 1dari 2

Bab I

Pendahuluan
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) yang dikenal dengan COPD (Chronic
Obstructive Pulmonary Disease) adalah penyakit yang ditandai dengan hambatan aliran udara
napas yang biasanya progresif dan berhubungan dengan respon inflamasi kronik di saluran napas
dan paru terhadap partikel atau gas yang beracun atau berbahaya.
Progresif artinya penyakit ini berlangsung seumur hidup dan semakin memburuk secara
lambat dari tahun ketahun.Dalam perjalanan penyakit ini terdapat fase-fase eksaserbasi akut.
Gejala utama PPOK adalah sesak napas,batuk kronis atau produksi dahak dan riwayat terpapar
dengan factor resiko (PDPI, 2011).
PPOK sangat kurang dikenal di masyarakat. Di Amerika Serikat pada tahun 1991
diperkirakan terdapat 14 juta orang menderita PPOK, meningkat 41,5% dibandingkan tahun
1982, sedangkan mortalitas menduduki peringkat IV penyebab terbanya kyaitu 18,6 per 100.000
penduduk pada tahun 1991 dan angka kematian ini meningkat 32,9% dari tahun 1979 sampai
1991. WHO menyebutkan PPOK merupakan penyebab kematian keempat didunia yaitu akan
menyebabkan kematian pada 2,75juta orang atau setara dengan 4,8%. Selain itu WHO juga
menyebutkan bahwa sekitar 80 juta orang akan menderita PPOK dan 3 juta meninggal karena
PPOK pada tahun 2005 (Oemiati, 2013).
Salah satu yang menjadi etiologi dari PPOK adalah tingginya frekuensi terpapar polutan.
Zat-zat yang ada di dalam polutan akan menginfeksi jaringan tubuh terutama organ pernapasan.
Polutan yang dimaksud antara lain adalah rokok dan polusi udara yang menahun. Tingginya
angka konsumsi rokok menunjukkan bahwa masyarakat di Indonesia memiliki resiko yang tinggi
terhadap PPOK. Prevalensi PPOK berdasarkan wawancara di Indonesia adalah 3,7%. Prevalensi
PPOK lebih tinggi pada laki-laki(DepkesRI, 2013).
Perawat sebagai salah satu pelayan kesehatan di Indonesia juga memiliki peranan penting
dalam menanggulangi masalah PPOK di Indonesia. Oleh karena itu, PPOK menjadi salah satu
penyakit yang harus dipelajari dan dipahami cara penanggulangannya oleh mahasiswa
keperawatan. Dalam prosesnya, ditemukan berbagai macam kasus dan masalah keperawatan
yang berhubungan dengan PPOK. Salah satu masalah keperawatan yang beresiko terjadi adalah
ansietas yang berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitdan pencegahannya.
Seseorang yang menderita PPOK biasanya mengalami sesak nafas yang sangat berat.
Akibatnya klien kemungkinan akan mengalami sulit untuk tidur dan makan. Apabila kebutuhan
istirahat dan nutrisi tidak dapat dipenuhi dengan baik maka kondisi tersebut akan memperburuk
penyakit PPOK yang diderita. Memburuknya kondisi kesehatan klien selanjutnya akan
menimbulkan rasa cemas pada diri klien maupun keluarga atau orang terdekat.

Intervensi yang dapat diberikan terhadap masalah keperawatan ansietas yang


berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan pencegahannya adalah
dengan memberikanedukasi. Hal ini juga terkait dengan salah satu peran perawat sebagai
educator atau pemberiedukasi. Pemberian edukasi yang efektif oleh perawat diharapkan dapat
membuat klien lebih mengenal perjalanan penyakit dan pengobatan, dapat dilaksanakan
pengobatan yang maksimal, mencapai aktivitas optimal, dan meningkatkan kualitas hidup
sehingga akan mengurangi rasa cemasklien yang mungkin dapat menghambat pengobatannya.
Edukasi merupakan hal penting dalam pengelolaan jangka panjang pada PPOK stabil.
PPOK adalah penyakit kronik yang ireversibel dan progresif, inti dari edukasi adalah
menyesuaikan keterbatasan aktivitas dan mencegah kecepatan perburukan fungsi paru. Edukasi
dapat diberikan di polik linik, ruang rawat, bahkan di unit gawat darurat ataupun di ICU dan di
rumah. Secara intensif edukasi diberikan di klinik rehabilitasi atau klinik konseling, karena
memerlukan waktu yang khusus dan memerlukan alat peraga. Edukasi yang tepat diharapkan
dapat mengurangi kecemasan pasien PPOK, memberikan semangat hidup walaupun dengan
keterbatasan aktivitas. Penyesuaian aktivitas dan pola hidup merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien PPOK. Bahan dan cara pemberian edukasi harus disesuaikan
dengan derajat berat penyakit, tingkat pendidikan, lingkungan sosial, cultural dan kondisi
ekonomi penderita.

Bibliography
DepkesRI. (2013). Hasil Riskesdas. Retrieved from Website Depkes RI:
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas
%202013.pdf
Oemiati, R. (2013). Kajian Epidemiologis Penyakit Paru. Media Litbangkes Vol. 23
No. 2, 82-88.
PDPI, P. D. (2011). Konsensus-PPOK. Retrieved from Klik PDPI:
http://www.klikpdpi.com/konsensus/konsensus-ppok/ppok.pdf

Anda mungkin juga menyukai