Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PATOLOGI ANATOMI
(INFLAMASI, NEKROSIS, DAN ADAPTASI)
1.1
1.1.1
Inflamasi
Pengertian
Inflamasi adalah reaksi jaringan hidup terhadap semua bentuk jejas yang
berupa reaksi vascular yang hasilnya merupakan pengiriman cairan, zat-zat yang
terlarut dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan interstitial pada daerah cedera atau
nekrosis. Selain itu inflamasi dapat juga diartikan sebagai suatu respon pertahanan
tubuh terhadap masuknya mikroorganisme patogen, kerusakan jaringan, kelainan
system kekebalan tubuh, sinar X dan ultraviolet, serta bahan kimia.
Agen yang dapat menyebabkan cedera pada jaringan, yang kemudian diikuti
oleh inflamasi adalah kuman (mikroorganisme). Mikroorganisme patogen yang sering
menyebabkan inflamasi adalah virus dan bakteri. Virus menimbulkan peradangan
dengan cara merusak sel-sel tubuh. Adapun bakteri mengakibatkan peradangan
dengan cara melepaskan racun endotoksin ke dalam tubuh. Selain mikroorganisme
agen penyebab radang yang lain adalah benda (pisau, peluru, dsb), suhu (panas atau
dingin), berbagai jenis sinar (sinar X atau sinar ultraviolet), listrik, zat-zat kimia, dan
lain-lain. Tujuan inflamasi yaitu untuk memperbaiki jaringan yang rusak serta
mempertahankan
diri
terhadap
infeksi,
mengisolasi,
menghancurkan,
dan
menonaktifkan benda asing yang masuk serta pembuangan debris (jaringan yang
telah mati atau sisa benda asing).
Cedera radang atau inflamasi yang ditimbulkan oleh berbagai agen ini
menunjukkan proses yang mempunyai pokok-pokok yang sama, yaitu terjadi cedera
jaringan berupa degenerasi (kemunduran) atau nekrosis (kematian) jaringan,
pelebaran kapiler yang disertai oleh cedera dinding kapiler, terkumpulnya cairan dan
sel (cairan plasma, sel darah, dan sel jaringan) pada tempat radang yang disertai oleh
proliferasi sel jaringan makrofag dan fibroblas, terjadinya proses fagositosis, dan
terjadinya perubahan-perubahan imunologik.
1.1.2
Klasifikasi
untuk
membentuk
lubang
dan
resistensinya
terhadap
b. Kalor (panas)
Pada daerah peradangan pada kulit menjadi lebih panas dari sekelilingnya sebab
daerah yang disalurkan tubuh kepermukaan daerah yang terkena lebih banyak
dari pada yang disalurkan kedaerah normal.
c. Dolor (rasa sakit)
Perubahan pH lokal atau konsentrasi lokal ion-ion tertentu dapat merangsang
ujung-ujung saraf. Selain itu, pembengkakan jaringan yang meradang
mengakibatkan peningkatan tekanan lokal yang tanpa diragukan lagi dapat
menimbulkan rasa sakit.
d. Tumor (pembengkakan)
Pembengkakan ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi
darah kejaringan-jaringan iterstitial. Campuran dari cairan dan sel yang tertimbun
di daerah peradangan disebut eksudat. Pada keadaan dini reaksi peradangan
sebagian besar eksudat adalah cair,seperti yang terjadi pada lepuhan yang
disebabkan oleh luka bakar ringan.
1.1.4
Mekanisme Inflamasi
Radang akut
Radang akut adalah respon yang cepat dan segera terhadap cedera yang
didesain untuk mengirimkan leukosit ke daerah cedera. Leukosit membersihkan
berbagai mikroba yang menginvasi dan memulai proses pembongkaran jaringan
nekrotik. Terdapat 2 komponen utama dalam proses radang akut, yaitu perubahan
penampang dan struktural dari pembuluh darah serta emigrasi dari leukosit.
Perubahan penampang pembuluh darah akan mengakibatkan meningkatnya aliran
darah dan terjadinya perubahan struktural pada pembuluh darah mikro akan
memungkinkan protein plasma dan leukosit meninggalkan sirkulasi darah. Leukosit
yang berasal dari mikrosirkulasi akan melakukan emigrasi dan selanjutnya
berakumulasi di lokasi cedera.
Segera setelah jejas, terjadi dilatasi arteriol lokal yang mungkin didahului oleh
vasokonstriksi singkat. Sfingter prakapiler membuka dengan akibat aliran darah
dalam kapiler yang telah berfungsi meningkat dan juga dibukanya anyaman kapiler
yang sebelumnya inaktif. Akibatnya anyaman venular pasca kapiler melebar dan diisi
darah yang mengalir deras. Dengan demikian, mikrovaskular pada lokasi jejas
melebar dan berisi darah terbendung. Kecuali pada jejas yang sangat ringan,
bertambahnya aliran darah (hiperemia) pada tahap awal akan disusul oleh
perlambatan aliran darah, perubahan tekanan intravaskular dan perubahan pada
orientasi unsur-unsur berbentuk darah terhadap dinding pembuluhnya. Perubahan
pembuluh darah dilihat dari segi waktu, sedikit banyak tergantung dari parahnya
jejas. Dilatasi arteriol timbul dalam beberapa menit setelah jejas.
Perlambatan dan bendungan tampak setelah 10-30 menit. Peningkatan
permeabilitas vaskuler disertai keluarnya protein plasma dan sel-sel darah putih ke
dalam jaringan disebut eksudasi dan merupakan gambaran utama reaksi radang akut.
Vaskulatur-mikro pada dasarnya terdiri dari saluran-saluran yang berkesinambungan
berlapis endotel yang bercabang-cabang dan mengadakan anastomosis. Sel endotel
dilapisi oleh selaput basalis yang berkesinambungan.
Pada ujung arteriol kapiler, tekanan hidrostatik yang tinggi mendesak cairan
keluar ke dalam ruang jaringan interstisial dengan cara ultrafiltrasi. Hal ini berakibat
meningkatnya konsentrasi protein plasma dan menyebabkan tekanan osmotik koloid
bertambah besar, dengan menarik kembali cairan pada pangkal kapiler venula.
Pertukaran normal tersebut akan menyisakan sedikit cairan dalam jaringan interstisial
yang mengalir dari ruang jaringan melalui saluran limfatik. Umumnya, dinding
kapiler dapat dilalui air, garam, dan larutan sampai berat jenis 10.000 dalton.
Eksudat adalah cairan radang ekstravaskuler dengan berat jenis tinggi (di atas
1.020) dan seringkali mengandung protein 2-4 mg% serta sel-sel darah putih yang
melakukan emigrasi. Cairan ini tertimbun sebagai akibat peningkatan permeabilitas
vaskuler (yang memungkinkan protein plasma dengan molekul besar dapat terlepas),
bertambahnya tekanan hidrostatik intravaskular sebagai akibat aliran darah lokal yang
meningkat pula dan serentetan peristiwa rumit leukosit yang menyebabkan
emigrasinya.
Penimbunan sel-sel darah putih, terutama neutrofil dan monosit pada lokasi
jejas, merupakan aspek terpenting reaksi radang. Sel-sel darah putih mampu
memfagosit bahan yang bersifat asing, termasuk bakteri dan debris sel-sel nekrosis,
dan enzim lisosom yang terdapat di dalamnya membantu pertahanan tubuh dengan
beberapa cara. Beberapa produk sel darah putih merupakan penggerak reaksi radang,
dan pada hal-hal tertentu menimbulkan kerusakan jaringan yang berarti.
Dalam fokus radang, awal bendungan sirkulasi mikro akan menyebabkan selsel darah merah menggumpal dan membentuk agregat-agregat yang lebih besar
daripada leukosit sendiri. Menurut hukum fisika aliran, massa sel darah merah akan
terdapat di bagian tengah dalam aliran aksial, dan sel-sel darah putih pindah ke
bagian tepi (marginasi). Mula-mula sel darah putih bergerak dan menggulung pelanpelan sepanjang permukaan endotel pada aliran yang tersendat tetapi kemudian selsel tersebut akan melekat dan melapisi permukaan endotel.
Emigrasi adalah proses perpindahan sel darah putih yang bergerak keluar dari
pembuluh darah. Tempat utama emigrasi leukosit adalah pertemuan antar-sel endotel.
Walaupun pelebaran pertemuan antar-sel memudahkan emigrasi leukosit, tetapi
leukosit mampu menyusup sendiri melalui pertemuan antar-sel endotel yang tampak
tertutup tanpa perubahan nyata.
Setelah meninggalkan pembuluh darah, leukosit bergerak menuju ke arah
utama lokasi jejas. Migrasi sel darah putih yang terarah ini disebabkan oleh pengaruhpengaruh kimia yang dapat berdifusi disebut kemotaksis. Hampir semua jenis sel
darah putih dipengaruhi oleh faktor-faktor kemotaksis dalam derajat yang berbedabeda. Neutrofil dan monosit paling reaktif terhadap rangsang kemotaksis. Sebaliknya
limfosit bereaksi lemah. Beberapa faktor kemotaksis dapat mempengaruhi neutrofil
maupun monosit, yang lainnya bekerja secara selektif terhadap beberapa jenis sel
darah putih. Faktor-faktor kemotaksis dapat endogen berasal dari protein plasma atau
eksogen, misalnya produk bakteri. Setelah leukosit sampai di lokasi radang, terjadilah
proses fagositosis. Meskipun sel-sel fagosit dapat melekat pada partikel dan bakteri
tanpa didahului oleh suatu proses pengenalan yang khas, tetapi fagositosis akan
sangat ditunjang apabila mikroorganisme diliputi oleh opsonin, yang terdapat dalam
serum (misalnya IgG, C3). Setelah bakteri yang mengalami opsonisasi melekat pada
permukaan, selanjutnya sel fagosit sebagian besar akan meliputi partikel, berdampak
pada pembentukan kantung yang dalam. Partikel ini terletak pada vesikel sitoplasma
yang masih terikat pada selaput sel, disebut fagosom. Meskipun pada waktu
pembentukan fagosom, sebelum menutup lengkap, granula-granula sitoplasma
neutrofil menyatu dengan fagosom dan melepaskan isinya ke dalamnya, suatu proses
yang disebut degranulasi. Sebagian besar mikroorganisme yang telah mengalami
pelahapan mudah dihancurkan oleh fagosit yang berakibat pada kematian
mikroorganisme. Walaupun beberapa organisme yang virulen dapat menghancurkan
leukosit.
Radang kronis
Radang kronis dapat diartikan sebagai inflamasi yang berdurasi panjang
(berminggu-minggu hingga bertahun-tahun) dan terjadi proses secara simultan dari
inflamasi aktif, cedera jaringan, dan penyembuhan. Perbedaannya dengan radang
akut, radang akut ditandai dengan perubahan vaskuler, edema, dan infiltrasi neutrofil
dalam jumlah besar. Sedangkan radang kronik ditandai oleh infiltrasi sel mononuklir
(seperti makrofag, limfosit, dan sel plasma), destruksi jaringan, dan perbaikan
(meliputi proliferasi pembuluh darah baru/angiogenesis dan fibrosis).
Radang kronik dapat timbul melalui satu atau dua jalan. Dapat timbul
menyusul radang akut, atau responnya sejak awal bersifat kronik. Perubahan radang
akut menjadi radang kronik berlangsung bila respon radang akut tidak dapat reda,
disebabkan agen penyebab jejas yang menetap atau terdapat gangguan pada proses
penyembuhan normal. Ada kalanya radang kronik sejak awal merupakan proses
primer. Sering penyebab jejas memiliki toksisitas rendah dibandingkan dengan
penyebab yang menimbulkan radang akut. Terdapat 3 kelompok besar yang menjadi
penyebabnya, yaitu infeksi persisten oleh mikroorganisme intrasel tertentu (seperti
basil tuberkel, Treponema palidum, dan jamur-jamur tertentu), kontak lama dengan
bahan yang tidak dapat hancur (misalnya silika), penyakit autoimun. Bila suatu
radang berlangsung lebih lama dari 4 atau 6 minggu disebut kronik. Tetapi karena
banyak kebergantungan respon efektif tuan rumah dan sifat alami jejas, maka batasan
waktu tidak banyak artinya. Pembedaan antara radang akut dan kronik sebaiknya
berdasarkan pola morfologi reaksi.
1.1.5
penting antara terjadinya jejas dengan fenomena radang. Meskipun beberapa cedera
pada
tahap
tertunda
yang
dipertahankan
pada
peningkatan
permeabilitas.
Serotonin (5-hidroksitriptamin) juga merupakan suatu bentuk mediator
vaasoaktif. Serotonin ditemukan terutama di dalam trombosit yang padat granula
(bersama dengan histamin, adenosin difosfat, dan kalsium). Serotonin dilepaskan
selama agregasi trombosit. Serotonin pada binatang pengerat memiliki efek yang
sama seperti halnya histamin, tetapi perannya sebagai mediator pada manusia
tidak terbukti.
b. Protease plasma
Berbagai macam fenomena dalam respon radang diperantarai oleh tiga
faktor plasma yang saling berkaitan yaitu sistem kinin, pembekuan, dan
komplemen. Seluruh proses dihubungkan oleh aktivasi awal oleh faktor
Hageman (disebut juga faktor XII dalam sistem koagulasi intrinsik). Faktor XII
adalah suatu protein yang disintesis oleh hati yang bersirkulasi dalam bentuk
inaktif hingga bertemu kolagen, membrana basalis, atau trombosit teraktivasi di
lokasi jejas endotelium. Dengan bantuan kofaktor high-molecular-weight
kininogen (HMWK)/kininogen berat molekul tinggi, faktor XII kemudian
mengalami perubahan bentuk menjadi faktor XIIa. Faktor XIIa dapat
membongkar pusat serin aktif yang dapat memecah sejumlah substrat protein.
Aktivasi sistem kinin pada akhirnya menyebabkan pembentukan
bradikinin. Bradikinin merupakan polipeptida yang berasal dari plasma sebagai
prekursor yang disebut HMWK. Prekursor glikoprotein ini diuraikan oleh enzim
penggumpalan
pada
keseluruhan
vaskular.
Plasminogen
activator (dilepaskan oleh endotel, leukosit, dan jaringan lain) dan kalikrein
adalah protein plasma yang terikat dalam perkembangan gumpalan fibrin. Produk
hasil dari keduanya yaitu plasmin, merupakan protease multifungsi yang
memecah fibrin.
Sistem komplemen terdiri dari satu seri protein plasma yang berperan
penting dalam imunitas maupun radang. Tahap penting pembentukan fungsi
biologi komplemen ialah aktivasi komponen ketiga (C3). Pembelahan C3 dapat
terjadi oleh apa yang disebut jalur klasik yang tercetus oleh pengikatan C1
pada kompleks antigen-antibodi (IgG atau IgM) atau melalui jalur alternatif yang
dicetuskan oleh polisakarida bakteri (misal, endotoksin), polisakarida kompleks,
vasodilatasi
dengan
cara
menginduksi
sel
mast
untuk
menjadi
5-HETE
(asam
5-hidroksieikosatetraenoik)
(sebagai
kemotaksis untuk neutrofil) atau diubah menjadi golongan senyawa yang disebut
leukotrien. Produk dari 5-HPETE adalah leukotrien (LT) A4 (LTA4), LTB4, LTC4,
LTD4, dan LTE5. LTB4 merupakan agen kemotaksis kuat dan menyebabkan
agregasi dari neutrofil. LTC4, LTD4, dan LTE4 menyebabkan vasokonstriksi,
bronkospasme, dan meningkatkan permeabilitas vaskular.
Lipoksin juga termasuk hasil dari jalur lipoksigenase yang disintesis
menggunakan jalur transeluler. Trombosit sendiri tidak dapat membentuk
lipoksin A4 dan B4 (LXA4 dan LXB4), tetapi dapat membentuk metabolit dari
intermediat LTA4 yang berasal dari neutrofil. Lipoksin mempunyai aksi baik prodan anti- inflamasi. Misal, LXA4 menyebabkan vasodilatasi dan antagonis
vasokonstriksi yang distimulasi LTC4. Aktivitas lainnya menghambat kemotaksis
neutrofil dan perlekatan ketika menstimulasi perlekatan monosit.
d. Produk leukosit
Granula lisosom yang terdapat dalam neutrofil dan monosit mengandung
molekul mediator inflamasi. Mediator ini dilepaskan setelah kematian sel oleh
karena peluruhan selama pembentukan vakuola fagosit atau oleh fagositosis yang
terhalang karena ukurannya besar dan permukaan yang tidak dapat dicerna.
Kalikrein yang dilepaskan dari lisosom menyebabkan pembentukan bradikinin.
Neutrofil juga merupakan sumber fosfolipase yang diperlukan untuk sintesis
asam arakidonat.
Di dalam lisosom monosit dan makrofag juga banyak mengandung bahan
yang aktif untuk proses radang. Pelepasannya penting pada radang akut dan
radang kronik. Limfosit yang telah peka terhadap antigen melepaskan limfokin.
Limfokin merupakan faktor yang menyebabkan penimbunan dan pengaktifan
makrofag pada lokasi radang. Limfokin penting pada radang kronik.
e. Mediator lainnya
Metabolit oksigen reaktif yang dibentuk dalam sel fagosit saat fagositosis
dapat luruh memasuki lingkungan ekstrasel. Diduga bahwa radikal-radikal bebas
yang sangat toksik meningkatkan permeabilitas vaskular dengan cara merusak
endotel kapiler. Selain itu, ion-ion superoksida dan hidroksil juga dapat
menyebabkan peroksidase asam arakidonat tanpa enzim. Akibatnya, akan dapat
terbentuk lipid-lipid kemotaksis.
Aseter-PAF merupakan mediator lipid yang menggiatkan trombosit. Hal
ini karena menyebabkan agregasi trombosit ketika dilepaskan oleh sel mast.
Selain sel mast, neutrofil dan makrofag juga dapat mensintesis aseter-PAF.
Aseter-PAF
meningkatkan
permeabilitas
vaskular,
adhesi
leukosit
dan
Nekrosis
1.2.1
Pengertian
Nekrosis dalam yunani disebut necroses adalah perubahan morfologis yang
menunjukkan kematian sel dan disebabkan oleh degradasi enzimatik yang progresif;
dapat mengenai sekelompok sel atau bagian struktur sel atau organ. (Dorland, 2011)
Nekrosis merupakan kematian sel sebagai akibat dari adanya kerusakan akut
atau trauma (misalnya: kekurangan oksigen, perubahan suhu yang ekstrem, dan
cedera mekanis), di mana kematian sel tersebut terjadi secara tidak terkontrol yang
dapat menyebabkan rusaknya sel, adanya respon peradangan dan sangat berpotensi
menyebabkan masalah kesehatan yang serius. Stimulus yang terlalu berat dan
berlangsung lama serta melebihi kapasitas adaptif sel akan menyebabkan kematian
sel di mana sel tidak mampu lagi mengompensasi tuntutan perubahan. Sekelompok
sel yang mengalami kematian dapat dikenali dengan adanya enzim-enzim lisis yang
melarutkan berbagai unsure sel serta timbulnya peradangan. Leukosit akan membantu
mencerna sel-sel yang mati dan selanjutnya mulai terjadi perubahan-perubahan secara
morfologis. Nekrosis biasanya disebabkan karena stimulus yang bersifat patologis.
Selain karena stimulus patologis, kematian sel juga dapat terjadi melalui mekanisme
kematian sel yang sudah terprogram di mana setelah mencapai masa hidup tertentu
maka sel akan mati. Mekanisme ini disebut apoptosis, sel akan menghancurkan
dirinya sendiri (bunuh diri/suicide), tetapi apoptosis dapat juga dipicu oleh keadaan
iskemia.
1.2.2
Klasifikasi
namun
reaksi
inflamasi.Iskemia(pembatasan
pasokandarah)
di
otak
5. Nekrosis
Caseousa
adalah
bentuk
spesifik
dari
nekrosis
koagulasi
Penyebab
4. Agens fisik
Trauma, suhu yang sangat ekstrem, baik panas maupun dingin, tenaga listrik,
cahaya matahari, tenaga radiasi. Kerusakan sel dapat terjadi karena timbul kerusakan
potoplasma akibat ionisasi atau tenaga fisik, sehingga timbul kekacauan tata kimia
potoplasma dan inti.
5. Kerentanan (hypersensitivity)
Kerentanan jaringan dapat timbul spontan atau secara didapat (acquired) dan
menimbulkan reaksi imunologik. Pada seseorang bersensitif terhadap obat-obatan
sulfa dapat timbul nekrosis pada epitel tubulus ginjal apabilaia makan obat-obatan
sulfa. Juga dapat timbul nekrosis pada pembuluh-pembuluh darah. Dalam imunologi
dikenal reaksi Schwartzman dan reaksi Arthus.
1.3 Adaptasi
1.3.1 Organisasi Sel
Karakteristik makhluk hidup adalah :
bereproduksi,
tumbuh,
melakukan
2. Membran inti, merupakan dua membrane yang saling mengelilingi. Pada kedua
membrane yg bersatu merupakan tempat yang permeabel sehingga hampir semua
zat yg larut dapat bergerak antara cairan inti dan sitoplasma.
3. Retikulum endoplasma, terdiri dari:
RE granular yang pada permukaannya melekat ribosom yg terutama
enzimatik sel.
4. Komplek golgi. Berhubungan dengan RE berfungsi memproses senyawa yg
ditransfer RE kemudian disekresikan.
5. Sitoplasma, yaitu suatu medium cair banyak mengandung struktur organel sel.
6. Mitokondria, adalah organel yg disediakan untuk produksi energi dalamsel. Di
sini dioksidasi berbagai zat makanan. katabolisme / pernafasan sel.
7. Lisosom, adalah bungkusan enzim pencernaan yg terikat membran dan
merupakan organ pencernaan sel
8. Sentriol, merupakan struktur silindris kecil yg berperan penting pada
pembelahan sel.
9. Inti, adalah pusat pengawasan atau pengaturan sel. Mengandung DNA
yangdisebut gen.
10. Nukleoli, merupakan struktur protein sederhana mengandung RNA.Jumlah dapat
satu atau lebih.
Sistem Fungsional Sel.
1. Penelanan dan pencernaan oleh sel.
Zat-zat dapat melewati membran dengan cara :
Difusi
transpor aktif melalui membrane
endositosis , yaitu mekanisme membrane menelan cairan ekstra sel dan
isinya. Terdiri dari : fagositosis (penelanan partekil besar oleh sel seperti
bakteri, partikel-partikel degenatif jaringan) dan pinositosis (menelan sedikit
cairan ekstra sel dan senyawa yang larut dalam bentuk vesikel kecil)
2. Ekstrasi energi dari zat gizi (fungsi mitokondria)
Oksigen menghasilkan energi yang dioksidasi dan zat gizi masuk dalam sel
digunakan untuk membentuk ATP. 1 ATP menghasilkan 8000 kalori.
1.3.2
Beradaptasi
Jejas / cidera reversible
Kematian
intra sel
Suhu rendah, gangguan suplai darah, vasokontriksi
Suhu tinggi membakar jaringan
Perubahan medadak tekanan atmosfer, menyebabkan gangguan perbekalan
darah untuk sel-sel. Tingginya gas-gas atmosfer yang berada dibawah tekanan
atmosfer darah yang jika mendadak kembali ke tekanan normal, zat-zat
tersebut akan terjebak keluar dari larutan secara cepat dan membentuk
gelembung-gelembung jejas hipoksia, menyumbat aliran darah dalam sirkulasi
mikro.
Tenaga radiasi, jejas akibat ionisasi langsung senyawa kimia yang ada didalam
sel atau karena ionisasi sel yg menghasilkan radikal panas yg secara
Adaptasi Sel
Bentuk reaksi sel jaringan organ / sistem tubuh terhadap jejas antara lain :
1. Retrogresif, jika terjadi proses kemunduran (degenerasi/ kembali kearah yang
kurang kompleks).
2. Progresif, berkelanjutan berjaklan terus kearah yang lebih buruk untuk penyakit
3. Adaptasi (penyesuaian) : atropi, hipertropi, hiperplasi, metaplas
4. Sel-sel menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan mikronya.
Atropi
Yaitu suatu pengecilan ukuran sel bagian tubuh yang pernah berkembang
sempurna dengan ukuran normal. Atropi merupakan bentuk reaksi adaptasi.
Penyebab
atropi
adalah
berkurangnya
beban
kerja,
hilangnya
persarafan,
Patologik (pasca peradangan), misal keadaan kurus kering akibat marasmus dan
kwashiorkor, emasiasi / inanisi (menderita penyakit berat), melemahnya fungsi
pencernaan atau hilangnya nafsu makan
Umum atau local. penurunan aktivitas endokrin dan pengaruhnya atas target sel dan
target organ.
Hipertropi
Yaitu peningkatan ukuran sel dan perubahan ini meningkatkan ukuran alat
tubuh. Ukuran sel jaringan atau organ yg menjadi lebih besar dari ukuran normalnya.
Terjadi pada organ yang tidak mempunyai kemampuan replikasi misalnya otot
jantung, otot kerangka. Penyebabnya adalah akibat beban kerja organ atau jaringan
yang berlebihan.
Hiperplasia
Yaitu peningkatan jumlah sel (bertambah banyak) yang terjadi pada jaringan
yang dapat bereplikasi. Misalnya : Hipeplasia endometrium, prostat BPH (Benignt
Prostat Hipertrofi).
Metaplasia
Ialah bentuk adaptasi terjadinya perubahan sel matur jenis tertentu menjadi sel
matur jenis lain yang sifatnya reversibel. Misalnya: sel epitel torak endoservik daerah
perbatasan dengan epitel skuamosa, sel epitel bronchus perokok.
Displasia
Sel dalam proses metaplasia berkepanjangan tanpa mereda dapat mengalami
ganguan polarisasi pertumbuhan sel reserve sehingga timbul keadaan yang disebut
displasia. Sel yang mengalami displasia akan mengalami perubahan bentuk, susunan,
dan ukuran.
Degenerasi
Yaitu keadaan terjadinya perubahan biokimia intraseluler yang disertai
perubahan morfologik, akibat jejas non fatal pada sel. Dalam sel jaringan terjadi :
vakuola intra sel. Kemunduran ini disebut degenerasi vakuoler atau hidrofik.
Reaksi sel terhadap jejas yang masih reversible disebut degenerasi
Reaksi sel terhadap jejas yang ireversible menuju kematian disebut nekrosis
degenerasi
dan
Infiltrasi
Infiltrasi merupakan bentuk retrogresi dengan penimbunan metabolit sistemik
pada sel normal.