Anda di halaman 1dari 6

EVAPORASI

A. Pengertiandan Prinsip-prinsip Evaporasi


Evaporasi atau penguapan secara umum dapat didefinisikan dalam
dua kondisi, yaitu:
(1) evaporasi yang berarti proses penguapan yang terjadi secara alami,
dan
(2) evaporasi yang dimaknai dengan proses penguapan yang timbul
akibat diberikan uap panas (steam) dalam suatu peralatan.
Dari pengertian yang kedua, maka evaporasi dapat diartikan sebagai
proses penguapan cairan (liquid) dengan penambahan panas. Panas
dapat disuplai dengan berbagai cara, diantaranya secara alami dan
penambahan steam. Evaporasi didasarkan pada proses pendidihan secara
intensif, yaitu:
(1) pemberian panas ke dalam cairan,
(2) pembentukan gelembung-gelembung (bubbles) akibat uap,
(3) pemisahan uap dari cairan, dan
(4) mengkondensasikan uapnya
Evaporasi
atau
penguapan
juga
dapat
didefinisikan
sebagai
perpindahan kalor ke dalam zat cair yang mendidih.Jadi, evaporasi
merupakan perubahan wujud zat dari cair menjadi uap. Penguapan
ini umumnya bertujuan memisahkan pelarut (solven) dari larutan
sehingga
menghasilkan larutan
yang lebih pekat bahkan hingga
memperoleh zat padat atau cairan bebas pelarutnya. Evaporasi
merupakan proses pemisahan termal, dipakai secara luas untuk
memekatkan cairan dalam bentuk larutan, suspensi, maupun emulsi
dengan cara menguapkan pelarutnya, umumnya air atau cairan. Yang
sering dilakukan, evaporasi menghasilkan cairan yang lebih pekat, tetapi
masih berupa cairan pekat yang dapat dipompa sebagai hasil utama,
meski
kadang-kadang ada pula cairan volatil sebagai hasil utama,
misalnya selama pemulihan pelarut. Ditinjau dari prosesnya, proses
evaporasi adalah proses berubahnya suatu zat yakni zat cair menjadi
zat gas atau uap air.
Perubahan fasa zat ini melibatkan sejumlah energi dalam bentuk kalor
pada prosesnya. Energi ini dapat diperoleh dari panas matahari
(radiasi), dari atmosfer (konduksi), atau dari bumi itu sendiri
(konduksi).
Proses
evaporasi
ini merupakan
salah
satu tahap
terjadinya hujan. Manusia memanfaatkan proses evaporasi untuk
berbagai kebutuhan, misalnya proses pembuatan garam. Air laut
dipanaskan, hingga molekul airnya meninggalkan fasa cair atau
menguap. Dengan menguapnya air, maka kandungan garam akan
tertinggal sebagai endapan garam.

Beberapa istilah yang seringkali identik dengan evaporasi, bahkan


terkadang memang mempunyai hasil yang sama. Namun demikian,
jika dicermati mempunyai perbedaan. Istilah yang dimaksud adalah:
1. Evaporasi vs pengeringan
Evaporasi tidak sama dengan pengeringan, dalam evaporasi sisa
penguapan adalah zat cair kadang-kadang zat cair yang sangat
vuskos dan bukan zat padat. Perbedaan lainnya adalah, pada
evaporasi cairan yang diuapkan dalam kuantitas relatif banyak,
sedangkan pada pengeringan sedikit.
2. Evaporasi vs distilasi
Evaporasi juga berbeda dengan distilasi, karena uapnya biasa
dalam komponen tunggal, dan walaupun uap itu dalam bentuk
campuran, dalam proses evaporasi ini tidak ada usaha untuk
memisahkannya
menjadi
fraksi-fraksi.
Selain
itu,
evaporasi
biasanya digunakan untuk menghilangkan pelarut-pelarut volatil,
seperti air, dari pengotor nonvolatil. Contoh pengotor nonvolatil
seperti
lumpur
dan
limbah
radioaktif.
Sedangkan
distilasi
digunakan untuk pemisahan bahan-bahan nonvolatil.
3. Evaporasi vs kristalisasi
Evaporasi berbeda dengan kristalisasi dalam hal pemekatan larutan
dan bukan pembuatan zat padat atau kristal. Evaporasi hanya
menghasilkan lumpur kristal dalam larutan induk (mother liquor).
Evaporasi secara luas biasanya digunakan untuk mengurangi volume
cairan atau slurry atau untuk mendapatkan kembali pelarut pada
recycle. Cara ini biasanya menjadikan konsentrasi padatan dalam
liquid semakin besar sehingga terbentuk kristal.
Evaporasi dilaksanakan dengan cara menguapkan sebagian dari
pelarut pada titik didihnya, sehingga diperoleh larutan zat cair pekat
yang konsentrasinya lebih tinggi. Uap yang terbentuk pada evaporasi
biasanya hanya terdiri dari satu komponen, dan jika uapnya berupa
campuran umumnya tidak diadakan usaha untuk memisahkan komponenkomponennya. Dalam evaporasi zat cair pekat merupakan produk yang
dipentingkan,
sedangkan
uapnya biasanya
dikondensasikan
dan
dibuang. Disinilah letak perbedaan antara evaporasi dan distilasi.
Namun juga seringkali evaporasi dapat dikatakan sama dengan
distilasi dalam
proses
penguapan
cairan,
dan
uap
biasanya
dikondensasikan untuk mendapatkan kembali cairan dengan komposisi
yang berbeda. Secara historis, evaporasi biasa digunakan sebagai
teknik pembuangan limbah yang terlarut dalam larutan, slurry, dan
lumpur (sludge). Limbah dipompakan ke dalam bak dimana terjadi
evaporasi akibat pengaruh dari radiasi matahari.Ketika bak/kolam
penuh berisi residu, jelas terlihat bahwa sebagian besar padatan
limbah adalah tanah dan tanaman-tanaman yang membusuk.

Evaporasi dan kristalisasi juga saling berhubungan, karena dalam


beberapa industri, kristalizer menggunakan prinsip evaporasi untuk
mendapatkan kristal dari larutan. Dalam beberapa industri garam
organik
dan anorganik
skala
besar
sangat
bergantung
pada
evaporator-kristalizer untuk mengontrol kemurniaannya, dan distribusi
ukuran partikel. Jenis produk yang diperoleh dengan cara ini adalah
gula. Titik didih cairan yang diuapkan pada evaporasi dapat dikontrol
dengan mengatur tekanan pada permukaan uap-cair. Artinya,
jika
penguapan
terjadi
pada
temperatur
tinggi,
maka
evaporator
dioperasikan pada tekanan tinggi pula.
Beberapa evaporasi dalam industri secara normal bekerja pada
tekanan vakum untuk meminimalkan kebutuhan panas. Pada proses
pendidihan secara alami, perubahan titik didih sebagai perubahan
temperatur dapat ditingkatkan. Beberapa tipe pendidihan yang
berbeda mempunyai koefisien perpindahan panas yang berbeda pula.
Tipe-tipe tersebut adalah:
(1) pendidihan secara konveksi alami
(2) pendidihan nukleat
(3) pendidihan film
Pendidihan konveksi alami terjadi ketika cairan dipanaskan pada
permukaannya. Pada tipe ini, koefisien perpindahan panas meningkat
dengan perubahan temperatur, tetapi relatif lambat. Pada pendidihan
nukleat terbentuk gelembung-gelembung uap pada interface cairan
dan padatan dari permukaan perpindahan panas. Pendidihan pada
tipe ini terjadi dalam sebuah ketel atau reboiler thermosifon yang
digunakan pada proses industri. Koefisien perpindahan panas pada tipe
ini lebih besar. Pendidihan film terjadi ketika perubahan temperature
sangat tinggi dan penguapan terjadi secara berkesinambungan pada
permukaan perpindahan panas. Koefisien perpindahan panas meningkat
seiring dengan meningkatnya perubahan temperatur. Namun, nilai
koefisien perpindahan panasnya lebih rendah jika dibandingkan
pendidihan nukleat.
B. Penggolongan Proses Evaporasi
Penggolongan proses evaporasi dibagi menjadi 2 macam,
(1) Evaporasi tipe lapisan tipis (film). Tipe ini melibatkan lapisan tipis
hasil melalui permukaan perpindahan panas, untuk menghasilkan
tahanan minimal pada perpindahan panas.
(2) Evaporasi tipe tekanan tinggi. Tipe ini melibatkan pemanasan tinggi
suatu produk di atas titik didih normalnya, dengan cara menambahkan
tekanan sehingga tak terjadi pedidihan pada badan evaporator. Proses
ini umumnya dikenal sebagai prinsip pemanasan dan kilat.

C. Manfaat Digunakannya Evaporasi


a) Produk perlu mempunyai konsentrasi bahan non volatil yang tinggi
b)
Mutu dan stabilitas produk itu dapat diperbaiki dengan
menghilangkan air
c) Mengurangi volume fluida akan mengurangi biaya transportasi dan
penyimpanan
d) Menghilangkan air akan mengurangi biaya penanganan limbah
e) Memekatkan larutan agar dapat digunakan kembali
f) Daur-ulang fluida yang dimurnikan dengan pengembunan uap
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kerja Evaporator
(1) Konsentrasi dalam Cairan. Umumnya liquida masuk evaporator dalam
keadaan encer, juga semakin pekat larutan, semakin tinggi pula titik
didih larutan dan untuk ini harus diperhatikanadanya kenaikan titik
didih (KTD).
(2) Kelarutan solute dalam larutan. Makin pekat konsentrasi larutan,
maka makin besarpula jumlah terlarut (solute), sehingga batas hasil
kali kelarutan dapat terlampaui, yang akibatnya terbentuk Kristal
solute.
Jika
dengan adanya hal ini, dalam evaporasi harus
diperhatikan batas konsentrasi solute yang maksimal yang dapat
dihasilkan oleh proses evaporasi. Pada umumnya, kelarutan suatu
gram/solid makin besar dengan makin tingginya suhu, sehingga
pada waktu drainage dalam keadaan dingin dapat terbentuk
Kristal yang dalam hal ini akan merusak evaporator. Jadi harus
diperhatikan suhu drainage.
(3) Sensitifitas materi terhadap suhu dan lama pemansan. Beberapa
zat materi yang dipekatkan dalam evaporator tidak tahan terhadap
suhu tinggi atau terhadap pemanasan yang terlalu alam. Misalnya
bahan-bahan biologis seperti susu, orange, juice, sari sayuran,
bahan-bahan farmasi dan sebaginya. Jadi untuk zat-zat semacam
ini
diperlukan
suatu
cara
tertentu untuk mengurangi waktu
pemanasan dan suhu operasi.
(4) Pembentukan buih dan percikan. Kadang-kadang beberapa zat,
seperti larutan NaOH, skim milk dan beberapa asam lemak akan
menimbulkan buih. Busa yang cukup banyak selama penguapan
disertai dengan percikan-percikan liquida yang tinggi. Buih/percikan ini
dapat terbawa oleh uap yang keluar dari evaporator dan akibatnya
terjadi kehilangan. Jadi harus diusahakan pencegahannya.
(5) Pembentukan Kerak. Banyak larutan yang sifatnya mudah
membentuk kerak/endapan. Dengan terbentuknya kerak ini akan
mengurangi overall heat transfer coefficient, jadi diusahakan
konsentrasi/tekhnik
evaporator yang
tepat,
karena
biaya
pembersihan kerak akan memakan waktu dan biaya.

E. Tipe-tipe Evaporator
(1) Berdasarkan perpindahan panasnya
(a) Pesawat yang langsung dipanaskan dengan api.
(b) Pesawat dengan media pemanas dalam suatu jaket.
(c) Pesawat yang dipanaskan dengan fluida melalui bidang pemanas
pipa-pipa.
(2) Tipe evaporator yang banyak dijumpai
(a) Evaporator Film Jatuh(Falling Film Evaporators)
Prinsip kerja Evaporator film jatuh menggunakan sirkulasi alamiah:
Umpan masuk di bagian atas pesawat kemudian tersebar dalam
susunan pipa melalui bagian dalamtiap-tiap pipa. Di dalam kasus
ini
baik
cairan maupun
uap
bergerak
turun,
tabung
dibasahisecara merata untuk menghindari pembentukan kerak.
Adanya lapisan tipis sepanjang tabung mengurangi kerusakan dan
waktu tinggal. Uap (vapour) mengalir bersama dengan
kukus
(steam) sehingga perpindahan panas berlangsung efektif. Uap
dan
sebagian
cairan
dipisahkan
dalam
pemisah
siklon.
Pengaturan multi efek menghemat pemakaian kukus (steam).
Penggunaan Evaporator Film Jatuh. Pemekatan larutan encer dari
produk-produk sensitif panas yang mengandung air atau pelarut
organik, misalnya: Pemekatan dan distilasi vakum; Ekstrak industri
filtrasi dalam air dan pelarut organik; Produk-produk sensitif panas
dalam pelarut; Sebagai pendidih ulang untuk kolom distilasi,
membawa produk sensitif panas.
(b) Evaporator Film Naik (Rising Film Evaporators)
Prinsip operasi aliran langsung adalah cairan mendidih dialirkan
dalam tabung-tabung vertikal dengan bantuan tenaga pompa yang
kuat. Evaporator film naik adalah solusi sederhana untuk
pemekatan, pengurangan volume cairan-cairan yang kepekaan
panasnya. Sedang cairan dan uap air dipisahkan di dalam mesin
pemisah tofan. Pengaturan multi efek sangat menghemat energi dari
boiler (steam). Penggunaan Evaporator Film Naik. Penggunaan
pesawat ini, umumnya untuk pemekatan larutan encer yang
mengandung air dan pelarut organik, misalnya: Pemulihan pelarut
tercemar, Perlakuan air limpahan, Ekstrak tanaman dalam air atau
pelarut organik, dan Sebagai pendidih ulang dalam kolom distilasi.
(c) Evaporator Sirkulasi Paksa(Forced Circulation Evaporators)
Tipe ini digunakan ketika permukaan-permukaan pemanasan, oleh
karena itu perlu disirkulasi ulang dengan cepat melalui pipa
cairan antara bagian atas dan pemisah kilat. Kecepatan tinggi
dalam tabung kondensor mencegah pendidihan dalam tabung dan
menaikkan secara kilat dalam pemisah. Mengurangi waktu

perpindahan
panas
atau kristalisasi ketika cairan naik
konsentrasinya. Beberapa penggunaan evaporator jenis jenis ini
adalah pemekatan pendahuluan cairan sebelum pengeringan;
kristalisasi evaporative; pemekatan air limpahan untuk pengurangan
volume; pemekatan larutan garam organik dan anorganik.
(d) Evaporator Plat(Plate Evaporators)
(e) Evaporator Pemampatan Kembali Uap (Thermal and Mechanical
Vapor Recompression (TVR & MVR))
F. Penggunaan Evaporasi
Evaporasi banyak digunakan dalam industri kimia dan industri makanan.
Pada industri kimia, contohnya garam diperoleh dari air asin (air
laut) (merupakan contoh dari proses pemurnian) dengan evaporasi.
Evaporasi juga digunakan
untuk
memproduksi
air
minum,
memisahkannya dari air laut atau zat kontaminasi lain. Evaporator
dapat juga digunakan untuk memisahkan sebuah zat yang terlarut
dalam suatu pelarut dimana diantara keduanya terdapat perbedaan
titik didih. Perbedaan suhu inilah yang digunakan untuk memisahkan
keduanya. Kegunaan lain dari proses evaporasi adalah sbb
1. Pemekatan Bahan (Product concentration): pemekatan larutan NaOH,
larutan KNO3, larutan NaCl, larutan nira, dan lain-lain.
2.
Pengeringan umpan sebelum pemekatan (Dryer feed preconcentration).
3. Pengurangan Volume (Volume reduction).
4. Pemulihan air/pelarut (Water/solvent recovery).
5. Pengkristalan (Crystallization).
6. Industri pemrosesan makanan (food products).
7. Produk farmasi dan obat-obatan (pharmaceutical products).
8. Industri bahan kimia dan petrokimia.
9. Produk-produk lingkungan (environmental products).
10. Cairan non makanan (non-food liquids).
11. Tekstil, pewarna, dan pewarna antara.
12. Plastisida dan agrokimia.
13. Industri makanan: industri susu (dairy products), industri kopi,
ekstrak jus buah, industri protein ikan, cairan makanan (foodliquids).

Anda mungkin juga menyukai