Sistem Pertanian Berkelanjutan Gambaran Kecil Untuk
Sistem Pertanian Berkelanjutan Gambaran Kecil Untuk
UNTUK INDONESIA
April 2, 2010 Disimpan dalam PENDIDIKAN
1.
A. Pendahuluan
Pada hikikatnya sistem pertanian berkelanjutan adalah kembali kepada alam, yaitu sistem pertanian yang
tidak merusak, tidak mengubah, serasi, selaras dan seimbang dengan lingkungan atau pertanian yang patuh
dan tunduk pada kaidah-kaidah alamiah. Kata berkelanjutan sekarang ini digunakkan secara meluas dalam
lingkup program pembangunan, keberlanjutan dapat diartikan sebagai menjaga agar suatu upaya terus
berlangsung, kemampuan untuk bertahan dan menjaga agar tidak merosot. Dalam konteks pertanian,
keberlanjutan adalah pengelolaan sumberdaya yang berhasil untuk usaha pertanian guna membantu
kebutuhan manusia yang berubah sekaligus mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan dan
melestarikan sumber daya alam.
Upaya manusia yang mengingkari kaidah-kaidah ekonomi dalam jangka panjang biasanya hanya akan
berakhir dengan kehancuran lingkungan, sekitar pertngahan tahun tujupuluhan duni diguncng dua krisis
yaitu krisis energi dan krisis lingkunganm saat itu permintaan pasokan akan minyak bumi tinggi isedangkan
pasokan cadangan minyak bumi terbatas, dan produksi rata-rata dilkukkan di negra timur tengah, sehingga
mengakibatkan inflasi yang cukup tinggi, bagi negara-negara industri dan devisa bagi pemproduksi minyak.
Pada saat yang sama dunia dilanda krisis lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran berat, terutama
hasil pembakaran petroleum dari kendaraan bermotor, mesin-mesin industri berat, dan sebgainya. Selain itu
didunia pertanian terdapat booming pupuk kimia, obat-obatan pemberantas hama dan penyakit serta mesinmesin pertanian berbahan bakar solar. Ternyata masuknya energi dari luar ekosistem memberikan dampak
buruk baik anasir-anasir lingkungan dan membahayakan atau mengancam manusia.
1.
B. Pembahasan
Di negara-negar barat, setelah revolusi industri, industri pertanian memnag didominasi oleh teknologi
modern, dengan menggunakkan pupuk kimia, pestisida, dan bahan kimia lainnya. Dimana dahulu arus
pemikiran utamanya adalah bahwa dengan penggunaan alat modern maka akan meningkatkan produktivitas
pertanian secara signifikan sehingga bisa meningkatkan keuntungan agribisnis yang cukup besar, seingga
melupakan dampak eksternalitas negatif yang dtimbukannya. Sektor ini dipascu untuk menghasilkan bahan
baku bagi agroindustri dan lahan kebutuhan pangan.
Namun demikian terdapat kesadaran baru pada tahunn1920-an untuk mempertimbangkan aspek biologis
dan ekologis dalam pengelolaan industri-indistri pertanian. Amerika serikat memulai di tahun 1930-an
dengan memunculkan konsep eco agriculture (pertanian lingkungan) sebagai solusi atas kemuduran
produktivitas lahan dan bencana erosi. Pada tahun 1940an, mulai terdapat
kesinambungan anatara
teknologi kimia dan bilogi, melalui konsep pengendalian hayati hama dan penyakit (biological control for
pest and diseases)
Setelah perang dunia II penggunaan bahan kimia dan rekayasa teknologi meningkat lagi dan mencapai
puncaknya pada tahun 1970-an., dimana pada tahun yang sama terjadi krisis energi. Semua negara
berlomba-lomba memacu produktivitas industri pertanian untuk memenuhi bahan baku agroindustri.
Semangat berkompetisi melahirkan teknologi-teknologi baru didunia pertanian seperti rekayasa genetika,
kultur jaringan, dan teknologi canggih pertanian.
Dinegara-negara selatan seperti Indonesia, dicanangkan program intensiifikasi usaha tani, khususnya padi
sebagai makanan pokok, dengan mendorong pemakaina benih varietas unggul (high variety vield), pupuk
kimia dan obat-obatan pemeberantas hama dan penyakit. Kebijakkan pemerintah saat itumemang secara
jelas merekomondasaikan penggunaan energi luar yang dikenal dengan paket Panca Usaha Tani, yang salah
satunya menganjurkan penggunaan pupuk kimia dan pestisida.
kesejahteraan manusia. Conway (1984) juga menggunakan istilah pertanian berkelanjutan dengan agro
ekosistem
yang
berupaya
memadukan
antara
produktivitas
(productivity), stabilitas (Stability), Pemerataan (equlity), jadi semakin jelas bahwa konsep agroekosistem
atau pertanian berkelanjutan adalah jawaban kegamangan dampak green revolution anatara lain di
tenggarai oleh semakin merosotnya produktivitas pertanian (leaffing off).
Kegagalan
pertanian
modern
memaksa
pakar
pertanian
dan
lingkungan
berpikir
keras
dan
mencobamerumuskan kembali sistem pertanian ramah lingkungan atauback to nature. Jadi sebenarnay
sistem pertaninan berkelanjutan merupakan paradigma lama yang mulai diaktualisasikan kembali menjelang
masuk abad ke 21 ini. Hal ini merupakan fenomena keteraturan siklus alamiah sesuai dengan pergantian
abad.
Saat ini, negara-negara barat dilanda gelombang budaya teknologi tinggi (information technology) yang
disertai pesatnya penggunaan teknologi super canggih dalam bidang telekomunikasi, misalnya penemuan
internet, telepon seluler, dan lain sebagainya. Sementara, negara-negara selatan masih berada dalam masa
transisi dari gelombang budaya pertanian ke gelombang budaya industri. Teknologi yang diadopsi oleh
masyarakat manusia turut menentukkan semangat, corak, sifat, struktur, serta proses ekonomi, sosial, dan
budaya.
Ada dua peristiwa penting yang melahirkan paradigma baru sistem pertanian berkelanjutan, peristiwa
pertama adalah laporan Brundland dari komisi Dunia tentang Lingkungan dan Pembangunan pada tahun
1987, yang mendefinisikan dan berupaya mempromosikan paradigma pembangunan berkelanjutan.
Peristiwa kedua adalah konfrensi dunia di Rio de Jeneri Brazil pada tahun 1992, yang memuat pembahasan
agenda 21 dengan mempromosikan Sustainable Agriculture and Rural Development (SARD) yang membawa
pesan
moral
pada
dunia
bahwa without
better
enviromental
stewardship,
development
will
be
underminedberbagai agenda penting termasuk pembahasan bidang yang termasuk dalam pembahasan
bidang pertanian dalam konferensi tersebut antara lain sebagai berikut :
1.
(pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, peikanan, dan peternakan) untuk jangka
panjang, bagi kelangsungan kehidupan manusia.
2.
3.
Memenimalkan damapak negatif aktivitas usaha pertanian yang dapat merugikan bagi kesuburan
lahan dan kesehatan manusia.
4.
Mewujudkan keadilan sosoal antardesa dan antar sektor dengan pendekatan pembangunan
pertanian berkelanjutan.
Memasuki abad 21 ini, kesadaran akan ertabiab yang anah lingkungan semakin meningkat, sejalan dengan
tuntuan era globalisasi dan perdagangan bebas, ha ini terutama sekali dirasakan di negara-negara maju,
misalnya negara-negara Amerika dan negara-negara Eropa. Smsentara itu negara-negara berkembang
misalnya Indonesia, tampaknya masih terpuruk an berkutat dengan dampak negatif green revolution.
Lahan-lahan sawah di pulau Jawa sebagai sentra produksi padi menunjukkan indikasi adanya oenuruanan
produktifitas. Sawah-sawah mengalami kejenuhan berat atau pelandaian produktivitas karena pemakain
pupuk kimia dan obat-obatan yang sudah melampaui ambang batas normal.
Konsep pertanian yang berkelanjutan terus berkembang, diperkaya dan dipertajam dengan kajian
pemikiran, model, metode, dan teori berbagai disiplin ilmu sehingga menjadi suatu kajian ilmu terapan yang
diabadikan bagi kemaslahatan umat manusia untuk generasi sekarang dan mendatang. Pertanian
berkelanjutan dengan pendekatan sistem dan besifat holistik mempertautkan berbagai aspek atau gatrs dan
disiplin ilmu yang sudah mapan antara lain agronomi, ekologi, ekonomi, sosial, dan budaya.
Sistem pertanian berkelanjutan juga beisi suatu ajakan moral untuk berbuat kebajikkan pada lingkungan
sumber daya alam dengan memepertimbangkan tiga matra atau aspek sebagai berikut
1.
Kesadaran Lingkungan (Ecologically Sound), sistem budidaya pertanian tidak boleh mnyimpang dari
sistem ekologis yang ada. Keseimbanganadalah indikator adanya harmonisasi dari sistem ekologis
yang mekanismena dikendalikanoleh hukum alam.
2.
Bernilai ekonomis (Economic Valueable), sistem budidaya pertanian harus mengacu pada
pertimbangan untung rugi, baik bagi diri sendiri dan orang lain, untuk jangka pandek dan jangka
panjang, serta bagi organisme dalam sistem ekologi maupun diluar sistem ekologi.
3.
Berwatak sosial atau kemasyarakatan (Socially Just), sistem pertanian harus selaras dengan normanoma sosial dan budaya yang dianut dan di junjung tinggi oleh masyarakat disekitarnya sebagai
contoh seorang petani akan mengusahakan peternakan ayam diperkaangan milik sendiri. Mungkin
secra ekonomis dan ekologis menjanjikkan keuntungan yang layak, namun ditinjau dari aspek sosial
dapat memberikan aspek yang kurang baik misalnya, pencemaran udara karena bau kotoran ayam.
Norma-norma sosial dan budaya harus diperhatikan, apalagi dalam sistem pertanian berkelanjutan di
Indonesia biasanya jarak antara perumahan penduduk dengan areal pertanian sangat berdekatan. Didukung
dengan tingginya nilai sosial pertimbangan utama sebelum merencanakan suatu usaha pertanian dalam arti
luas.
1.
2.
3.
4.
5.
Sejak tahun 1980an kajian dan diskusi untuk merumuskan konsep pembangunan berkelanjutan yang
operasional dan diterima secara universal terus berlanjut. Pezzy (1992) mencatat, 27 definisi konsep
berkelanjutan dan pembangunan berkelanjutan, dan tettunya masih ada banyak lagi yang luput dari catatan
tersebut. Walau banyak variasi definisi pembangunan berkelanjutan, termasuk pertanian berkelanjutan,
yang diterima secara luas ialah yang bertumpu pada tiga pilar: ekonomi, sosial, dan ekologi (Munasinahe,
1993).
Dengan
keberlanjutan,
perkataan
yaitu:
lain,
konsep
keberlanjutan
pertanian
usaha
berkelanjutan
ekonomi(profit),
berorientasi
keberlanjutan
pada
tiga
kehidupan
dimensi
sosial
Dimensi ekonomi berkaitan dengan konsep maksimisasi aliran pendapatan yang dapat diperoleh dengan
setidaknya mempertahankan asset produktif yang menjadi basis dalam memperoleh pendapatan tersebut.
Indicator utama dimensi ekonomi ini ialah tingat efisiensi dan daya saing, besaran dan pertumbuhan nilai
tambah dan stabilitas ekonomi. Dimensi ekonomi menekankan aspek pemenuhan nebutuhan ekonomi
manusia baik untuk generasi sekarang ataupun mendatang.
Dimensi sosial adalah orientasi kerakyatan, berkaitan dengan kebutuhan akan kesejahteraan sosial yang
dicerminkan oleh kehidupan sosial yang harmonis (termasuk tercegahnya konflik sosial), preservasi
keragaman budaya dan modal sosio-kebudayaan, termasuk perlindungan terhadap suku minoritas. Untuk
itu, pengentasan kemiskinan, pemerataan kesempatan berusaha dan pendapatan, partisipasi sosial politik
dan stabilitas sosial budaya merupakan indikator-indikator penting yang perlu dipertimbangkan dalam
pelaksanaan pembangunan.
Dimensi lingkungan alam menekankan kebutuhan akan stabilitas ekosistem alam yang mencakup sistem
kehidupan biologis dan materi alam. Termasuk dalam hal ini ialah pterpeliharanya keragaman hayati dan
daya lertur bilogis, sumber daya tanah, air dan agroklimat, serta kesehatan dan kenyamanan lingkungan.
Penekanan dilakukan pada preservasi daya lentur dan dinamika ekosistem untuk beradaptasi terhadap
perubahan bukan pada konservasi sustu kondisi ideal statis yang mustahil dapat diwujudkan. Ketiga dimensi
tersebut saling mempengaruhi sehinnga ketiganya harus dipertimbangkan secara berimbang. Sistem sosial
yang stabil dan sehat serta sumberdaya alam dan lingkungan merupakan basis untuk kegiatan ekonomi,
sementara kesejahteraan ekonomi merupakan prasyarat untuk terpeliharanya stabilitas sosial budaya
maupun kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hisup. Sistem sosial yang tidak stabil atau sakit akan
cenderung menimbulkan tindakan yang merusak kelestarian sumber daya alam dan merusak kesehatan
lingkungan, sementara ancaman kelestarian sumber daya alam dan lingkungan dapat mendorong terjadinya
kekacauan dan penyakit sosial.
Dalam perspektif dinamis jangka panjang terdapat dua skenario ekstrim yang mungkin terjadi. Pertama,
skenario mala petaka yakni terjadinya spiral atau lingkaran resesi ekonomi-penyakit sosial-degradasi alam.
Resesi ekonomi yang dicirikan oleh pertumbuhan negative perekonomian dalam waktu yang cukup lama
berdampak pada semakin meluasnya revelensi kemiskinan dan rawan pangan. Tekanan kemiskinan dan
ancaman kelaparan mendorong timbulnya berbagai penyakit sosial seperti pencurian dan bahkan kekacauan
sosial, selanjutnya mendorong masyarakat melakukan eksploitasi berlebihan terhadap sumber daya alam
sehingga kapasitas produksi sumber daya alam mengalami degradasi dan kesehatan lingkungan makin
memburuk. Menurunnya kualitas sumber daya manusia, modal sosial dan kapasitas produksi sumber daya
alam menyebabkan resesi ekonomi berlanjut makin parah, dan demikian seterusnya.
Perekonomian yang tumbuh cukup pesat memungkinkan investasi untuk peningkatan kualitas sumber daya
manusia serta perluasan dan perbaikan modal sosial. Terpenuhinya kebutuhan hidup dan sosial mendorong
terjadinya proses internalisasi kebutuhan akan kenyamanan lingkungan hidup dan kelestarin sumber daya
alam. Sumber daya manusia, sosial, alam dan lingkungan yang semakin baik selanjutnya akan dapat
mempertahankan
pertumbuhan
ekonoimi
berkalanjutan
selanjutnya
akan
dapat
mempertahankan
pertumbuhan ekonomi berkelanjutan sehingga tercipta kondisi ideal yakni zaman keemasan adil dan
makmur.
Visi pembangunan (pertanian) berkelanjutan ialah terwujudnya kondisi ideal skenario kondisi zaman
keemasan, yang dalam bahasa konstitusi Indonesia disebut adil dan makmur, dan mencegah terjadinya
lingkaran malapetaka kemelaratan. Visi ideal tersebut diterima secara universal sehingga pertanian
berkelanjutan (sustainable agriculture) menjadi prinsip dasar pembangunan pertanian secara global
termasuk di Indonesia. Oleh karena itulah pengembangan sistim pertanian menuju usaha tani berkelanjutan
merupakan salah satu misi utama pembangunan pertanian di Indonesia.
Perspektif pertanian berkelanjutan telah tersosialisasi secara global sebagai arah ideal pembangunan
pertanian. Pertanian berkelanjutan bahkan kini tidak lagi sekedar wacana melainkan sudah menjadi gerakan
global. Pertanian berkelanjutan telah menjadi dasar penyusunan protocol aturan pelaksanaan (rules of
conduct) atau standar prosedur operasi Praktek Pertanian yang Baik (Good Agricultur Practices = GAP)
sebagai sebuah gerakan global maka praktek pertanian berkelanjutan menjadi misi bersama komunitas
internasional, negara, lembaga pembangunan, organisasi swadaya masyarakat dan lembaga konsumen
internasional turut mendorong dan mengawasi pelaksanaan prinsip pertanian berkelanjutan tersebut.
Kepatuhan produsen terhadap standar praktek pertanian berkelanjutan menjadi salah satu atribut preferensi
konsumen atas produk pertanian. Karena itu, setiap perusahaan agribisnis haruslah senantiasa mematuhi
prinsip Praktek Pertanian yang Baik (PPB) agar dapat memperoleh akses pasar, khususnya di pasar
internasional.
PPB yang pada dasarnya ialah operasionalisasi dari pertanian berkelanjutan, juga merupakan salah satu
sumber keunggulan bersaing. Usaha agribisnis yang terbukti memenuhi standar PPB akan mampu
mengalahkan perusahaan pesaing yang tidak memenuhi standar PPB. Agar dapat dipercaya secara
internasional maka perusahaan perusahaan haruslah memiliki sertifikat yang diterbitkan oleh lembaga
independent bereputasi internasional yang biasa disebut ecolabel.
Selain oleh warga dan organisasi masyarakat internasional, gerakan pertanian berkelanjutan juga sudah
disepakati
oleh
Perserikatan
Bangsa
Bangsa
(PBB).
Promosi
dan
pengawasan
praktek
pertanian
berkelanjutan merupakan salah satu pertimbangan dalam perumusan kebijakan perdagangan suatu negara.
Dalam kaitan inilah kasus penolakan pengiriman ekspor prodik pertanian semakin kerap terjadi pada
beberapa tahun terakhir. Itu berarti, kepatuhan terhadap standar pertanian berkelanjutan merupakan salah
satu kunci bagi produk pertanian.
Gerakan pertanian berkelanjutan juga didorong sekuat kuatnya oleh lembaga lembaga donor pembangunan
internasional seperti Bank Dunia, Dana Moneter Internasional dan Bank Pembangunan Asia. Kepatuhan
terhadap praktek pembangunan pertanian berkelanjutan merupakan salah satu persyaratan bantuan oleh
lembaga dan Negara donor.
Selain secara langsung dalam penentuan proyek pembangunan, tekanan untuk memenuhi praktek pertanian
berkelanjutan juga dilakukan melalui penentuan atau penetapan kebijakan domestik suatu Negara,
khususnya Negara Negara sedang berkembang yang membutuhkan bantuan pembangunan dari Negara dan
lembaga donor pembiayaan pembangunan internasional. Pada gilirannya, kebijakan Negara penerima
bantuan tersebut akan mengarahkan dan memaksa pengusaha agribisnis mematuhi standar praktek
pertanian berkelanjutan.
Suka atau tidak suka, senang atau tidak senang, pengusaha agribisnis harus mematuhi standar praktek
pertanian yang baik, merupakan tuntutan zaman yang harus diikuti. Petani dan pemerintah harus bekerja
sama untuk mewujudkannya.
Masalah dan tantangan yang dihadapi dalam sistem pertanian berkelanjutan yaitu:
1.
Membangun
pemerintah
yang
baik
dan
memposisikan
pertanian
sebagai
sektor
andalan
perekonomian nasional.
Cara penyelenggaraan pmerintah yang baik(good goverment) sangat diperlukan dalam pelaksanaan
pembangunan
pertanian
yaitu;
bersih
(clean),berkemampuan(competent),
memberikan
hasil
akan berhasil bila diawali dengan cara penyenggaraan pemerintah yang baik, dimana pemerintah
merupakan agen pembangunan yang sangat menentukan keberhasilan pencapaian sasaran pembangunan.
Tantangan yang dihadapi adalah bagaimana membangun pemerintah yang bersih, berkemampuan, berhasil
dan dapat dipertanggung jawabkan.
1.
Mewujudkan kemandirian pangan dalam tatanan perdagangan dunia yang bebas dan tidak adil
Kecukupan pangan merupakan masalah hidup dan matinya suatu bangsa, sehingga kemandirian pangan
merupakan prioritas tujuan pembangunan pertanian. Tantangan ke depan yang dihadapi dalam rangka
mewujudkan kemandirian pangan adalah meningkatnya derajat globalisasi perdagangan dunia yang tidak
adil.
Kecukupan pangan merupakan masalah hidup dan matinya suatu bangsa, sehingga kemandirian pangan
merupakan prioritas tujuan pembangunan pertanian. Tantangan ke depan yang dihadapi dalam rangka
mewujudkan kemandirian pangan adalah meningkatnya derajat globalisasi perdagangan dunia yang tidak
adil.
Di negara Indonesia juga menghadapi permasalahan dalam negeri yang berkaitan dengan produksi pangan
yaitu:
1.
Upaya meningkatkan kesejahteraan dan mengurangi jumlah petani gurem, sementara pada saat
bersamaan muncul gejala pelambatan produktivitas dan penurunan nilai tukar petani;
2.
3.
4.
1.
Mengurangi jumlah petani miskin, membangun basis bagi partisipasi petani dan pemerataan hasil
pembangunan
Krisis multidimensi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 telah mengakibatkan jumlah penduduk
miskin pada tahun 1998 melonjak. Apabila hal ii dikaitkan dengan fakta bahwa sebagian besar mata
pencaharian penduduk di wilayah pedesaan bergantung pada sektor pertanian, maka hal ini berarti bahwa
permasalahan kemiskinan terkait dengan sektor pertanian.
1.
Pertumbuhan sektor pertanian sangat dibutuhkan untuk mengakselerasi perekonomian pedesaan. Sektor
pertanian Indonesia, hingga saat ini masih sangat tergantung pada hasil primer, sehingga nilai tambah yang
diperoleh masih sangat rendah dan kurang kompetitif di pasr dalam negeri maupun luar negeri.
Pemerintah harus dapat mendorong perkembangan produk pertanian olahan primer, selain untuk
meningkatkan nilai tambah juga meningkatkan dan memperluas pangsa pasar di dalam dan luar negeri.
Negara berkembang penghasil produk pertanian, saat ini banyak yang melakukan pengembangan produk
pertanian untuk mensiasati perdagangan dunia yang tidak adil.
Apabila hal ini dapat dilakukan maka sektor pertanian akan tumbuh dengan cepat dan tinggi lagi
dibandingkan dengan yang telah selama ini dicapai. Pertumbuhan sector pertanian yang makin cepat akan
memacu pertumbuhan sector-sektor lain secara lebih cepat melalui kaitan ke belakang dan ke depan dalam
kegiatan produksi dan konsumsi. Dengan demikian, sektor pertanian akan lebih dikenal sebagai pengganda
tenaga kerja, dan bukan sekedar pencipta kesempatan kerja.
1.
Struktur agribisnis kita saat ini dapat digolongkan sebagai tipe dispersal. Struktur dispersal dicirikan oleh
tiadanya hubungan organisasi fungsional disetiap tingkatan usaha. Jaringan ahribisnis praktis hanya diikat
dan dikoordinir oleh mekanisma pasar (harga). Hubungan diantara sesama pelaku pelaku agribisnis praktis
bersifat tidak langsung dan impersonal. Dengan demikian pelaku agribisnis hanya memikirkan kepentingan
diri sendiri dan tidak menyadari bahwa mereka saling membutuhkan. Bahkan hubungan diantara pelaku
agribisnis cenderung berkembang menjadi bersifat eksploitatif yang pada akhirnya menjurus ke kematian
bersama.
Tiadanya ikatan institusional, asosiasi pengusaha yang bersifat asimetri, kemampuan bisnis yang tidak
berimbang (kutub hulu, yaitu petani, bersifat serba gurem; sedangkan kutub hilir, yaitu agroindustri dan
eksportir, bersifat serba kuat) ditambah pula sifat intrinsik permintaan dan penawaran komoditi pertanian
yang sangat tidak elastis membuat rantai vertical agribisnis bersifat dualistic (Bell and Tai, 1969). Struktur
agribisnis
yang
bersifat
dulistik
inilah
yang
menytebabkan
(Simatupang,1995).
1.
masalah
transisi
dalam
agribisnis
Permasalahan lingkungan hidup yang dihadapi banyak berkaitan dengan penurunan kualitas lingkungan di
wilayah hulu yang berakibat langsung pada kualitas lingkungan di wilayah hilir. Meningkatnya permintaan
lahan akibat pertumbuhan penduduk selain menyebabkan penurunan luas baku lahan pertanian yang
meningkatnya intensitas usahatani di daerah aliran sungai (DAS) hulu. Penurunan luas baku lahan
pertanian, khususnya lahan sawah, yang telah berlangsung sejak paruh kedua decade 1980-an, saat ini
cenderung makin besar seiring dengan peningkatan konversi ke non pertanian, khususnya di pulau Jawa,.
Pada beberapa tahun terakhir, luas baku lahan sawah di luar Jawa juga telah mengalami penurunan.
1.
Permasalan utama yang dihadapi oleh Indonesia berkaitan dengan pemanfaatan IPTEK pertanian adalah
belum terbangunnya secara efisien system IPTEK pertanian mulai dari hulu (penelitian tinggi dan strategi)
sampai hilir (pengkajian spesifik lokasi dan diseminasi penelitian kepada petani). Efisiensi IPTEK di sektor
pertanian ini perlu dibangun melalui sinkronisasi program litbang pertanian mulai dari hulu sampai hilir dan
sinkronisasi program litbang pertanian dengan lembaga penelitian lainnya. Selain itu, efisiensi system IPTEK
pertanian ini perlu didukung dengan sistem pendidikan pertanian yang mampu menghasilkan peneliti yang
berkemampuan (competent) dan produktif (credible). Juga perlu dibangun kembali sistem penyuluhan
petani yang lebih efektif dan efisien.
Srategi umum dalam upaya mewujudkan visi pembangunan pertanian adalah sebagai berikut:
1.
1.
1.
2.
3.
1.
Ketahanan pangan diartikan sebagai terpenuhinya pangan dengan ketersediaa yang cukup, tersedia setiap
saat disemua daerah, mudah diperoleh rumah tangga, aman dikonsumsi dan harga terjangkau. Ketahanan
pangan mencakup konsep:
1.
Ketersediaan pangan
1.
d. Diversifikasi pangan
1.
Keamanan pangan
Program
peningkatan
ketahanan
pangan
merupakan
fasilitas
bagi
terjaminnya
masyarakat
untuk
memperoleh pyang cukup setiap saat, sehat dan halal. Ketahanan rumah tangga berkaitan dengan
kemampuan rumah tangga untuk dapat akses terhadap pangan di pasar, dengan demikian ketahanan
pangan rumah tangga dipengaruhi oleh kemampuan daya beli atau pendapatan rum,ah tangga. Sejalan
dengan itu maka peningkatan pendapatan rumah tangga merupakan faktor kunci dari peningkatan
ketahanan pangan rumah tangga.
Pangan dalam arti luas mencakup pangan yang berasal dari tanaman, ternak dan ikan untuk memenuhi
kebutuhan atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral serta turunannya yang bermanfaat bagi
pertumbuhan kesehatan. Sasaran yang ingin dicapai adalah:
1.
Dicapainya ketersediaan pangan tingkat nasional, regional dan rumah tangga yang cukup, aman
dan halal
2.
3.
1.
2.
Pengembangan diversifikasi produksi dan konsumsi pangan yang bertumpu pada sumber daya local
penyusunan kebijakan dan pengendalian harga pangan
3.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Pengawasan lalu lintas pertanian dan hewan serta penerapan GAO dan HACC produk pangan
8.
1.
Dalam rangka meningkatkan pendapatan petani, maka arah yang perlu ditempuh adalah memperluas
cakupan kegiatan ekonomiproduktif petani. Perluasan kegiatan ekonomi yang memungkinkan untuk
dilakukan adalah peningkatan nilai tambah melalui pengolahan.
1.
Berkembangnya usaha pertanian agar produktif dan efisien menghasilkan berbagai produk
pertanian yang mempunyai nilai tambah dan daya saing tinggi baik di pasar domestik maupun
internasional
b. Meningkatnya kontribusi sektor pertanian dalam perekonomian nasional terutama melalui peningkatan
devisa.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Pengembangan pasar
8.
9.
Harmonisasi regulasi/deregulasi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
C. PENUTUP
Keberhasilan pembangunan pertanian terletak pada keberlanjutan pembangunan pertanian itu sendiri.
Konsepsi pembangunan pertanian berkelanjutan tersebut diterjemahkan ke dalam visi pembangunan
pertanian jangka panjang yaitu Terwujudnya sistem pertanian industrial berdaya saing, berkeadilan dan
berkelanjutan guna menjamin ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat pertanian dan
diimplementasikan.
Sistem pertanian industrial dicirikan oleh usaha pertanian bernilai tambah tinggi dan terintegrasi dalam satu
rantai pasok (supply chai ) berdasarkan relasi kemitraan sinergis dan adil dengan bertumpu pada sumber
daya nasional, kearifan local serta ilmu pengetahuan dan teknologi berwawasan lingkungan. Sistem
pertanian industrial adalah sosok pertanian ideal yang merupakan keharusan agar usaha pertanian dapat
bertahan hidup dan tumbuh berkembang secara berkelanjutan dalam tatanan lingkungan persaingan global
yang semakin ketat.
Sehingga sudah seharusnya negara-negara dunia ketiga untuk mencanangkan program program unggulan
guna mempercepat diseminasi pertanian khususnya Indonesia dengan badan Litbang pertanian sehingga
bisa mewujudkan pertanian industrial.
DAFTAR PUSTAKA
FAO. 1989. Sustainable Development and Natural Resources Management. Twenty-Fifth Conference, Paper C
89/2 simp 2, food and Agriculture Organization, Rome
Simatupang, P. 1995. Industrialisasi Pertanian Sebagai Strategi Agribisnis dan Pembangunan Pertanian
dalam Era Globalisasi. Orasi Pengukuhan Ahli Peneliti Utama. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian,
Bogor.
http://h0404055.wordpress.com/2010/04/02/sistem-pertanian-berkelanjutangambaran-kecil-untuk-indonesia/
Sebagai negara yang menganut paham ekonomi kapitalis dan perdagangan bebas, bidang perdagangan
mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hampir semua negara di dunia ini menjalin hubungan
dagang dengan Amerika Serikat. Amerika Serikat mengekspor mesin-mesin, otomotif, pesawat terbang,
barang elektronika, bahan-bahan makanan dan minuman olahan, persenjataan, alat-alat kedokteran,
bahan-bahan kimia, dan obatobatan, serta masih banyak lagi. Adapun impor Amerika Serikat terutama
berasal dari negara-negara sedang berkembang berupa bahan-bahan baku industri, seperti minyak dan
gas, kayu, kopi, gula, karet, dan berbagai bahan baku industri lainnya.
6 ) Kota-kota utama di Amerika Serikat
Sebagai negara maju yang sangat dominan di percaturan dunia, Amerika Serikat memiliki banyak kota
terkenal. Beberapa kota terkenal
tersebut, antara lain berikut ini.
a) Washington, D.C., merupakan pusat kendali pemerintahan Amerika Serikat sekaligus letak istana
kepresidenan.
b) New York, merupakan kota terbesar sebagai pusat perdagangan dunia, di kota ini berdiri gedung pusat
perdagangan dunia (World Trade Center Building/WTC) dan pusat pasar bursa dunia (The New York
Stock Exchange/NYSE). Di kota ini juga terdapat markas besar PBB.
c) Los Angeles, merupakan kota terbesar kedua dan berperan sebagai kota pusat industri perakitan,
komunikasi, keuangan, dan busana. Lalu lintas pelabuhan udaranya merupakan yang terpadat di Amerika
Serikat. Kota ini juga merupakan pusat industri pesawat terbang dan perlengkapan militer.
d) Chicago, merupakan kota terbesar ke tiga. Kota ini dikenal sebagai pusat pemotongan hewan ternak,
pusat pengecoran logam dan baja, produsen alat-alat kedokteran, perlengkapan perkeretaapian, sabun,
cat, kosmetika, mesin-mesin industri, dan perlengkapan olah raga.
e) Philadelphia, pusat industri kimia, obat-obatan, pengolahan makanan, dan barang-barang cetakan.
Kota ini juga terkenal karena kemajuannya di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga
mengantarkan Philadelphia sebagai kota pusat industri kesehatan utama di Amerika Serikat.
Brasil merupakan negara terbesar di wilayah Amerika Selatan, tepatnya di antara 5LU - 34LS dan
35BB - 74BB. Luas negara ini mencapai 8.547.404 km dengan jumlah penduduk sekitar 184.101.110
jiwa. Rata-rata kepadatan penduduk di Brasil hanya sekitar 22 jiwa/km. Mayoritas penduduknya masih
tinggal di daerah pedesaan dengan tingkat penghasilan yang belum begitu tinggi. Di bidang
perekonomian, Brasil menunjukkan peningkatan pendapatan perkapita negaranya dari tahun ke tahun
hingga mencapai 2.590 US dollar. Pendapatan tersebut didukung oleh kegiatan perekonomian Brasil dari
berbagai sektor.
1 ) Pertanian dan Kehutanan
Sektor pertanian merupakan tulang punggung perekonomian negara Brasil dan menyumbangkan sekitar
45% dari komoditas ekspornya. Hingga saat ini, Brasil merupakan pengekspor kopi utama dunia, hasilhasil pertanian lainnya berupa teh, rempah-rempah, kapas, cokelat, tembakau, kayu, jagung, dan tebu.
Adapun wilayah hutan di Brasil merupakan salah satu sumberdaya yang sangat penting dalam
pemenuhan produk domestik dan ekspor. Sekitar dua per tiga dari hasil-hasil hutan diperoleh dari hutan
tropis asli, sedangkan sepertiganya dipenuhi dari hutan-hutan baru. Hasil-hasil hutan tersebut banyak
dimanfaatkan untuk konstruksi dan pembuatan bubur kayu (pulp) sebagai bahan baku kertas.
2 ) Perikanan
Perikanan menyokong 3% dari kebutuhan protein masyarakatnya. Dua per tiga hasil perikanan dipenuhi
dari hasil perikanan laut sedangkan sisanya dipenuhi dari hasil perikanan darat.
3 ) Pertambangan
Pertambangan menyumbangkan 8,6% devisa bagi negara. Tambang utama di Brasil adalah bijih besi,
sedangkan hasil tambang
lainnya adalah emas, minyak, timah, nikel, aluminium, kapur, intan, dan berbagai macam, batu mulia.
4 ) Perindustrian
Industri yang berkembang di Brasil, antara lain, industri baja, tekstil, semen, pengolahan makanan,
petrokimia, perakitan pesawat dan mobil, serta barang-barang kimia dan elektronik.
5 ) Perdagangan
a) Ekspor: mobil dan suku cadang, besi dan baja, kopi, teh, cokelat, tebu, rempah-rempah, produk
Mesir merupakan negara terbesar di wilayah Afrika Utara, tepatnya di antara 22LU - 32LU dan 25BT 36BT. Luas negara ini mencapai 997.739 km dengan jumlah penduduk sekitar 76.117.430 jiwa. Ratarata kepadatan penduduk di Mesir mencapai 77 jiwa/km. Wilayah Mesir yang luas tersebut kebanyakan
didominasi gurun yang tidak layak untuk dijadikan tempat tinggal, sehingga penduduknya memusat di
wilayah lembah Sungai Nil dan di pesisir pantainya. Adanya penduduk asli yang tinggal secara nomaden
di daerah gurun menyebabkan Mesir mengalami ketimpangan dalam hal penyebaran penduduk dan
pendapatannya. Meskipun memiliki banyak devisa, namun pendapatan perkapita penduduknya hanya
mencapai 1.350 US dollar.
Pendapatan tersebut didukung oleh beberapa kegiatan perekonomian berikut ini.
1 ) Pertanian
Sektor pertanian menyumbangkan 17% perekonomian negara Mesir. Meskipun didominasi wilayah
Selain sebagai petani, masyarakat tradisional Mesir juga banyak yang hidup dari beternak secara
nomaden. Jenis hewan ternak yang dikembangkan secara tradisional adalah domba, biri-biri, dan unta.
Salah satu dampak pembangunan bendungan Aswan adalah mampu mendukung kegiatan peternakan,
sehingga saat ini banyak peternak yang mulai mengembangkan ternaknya dengan cara-cara modern.
Adapun perikanan dibedakan atas perikanan laut dan perikanan darat. Perikanan laut banyak diusahakan
di perairan Laut Merah dan perairan Laut Tengah, sedangkan perairan darat banyak diusahakan di
Sungai Nil dan di kawasan bendungannya.
3 ) Pertambangan
Hasil tambang utama Mesir adalah minyak bumi dan gas alam yang terdapat di pantai dan perairan Laut
Merah serta di kawasan Gurun Libya dan Semenanjung Sinai. Selain hasil tambang utama tersebut,
dikembangkan juga pertambangan fosfat, bijih besi, dan garam.
4 ) Perindustrian
Perindustrian termasuk di dalamnya perakitan, pertambangan, dan konstruksi, memberi masukan lebih
dari 35% pendapatan nasionalnya.
Hasil industri utama negara ini adalah tekstil, bahan-bahan kimia, besi, dan minyak beserta olahannya.
Hubungannya dengan negara-negara maju menyebabkan Mesir juga mulai membangun perindustrian di
bidang otomotif, elektronik, barang-barang rumah tangga, dan obat-obatan. Kawasan industri utama
terdapat di Kairo dan Alexandria serta di berbagai zona industri di sepanjang Terusan Suez.
5 ) Perdagangan
a) Ekspor berupa kapas, benang, tekstil dan permadani, minyak mentah, gas dan produk olahannya kopi,
teh, cokelat, tebu, dan kurma.
b) Impor berupa mesin-mesin dan peralatan transportasi, besi dan baja, kertas dan produk olahan
makanan, serta bahan-bahan kimia.
Selain memperoleh devisa dari perdagangan, Mesir juga diuntungkan dengan adanya Terusan Suez yang
membelah negaranya, yaitu dari pelayanan pelabuhan dan bea masuk terusan.
6 ) Kota-kota utama di Mesir
a) Kairo, merupakan ibukota dan kota terbesar di Benua Afrika. Berfungsi sebagai pusat
pemerintahan, pendidikan, dan kebudayaan.
b) Alexandria, merupakan salah satu kota tertua di dunia, saat ini berfungsi sebagai
pusat kebudayaan, filsafat, dan agama.
c) Suez, merupakan kota pelabuhan yang ramai, terletak di tepi Laut Merah dan
berfungsi sebagai pintu masuk Terusan Suez.
d) Port Said, merupakan kota pelabuhan yang sangat ramai. Terletak di tepi Laut Tengah
dan berperan sebagai pintu masuk Terusan Suez. Di kota ini terdapat berbagai jenis
industri, seperti industri kimia, pengolahan makanan, perikanan, dan rokok.
http://www.crayonpedia.org/mw/BSE:Negara_Berkembang_dan_Negara_Maju_9.1_(BAB_1)_IPS
Kebijakan dan Strategi Pengembangan Industri Nasional
Jumat, 23 Maret 2007
Fahmi
Idris
Belakang
Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya perkembangan teknologi, berdampak sangat ketatnya
persaingan dan cepatnya terjadi perubahan lingkungan usaha. Produk-produk hasil manufaktur di dalam negeri
saat ini begitu keluar dari pabrik langsung berkompetisi dengan produk luar, dunia usaha pun harus menerima
kenyataan bahwa pesatnya perkembangan teknologi telah mengakibatkan cepat usangnya fasilitas produksi,
semakin singkatnya masa edar produk, serta semakin rendahnya margin keuntungan. Dalam melaksanakan proses
pembangunan industri, keadaan tersebut merupakan kenyataan yang harus dihadapi serta harus menjadi
pertimbangan yang menentukan dalam setiap kebijakan yang akan dikeluarkan, sekaligus merupakan paradigma
baru yang harus dihadapi oleh negara manapun dalam melaksanakan proses industrialisasi negaranya.
Atas dasar pemikiran tersebut kebijakan dalam pembangunan industri Indonesia harus dapat menjawab tantangan
globalisasi ekonomi dunia dan mampu mengantisipasi perkembangan perubahan lingkungan yang cepat.
Persaingan internasional merupakan suatu perspektif baru bagi semua negara, sehingga fokus strategi
pembangunan industri pada masa depan adalah membangun daya saing sektor industri yang berkelanjutan di
pasar domestik.
Dalam situasi yang seperti itu, maka untuk mempercepat proses industrialisasi, menjawab tantangan dari dampak
negatif gerakan globalisasi dan liberalisasi ekonomi dunia, serta mengantisipasi perkembangan di masa yang akan
datang, pembangunan industri nasional memerlukan arahan dan kebijakan yang jelas. Kebijakan yang mampu
menjawab pertanyaan, kemana dan seperti apa bangun industri Indonesia dalam jangka menengah, maupun
jangka panjang.
Untuk menjawab dan mengantisipasi berbagai masalah, issue, serta tantangan di atas, Departemen Perindustrian
telah menyusun Kebijakan Pembangunan Industri Nasional yang telah disepakati oleh berbagai pihak terkait,
dimana pendekatan pembangunan industri dilakukan melalui Konsep Klaster dalam konteks membangun daya
saing industri yang berkelanjutan. Sesuai dengan kriteria daya saing yang ditetapkan untuk kurun waktu jangka
menengah (2005-2009) telah dipilih pengembangan klaster industri inti termasuk pengembangan industri terkait
dan industri penunjang.
Tantangan
yang
Dihadapi
Tantangan utama yang dihadapi oleh industri nasional saat ini adalah
Sektor
Industri
industri di pasar internasional. Penyebabnya antara lain adalah meningkatnya biaya energi, ekonomi biaya tinggi,
penyelundupan serta belum memadainya layanan birokrasi. Tantangan berikutnya adalah kelemahan struktural
sektor industri itu sendiri, seperti masih lemahnya keterkaitan antar industri, baik antara industri hulu dan hilir
maupun antara industri besar dengan industri kecil menengah, belum terbangunnya struktur klaster (industrial
cluster) yang saling mendukung, adanya keterbatasan berproduksi barang setengah jadi dan komponen di dalam
negeri, keterbatasan industri berteknologi tinggi, kesenjangan kemampuan ekonomi antar daerah, serta
ketergantungan ekspor pada beberapa komoditi tertentu.
Sementara itu, tingkat utilisasi kapasitas produksi industri masih rata-rata di bawah 70 persen, dan ditambah
dengan masih tingginya impor bahan baku, maka kemampuan sektor industri dalam upaya penyerapan tenaga
kerja masih terbatas.
Di sisi lain, industri kecil dan menengah (IKM) yang memiliki potensi tinggi dalam penyerapan tenaga kerja
ternyata masih memiliki berbagai keterbatasan yang masih belum dapat diatasi dengan tuntas sampai saat ini.
Permasalahan utama yang dihadapi oleh IKM adalah sulitnya mendapatkan akses permodalan, keterbatasan
sumber daya manusia yang siap, kurang dalam kemampuan manajemen dan bisnis, serta terbatasnya kemampuan
akses informasi untuk membaca peluang pasar serta mensiasati perubahan pasar yang cepat.
Dalam rangka lebih menyebarkan industri untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerah, maka investasi di luar
Pulau Jawa masih kurang menarik bagi investor karena terbatasnya kapasitas infrastruktur ekonomi, terbatasnya
sumber daya manusia, serta kecilnya jumlah penduduk sebagai basis tenaga kerja dan sekaligus sebagai pasar
produk.
Kebijakan
dan
Strategi
Pengembangan
Industri
Nasional
Arah kebijakan pembangunan industri nasional mengacu kepada agenda dan prioritas pembangunan nasional
Kabinet Indonesia Bersatu, yang dijabarkan dalam kerangka Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) tahun 2004-2009. Dalam kerangka tersebut, maka visi pembangunan industri nasional dalam jangka
panjang adalah membawa Indonesia untuk menjadi sebuah negara industri tangguh di dunia?, dengan visi
antara yaitu Pada tahun 2024 Indonesia menjadi Negara Industri Maju Baru?.
Untuk mewujudkan visi tersebut, sektor industri mengemban misi 2004-2009 sebagai berikut:
Menjadi
Menjadi
wahana
pemenuhan
dinamisator
Menjadi
pengganda
kegiatan
Menjadi
wahana
untuk
kebutuhan
hidup
pertumbuhan
usaha
produktif
memajukan
masyarakat;
ekonomi
di
sektor
kemampuan
riil
nasional;
bagi
masyarakat;
teknologi
nasional;
Menjadi wahana penggerak bagi upaya modernisasi kehidupan dan wawasan budaya masyarakat;
Menjadi salah satu pilar penopang penting bagi pertahanan negara dan penciptaan rasa aman masyarakat.
Tujuan pembangunan industri nasional baik jangka menengah maupun jangka panjang ditujukan untuk mengatasi
permasalahan dan kelemahan baik di sektor industri maupun untuk mengatasi permasalahan secara nasional, yaitu
(1) Meningkatkan penyerapan tenaga kerja industri; (2) Meningkatkan ekspor Indonesia dan pember-dayaan pasar
dalam negeri; (3) Memberikan sumbangan pertumbuhan yang berarti bagi perekonomian; (4) Mendukung
perkembangan sektor infrastruktur; (5) Meningkatkan kemampuan teknologi; (6) Meningkatkan pendalaman
struktur industri dan diversifikasi produk; dan (7) Meningkatkan penyebaran industri.
Bertitik tolak dari hal-hal tersebut dan untuk menjawab tantangan di atas maka kebijakan dalam pembangunan
industri manufaktur diarahkan untuk menjawab tantangan globalisasi ekonomi dunia serta mampu mengantisipasi
perkembangan perubahan lingkungan yang sangat cepat. Persaingan internasional merupakan suatu perspektif
baru bagi semua negara berkembang, termasuk Indonesia, sehingga fokus dari strategi pembangunan industri di
masa depan adalah membangun daya saing industri manufaktur yang berkelanjutan di pasar internasional. Untuk
itu, strategi pembangunan industri manufaktur ke depan dengan memperhatikan kecenderungan pemikiran terbaru
yang berkembang saat ini, adalah melalui pendekatan klaster dalam rangka membangun daya saing industri yang
kolektif.
Industri manufaktur masa depan adalah industri-industri yang mempunyai daya saing tinggi, yang didasarkan tidak
hanya kepada besarnya potensi Indonesia (comparative advantage), seperti luas bentang wilayah, besarnya jumlah
penduduk serta ketersediaan sumber daya alam, tetapi juga berdasarkan kemampuan atau daya kreasi dan
keterampilan serta profesionalisme sumber daya manusia Indonesia (competitive advantage).
Bangun susun sektor industri yang diharapkan harus mampu menjadi motor penggerak utama perekonomian
nasional dan menjadi tulang punggung ketahanan perekonomian nasional di masa yang akan datang. Sektor
industri prioritas tersebut dipilih berdasarkan keterkaitan dan kedalaman struktur yang kuat serta memiliki daya
saing yang berkelanjutan serta tangguh di pasar internasional.
Pembangunan industri tersebut diarahkan pada penguatan daya saing, pendalaman rantai pengolahan di dalam
negeri serta dengan mendorong tumbuhnya pola jejaring (networking) industri dalam format klaster yang sesuai
baik pada kelompok industri prioritas masa depan, yaitu: industri agro, industri alat angkut, industri telematika,
maupun penguatan basis industri manufaktur, serta industri kecil-menengah tertentu.
Dalam jangka menengah (2004-2009), fokus pembangunan industri adalah penguatan dan penumbuhan klasterklaster industri inti yang berjumlah sepuluh kelompok industri, yaitu: industri makanan dan minuman, industri
pengolahan hasil laut, industri tekstil dan produk tekstil, industri alas kaki, industri kelapa sawit, industri barang
kayu (termasuk rotan), industri karet dan barang karet, industri pulp dan kertas, industri mesin listrik dan
peralatannya, serta industri petrokimia. Pengembangan sepuluh klaster industri inti dilakukan secara komprehensif
dan integratif, yang didukung secara simultan dengan pengembangan industri terkait (related industries) dan
industri penunjang (supporting industries).
Pengembangan industri agro dalam jangka menengah adalah ditujukan untuk memperkuat rantai nilai ( value
chain) melalui penguatan struktur, diversifikasi, peningkatan nilai tambah, peningkatan mutu, serta perluasan
penguasaan pasar. Sedangkan dalam jangka panjang, difokuskan pada upaya pembangunan industri agro yang
mandiri dan berdaya saing tinggi.
Pengembangan industri alat angkut dalam jangka menengah adalah memfokuskan peningkatan kemampuan
industri komponen, dan untuk jangka panjang selanjutnya diarahkan pada pembangunan kapasitas nasional di
bidang teknologi agar memiliki kemandirian dalam rancang bangun (design) dan rekayasa (engineering)
komponen, sub-assembly, maupun barang jadi.
Pengembangan industri telematika dilakukan dengan membangun sentra-sentra industri telematika, aliansi
strategis, serta peningkatan kemampuan sumber daya manusia. Diharapkan dalam jangka panjang, industri
telematika Indonesia dapat menjadi basis produksi industri telematika global.
Perkuatan basis industri manufaktur ditujukan bagi kelompok industri yang telah ada dan sudah berkembang saat
ini, agar ketergantungannya terhadap sumber daya alam dan sumber daya manusia yang relatif kurang terampil
menjadi berkurang, industri pada kelompok ini harus didorong agar mampu menjadi industri kelas dunia.
Basis industri manufaktur perlu direstrukturisasi dan dikonsolidasikan segera agar efisiensi dan daya saingnya di
dunia internasional meningkat, selain itu untuk jangka panjang, perlu didorong terselenggaranya peningkatan
kemampuan penelitian dan pengembangan (R&D), teknologi dan desain di industri, dalam rangka membangun
kemampuan bersaing jangka panjang.
Dengan memperhatikan permasalahan yang bersifat nasional baik di tingkat pusat maupun daerah dalam rangka
peningkatan daya saing, maka pembangunan industri nasional yang sinergi dengan pembangunan daerah
diarahkan melalui dua pendekatan. Pertama, pendekatan top-down yaitu pembangunan industri yang direncanakan
(by design) dengan memperhatikan prioritas yang ditentukan secara nasional dan diikuti oleh partisipasi daerah.
Kedua, pendekatanbottom-up yaitu melalui penetapan kompetensi inti yang merupakan keunggulan daerah
sehingga memiliki daya saing. Dalam pendekatan ini Departemen Perindustrian akan berpartisipasi secara aktif
dalam membangun dan mengembangkan kompetensi inti daerah tersebut. Hal ini sekaligus merupakan upaya
meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah, yang pada gilirannya dapat mengurangi tingkat kemiskinan
dan pengangguran.
Kebijakan
Pengembangan
Industri
Kecil
dan
Menengah
Industri Kecil dan Menengah (IKM) mempunyai peran yang strategis dalam perekonomian nasional, terutama
dalam
penyerapan
perekonomian
tenaga
di daerah.
kerja,
meningkatkan
Di samping
itu,
pendapatan
pengembangan
masyarakat
IKM
serta
merupakan
menumbuhkan
bagian
integral
aktivitas
dari upaya
secara terpadu; dan (3) Meningkatkan keterkaitan IKM dengan industri besar dan sektor ekonomi lainnya.
Penutup
Dalam pelaksanaannya, pengembangan sektor industri akan dilakukan secara sinergi dan terintegrasi dengan
pengembangan sektor-sektor ekonomi lain seperti pertanian, pertambangan, kehutanan, kelautan, perdagangan,
pendidikan, riset dan teknologi dan sebagainya. Konsep daya saing internasional merupakan kata kunci dalam
pembangunan sektor industri, oleh karenanya selain sinergi sektoral maka sinergi dengan seluruh pelaku usaha
serta seluruh pemerintah daerah merupakan hal yang sangat penting. Untuk itu, dukungan aspek kelembagaan
yang mengatur tugas dan fungsi pembangunan dan dukungan terhadap sektor industri baik secara sektoral
maupun antara pusat dan daerah secara nasional akan menentukan keberhasilan pembangunan sektor industri
yang di cita-citakan.
http://www.setneg.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=215&Itemid=76