LANDASAN TEORI
Efisiensi motor (
Pmotor
Poros ini dipasang di antara roda-roda kereta barang yang hanya mendapat beban lentur
saja, tetapi jika digerakkan oleh penggerak mula akan mengalami beban puntir juga.
Poros pada umumya meneruskan daya, baik melalui sabuk, rantai maupun roda gigi.
Daya yang direncanakan (Pd) dalam perhitungan adalah hasil kali daya nominal out put
dari motor penggerak (P) dikalikan dengan faktor koreksi (fc):
Pd = fc . P (kW) . (Sularso & Suga, 1997:244)
Jika momen puntir (momen rencana) adalah T (kg.mm), maka:
Pd =
. (Sularso dan Suga, 1997:244)
T 2n
1000 60
102
maka:
T = 9,74 x 105
... (Sularso dan Suga, 1997:244)
Pd
n
Apabila momen rencana tersebut dibebankan pada suatu diameter poros ds (mm) maka
tegangan geser yang terjadi adalah:
=
=
... (Sularso dan Suga, 1997:7)
T
5,1T
ds 3
ds 2
16
Tegangan geser maksimum ( maks) yang terjadi harus lebih kecil dari tegangan geser
yang diijinkan ( ). Persamaan yang dipakai adalah sebagai berikut:
a
=
.. (Sularso dan Suga, 1997:18)
maks 5,1
( Km.M ) 2 ( Kt.T ) 2
3
ds
Besarnya Km untuk beban dengan tumbukan ringan adalah 1,5 2,0 (Sularso dan Suga,
1997:17), sedangkan besarnya Kt adalah 1,0 1,5 C.
=
. (Sularso dan Suga, 1997:8)
B
a
Sf1.Sf 2
dihitung berdasar batas kelelahan puntir yang besarnya 45% dari kekuatan tarik.
Besar harga Sf1 adalah 6,0 dan besarnya harga Sf2 adalah 1,3 -3,0.
Perhitungan diameter poros dengan beban puntir:
ds =
. (Sularso dan Suga, 1997:8)
1/ 3
5,1
a xKtxCbxT
Dimana:
ds
= Diameter poros (mm)
= Tegangan geser ijin bahan poros (kg/mm2)
a
Km
= Faktor koreksi momen lentur (1,5 2,0)
M
= Momen lentur yang bekerja pada poros (kg.mm)
Kt
= Faktor koreksi momen puntir (1,0 1,5)
T
= Momen puntir (kg.mm)
Besarnya defleksi puntiran dihitung berdasarkan rumus:
= 584
... (Sularso dan Suga, 1997:18)
Txl
Gxds4
2.3 Puli (pulley)
Puli adalah suatu komponen mesin yang berfungsi sebagai tempat dudukan sabuk (penggerak
sabuk) untuk memindahkan daya dan putaran. Diameter puli digunakan untuk alur sabuk,
sedangkan diameter dalamnya digunakan untuk pemasangan pada poros. Puli yang digunakan
adalah:
a. Puli Mahkota (Puli-V)
Puli ini lebih efektif dari puli datar, karena berbentuk-V yang ditempati sabuknya lebih
kuat sehingga slep yang dialami relatif lebih kecil.
Puli yang digunakan pada perencanaan mesin pemilah limbah sagu ini adalah puli
Mahkota karena pada mesin ini berputar cepat, sehingga membutuhkan kekuatan
cengkram yang tinggi. Kedudukan puli, baik puli penggerak dan puli yang digerakkan
haruslah dalam kedudukan center (lurus) agar sabuk tidak mudah lepas dari kedudukan
puli.
Rumus yang digunakan untuk perhitungan puli adalah sebagai berikut:
a. Perbandingan reduksi ( i )
.. (Sularso, 1994:166)
n1
D2
=i=
n2
d1
b. Diameter luar puli
Dlp = D + 2a ... (Dobrovolsky, 1978: 254)
Dimana:
Dp = diameter puli (mm)
a
= jarak antara v belt dengan grove puli (mm)
c. Diameter dalam puli (Dlp)
Din = Dlp 2.Ssgp . (Dobrovolsky, 1978: 254)
Dimana:
Dlp = diameter luar puli (mm)
Ssgp = jarak sumbu antara grove puli (mm)
d. Lebar puli (B)
1.
2.
3.
4.
Dalam perencanaan bahan sabuk yang dipilih adalah dari karet dengan bentuk sabuk
V yang mempunyai penampang trapesium dan direncanakan menggunakan satu buah
sabuk. Berdasarkan diagram pemilihan sabuk (Sularso,1997:164) bahwa dengan daya 1,14
kw dan putaran motor 1500 rpm menggunakan tipe A.
Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam transmisi sabuk adalah:
Tegangan Sabuk.
Kecepatan Pulley.
Sudut Kontak antara sabuk dengan Pulley yang terjadi.
Kondisi dimana sabuk digunakan.
Dalam pemilihan sabuk berlaku rumusan-rumusan sebagai berikut:
Kecepatan linear sabuk V, v (m/s).
v=
d p n . (Sularso dan suga,
dp n
v=
60 1000
60 x 1000
1997:166)
Dimana:
v = Kecepatan Keliling Sabuk (m/s).
dp = Diameter Pulley Mesin (mm)
n = Putaran Pulley Mesin(rpm)
Antara poros penggerak dengan poros yang digerakan ada jarak, maka panjang keliling
sabuk L (mm) harus dihitung, dimana masing-masing adalah d p (mm) dan Dp (mm) serta
n1
n2
n1
n2
atau
dp
Dp
2C +
(dp + Dp) +
(Dp dp)2
1
L=2 C+ ( D p +d p ) +
1
( D d )
2
4C p p
2
4C
v
L
U=
v
L
........................................................................... (Dobrovolsky,
1978:249)
Dimana:
U = Jumlah Putaran Sabuk per Detik (rps)
v = Kecepatan Keliling Sabuk (m/s)
L = Panjang Sabuk (mm)
Dan berat sabuk dipakai rumus:
W = a x L x W =a . L . . (Khurmy dan Gupta, 1987:
669)
Dimana:
W = Berat Sabuk (Kg)
a = Luas Penampang Sabuk (mm)
L = Panjang Sabuk (mm)
= Massa Jenis Sabuk (Kg/mm3)
sehingga gaya sentrifugal pada sabuk
W
Fc = v2
g
Fc =
W
g
1987: 669)
Dimana:
Fc = Gaya Sentrifugal (Kg)
W = Berat Sabuk (Kg)
g = Gaya Gravitasi (m/det)
v = Kecepatan Keliling Sabuk (m/det)
Dalam mendapatkan sabuk yang panjangnya sama dengan hasil perhitungan
umumnya sukar, sehingga jarak antara kedua poros dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
b+ b28 ( D pd p )
C=
8
C=
b + b2
8 (Dp
dp
57 ( DP d p )
C
D pd p
C
..................................................... (Sularso,
1997: 170)
Dimana:
= Sudut Kontak Antara Kedua Pulley (Radian)
C = Jarak Kedua Sumbu Poros (mm)
Antara pulley dan sabuk menimbulkan gesekan. Gaya gesek dapat berkurang yang dapat
menimbulkan slip dan daya banyak terbuang. Sehingga dihitung koefisien sabuk dengan:
= 0,54
........................................ (Khurmy dan
42,6
=0,54
42,6
152,4 v
152,4 + v
Gupta, 1987: 651)
Untuk memperoleh sisi sabuk kencang (S1) dipakai rumus:
S =S F s
S1 = St max Fs 1 t max
............................................... (Khurmy dan Gupta,
1987: 673)
Dimana:
St max = Tegangan Tarik Maksimum yang Diijinkan (Kg/mm2)
Fs
= Gaya Sentrifugal Sabuk (Kg)
Dan tegangan sisi sabuk kendor (S2) diperoleh dengan rumus:
2,3 log S1
S2
=.
2,3 log
S1
= .
S2
. (Khurmy dan
Gupta,1987: 669)
Dimana:
= Sudut Kontak Pulley Dengan Sabuk
= Koefisien Gesek Antara Pulley dan sabuk
dan untuk daya maksimum yang ditransmisikan sabuk V adalah:
P=
. (Khurmy dan
( S1 total S2 total) v P= ( S1 totalS2 total ) v
75
75
Gupta, 1987: 303)
Ft =